• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan Pembahasan Manajemen

Dalam dokumen Bank Ina Perdana (Halaman 42-54)

1. Perkembangan Ekonomi Makro Indonesia 2013 2. Kinerja Perbankan Nasional 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA 2013 Perekonomian Indonesia Tahun 2013 menghadapi tantangan yang berat yang berasal dari kombinasi antara dinamika perekonomian global dan permasalahan domestik yang berdampak pada meningkatnya tingkat inlasi, melebarnya deisit transaksi berjalan, melemahnya nilai tukar rupiah dan menurunnya kinerja pasar keuangan. Perekonomian global yang penuh ketidakpastian memberi tekanan kepada perekonomian Indonesia baik melalui jalur perdagangan maupun jalur inansial karena secara umum struktur perekonomian Indonesia belum cukup kuat dalam meredam gejolak global. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia telah merespon dengan berbagai kebijakan antisipatif untuk mengatasi permasalahan fundamental ekonomi agar kesinambungan pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga. Bauran kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia ditujukan antara lain untuk memastikan agar tingkat inlasi kembali normal dan deisit transaksi berjalan kearah yang lebih sehat. Kebijakan kenaikan BI Rate selama tahun 2013 yang meningkat 175 bps menjadi 7,5% pada akhir Desember 2013 dimaksudkan agar tetap konsisten dengan sasaran inlasi kedepan serta upaya stabilisasi nilai tukar agar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Dari kebijakan-kebijakan yang ditempuh baik oleh Bank Indonesia maupun pemerintah, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 tetap terkendali. Deisit transaksi berjalan mulai menurun ke level yang lebih sehat pada triwulan IV/2013 dan pertumbuhan ekonomi 2013 mencapai 5,78% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara sekelompok (peer countries). Proses penyesuaian ekonomi Indonesia yang terkendali juga ditopang oleh stabilitas sistem keuangan yang tetap terpelihara, khususnya industri perbankan nasional yang tetap solid dimana risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar tetap terjaga, serta didukung oleh ketahanan modal yang masih kuat.

Berbagai perkembangan positif menjelang akhir tahun 2013 dapat menjadi landasan yang baik dalam penguatan ekonomi kedepan. Kegiatan ekonomi yang juga mulai berimbang diharapkan dapat

berlanjut sehingga dapat menopang upaya menekan deisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat dan dengan ditopang stabilitas sistem keuangan yang tetap terkendali, maka berbagai perbaikan tersebut dapat memperkuat upaya mendorong kesinambungan pertumbuhan ekonomi sebagaimana prediksi Bank Indonesia pada tahun 2014 bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 5,5%-5,9%, inlasi diperkirakan pada kisaran target 4,5% ±1%, dan deisit transaksi berjalan diperkirakan juga turun ke tingkat yang lebih sehat.

KINERJA PERBANKAN NASIONAL 2013

Di tengah iklim ekonomi yang kurang kondusif sepanjang tahun 2013, Bank Indonesia menerbitkan berbagai kebijakan yang lebih ketat dan berdampak signiikan di sektor perbankan. Kebijakan tersebut diantaranya, menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) sekunder secara bertahap dari 2,5% menjadi 4%, menurunkan batas atas rasio pinjaman terhadap jumlah simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 100% menjadi 92%, peningkatan nilai Loan to Value

(LTV) untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) dan larangan pemberian KPR untuk rumah inden atau belum terbangun.

Kenaikan suku bunga berdampak pada pengetatan likuiditas akibat perebutan dana pihak ketiga dan perang suku bunga. Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga memicu terjadinya perlambatan kredit. Tingginya

cost of fund telah menggerus margin perbankan yang tercermin pada menurunnya net Interest Margin (NIM) yang berdampak pada laba bank. Berdasarkan data Bank Indonesia, rasio NIM pada bank umum konvensional menurun dari 5,49% pada tahun 2012 menjadi 4,89% pada tahun 2013.

Kendati begitu, ketahanan industri perbankan tetap teruji yang tercermin dari pertumbuhan kinerja perbankan nasional. Rasio permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 18,13%, jauh diatas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 8%. Fungsi intermediasi berjalan dengan baik yang terlihat dari rasio LDR di level 89,70%. Penyaluran kredit bank umum pada tahun 2013 tumbuh sebesar 21,80%. Pertumbuhan kredit diimbangi dengan

terjaganya rasio kredit macet atau non Performing Loan/NPL di level 1,78%.

