• Tidak ada hasil yang ditemukan

Corporate Social Responsibility Yang Dilakukan PT. Pertamina Ep Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Corporate Social Responsibility Yang Dilakukan PT. Pertamina Ep Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan

Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

GISHELA AGUSTINA 060200116

Jurusan Hukum Perdata Dagang

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karunia

dan penyertaanNya yang dirasakan oleh penulis setiap waktu terkhusus dalam

proses penulisan skripsi ini. Oleh karena kasihNyalah maka skripsi ini dapat

diselesaikan.

Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa pada

umumnya dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada

khususnya guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Huku m.

Adapun judul yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah Corporate Social Responsibility yang Dilakukan PT. PERTAMINA EP FIELD Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar. Penulis berharap agar ilmu yang diperoleh selama proses penulisan skripsi dapat bermanfaat dan menjadi

bekal nantinya bagi penulis, dan bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan, baik itu

disebabkan kekurangan literatur maupun kemampuan penulis sendiri. Oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulisan

ke depan dapat lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Chairuddin Lubis,

(3)

2. Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Prof. Dr.

Runtung, SH. M.Hum

3. Bapak Pembantu Dekan I Prof. Dr. Suhaidi, SH. M.H, Bapak Pembantu

Dekan II Syafruddin Hasibuan, SH, M.H, Bapak Pembantu Dekan III M.

Husni, SH. M.Hum.

4. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello SH, M.S. selaku dosen pembimbing I, yang

telah memberikan waktunya membimbing dan mengajari dan memberikan

masukan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Puspa Melati Hasibuan SH, M.Hum selaku dosen pembimbing II,

yang sudah memberikan waktu membimbing dan memberikan masukan

serta memotivasi sehingga penulisan skripsi ini boleh selesai tepat pada

waktunya.

6. Bapak Muhammad Nuh SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama perkuliahan

8. PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini karena telah memberikan data-data yang

penulis butuhkan.

9. Orang tuaku tersayang yaitu Bapak G. Hutagalung dan Ibu T. br.

(4)

kepada penulis mulai dari kecil hingga saat ini. Penulis sangat menyayangi

Bapak dan Mamak.

10. Saudara penulis yaitu Frans Christian Hutagalung, Margaret Vestasia

Hutagalung, dan Bobby Samuel Hutagalung.

11. Teman-temanku sekalian Titin, Dea, Cecil, Fitri, Puji, Adi, Vera, Mustika,

Evi, Sonti, Eva, Winda, Ingrid, Nisa, Helen dan semua teman-teman yang

tak dapat disebutkan satu persatu. Teristimewa teman-teman stambuk

2006.

12. Kepada seluruh pihak yang turut terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Hormat Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI ……….iv

ABSTRAK ………vi

BAB I. PENDAHULUAN ………..…………...1

A. Latar Belakang ……….1

B. Perumusan Masalah ………..5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……….6

D. Keaslian Penulisan ………...7

E. Tinjauan Kepustakaan ………..7

F. Metode Penulisan ………11

G. Sistematika Penulisan ……….13

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS ………15

A. Pengertian Perseroan Terbatas ………...15

B. Eksistensi Hukum Perseroan ………..19

C. Prinsip Umum Perseroan ………41

D. Permodalan dan Saham Dalam Perseroan Terbatas ………...49

E. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas ……...53

BAB III. EKSISTENSI DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI MASYARAKAT ………...54

A. Sejarah Corporate Social Responsibility dan Keberlanjutan ……..54

(6)

C. Manfaat Corporate Social Responsibility ………...66

D. Corporate Social Responsibility sebagai Ius Constitutum ………..68

BAB IV. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT.

PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP

MASYARAKAT SEKITAR ……….69

A. Gambaran Umum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu sebagai

Perusahaan yang Melakukan Corporate Social Responsibility ……..69

B. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh

PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat

Sekitar ……….91

C. Realisasi Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh PT.

Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat

Sekitar ………97

D. Pertanggungjawaban Hukum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu

Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility …………..108

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………....109

A. Kesimpulan………110

B. Saran ……….111

(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudu l Corporate Social Responsibility yang Dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi ini membahas tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan aktivitasnya Perseroan Terbatas mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang disebut Corporate Social Responsibility. Namun, suatu perusahaan sering mengabaikan tanggung jawab ini dan tidak terlalu mempedulikan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sekarang Corporate Social Responsibility ini telah tercantum dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jadi setiap perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat di sekitar, realisasi

Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat sekitar dan pertanggungjawaban hukum yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normative yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu invebtarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan serta dengan melakukan penelitian lapangan ke PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu untuk memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan skripsi.

(8)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudu l Corporate Social Responsibility yang Dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi ini membahas tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan aktivitasnya Perseroan Terbatas mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang disebut Corporate Social Responsibility. Namun, suatu perusahaan sering mengabaikan tanggung jawab ini dan tidak terlalu mempedulikan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sekarang Corporate Social Responsibility ini telah tercantum dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jadi setiap perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat di sekitar, realisasi

Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat sekitar dan pertanggungjawaban hukum yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normative yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu invebtarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan serta dengan melakukan penelitian lapangan ke PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu untuk memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan skripsi.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan

nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja.

Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang

mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi adalah

dunia usaha, yaitu hasil pelaksanaan berbagai instansi dan pihak-pihak. Instansi

dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan. Jadi,

perusahaan adalah sebagai salah satu pelaku ekonomi. Salah satu bentuk

perusahaan yang terkenal dan terlibat di dalam perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi nasional di Indonesia adalah Perseroan Terbatas.

Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang

paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya yang bersifat

terbatas Perseroan juga memberikan kemudahan bagi pemilik atau pemegang

sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual

seluruh saham yang dimilikinya.

Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero

(saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang

saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan

(10)

Negara-negara lain, seperti : di Malaysia yang disebut Sendirian Berhad (SDN BHD), di Singapura disebut Private Limited (Pte Ltd), di Jepang disebut Kabushiki Kaisa, di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut Naamloze Vennotschap (NV), dan di Perancis disebut Societes A Responsabilite Limite

(SARL).1

Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya sebagai

perusahaan sesuai dengan bidangnya. Di dalam pelaksanaan aktivitasnya yang

merupakan kepentingan perusahaan tersebut, suatu perusahaan sering sekali tidak Dalam melaksanakan usahanya Perseroan Terbatas atau dipersamakan di

sini dengan perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek

keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line. Tidak hanya mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku bisnis di dalam menjalankan usahanya yaitu dituntut

untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada di

sekitarnya. Jadi ketika suatu perusahaan tersebut telah memperoleh keuntungan,

maka perusahaan tersebut harus menyadari bahwa ada masyarakat di sekitarnya

dan memikirkan tanggung jawab apa yang harus dilakukannya terhadap

masyarakat tersebut. Karena perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk

memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari

keuntungan sendiri. Terutama perusahaan-perusahaan yang menguasai hajat hidup

orang banyak. Hal inilah yang dikatakan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat sekitar.

1

(11)

terlalu memperhatikan bahwa mereka mempunyai suatu tanggung jawab terhadap

stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, LSM, ataupun pemerintah. Masing-masing stakeholder tersebut memiliki derajat dan kepentingan yang berbeda-beda. Salah satu tanggung jawab

Perseroan Terbatas yaitu tanggung jawab terhadap masyarakat yang ada di sekitar

perusahaan tersebut. Sering sekali hal ini diabaikan, atau kalaupun dilaksanakan

hanya untuk mencari mempunyai suatu tanggung jawab terhadap berbagai hal.

