• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

K- Dapat Dipertukarkan

Dari data pengukuran K-dapat dipertukarkan (Lampiran 8.1) dan dari hasil sidik ragam K-dapat dipertukarkan (Lampiran 8.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa cacahan jerami dan pupuk kandang sapi setelah inkubasi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan K-dapat dipertukarkan.

Kadar K-dd setelah 4 minggu inkubasi disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kadar K-Dapat Dipertukarkan Setelah 4 Minggu Inkubasi Bahan Organik Perlakuan K-dapat dipertukarkan (%)

B0 (Kontrol) 0.06

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 0.12

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 0.09 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 0.11 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 0.11 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 0.88

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai K-Dapat Dipertukarkan tanah pada aplikasi bahan organik berkisar antara 0.09-0.88%, sedangkan pada perlakuan B0 (kontrol) nilai K-Dapat Dipertukarkan hanya 0.06%.

Pengaruh Aplikasi Bahan Organik dan Pupuk Anorganik Terhadap Kadar N, P, K, Serapan N, P, K, dan Pertumbuhan Tanaman

N-Total

Dari data analisis N-total (Lampiran 9.1) dan dari hasil sidik ragam N-total (Lampiran 9.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah.

Kadar N-total tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Kadar N-Total Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan N-Total Tanah (%)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 0.105 b

Tanpa Pupuk Anorganik 0.110 a

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 0.105

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 0.107

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 0.107 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 0.112 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 0.11 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 0.105

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai N-total berkisar antara 0.105-0.11%.

Tabel 8. Kadar N-Total Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 0.105 b 0.105 b

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 0.095 b 0.12 a B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 0.11 b 0.105 b B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 0.115 a 0.11 a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 0.11 a 0.11 a B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 0.095 b 0.115 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai N-total tanah pada perlakuan yang ditambahkan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan yang tanpa diberikan pupuk anorganik.

P-Tersedia Tanah

Dari data analisis P tersedia tanah (Lampiran 10.1) dan hasil sidik ragam P-tersedia tanah (Lampiran 10.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi serta pupuk anorganik berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah, sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah.

Kadar P-tersedia tanah terhadap aplikasi bahan orgnik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Kadar P-Tersedia Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan P-Tersedia Tanah (%)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 33.02 a

Tanpa Pupuk Anorganik 26.24 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 18.18 c

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 30.07 b B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 27.04 b B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 30.39 b B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 36.58 a B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 35.52 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B4, dan B5 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan B1, B2, B3, dan B4.

Tabel 10. Kadar P-Tersedia Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 19.54 16.83

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 33.23 26.92

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 33.73 20.36 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 36.75 24.02 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 37.89 35.28 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 36.96 34.06

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai P-tersedia tanah pada semua perlakuan yang diberikan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa pupuk anorganik.

Kalium Dapat Dipertukarkan (K-dd)

Dari data analisis dd Tanah (Lampiran 11.1 ) dan dari hasil sidik ragam K-dd tanah (Lampiran 11.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan K-dd tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata meningkatkan K-dd tanah.

Kadar K-ddd tanah terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 11 dan 12.

Tabel 11. Kadar K-dd Tanah Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan K-dd Tanah (%)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 0.021 b

Tanpa Pupuk Anorganik 0.031 a

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 0.011

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 0.039

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 0.030 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 0.028 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 0.014 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 0.033

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai K-dd berkisar 0.014-0.039% dan pada perlakuan B0 nilai K-dd 0.011%.

Tabel 12. Kadar K-dd Tanah Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 0.017 0.006

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 0.041 0.036

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 0021 0.038 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 0.022 0.035 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 0.008 0.021 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 0.016 0.050

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai K-dd tanah yang ditambahkan pupuk anorganik tidak menunjukaan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa pupuk anorganik.

Serapan N Tanaman

Dari data analisis N tanaman (Lampiran 12.1) dan dari hasil sidik ragam N tanaman (Lampiran 12.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta pupuk anorganik berpengaruh nyata

meningkatkan serapan N tanaman. Interaksinya keduanya juga berpengaruh nyata meningkatkan serapan N tanaman.

Kadar serapan N tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Kadar Serapan N Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Serapan N (g/tanaman)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 70.06 a

Tanpa Pupuk Anorganik 33.91 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 30.56 b

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 64.71 a B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 56.38 a B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 49.42 a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 51.27 a B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 59.58 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B1, B2, B3, B4, dan B5 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan B0.

Tabel 14. Kadar Serapan N Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 36.76 f 24.36 g

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 92.92 a 36.51 f B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 77.119 c 35.64 f B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 65.00 e 33.84 f B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 67.24 d 35.30 f B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 81.34 b 37.82 f

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai serapan N tanaman yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa pupuk anorganik.

