• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum dan Pengertian Corporate Social Responsibility

BAB III. EKSISTENSI DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL

B. Dasar Hukum dan Pengertian Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.65

Menurut definisi yang dikemukakan oleh THE JAKARTA CONSULTING GROUP

Sedangkan secara estimologis Corporate Social Responsibility diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Sebenarnya tidak ada suatu definisi tunggal tentang CorporateSocial Responsibility.

66

“Tanggung jawab sosial yang diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh karenanya mereka mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga mengalami peningkatan. Oleh karenanya perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan. Di samping kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan. Karena hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh

, tanggung jawab sosial ini yaitu:

65

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

66

karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya.

Corporate Social Responsibility menjadi tuntutan tak terelakkan seiring dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya. Ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas. Korporat yang semula memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan

charity dan phylanthropy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan eksistensi korporat.67

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Corporate Social Responsibility ini diatur di dalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan CSR bagi Perseroan Terbatas. Bunyi Pasal 74 UUPT tersebut adalah:

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam ayat (1) yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam68

67

Reza Rahman, Op. cit. 5

68

Penjelasan Umum Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

“Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, dan yang dimaksud dengan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam.”

Dari hal di atas maka dapat diketahui bahwa baik perusahaan pertambangan, industri perkayuan, industri makanan, yang dalam kegiatan usahanya berhubungan langsung dengan sumber-sumber daya alam, maupun rumah sakit, perusahaan telekomunikasi, perbankan, percetakan dan perusahaan- perusahaan lain yang walaupun tidak secara langsung menggunakan sumber daya alam dalam kegiatan usahanya, wajib melaksanakan CSR.69

Dalam ayat (2) disebutkan bahwa biaya pelaksanaan CSR diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya perusahaan. Biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan CSR ini seharusnya pada akhir tahun buku diperhitungkan sebagai salah satu pengeluaran perusahaan agar dapat dijadikan sebagai biaya pengurang penghasilan kena pajak, maka rencana kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang akan dilaksanakan dan anggaran yang dibutuhkan wajib untuk dimuat atau dimasukkan ke dalam rencana kerja tahunan.

70

Mengenai besarnya anggaran pelaksanaan CSR ini jelas disebutkan bahwa pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, yaitu dengan pengertian bahwa biaya-biaya tersebut harus diatur besarnya sesuai dengan manfaat yang hendak dituju dari pelaksanaan CSR itu sendiri berdasarkan kemampuan keuangan Perseroan dan potensi risiko dan besarnya tanggung jawab yang harus ditanggung oleh Perseroan sesuai dengan kegiatan usahanya tersebut.

69

Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 95

70

Dalam ayat (3) yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.71

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu profit, lingkungan dan masyarakat.

Jadi jelas bahwa saksi yang dikenakan bagi Perseroan yang melanggar ketentuan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan ini adalah sanksi yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Ini artinya sanksi yang dikenakan bukan sanksi karena perusahaan tidak melakukan CSR menurut UUPT, melainkan sanksi yang karena perusahaan mengabaikan CSR sehingga perusahaan tersebut melanggar aturan-aturan terkait di bidang sosial dan lingkungan yang berlaku.

C. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

72

71

Penjelasan Umum Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

72

A.B. Susanto, Op. cit. 26

Maksud memfokuskan diri kepada profit, yaitu dengan diperolehnya laba maka perusahaan dapat memberikan deviden bagi pemegang saham, melakukan pengembangan usaha serta membayar pajak kepada pemerintah. Sedangkan, lingkungan maksudnya adalah bahwa dengan memberikan lebih banyak perhatian kepada lingkungan sekitar maka perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka yang panjang. Dan perhatian terhadap masyarakat berarti bahwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya suatu perusahaan harus meningkatkan kompetensinya di segala bidang sehingga diharapkan mampu dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR73

1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktifitas yang dijalankannya. Dan CSR akan mendongkrak citra perusahaan pada akhirnya.

, yaitu:

2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.

3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu kesejahteraan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Dimana hal ini berujung kepada produktivitas dan peningkatan kerja.

4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini menyebabkan stakeholders senang dan nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan.

5. Meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide, konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.

6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.

Kentungan dari penerapan Aplikasi CSR menurut Yusuf Wibisono di dalam buku Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan tanpa CSR yang ditulis oleh Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama74

73

A. B. Susanto, Op. cit. h. 28 - 31

74

Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 53

, yaitu

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan. 2. Layak mendapatkan social licence to operate

3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan 4. Melebarkan akses sumber daya

5. Membentangkan akses menuju market

6. Mereduksi biaya

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10. Peluang mendapatkan penghargaan.