Dari sisi pendanaan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga perbankan nasional tercatat sebesar 13,60%. Kendati margin menipis akibat pengetatan likuiditas, perbankan masih mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 14,95%. Pencapaian kinerja yang positif dari perbankan nasional mendorong pertumbuhan asset pada tahun 2013 sebesar 16,23% (year on year).

KINERJA BANK 2013

Industri perbankan nasional dihadapkan pada kondisi yang cukup berat seiring dengan terbitnya berbagai kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi, dan kebijakan regulator perbankan yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas kredit perbankan. Kenaikan suku bunga telah mengakibatkan kenaikan biaya dana (cost of fund) yang berakibat pada ketatnya persaingan perebutan dana di perbankan. Kondisi ini kedepannya akan mengurangi margin yang berpengaruh terhadap laba perbankan.

Di tengah berbagai tantangan yang terjadi sepanjang 2013, khususnya ketatnya likuiditas menjelang akhir tahun 2013, kinerja keuangan Bank Ina Perdana tahun 2013 cukup menggembirakan yang berhasil membukukan laba setelah pajak sebesar Rp.7,82 miliar dengan aset sebesar Rp.1.40 triliun, CAR mencapai 16,71%, dan NPL gross 0,38%. Meskipun pendapatan bunga bersih periode tahun 2013 meningkat dibandingkan dengan tahun 2012, namun perolehan laba setelah pajak tahun 2013 sebesar Rp.7,82 miliar menurun tajam dibandingkan dengan laba setelah pajak tahun 2012 sebesar Rp.13,13 miliar. Tingginya laba tahun 2012 dikarenakan adanya pendapatan dari pemulihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang merupakan pendapatan yang tidak ada kaitan dengan bisnis bank sebesar Rp.6,14 miliar.

Perolehan laba bersih Bank Ina Perdana mayoritas dikontribusikan dari pendapatan bunga bersih yang mencapai 92,61% dari total pendapatan. Hingga tahun 2013, total pendapatan bunga bersih mencapai

mengalami peningkatan dari 4,07% pada tahun 2012 menjadi 4,55% pada tahun 2013. Sementara itu, pendapatan operasional Bank Ina Perdana mencapai Rp.4,54 miliar atau mencapai 7,39% dari total pendapatan.

Beratnya kondisi yang dihadapi perbankan sepanjang 2013 membuat Manajemen Bank Ina Perdana lebih memilih strategi untuk tetap mampu memelihara fundamental keuangan secara baik sebagai bank sehat sesuai prudential banking. Hal itu dilakukan dengan terus berupaya memperbaiki kualitas kredit dan mendorong penyaluran kredit berisiko rendah. Hasilnya, sepanjang tahun 2013, perseroan berhasil menekan rasio kredit bermasalah yang tercermin dari rasio NPL Gross yang berada di tingkat 0,38%.

Selain melakukan pengelolaan manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian yang baik, Bank Ina Perdana juga berupaya meningkatkan permodalan guna membangun pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan pada masa mendatang. Sepanjang tahun 2013 manajemen telah cukup berhasil meningkatkan pertumbuhan bisnis, yaitu peningkatan penyaluran kredit kepada pihak non terkait (pihak ketiga) dari Rp.856,64 miliar pada tahun 2012, meningkat menjadi Rp.1,01 triliun pada tahun 2013 atau meningkat sebesar Rp.149,74 miliar. Intinya, secara bisnis pada tahun 2013 relatif baik dan dari segi fundamental tetap kuat.

ASET

Total aset Bank Ina Perdana per 31 Desember 2013 sebesar Rp.1,40 triliun. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan sebesar Rp.110,03 miliar atau 7,28% dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2012 sebesar Rp.1,51 triliun. Komposisi aset terbesar tahun 2013 dikontribusikan dari penyaluran kredit sebesar 75,03%, penyertaan pada Bank Indonesia sebesar 8,78%, dan portofolio surat berharga / efek-efek sebesar 7,70%.

DPK

Bank Ina Perdana terus berupaya menjaga ANALISIS DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN

masyarakat yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito mencapai Rp.1,18 triliun dan mampu mendukung penyaluran kredit sebagai bisnis utama bank dengan tingkat LDR 87,17%.

