• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar-dasar perpajakan

Dalam dokumen Maelani Setiyo Cahyandari S4210084 (Halaman 26-35)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar perpajakan

1. Pengertian Pajak

Pembangunan daerah merupakan kegiatan yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara materiil dan spiritual. Maka dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan sumber dana untuk pembiayaan dalam urusan Pemerintahan Daerah. Untuk merealisasikan hal tersebut dapat diperoleh dengan menggali potensi daerah yang salah satunya berasal dari pajak. Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh masyarakat atau wajib pajak kepada Pemerintah, dengan tidak menerima suatu imbalan secara langsung.

Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro ( 1998 ) adalah :

“Pajak sebagai iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”

Definisi tersebut, kemudian disempurnakan sebagai berikut :

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

commit to user

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai pengeluaran umum.”

Definisi lain yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat yang dikutip dari (Tjahjono dan Husein, 2000:3) adalah sebagai berikut :

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kekas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan merupakan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintahan serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik secara langsung dari Negara, untuk memelihara kesejahteraan umum.” Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :

a. Pajak dipungut oleh Negara (Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah), berdasarkan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

b. Merupakan kewajiban bagi setiap wajib pajak, bersifat dapat dipaksakan karena ditetapkan dalam Undang-undang.

c. Masyarakat tidak menerima imbalan secara langsung dari pemerintah. d. Diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah jika masih surplus

digunakan untuk publik investment.

e. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. f. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgetair yaitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2. Prinsip Pajak

Sementara itu, apabila kita perhatikan sistem perpajakan yang dianut oleh banyak negara di dunia, maka prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yang baik pada umumnya tetap sama, yaitu harus memenuhi kriteria umum tentang perpajakan daerah sebagai berikut:

a. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya dapat mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.

b. Adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang kebal pajak. c. Administrasi yang fleksibel artinya sederhana, mudah dihitung,

pelayanan memuaskan bagi si wajib pajak.

d. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar pajak.

e. Non-distorsi terhadap perekonomian : implikasi pajak atau pungutan yang hanya menimbulkan pengaruh minimal terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan suatu beban baik bagi konsumen maupun produsen. Jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan (extra burden)

yang berlebihan, sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh (dead-weightloss).

commit to user 3. Fungsi Pajak

a. Fungsi Budgetair (penerimaan)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya (baik yang pengeluaran rutin maupun pembangunan)

b. Fungsi Regulerand (mengatur)

Pajak sebagai alat mengatur atau melaksanakan akan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial.

1). Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial.

Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras dengan tujuan.untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2). Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% dengan tujuan untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasaran dunia.

3). Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan

4. Pembedaan dan Pembagian Jenis Pajak a. Menurut Golongannya

1). Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2). Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Sarang burung walet, Pajak Pertambahan Nilai b. Menurut Sifatnya

1). Pajak Subyektif

Pajak yang berpangkal atau berlandaskan pada subyeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, dengan kata lain pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya. Contoh : Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

2). Pajak Obyektif

Pajak yang berpangkal atau berlandaskan pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai c. Menurut Lembaga Pemungutnya

1). Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan dan hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

commit to user 2). Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah seperti Propinsi, Kabupaten maupun Kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing.

Contoh : Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Restoran, Pajak Reklame

5. Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Tjahjono (2000:25-26) tata cara pemungutan pajak dibagi menjadi tiga, yaitu stelsel pajak, asas pemungutan pajak dan sistem pemungutan pajak.

a. Stelsel Pajak

1). Stelsel Nyata (Riil Stelsel).

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek atau penghasilan yang sesungguhnya diperoleh oleh wajib pajak, sehingga pajak yang baru dapat dipungut setelah akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan yang sesungguhnya.

2). Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur Undang-undangnya. Misalnya anggapan bahwa penghasilan tahun sekarang sama dengan penghasilan tahun lalu, sehingga pada awal tahun sudah dapat diketahui besarnya pajak terutang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 3). Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pengenaan pajak dilakukan pada awal tahun berdasarkan anggapan dan pada akhir tahun dilakukan koreksi.

b. Asas Pemungutan Pajak

1). Asas Domisili (Asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2). Asas Sumber

Pengenaan pajak tergantung adanya sumber disuatu negara. Siapapun yang menerima penghasilan dari Indonesia, akan dikenakan pajak oleh Negara Indonesia, baik wajib pajak bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar negeri

3). Asas Kebangsaan

Asas ini menghubungkan pengenaan pajak dengan kebangsaan suatu negara, dimana setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia diberlakukan untuk membayar pajak.

commit to user c. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mahmudi ( 2009:15 ) pemungutan pajak disuatu daerah dapat menggunakan beberapa sistem, antara lain :

1). Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak daerah yang dihitung, dilaporkan dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak daerah. Dengan sistem ini wajib pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan membayarkan pajak terhutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) atau unit kerja yang ditetapkan pemerintah daerah.

2). Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang nilai pajaknya ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah yang menunjukkan jumlah pajak terhutang. Wajib Pajak selanjutnya berdasarkan SKP-Daerah tersebut membayarkan pajak terhutangnya melalui bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan pembantu pada masing-masing instansi pemungut, atau bisa pula pembayaran melalui bank, kantor pos atau lembaga lain yang ditunjuk pemerintah daerah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 3). Joint Collection System

Sistem pemungutan pajak daerah yang dipungut oleh pemungut pajak yang ditunjuk pemerintah daerah. Contoh : pemungutan Pajak Penerangan Jalan oleh PLN.

6. Syarat Pemungutan Pajak

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Adil dalam perundang-undangan (misal : pengenaan pajak secara umum dan merata sesuai dengan kemampuan) dan adil pelaksanaan (misal : memberikan hak Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, banding kepada Badan Penyelesaian sengketa Pajak).

b. Pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang (syarat Yuridis) Diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 23 ayat 2 mengatakan bahwa, pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluan Negara hanya boleh terjadi berdasarkan Undang-undang.

c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)

Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu karena adanya pemungutan pajak. Oleh karena itu, kebijaksanaan pemungutan pajak harus diusahakan supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik dalam bidang produksi maupun perdagangan.

commit to user

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup sebagian dari pengeluaran-pengeluaran Negara sehingga biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari hasil pemungutannya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Untuk kemudahan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dalam dokumen Maelani Setiyo Cahyandari S4210084 (Halaman 26-35)

Dokumen terkait