• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum

Dalam dokumen Chairull Umam F3409018 (Halaman 38-49)

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan sebagai bahan acuan dalam pembahasan tugas akhir ini adalah :

1. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 5 Tahun 2001 tentang

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

2. Keputusan Walikota Surakarta No. 8 Tahun 2001 tentang Pedoman

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 5 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

3. Keputusan Walikota Surakarta No. 4 Tahun 2001 tentang

Perubahan Keputusan Walikota No.03/DRT/1999 tentang

Pedoman Pelaksanaan Reklame

4. Keputusan Walikota Surakarta No510.1/44/1/2009 tentang

Penetapan Harga Dasar Lelang Titik Lokasi Pemasangan Reklame Bando di Kota Surakarta

5. Keputusan Walikota Surakarta No.510.1/18/1/2009 tentang

Penetapan Harga Dasar Lelang Titik Lokasi Pemasangan Reklame Baliho di Kota Surakarta

B. Pengertian Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran

commit to user

Negara Republik Indonesia Nomor 3984) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak adalah salah satu komponen atau media yang penting dalam pemberian kontribusi yang cukup besar untuk kelangsungan Pemerintah dan Pembangunan Nasional di Indonesia.

Indonesia sedang berupaya memperbaiki perekonomiannya dan sedapat mungkin terlepas dari bantuan negara asing terutama di bidang keuangan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mengoptimalkan sumber- sumber pendapatan nasional pada umumnya dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada khususnya. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut diperlukan adanya partisipasi dan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Salah satu kerjasama yang bisa dilakukan adalah dalam hal pemungutan pajak.

Bagi masyarakat, pungutan pajak memang mengurangi

penghasilan, akan tetapi pungutan pajak sebenarnya adalah pendapatan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat. Oleh karena itu masalah pajak menjadi masalah seluruh rakyat dalam Negara sehingga setiap rakyat harus mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan pajak baik mengenai asas, jenis atau macam pajak yang berlaku dinegaranya serta tata cara

commit to user

pembayaran pajak dan fungsi dari pembayaran pajak itu sendiri. Dari definisi-definisi pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak secara garis besar, yaitu :

1. Iuran rakyat kepada negara,

2. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang,

3. Dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah,

4. Sifatnya dapat dipaksakan,

5. Digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah

(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

C. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Regulerend

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

D. Asas Pemungutan

1. Asas Domisili (Asal Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

commit to user

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

E. Sistem Pemungutan

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus,

b. Wajib Pajak bersifat pasif,

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

commit to user

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada Wajib Pajak sendiri,

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang,

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

F. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

commit to user

Macam-macam pajak daerah, yaitu:

1. Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

2. Pajak kabupaten/ kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; dan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

G. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

commit to user

Retribusi daerah menurut Mardiasmo (2004) adalah iuran kepada pemerintah daerah yang dapat dipaksakan, dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis, karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dapat dikenakan iuran tersebut.

Sedangkan retribusi daerah menurut Waluyo Wirawan (2003) adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha milik atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang dikeluarkan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. Retribusi daerah dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Retribusi Jasa Umum

Merupakan pungutan atau objek berupa jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati layanan jasa umum yang bersangkutan. Sedangkan penetapan besarnya tarif berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Retribusi jasa umum memiliki beberapa kriteria yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, yaitu :

commit to user

a. Bukan bersifat pajak dan Retribusi Jasa Usaha atau

Retribusi Perizinan Tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi

atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;

e. Tidak bertentangan dengan kebijaksanaan nasional

mengenai penyelenggaraannya;

f. Dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan

g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa

tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan:

b. Retribusi Pelayanan Persampahan atau Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk

dan Akta Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuhan Mayat;

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

commit to user

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

2. Retribusi Jasa Usaha

Merupakan pungutan atau objek berupa jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Penetapan besarnya tarif berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Retribusi jasa usaha memiliki beberapa kriteria yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, yaitu :

a. Bersifat bukan pajak dan Retribusi Jasa Umum atau

commit to user

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial

yang seharusnya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

h. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal;

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

j. Retribusi Penyebrangan di atas Air; dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Merupakan pungutan atau objek berupa kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan atau fasilitas pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau

commit to user

fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Besar tarifnya berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

Retribusi perizinan tertentu memiliki beberapa kriteria yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, yaitu :

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang

diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;

b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum; dan

c. Biaya yang menjadi bahan daerah dalam penyelenggaraan

izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan

commit to user

Dalam dokumen Chairull Umam F3409018 (Halaman 38-49)

Dokumen terkait