Untuk menekan tingginya biaya dana, manajemen berupaya untuk mendorong pertumbuhan dana murah yang berasal dari giro dan tabungan. Pada tahun 2013, porsi dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan meningkat menjadi 16,75% dari posisi 14,07% pada tahun 2012. Sementara, porsi dana mahal yang berasal dari deposito mengalami penurunan dari 85,93% pada tahun 2012 menjadi 83,25% pada tahun 2013.

GIRO

Kebijakan untuk meningkatkan porsi dana murah demi menekan biaya dana berhasil dilakukan ditengah situasi ketatnya likuiditas perbankan. Pada tahun 2013, giro mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,95%. Simpanan giro meningkat dari Rp.56,99 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.63,81 miliar pada tahun 2013. Porsi giro pada tahun 2013 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2012. Pada 2012, porsi Giro mencapai 4,29% dari total DPK. Sementara pada 2013 porsinya naik menjadi 5,39% dari total DPK. Sepanjang tahun 2013, tingkat suku bunga yang ditetapkan untuk rekening Giro berkisar antara 1% - 3,75%.

TABUNGAN

Melalui berbagai upaya promosi dan program berhadiah, penghimpunan dana melalui tabungan dapat dipertahankan dengan baik bahkan mengalami peningkatan yang tercermin pada pertumbuhan tabungan. Pada 2013, posisi tabungan mengalami peningkatan sebesar 3,51% dari Rp.129,78 miliar pada 2012 menjadi Rp.134,34 miliar pada 2013. Porsi tabungan meningkat dari 9,77% dari total DPK tahun 2012 menjadi 11,35% dari total DPK tahun 2013. Tingkat suku bunga yang ditetapkan untuk rekening tabungan pada tahun 2013 berkisar antara 0% - 5%.

DEPOSITO

Penghimpunan dana masyarakat berupa deposito masih merupakan penghimpunan dana yang paling dominan. Pada 2013 porsi deposito mencapai 83,25% dari total DPK, lebih rendah dibandingkan porsi deposito tahun 2012 yang sebesar 85,93% dari total DPK. Persaingan dana dari deposito yang semakin ketat berdampak pada penurunan deposito sebesar 13,68% dari Rp.1,14 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp.984,96 miliar pada tahun 2013. Sepanjang tahun 2013, suku bunga yang ditetapkan untuk rekening deposito berkisar antara 4% - 10,5%.

Dana pihak ketiga dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada akhir tahun 2013 terdiri dari Giro sebesar Rp.2,12 miliar, Tabungan sebesar Rp.13,35 miliar dan Deposito sebesar Rp.52,93 miliar atau total sebesar Rp.68,40 miliar.

Tabel Perkembangan dan Komposisi DPK 2012 – 2013 Dalam Jutaan Rupiah

DPK 2012 2013 ∆(%) Pangsa (%) Giro 56.994 63.806 11,95 5,39 Tabungan 129.784 134.337 3,51 11,35 Deposito 1.141.033 984.958 -13,68 83,25 Total DPK 1.327.811 1.183.101 -10,90 Tabel Giro 2011-2013 Dalam Jutaan Rupiah

DPK 2011 2012 2013

Giro 70.013 56.994 63.806

Pertumbuhan Giro (%) 77,51 -18,60 11,95

Tabel Tabungan 2011-2013 Dalam Jutaan Rupiah

DPK 2011 2012 2013

Tabungan 124.816 129.785 134.337

SIMPANAN DARI BANK LAIN

Total simpanan dari bank lain di Bank Ina Perdana pada 2013 mencapai Rp.39,73 miliar, baik dalam bentuk giro maupun deposito. Pada periode tersebut posisi simpanan dari bank lain yang berupa deposito mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,13% dari Rp.31,39 miliar pada 2012 menjadi Rp.32,06 miliar pada 2013.

KREDIT

Manajemen sangat selektif dan prudent dalam menyalurkan kredit. Penyaluran kredit sepanjang 2013 dilakukan dengan tetap mempertimbangkan likuiditas. Total kredit yang disalurkan pada tahun 2013 mencapai Rp.1,05 triliun, terdiri dari pihak berelasi (pihak terkait) sebesar Rp.45,69 miliar dan pihak ketiga (pihak non terkait) sebesar Rp.1,01 triliun. Porsi penyaluran kredit kepada pihak ketiga menunjukkan bahwa volume bisnis tahun 2013 masih mampu ditingkatkan yaitu penyaluran kredit kepada pihak ketiga dari posisi 31 Desember 2012 sebesar Rp.856,64 miliar meningkat menjadi sebesar Rp.1,01 triliun pada posisi 31 Desember 2013. Kehati- hatian dalam menyalurkan kredit berhasil menekan rasio NPL yang terjaga di tingkat 0,38%.