D. Corporate Social Responsibility sebagai Ius Constitutum

Ius constitutum adalah hukum yang sedang berlaku di suatu negara, atau biasa disebut sebagai hukum positif. Corporate Social Responsibility dapat disebut sebagai ius constitutum karena Corporate Social Responsibility sudah merupakan hukum yang berlaku dan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sebagai hukum yang berlaku di dalam masyarakat, yang mana apabila hukum atau peraturan tersebut tidak dilaksanakan dapat dikenai sanksi. Karena keberadaan

Corporate Social Responsibility sekarang yang sudah diatur di dalam undang- undang dan telah menjadi ius constitum walaupun di masa yang lalu adalah sebagai ius constituendum. Ius constituendum adalah hukum yang dicita-citakan berlaku di dalam suatu negara.

Diundangkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan suatu kebutuhan yang dirasa perlu oleh kalangan pengusaha sebagai pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pihak regulasi di bidang usaha, karena undang-undang yang selama ini berlaku yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sudah dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia usaha.75

75

Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 1

tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan perkembangan masyarakat karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi sudah berkembang begitu pesat khususnya pada era globalisasi. Selain itu, adanya tuntutan masyarakat akan layanan cepat, kepastian hukum serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) menuntut adanya penyempurnaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.76

CSR telah masuk dalam Undang-Undang mengenai Perseroan Terbatas. Walaupun PP mengenai pelaksanaannya belum rampung, tetapi akan mengikat perusahaan untuk menata kegiatannya mengenai CSR. Perusahaan diharapkan dengan dua kemungkinan, yaitu melaksanakan CSR ala kadarnya sekedar untuk memenuhi amanat UU, atau menjalankan upaya CSR yang serius untuk menarik manfaatnya.77

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility

mungkin masih kurang popular di kalangan pelaku usaha nasional. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela ini, sudah biasa dilakukan

Dahulu corporate social responsibility dirasa tidak terlalu perlu untuk diatur di dalam suatu peraturan perundang-undangan, karena corporate social responsibility dahulunya digunakan oleh para pengusaha untuk menarik hati masyarakat ataupun dilakukan secara sukarela. Namun, setelah diperhatikan maka

corporate social responsibility ini memang perlu untu diatur di dalam peraturan perundangan-undangan agar setiap hak stakeholders dapat terpenuhi.

76

Ibid

77

oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia kegiatan CSR baru dimulai beberapa tahun belakangan. Tuntutan masyarakat dan perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan pasar bebas, sehingga memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Bahwa perusahaan memang bertanggung jawab atas apa yang ada di sekitarnya.

Perjuangan untuk mengesahkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 ini berlangsung cukup lama yaitu sekitar dua tahun sejak tanggal 12 Oktober 2005, dengan mengalami berbagai perombakan, sampai akhirnya undang-undang dengan 14 bab dan 161 pasal ini disahkan oleh DPR pada tanggal 16 Agustus 2007.78

Banyak kalangan menganggap Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 itu merupakan pasal yang menodai Undang-Undang Perseroan Terbatas baru ini. Pasal ini menjadi begitu kontroversial karena banyak kalangan memandang aturan mengenai CSR ini seharusnya tidak perlu menjadi bagian dari sebuah Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Sejak saat undang-undang tersebut diundangkan banyak terdapat pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat, terutama di kalangan pengusaha. Banyak yang mempermasalahkan tentang satu pasal, yaitu Pasal 74 pasal yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya atau yang biasa disebut corporate social responsibility.

79

78

Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 2

79

Ibid

pelaksanaan CSR ini tidak perlu dipaksakan. Adapun bunyi Pasal 74 Undang- Undang No. 40 Tahun 2007, yaitu:

(5) perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(6) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(7) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Berikut ini adalah pendapat dari beberapa pihak yang kontra, diataranya adalah:

1. CSR seharusnya bersifat sukarela. Mereka yang melaksanakan CSR dalam pengelolaan perusahaannya akan merasakan sendiri manfaat dan tanggung jawab sosial yang dilakukannya, sehingga tidak perlu diwajibkan.80

2. diwajibkannya CSR dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dianggap akan memberatkan perusahaan, karena dapat menambah beban biaya operasional. Hal ini menurut Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia MS Hidayat.81

Sebaliknya terdapat juga pihak-pihak yang mendukung. Pihak pro-CSR mengaharapkan korporasi untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan berkelanjutan. Korporasi bukanlah entitas terpisah dari sebuah masyarakat dan 3. Undang-Undang Perseroan Terbatas hanya mewajibkan CSR bagi perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam, yang dianggap tidak adil.

