• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau

Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) adalah Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% (dua persen). DBH CHT merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam pengembangan pembangunan di Indonesia atas pemungutan cukai dari Industri Hasil Tembakau (IHT). DBH CHT digunakan untuk mendanai (Yuriandi: 2012):

1. Peningkatan kualitas bahan baku

Peningkatan proses produksi industri hasil tembakau berupa bahan mentah dengan bantuan sarana dan prasarana produksi, bantuan modal kerja, demo intensifikasi tembakau sebagai bahan baku utama dan cengkeh sebagai bahan baku tambahan dalam proses pembuatan rokok. Peningkatan kualitas bahan baku industri hasil tembakau, meliputi:

a. Standardisasi kualitas bahan baku;

b. Pembudidayaan bahan baku dengan kadar nikotin rendah;

c. Pengembangan sarana laboratorium uji dan pengembangan metode pengujian;

commit to user

14

d. Penanganan panen dan pascapanen bahan baku; dan/atau

e. Penguatan kelembagaan kelompok petani bahan baku untuk industri hasil tembakau.

2. Pembinaan Industri

Kegiatan dalam rangka perbaikan kualitas produk IHT sejak dari bahan mentah hingga barang siap dipasarkan, termasuk penyediaan data yang menyajikan informasi yang memuat tentan IHT, kebutuhan bahan baku IHT, daerah penghasil bahan baku IHT, jumlah tenaga kerja, jenis IHT yang diproduksi, total produksi IHT periode tertentu, dan potensi pemakaian cukai. Pembinaan industri hasil tembakau, meliputi:

a. Pendataan mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau (registrasi mesin/peralatan mesin) dan memberikan tanda khusus; b. Penerapan ketentuan terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual

(HAKI);

c. Pembentukan kawasan industri hasil tembakau;

d. Pemetaan IHT berupa kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan industri hasil tembakau di suatu daerah, meliputi :

e. Asal daerah bahan baku (tembakau dan cengkih).

f. Kemitraan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan usaha besar dalam pengadaan bahan baku;

commit to user

15

h. Pengembangan industri hasil tembakau dengan kadar tar dan nikotin rendah melalui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP).

3. Pembinaan lingkungan sosial

Merupakan tanggung jawab sosial yang dilakukan untuk membantu penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan lingkungan, membantu permodalan Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Industri Kecil Menengah (IKM). Pembinaan lingkungan sosial, meliputi :

a. Pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat di lingkungan IHT dan/atau daerah penghasil bahan baku IHT; b. Penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau yang

mengacu kepada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL);

c. Penetapan kawasan tanpa asap rokok dan pengadaan tempat khusus untuk merokok di tempat umum; dan/ atau d. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan

fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok

4. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai

Proses pengenalan dan pemahaman tentang penggunaan pita cukai rokok, pentingnya pendapatan dari cukai rokok untuk pembangunan, dampak penggunaan pita cukai rokok illegal.

commit to user

16

5. Pemberantasan barang kena cukai illegal

Kegiatan yang bertujuan untuk meminimalisir peredaran rokok illegal, meningkatkan penggunaan cukai rokok resmi dan memberikan efek jera kepada pelaku. Pemberantasan barang kena cukai ilegal, meliputi:

a. Pengumpulan informasi hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu di peredaran atau tempat penjualan eceran;

b. Pengumpulan informasi hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai di peredaran atau tempat penjualan eceran; dan

c. Pengumpulan informasi barang kena cukai berupa etil alkohol dan minuman mengandung etil alkohol yang ilegal di peredaran atau tempat penjualan eceran.

d. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan informasi ditemukan indikasi adanya hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu, hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai, atau etil alkohol dan minuman mengandung etil alcohol yang ilegal di peredaran atau tempat penjualan eceran, walikota menyampaikan informasi secara tertulis kepada DJBC.

Dana bagi hasil cukai merupakan bagian kapasitas fiskal yang perhitungannya disesuaikan dengan formula Dana Alokasi Umum (DAU) yang setiap tahun ditetapkan dalam pembahasan RAPBN. Pembagian, pengelolaan, dan penggunaan pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau kepada kabupaten/kota penyumbang cukai hasil tembakau

commit to user

17

dihitung berdasarkan kontribusi penerimaan cukai hasil tembakau pada kabupaten/kota tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009. Pembagian DBH CHT untuk masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota diatur oleh gubernur dan diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dan penetapan oleh Menteri Keuangan, dengan komposisi :

a. 30 % untuk provinsi penghasil

b. 40% untuk kabupaten/kota daerah penghasil c. 30% untuk kabupaten/kota lainnya

Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal yang berasal dari DBH CHT yang dibuat di Indonesia. Apabila hasil pemantauan dan evaluasi anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau mengidikasikan adanya penyimpangan pelaksanaan akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundagan yang belaku. Atas penyalahgunaan alokasi tersebut dapat diberikan sanksi penangguhan hingga penghentian penyaluran DBH CHT serta apabila dalam pelaksanaan pengalokasian ke setiap SKPD terdapat sisa alokasi, Penganggaran Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) DBH CHT

commit to user

18

dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran berikutnya untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pengalokasian DBH CHT melalui mekanisme sebagai berikut : 1. Penetapan Alokasi DBH CHT

Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang dialokasikan kepada provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Besaran alokasi DBH CHT per tahun ditetapkan dalam UU

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan pembagian alokasi DBH CHT per provinsi;

c. Gubernur menetapkan pembagian untuk provinsi, kabupaten, dan kota di wilayahnya masing-masing dengan komposisi : 30% untuk provinsi, 40% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 30% kabupaten/kota lainnya;

d. Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas pembagian alokasi yang ditetapkan Gubernur dengan Peraturan Menteri Keuangan

2. Penyaluran DBH CHT

Penyaluran DBH CHT dari pusat yang dialokasikan kepada provinsi hingga ke kota Surakarta dengan penjelasan sebagai berikut :

commit to user

19

a. Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan

b. Penyaluran dilaksanakan dengan cara memindahbukukan dari rekening kas umum negara ke masing-masing rekening kas umum daerah

c. Penyaluran triwulan I sampai dengan III dihitung dari penetapan alokasi sementara

d. Penyaluran triwulan I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 20%, triwulan II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dan triwulan III dilaksanakan pada bulan September sebesar 30%

e. Penyaluran triwulan IV sebesar selisih antara penetapan alokasi definitif dengan dana yang telah disalurkan pada triwulan I sampai dengan III

f. Penyaluran triwulan I dilakukan setelah Direktorat Jenderal Perimbangan dan Keuangan (DJPK) menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester II tahun anggaran sebelumnya dari gubernur dan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT

g. Penyaluran triwulan III dilakukan setelah DJPK menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester I tahun berjalan dari gubernur

commit to user

20

h. Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT sebagaimana dimaksud pada angka 6 dan 7 tidak menunjukan adanya realisasi penggunaan, maka penyaluran DBH CHT ditunda sampai dengan disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT

3. Pelaporan DBH CHT

Pelaporan DBH CHT atas alokasi dana ke tiap kota, dapat dirinci sebagai berikut :

a. Awal tahun gubernur menyampaikan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;

b. Tanggal 20 Juli gubernur menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT semester I dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;

c. Tanggal 20 Desember gubernur menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBHCHT semester II dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota

Dokumen terkait