Demi mendongkrak pendapatan bunga, manajemen mulai menyalurkan kredit konsumsi yang dapat memberikan margin lebih besar, yaitu antara lain menyalurkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) pada karyawan-karyawan perusahaan yang sudah diyakini bonaiditasnya. Perseroan juga terus meningkatkan segmen Wholesale Banking sebagai konsep business to business yang lebih terukur risikonya yaitu melalui kemitraan strategi dengan beberapa lembaga keuangan lainnya, seperti multiinance, Bank Perkreditan Rakyat, Koperasi, perusahaan ventura, dan lembaga mikro lainnya.

bunga bersih yang berpengaruh kepada laba. Total pendapatan bunga bersih pada tahun 2013 meningkat sebesar 1,82% dari Rp.55,84 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.56,85 miliar pada tahun 2013. Posisi Net Interest Margin mengalami peningkatan dari 4,07% pada tahun 2012 menjadi 4,55% pada tahun 2013, dengan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan berkisar antara 12% - 20% yang umumnya berlaku secara loating. Pertumbuhan pendapatan bunga bersih berdampak positif terhadap laba. Pada tahun 2013, Bank Ina Perdana berhasil membukukan laba sebesar Rp.7,82 miliar.

Tabel Deposito 2011-2013 Dalam Jutaan Rupiah

DPK 2011 2012 2013

Deposito 1.087.098 1.141.033 984.958

Pertumbuhan Deposito (%) 61,54 4,96 -13,68

Tabel Pertumbuhan Kredit Dalam Jutaan Rupiah

Keterangan 2011 2012 2013

Penyaluran kredit 1.127.012 1.083.551 1.052.068 Pihak berelasi 392.918 226.915 45.688 Pihak ketiga 734.094 856.636 1.006.380

NPL Gross 1,10% 0,36% 0,38%

Tabel Komposisi Kredit 2013 Dalam Jutaan Rupiah

Jenis Kredit Nominal ∆(%) Pangsa (%)

Kredit Konsumsi 445.218 31,69 42,32 Kredit Modal Kerja 471.756 -7,66 44,84 Kredit Investasi 135.094 -42,41 12,84

Total Kredit 1.052.068 -2,91 100

KREDIT KONSUMSI

Strategi manajemen untuk memperoleh marjin yang lebih tinggi dengan meningkatkan porsi penyaluran kredit konsumsi berdampak pada meningkatnya porsi kredit konsumsi pada tahun 2013. Pada 2012 porsi kredit konsumsi mencapai 31,20% dari total kredit. Sementara pada tahun 2013 porsinya naik menjadi 42,32% dari total kredit. Sepanjang 2013, penyaluran kredit konsumsi mencapai Rp.445,22 miliar, atau meningkat sebesar 31,69% jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp.338,08 miliar.

konsumsi kepada pihak ketiga dan kredit konsumsi kepada pihak berelasi. Penyaluran kredit konsumsi kepada pihak ketiga pada tahun 2013 mencapai Rp.444,24 miliar, tumbuh sebesar 31,87% dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp.336,87 miliar. Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi kepada pihak berelasi mengalami penurunan dari Rp.1,22 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.0,98 miliar pada tahun 2013.

KREDIT MODAL KERJA

Pada tahun 2013, penyaluran kredit modal kerja di Bank Ina Perdana mencapai Rp.471,76 miliar yang terdiri dari penyaluran kredit modal kerja kepada pihak berelasi sebesar Rp.44,71 miliar dan penyaluran kredit modal kerja kepada pihak ketiga mencapai Rp.427,04 miliar. Porsi penyaluran kredit modal kerja kepada pihak ketiga mencapai 90,52% terhadap total kredit modal kerja tahun 2013 dan sisanya sebesar 9,48% kepada pihak berelasi.