80

Ibid.,h. 3 - 4

81

lingkungan dimana dia berada, tetapi korporasi merupakan bagian integral yang hanya dapat eksis jika memiliki legitimasi sosial yang kuat.

Pada kenyataannya CSR sekarang sudah menjadi suatu hukum yang berlaku, sehingga harus dilaksanakan oleh perusahaan karena CSR sudah menjadi

ius constitutum, sehingga sudah sepatutnyalah pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut. Dan bila tidak dilaksanakan oleh pihak yang berkewajiban maka pihak tersebut dapat dikenakan sanksi karena CSR sudah menjadi ius constitutum sejak diundangkannya Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

CSR adalah sebuah komitmen bersama dari seluruh stakeholders perusahaan.82 Yang diwujudkan dengan tindakan oleh perusahaan, dimana komitmen tersebut harus dilaksanakan oleh setiap stakeholders. Jadi sebenarnya dalam melaksanakan CSR, sebenarnya perusahaan mentaati aturan yang dibuat sendiri (self regulation) berdasarkan komitmen setiap stakeholders, berbeda dengan sekedar taat terhadap peraturan pemerintah.83

82

Ibid, h. 22

83

BAB IV

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR

A. Gambaran Umum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu sebagai Perusahaan yang Melakukan Corporate Social Responsibility

Berikut adalah gambaran umum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu, yaitu sejarah PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu, sekilas tentang arti logo dan pergantian logo PT. Pertamina, serta pejabat tertinggi yang pernah menjabat pada PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu.84

Secara lebih khusus crude oil ( minyak mentah ) yang berasal dari lokasi Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera 1. Sekilas Sejarah Keberadaan PT. Pertamina Sampai Masa Sekarang

Sejarah telah mencatat bahwa kegiatan usaha penambangan minyak dan gas di belahan bumi manapun selalu jadi incaran para perusahaan industri migas sejak ratusan tahun lalu. Sebab energi fosil ini bukan hanya memberikan satu macam cairan energi saja kepada manusia, tapi begitu banyak jenis dan ragamnya, seperti minyak mentah (crude oil), condensate dan gas bumi yang kalau diolah di kilang pengolahan akan melahirkan generasi turunannya seperti bensin, premium, premix, avtur, avgas, solar, minyak tanah, minyak diesel, minyak bakar, minyak pelumas, minyak gemuk, aspal, LNG, Elpiji dan berbagai produk petro kimia seperti serat nylon, plastik, cat, racun serangga, pupuk, lilin, sabun, salep, karet sintetis dan sebagainya.

84

Sekilas Tentang Pertamina Pangkalan Susu, ditulis oleh Bapak Freddy Alamsyah Pa selaku Penata Media di PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu

Utara, ratusan tahun yang lampau pernah dipergunakan oleh para pendahulu kita sebagai senjata perang ketika para pelaut pejuang Aceh melawan Armada Angkatan Laut Portugis pimpinan Laksamana Alfonso D' Albuquerque dalam pertempuran fisik di perairan Selat Malaka antara Pulau Penang dan Lhokseumawe (Pase).

Armada Portugis yang dilengkapi dengan meriam berbagai ukuran dan senapan dapat dihalau setelah beberapa kapal perang Portugis berberhasil ditenggelamkan oleh para pelaut Aceh yang hanya dibekali dengan pedang, rencong dan alat pelontar "bola api" yang pelurunya terbuat dari batu berbalut kain celupan cairan minyak mentah yang konon kabarnya berasal dari kawasan Telaga Said.

Selain catatan sejarah tersebut di atas, di dalam tulisan ini juga dipaparkan sekilas tentang awal masuknya perusahaan perminyakan asing ke wilayah Kabupaten Langkat dan sekilas tentang keberadaan PT Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu yang wilayah kerja dan hasil produksinya merupakan modal awal lahirnya Pertamina pada tanggal 10 Desember 1957 di Pangkalan Berandan ( eks. kantor Pertamina Unit Pengolahan - I ) yang dulunya di situ berkedudukan kantor induk Pertamina Daerah Sumatera Bagian Utara.