Serapan P Tanaman

Dari data analisis P Tanaman (Lampiran 13.1) dan dari hasil sidik ragam P tanaman (Lampiran 13.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta pupuk anorganik berpengaruh nyata meningkatkan serapan P tanaman sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan P tanaman.

Kadar Serapan P tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 15.

Tabel 15. Kadar Serapan P Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Serapan P (g/tanaman)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 8.68 a

Tanpa Pupuk Anorganik 5.45 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 5.70 c

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 8.94 a

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 7.52 ab B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 7.97 a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 6.21 bc B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 6.06 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B1, B2, B3, B4, dan B5 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan B0.

Tabel 16. Kadar Serapan P Tanaman Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 7.82 3.58

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 10.09 7.80

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 9.45 5.58 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 9.74 6.21 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 7.58 4.85 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 7.41 4.70

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai serapan P tanaman yang diberikan pupuk anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik.

Serapan K Tanaman

Dari data analisis K tanaman (Lampiran 14.1) dan dari hasil sidik ragam K tanaman (Lampiran 14.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta pupuk anorganik berpengaruh nyata meningkatkan serapan K tanaman sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan K tanaman.

Kadar serapan K tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 16 dan 17.

Tabel 16. Kadar Serapan K Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Serapan K (g/tanaman)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 39.95 a

Tanpa Pupuk Anorganik 24.29 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 26.76 b

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 34.30 a B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 33.21 a B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 34.92 a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 29.42 b B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 34.13 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B1, B2, dan B3 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan B0, B4, dan B5.

Tabel 17. Kadar Serapan K Tanaman Pengaruh Terhadap Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 34.35 19.17

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 45.09 23.52

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 38.80 27.62 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 43.42 26.41 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 35.50 23.35 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 42.57 25.7

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai serapan K tanaman yang diberikan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik.

Tinggi Tanaman 50 hari setelah tanam (hst)

Dari data pengukuran tinggi tanaman (Lampiran 15.1) dan dari hasil sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 15.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman. sedangkan pemberian pupuk anorganik dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman.

Nilai tinggi tanaman terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 18 dan 19.

Tabel 18. Nilai Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 104.61 a

Tanpa Pupuk Anorganik 94.38 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 99.33

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 100

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 98.83 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 98.33 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 99 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 101.5

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 18 dapat dilihat perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dilihat bahwa perlakuan B1, dan B5 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan B2, dan B3, B1, dan B0.

Tabel 19. Nilai Tinggi Tanaman Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 104.00 a 94.67 c

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 105.67 a 94.33 c B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 106.00 a 91.67 c B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 102.33 b 94.33 c B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 102.33 b 95.67 b B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 107.33 a 95.67 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai tinggi tanaman yang diberikan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik.

Jumlah Anakan

Dari data pengukuran jumlah anakan (Lampiran 16.1) dan dari hasil sidik ragam jumlah anakan (Lampiran 16.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan sedangkan pemberian pupuk anorganik dan interaksi keduanya berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan.

Nilai jumlah anakan terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 20 dan 21.

Tabel 20. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Jumlah Anakan

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 13.5 a

Tanpa Pupuk Anorganik

9.44 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 11.66

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 11.83

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 12.16 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 11.66 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 10.5 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 11

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan berkisar 11-12.16.

Tabel 21. Jumlah Anakan Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik Terhadap

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 13.33 bc 10.00 d

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 13.67 b 10.00 d B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 15.00 a 9.33 d B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 13.67 b 9.67 d B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 12.33 bcd 8.67 d B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 13.00 bc 9.00 d

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan yang diberikan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik.

Bobot Tajuk

Dari data pengukuran berat tajuk (Lampiran 17.1) dan dari hasil sidik ragam berat tajuk (Lampiran 17.2) diperoleh bahwa pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi dan pupuk anorganik serta interaksinya kedunya berpengaruh nyata meningkatkan berat tajuk.

Nilai jumlah anakan terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 22 dan 23.

Tabel 22. Bobot Tajuk Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Bobot Tajuk (g)

Faktor Pupuk Anorganik

Aplikasi Pupuk Anorganik 27.97 a

Tanpa Pupuk Anorganik 17.4 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 20.41 c

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 24.3 b

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 22.95 b B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 24.6 a B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 21.8 ab B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 22.06 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa nilai B3 lebih tinggi dibandingkan B1, B2, B4, B5, dan B0 dan nilai B3 tidak berbeda nyata dengan B4

Tabel 23. Bobot Tajuk Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 25.8 cd 15.03 g

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 31.26 a 17.33 f B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 27.93 c 17.96 f B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 30.13 ab 19.06 e B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 24.7 d 18.9 ef B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 28.03 c 16.1 fg

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan yang diberikan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik.