Berdasarkan komposisinya, porsi penyaluran kredit modal kerja mencapai 44,84% dari total kredit tahun 2013. Porsinya menurun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 47,15% dari total kredit. Sampai dengan 2013, penyaluran kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan sebesar 7,66% (year on year).

KREDIT INVESTASI

Untuk kredit investasi, tercatat penyalurannya hanya kepada pihak ketiga saja. Iklim usaha yang kurang kondusif menjadi pertimbangan utama dalam menyalurkan kredit investasi. Kehati-hatian dalam penyaluran kredit dengan lebih selektif dalam memilih risiko kredit berdampak pada menurunnya penyaluran kredit investasi. Pada tahun 2013, kucuran kredit investasi mengalami penurunan sebesar 42,41% dari Rp.234,58 miliar pada 2012 menjadi Rp.135,09 miliar. Porsi kredit investasi pada tahun 2013 mengalami penurunan yang signiikan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Pada tahun 2013, porsi kredit investasi mencapai 12,84% dari total kredit. Sementara pada tahun 2012 porsi kredit investasi masih mencapai 21,65% dari total kredit.

KREDIT PER SEKTOR EKONOMI

Sepanjang tahun 2013 Indonesia dihadapkan pada iklim usaha yang kurang kondusif sebagai dampak ketidakpastian ekonomi global dan berbagai kebijakan baru pemerintah. Hal itu berdampak kepada penyaluran kredit perbankan. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit paling besar disalurkan ke sektor jasa perorangan, perantara keuangan, transportasi pergudangan dan komunikasi, serta perdagangan besar dan eceran. Kredit ke sektor Jasa Perorangan pada tahun 2013 mencapai 27,73%. Penyaluran kredit ke sektor ini mencapai Rp.291,75 miliar, tumbuh sebesar 75,37% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp.166,36 miliar. Penyaluran kredit ke sektor perantara keuangan mencapai 22,94% dari total kredit perseroan. Sementara porsi penyaluran kredit ke sektor transportasi pergudangan dan komunikasi, serta pedagangan besar dan eceran masing-masing mencapai 19,08% dan 11,35%. Tabel Kredit Konsumsi 2012-2013

Dalam Jutaan Rupiah

Jenis Kredit 2012 2013 ∆(%)

Kredit Konsumsi Pihak Berelasi 1.216 975 -19,82 Kredit Konsumsi Pihak Ketiga 336.868 444.243 31,87 Total Kredit Konsumsi 338.084 445.218 31,69

Tabel Kredit Modal Kerja 2012-2013 Dalam Jutaan Rupiah

Jenis Kredit 2012 2013 ∆(%)

Kredit Modal Kerja Pihak Berelasi 225.699 44.713 -80,19 Kredit Modal Kerja Pihak Ketiga 285.188 427.043 49,74 Total Kredit Modal Kerja 510.887 471.756 -7,66

Tabel Kredit Investasi 2012-2013 Dalam Jutaan Rupiah

Jenis Kredit 2012 2013 ∆(%)

Pada tahun 2013, ada tiga sektor kredit yang memberikan kontribusi pertumbuhan signiikan terhadap total pertumbuhan kredit Bank Ina Perdana, yakni sektor perantara keuangan, penyedia akomodasi dan makan minum, serta pertanian. Penyaluran kredit ke sektor perantara keuangan tumbuh sebesar 910,32% dari Rp.23,89 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.241,39 miliar pada tahun 2013. Kredit ke sektor penyedia akomodasi dan makan minum meningkat sebesar 461,37% dari Rp.3,53 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.19,82 miliar pada tahun 2013. Sementara kredit pertanian tumbuh sebesar 72,20% menjadi Rp.14,28 miliar pada tahun 2013 dari Rp.8,29 miliar pada tahun 2012.

Pada periode tersebut, perseroan mulai menyalurkan kredit ke sektor listrik. Total penyaluran kredit ke sektor listrik pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp.36 miliar.

KREDIT UMKM

Penyaluran kredit untuk sektor UMKM (Usaha, Kecil, Mikro, dan Menengah) mengalami peningkatan yang cukup signiikan dari 15,71% di tahun 2012 menjadi 38,68% di tahun 2013 atau sebesar Rp.406,94 miliar dari total kredit yang diberikan.