Dari wilayah kerja Pertamina EP Field Pangkalan Susu inilah Pertamina lahir dan dibesarkan dari puing-puing besi tua sisa Perang II hingga menjadi besar seperti Pertamina yang anda kenal saat ini. Hal ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi tentang keberadaan Field Pangkalan Susu yang juga

merupakan bagian dari wilayah kerja PT Pertamina EP Region Sumatera yang berkantor induk di Prabumulih, Sumatera Selatan.

Kegiatan usaha penambangan minyak dan gas bumi di negara kepulauan yang terluas dalam planet bumi ini adalah merupakan salah satu industri yang telah dikembangkan sejak abad ke XIX oleh Aeliko Janszoon Zijlker (penemu pertama minyak bumi yang cukup komersial di Indonesia yang waktu itu masih bernama Nederlandsche Indie), ketika administratur perkebunan tembakau "Deli Mij" itu menemukan cadangan minyak terbesar di Hindia Belanda pada tanggal 15 Juni 1885, yaitu sumur Telaga Tunggal Satu yang kini dikenal sebagai struktur Telaga Said di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Keberhasilan Zijlker di Telaga Said telah menggungguli pendahulunya, Colonel Drake yang lebih dulu melakukan pemburuan minyak bumi di Pulau Jawa, tapi tidak berhasil, sehingga menarik banyak peminat untuk mencari minyak bumi di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Cepu, Jambi, Aceh Timur, Palembang dan Kalimantan Timur yang sampai akhir abad ke - XIX telah beroperasi perusahaan perminyakan di wilayah Hindia Belanda ( kini dikenal sebagai Indonesia ).

Dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi penggabungan beberapa perusahaan minyak, sehingga pada awal abad ke XX hanya ada dua perusahaan besar yang beroperasi di Hindia Belanda yaitu, De Koninklijke dan Shell Transport & Tranding Company (Shell).

Kemudian De Koninklijke, milik Pemerintah Belanda, bergabung dengan Shell (Inggeris) pada tahun 1907 dan dari penggabungan kedua perusahaan

minyak raksasa itu lahirlah perusahaan minyak De Koninklijke Shell Group atau dalam bahasa Inggerisnya dikenal dengan sebutan Royal Dutch Shell yang merupakan satu - satunya perusahaan minyak kaliber dunia yang melakukan penambangan minyak di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya perusahaan ini memperoleh dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Hindia Belanda yang berada di bumi Nusantara.

Dalam menjalankan usaha industri perminyakan Royal Dutch Shell membentuk tiga perusahaan pelaksana atau operating company, yaitu De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) yang bergerak dalam kegiatan eksplorasi, produksi dan pengolahan. Asiatic Petroleum bergerak dalam usaha pemasaran dan Anglo Saxon Petroleum Company khusus menangani masalah pengakutan minyak.

Sejak terbentuknya Royal Dutch Shell, semua daerah konsesi De Koninklijke dan Shell dilaksanakan oleh BPM termasuk di Langkat dan Aceh Timur yang kini dikenal sebagai wilayah kerja PT Pertamina EP Region Sumatera.

Sementara itu Pertamina Lapangan EP ( Eksplorasi & Produksi ) Pangkalan Susu yang berdasarkan SK Direksi No. KPTS - 070 / C0000 / 94-S8 tanggal 11 Mei l994 telah diganti sebutannya menjadi Asset Pangkalan Susu

adalah merupakan salah satu dari dua wilayah operasional Pertamina DOH NAD - Sumbagut, yaitu Asset Rantau, berkedudukan di Rantau, Aceh Timur dan Asset Pangkalan Susu berkedudukan di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Asset Pangkalan Susu kemudian diganti namanya menjadi Area Pangkalan Susu yang kini dikenal dengan sebutan Field (Lapangan) Pangkalan Susu berada sekitar 110 km sebelah Barat Laut kota Medan atau sekitar 24 km arah Barat kota Pangkalan Berandan adalah merupakan lapangan minyak dan gas bumi tertua dalam catatan sejarah Pertambangan dan Industri Perminyakan Indonesia, yaitu sejak struktur Telaga Said ditemukan pada tanggal 31 Juli 1876 oleh Aeilko Janszoon Zijlker, ahli perkebunan tembakau " Deli Tobacco Maatschappij " yang berkebangsaan Belanda itu. Setelah memperoleh konsesi dari Sultan Langkat ( Musa ) pada tanggal 8 Agustus 1883, Zijlker yang telah menghimpun dana dari beberapa temannya di Negeri Kincir Angin itu, segera melaksanakan pengeboran sumur minyak pertama di Telaga Tiga.

Upaya yang dilakukan Zijlker dkk. Pada tanggal 17 November 1884 di

Dokumen terkait