Berat Akar

Dari data pengukuran berat akar (Lampiran 18.1) dan dari hasil sidik ragam berat akar (Lampiran 18.2) diperoleh bahwa pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi, serta pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata meningkatkan berat akar, tetapi interaksinya keduanya tidak berpengaruh nyata meningkatkan berat akar. Nilai jumlah anakan terhadap aplikasi bahan organik dan pupuk anorganik disajikan pada tabel 24 dan 25.

Tabel 24. Bobot Akar Terhadap Pengaruh Faktor Tunggal Aplikasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik

Perlakuan Bobot Akar (g)

Faktor

Aplikasi Pupuk Anorganik 16.92 a

Tanpa Pupuk Anorganik 11.06 b

Aplikasi Bahan Organik

B0 (Kontrol) 12.95 bc

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 16.25 ab B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 14.98 abc B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 11.71 c B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 11.05 c B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 17.01 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut DMRT

Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberi pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik, sedangkan pada aplikasi bahan organik dapat dilihat bahwa perlakuan B5 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B0, B1, B2, B3, dan B5. Tabel 25. Bobot Akar Terhadap Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pupuk Anorganik

dan Bahan Organik

Perlakuan Diaplikasi Pupuk

Anorganik

Tanpa Pupuk Anorganik

B0 (Kontrol) 17.36 8.53

B1 (Jerami cacah 6 ton/ha) 21.96 10.53

B2 (Pupuk kandang sapi 6 ton/ha) 18.5 11.46 B3 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:1) 12.83 10.6 B4 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 2:1) 12.63 9.46 B5 (Jerami : Pupuk kandang Sapi 1:2) 18.23 15.8

Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa nilai jumlah anakan yang diberikan pupuk anorganik menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa diberi pupuk anorganik.

Pembahasan

Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Terhadap Kadar NPK Tanah Setelah 4 Minggu Aplikasi

N-Total Tanah

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan N-total tanah. Nilai N-total tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B4 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 2:1) dan B5 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:2) yaitu 0.11% dan terendah terdapat pada perlakuan B0, B1, dan B2 yaitu 0.10%. Hal ini terjadi karena bahan organik yang diberikan ke dalam tanah belum terdekomposisi secara sempurna oleh mikroorganisme dan belum terjadinya mineralisasi. Hal ini mungkin juga disebabkan karena ratio C/N pupuk kandang sedang yaitu 13.02 yang menyebabkan proses mineralisasi berjalan lambat. Hal ini sesuai dengan literatur Sooksa-nguan et, al (2009) rendahnya mineralisasi N disebabkan karena rendahnya bahan organik dan adanya pengurangan oksigen pada sistem SRI.

P-Tersedia

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-tersedia tanah dengan P-tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (jerami cacah) yaitu 43.35 ppm dan yang terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 15.44 ppm. Dari data dapat dilihat bahwa perlakuan yang menggunakan jerami nilai P-tersedia lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain meskipun dari analisis bahan organik kadar P2O5 pupuk kandang sapi lebih tinggi yaitu 0.37% dibandingkan dengan jerami cacah yang hanya 0.24%. Hal ini mungkin disebabkan jerami mempercepat atau meningkatkan reaksi reduksi yang berkaitan dengan kelarutan P tersedia. Hal ini juga disebabkan

karena adanya penggenangan dan pengaruh dari pH tanah, ion-ion Al, Fe, Mn, dan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, serta kegiatan jasad renik tanah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Turner (2006) yang menyatakan bahan organik akan mempercepat proses perubahan P pada sistem SRI karena pada sistem SRI ini akan menghasilkan aerasi tanah yang baik, dan sistem SRI terjadi pengolahan air yang dalam keadaan macak-macak sehingga terjadi reaksi reduksi yang dapat meningkatkan aktivitas mikroba dan mempengaruhi perubahan P organik sehingga tersedia dalam tanah.

K-Dapat Dipertukarkan

Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan K-dapat dipertukarkan tanah. Nilai K-Dapat Dipertukarkan tanah tertinggi terdapat pada perlakuan B5 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 1:2) yaitu 0.88 me/100g dan terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 0.06 me/100g. Hal ini mungkin disebabkan sumbangan K yang berasal dari jerami belum nampak karena jerami belum terdekomposisi secara sempurna sehingga sumbangan K juga kurang tersedia.