KOLEKTIBILITAS KREDIT

Kolektibitas kredit Bank Ina Perdana pada tahun 2013 tetap mampu terpelihara dengan rasio yang rendah sejalan dengan pengelolaan manajemen risiko perseroan yang semakin prudent. Ekspansi penyaluran kredit yang didasarkan atas prinsip kehati- hatian mampu menekan rasio kredit bermasalah sepanjang tahun 2013. Perbaikan tersebut berdam- pak pada menurunnya nilai pencadangan kerugian pada tahun 2013, dari Rp.1,84 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.1,00 miliar pada tahun 2013.

Rasio kredit bermasalah atau non Performing Loan (NPL) Bank Ina Perdana pada tahun 2013 terjaga di level 0,38%. Jumlah kredit bermasalah perseroan pada periode tersebut mencapai Rp.3,87 miliar. Penyumbang rasio kredit bermasalah terbesar berasal dari sektor perumahan yang mencapai 50,81% dari total kredit bermasalah, diikuti dengan industri pengolahan sebesar 46,19% dari total kredit bermasalah.

Total kredit yang masuk dalam kategori Dalam Perhatian Khusus nilainya mencapai Rp.34,21 miliar atau sebesar 3,25% dari total kredit. Sementara total kredit yang masuk dalam kategori lancar mencapai Rp.1,01 triliun atau sebesar 96,38% dari total kredit.

Peningkatan kualitas kredit menghasil- kan perbaikan yang signiikan pada kolektibilitas 4 (diragukan). Pada tahun 2012 jumlah kredit yang berada pada kategori diragukan jumlahnya mencapai Rp.8 juta, sementara pada pada tahun 2013 jumlahnya nihil.

Tabel Kredit Per Sektor Ekonomi 2012-2013 Dalam Jutaan Rupiah

Sektor Ekonomi 2012 2013 ∆(%) Pangsa(%)

Jasa perorangan 166.364 291.748 75,37 27,73

Perantara keuangan 23.893 241.396 910,32 22,94

Transportasi pergudangan dan

Komunikasi 343.973 200.696 -41,65 19,08

Perdagangan besar dan eceran 234.980 119.453 -49,16 11,35 Rea; estate usaha persewaan dan jasa 68.716 68.268 -0,65 6,49

Konstruksi 85.334 50.665 -40,63 4,82

Industri pengolahan 29.363 30.001 2,17 2,85

Penyedia akomodasi dan makan

minum 3.531 19.822 461,37 1,88

Pertanian 8.295 14.284 72,20 1,36

Kegiatan yang belum jelas batasannya 4.177 6.018 44,07 0,57 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya

hiburan dan perorangan lainnya 106.281 5.028 -95,27 0,48

Pertambangan 4.367 4.341 -0,60 0,41

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 411 312 -24,09 0,03

Listrik - 36 - 0,003

Perikanan 8 - - -

Jasa pendidikan 3.858 - - -

Jumlah kredit 1.083.551 1.052.068

Ket : *Untuk tahun 2013

Sementara itu, kredit yang direstrukturisasi pada tahun 2013 berkurang karena angsuran kredit, dengan saldo akhir tahun 2013 tercatat Rp.0,89 miliar, turun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.1,55 miliar.

PENDAPATAN BERSIH

Tata kelola perusahaan yang baik yang disesuaikan dengan iklim usaha dan kondisi pasar telah mendorong perseroan membukukan pendapatan perusahaan yang positif. Sepanjang tahun 2013 perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp.61,39 miliar. Pendapatan bunga bersih menyumbang kontribusi terbesar dengan porsi mencapai 92,61% terhadap total pendapatan bersih perseroan. Pendapatan bunga bersih mengalami peningkatan sebesar 1,78% dari Rp.55,84 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.56,85 miliar pada tahun 2013. Meningkatnya pendapatan bunga bersih mayoritas disumbang oleh pendapatan bunga yang berasal dari penyaluran kredit yang porsinya mencapai 89,78% dari total pendapatan bunga yang mencapai Rp.143,44 miliar.

Pada tahun 2013, pendapatan operasional berkontribusi sebesar 7,39% terhadap total pendapatan bersih perseroan. Perolehan pendapatan operasional yang mencapai sebesar Rp.4,54 miliar banyak dikontribusikan dari perolehan pendapatan administrasi. Kontribusi dari pendapatan adminstrasi pada 2013 mencapai 44,20% dari total pendapatan

operasional, diikuti dengan kontribusi dari pendapatan provisi dan komisi lainnya yang mencapai 29,30% dari total pendapatan operasional.