Hal ini juga terjadi karena kondisi tanah tergenang menyebabkan Fe2+, Mn2+ dan kation tereduksi lainnya meningkat di larutan tanah, tingginya ketersediaan Fe2+ dapat menggantikan K-dd pada tapak pertukaran dan melepaskannya kelarutan tanah. Adapun bahan organik yang terdekomposisi menghasilkan asam-asam organik yang akan berikatan dengan Fe2+ dan kation tereduksi lain membentuk khelat dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman sehingga mengurangi pertukaran dengan K-dd di kompleks pertukaran dan mengurangi pelepasan K-dd menjadi K larutan.

Kadar N, P, dan K Tanah, Serapan N, P, dan K, dan Pertumbuhan Tanaman Pada Masa Vegetatif Pada Aplikasi Bahan Organik dan Pupuk Anorganik

a. Efek Tunggal Bahan Organik

Pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-Total tanah. Nilai N-total tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (jerami cacah) yaitu 0.112% dan terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 0.105%. Hal ini disebabkan karena jerami cacah mengandung kadar N yang lebih tinggi daripada pupuk kandang yaitu sebesar 1.54% sedangkan pupuk kandang 1.24%, sehingga pada perlakuan yang menggunakan jerami cacah: pupuk kandang sapi 1:1 akan menghasilkan nilai N yang tinggi juga dimana jerami cacah dan pupuk kandang sapi yang diberikan ke tanah juga telah mengalami mineralisasi oleh mikroorganisme setelah ± 10 minggu diberikan dalam tanah. Hal ini juga disebabkan karena adanya tindakan pengembalian jerami cacah dan pupuk kandang sapi dalam bentuk bahan organik yang dapat mengurangi kehilangan N pada tanaman. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Sutejo (2007) yang menyatakan pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K di dalam larutan menjadi seimbang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman.

Meningkatnya serapan N tanaman menunjukkkan bahwa pertumbuhan tanaman juga baik. Nilai serapan N tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (pupuk kandang sapi) yaitu 64.71 g/tanaman dan terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 30.56 g/tanaman. Meningkatnya serapan N tanaman juga sejalan dengan meningkatnya jumlah anakan, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini disebabkan karena pengaruh pemberian bahan organik belum nampak pada pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arafah dan Sirappa (2003) yang menyatakan peranan penting dari bahan organik dalam upaya

memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah. Belum nampaknya pengaruh dari pupuk organik jerami terhadap pertumbuhan dan hasil diduga karena pemberian jerami baru dilakukan pada musim tanam tersebut, disamping dosisnya yang masih rendah. Jumlah anakan yang tertinggi pada perlakuan B2 (pupuk kandang sapi) yaitu 12.16. Pemberian bahan organik berupa jerami cacah dan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan jumlah anakan, bobot tajuk, dan bobot akar tanaman. Peningkatan ini disebabkan karena hara N merupakan unsur hara yang sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan tanaman selama masa vegetatif, pembentukan protein, penyususn utama berat kering tanaman, dan membantu tanaman agar tidak mudah terserang penyakit.

Pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah. Nilai P tertinggi terdapat pada perlakuan B4 (jerami cacah : pupuk kandang sapi 2:1) yaitu 36.58 ppm dan terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 18.18 ppm. Hal ini mungkin disebabkan bahan organik berupa jerami cacah lebih cepat terdekomposisi dalam keadaan anaerob dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dimana racio C/N pupuk kandang adalah 13.02 dan jerami cacah 27.85 sehingga lebih cepat tersedia di dalam tanah karena lebih cepat mengalami mineralisasi. Hal ini juga disebabkan akibat tata air pada metode SRI yang menggunakan sistem air macak-macak sehingga O2 lebih tersedia yang mengakibatkan aktivitas mikroorganisme meningkat dan dapat mengurai bahan organik secara sempurna dan juga akar tanaman yang mengandung eksudat sehingga menambah unsur hara bagi tanah.

Hal ini juga disebabkan karena fosfat masuk ke dalam tanah melalui proses dekomposisi oleh tanaman dan jasad renik karena adanya pupuk organik yang menghasilkan asam-asam organik dan O2

Meningkatnya P-tersedia tanah juga menyebabkan serapan P tanaman. Nilai serapan P tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan B1(jerami cacah) yaitu 8.94g/tanaman dan terendah pada perlakuan B0 (kontrol) yaitu 5.70 g/tanaman. Meningkatnya serapan P-tanah juga meningkatkan bobot tajuk dan bobot akar tanaman, tinggi tanaman, dan jumlah anakan. Hal ini diduga karena bahan organik yang diberikan dapat diserap tanaman dengan baik. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Souri (2001) yang menyatakan bahwa keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain adalah: meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman, mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi yang menyebabkan pemberian bahan organik terutama pupuk kandang berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah dan serapan P tanaman.

.

Pemberian jerami cacah dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata

Dokumen terkait