LABA BERSIH

Pada tahun 2013 Bank Ina Perdana berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp.11,02 miliar. Perolehan laba Bank Ina Perdana pada tahun 2013 banyak dikontribusikan pendapatan bunga yang berasal dari penyaluran kredit. Dari total kredit yang disalurkan pada tahun 2013 yang mencapai Rp.1,05 triliun, perseroan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp.128,78 miliar. Pendapatan bunga bersih Bank Ina Perdana pada tahun 2013 meningkat sebesar 1,82% secara year on year.

Perolehan laba perseroan juga didorong oleh keberhasilan perseroan menekan beban operasional sepanjang tahun 2013. Beban operasional mengalami penurunan sebesar 5,78% dari Rp.53,46 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.50,37 miliar pada tahun 2013. Tabel Kolektibilitas Kredit 2012-2013

Dalam Jutaan Rupiah

Kolektibilitas kredit 2012 2013 Pangsa(%) Pangsa (%) 2012 2013

Lancar 1.050.613 1.013.992 96,96 96,38

Dalam perhatian khusus 28.994 34.207 2,68 3,25

Kurang lancar - - - -

Diragukan 8 - 0,001 -

Macet 3.936 3.869 0,36 0,37

Jumlah 1.083.551 1.052.068 100 100

Tabel Pendapatan Bunga Bersih 2012-2013 Dalam Jutaan Rupiah

Pendapatan 2012 2013 ∆(%)

- Pendapatan bunga 152.350 143.443 -5,85 - Beban bunga (96.511) (86.590) -10,28 Pendapatan bunga bersih 55.839 56.853 1,82

Tabel Pendapatan Operasional 2013 Dalam Jutaan Rupiah

Pendapatan 2013 Pangsa (%)

- Pendapatan administrasi 2.005 44,20

- Pendapatan provisi dan komisi lainnya 1.329 29,30 - Pemulihan cadangan kerugian penurunan

nilai aset produktif dan non produktif 514 11,33 - Keuntungan dari realisasi penjualan

efek-efek-bersih 80 1,76

- Keuntungan penjualan aset tetap 63 1,39

- Selisih kurs 49 1,08

- Pendapatan lain-lain 496 10,94

Penurunan terbesar dari beban operasional terjadi pada penurunan rugi penjualan agunan yang diambil alih sebesar 96,53%, diikuti oleh penurunan pada nilai kerugian dari penjualan nilai wajar efek yang diperdagangkan sebesar 86,35%.

Sejalan dengan pencapaian laba sebelum pajak sebesar Rp.11,02 miliar, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp.7,82 miliar pada tahun 2013.

BIAYA-BIAYA

Di tengah pengetatan likuiditas yang terjadi sepanjang 2013, Bank Ina Perdana memilih untuk mengutamakan penghimpunan dana dan lebih selektif dalam penyaluran kredit. Hasilnya, beban bunga mengalami penurunan sebesar 10,28% secara

year on year dari Rp.96,51 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.86,59 miliar pada tahun 2013.

Pada 2013, beban operasional mengalami penurunan sebesar 5,78%. Penurunan disumbang oleh kerugian penjualan agunan yang diambil alih sebesar 96,53% dari Rp.2,22 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.77 juta pada tahun 2013. Penurunan beban operasional juga dikontribusikan oleh penurunan yang signiikan sebesar 86,35% pada beban kerugian dari penjualan nilai wajar efek yang diperdagangkan dari Rp.4,21 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.575 juta pada tahun 2013.

Sementara itu, beban umum dan administrasi serta beban karyawan masing-masing membukukan kenaikan sebesar 2,52% dan 17,05% secara year on year. Secara keseluruhan beban operasional pada 2013 mengalami penurunan dari Rp.53,46 miliar pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp.50,37 miliar pada tahun 2012.

INDIKATOR KEUANGAN UTAMA

CAR

Pada tahun 2013, perseroan mampu menjaga tingkat kecukupan modal yang tercermin pada rasio

Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio CAR Bank Ina Perdana setelah memperhitungkan risiko kredit, operasional dan pasar pada periode tahun 2013 mencapai 16,71%. Rasio CAR perseroan mengalami

Dalam dokumen Bank Ina Perdana (Halaman 42-54)

Dokumen terkait