Tanggung jawab tersebut yaitu tanggung jawab terhadap stakeholders. Hal ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap

kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara

sosial bertanggung jawab.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah tercantum dalam

Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Terlepas dari kontroversi yang

menyertainya, perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang yang menguasai

hajat hidup orang banyak serta berbasis sumber daya alam berkewajiban untuk

melaksanakan Corporate Social Responsibility. Walaupun sebenarnya CSR bersifat sukarela. Dalam UU PT tersebut definisi CSR lebih menitikberatkan

kepada pengembangan komunitas (community development).2

Sebenarnya seperti yang telah dikatakan sebelumnya CSR memang

seharusnyalah dilakukan oleh perusahaan dengan kesadaran dan sukarela. Karena

2

(12)

perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari keuntungan dan pemasukan

sendiri. Dan karena saat ini CSR telah menjadi suatu social license to operation

bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi suatu

perusahaan.

CSR pada awalnya merupakan suatu motif filantropik suatu perusahaan,

yang biasanya bersifat spontanitas sehingga belum terkelola dengan baik. Namun

selanjutnya seiring dengan tuntutan dari masyarakat dan dorongan internal dari

perusahaan agar perusahaan lebih peduli dan memperhatikan lingkungan sera

masyarakat yang ada di sekitarnya. Dan semakin lama makna CSR semakin

meluas, bukan hanya merupakan suatu tanggung jawab terhadap masyarakat

sekitar dan hanya bersifat filantropik, tetapi sudah lebih meluas dan harus dikelola

dengan sasaran yang jelas dan perencanaan yang baik.

Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap

keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang CSR menjadi suatu keharusan

bagi perusahaan. Apalagi sebenarnya perusahaan sendiri pun memperoleh manfaat

dari CSR ini, yang terutama yaitu mengenai manajemen reputasi perusahaan. CSR

yang awalnya hanya sebagai suatu kegiatan filantropik sudah menjadi suatu

strategi perusahaan.3

Jika perusahaan mengabaikan keseimbangan Triple Bottom Line dengan cara mengabaikan masyarakat sekitar dan lingkungan di sekitar perusahaan maka

akan terjadi gangguan pada manusia dan lingkungan sekitar perusahaan yang

3

(13)

dapat menimbulkan reaksi, seperti demo masyarakat sekitar atau kerusakan

lingkungan sekitar akibat fasilitas perusahaan yang mengabaikan keseimbangan

tersebut. Jadi ada atau tidaknya suatu peraturan yang mengatur tentang CSR

seharusnya sebuah perusahaan memang harus melaksanakan program CSR agar

tercipta keseimbangan sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak yang

dirugikan kepada perusahaan tersebut jika terjadi ketidak seimbangan.

Pada intinya CSR memanglah perlu dilakukan oleh perusahaan. Dan CSR

yang dilakukan oleh perusahaan tersebut harus dilakukan dengan suatu sudut

pandang yang strategis dan dikelola secara profesional agar bermanfaat bagi

perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility yang

Dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap

Masyarakat Sekitar?

2. Bagaimana Realisasi Corporate Social Responsibility yang Dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Terhadap Masyarakat Sekitar?

3. Bagaimana Pertanggungjawaban Hukum PT. Pertamina EP Field

(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan yang dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility yang

dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu

b. Untuk mengetahui realisasi Corporate Social Responsibility yang

dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap

masyarakat yang ada di sekitar perusahaan

c. Untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum PT. Pertamina EP Field

Pangkalan Susu terhadap pelaksanaan Corporate Social Responsibility

2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Secara Teoretis

Secara teoretis pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah

dirumuskan akan memberikan konstribusi pemikiran serta menimbulkan

pemahaman dan pandangan baru tentang keberadaan Corporate Social Responsibility di dalam suatu perusahaan.

b. Secara Praktis

Secara praktis pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi

masukan dan pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi perusahaan yang

(15)

melaksanakannya memang sebagai suatu tanggung jawab kepada

masyarakat sekitar dan lingkungan bukan hanya melaksanakan kewajiban

yang tertulis dalam undang-undang, juga sebagai bahan para akademisi

dalam menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka pengembangan

ilmu pengetahuan.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk

yang sama khususnya di PT. PERTAMINA EP Field Pangkalan Susu di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara dan judul ini adalah murni hasil pemikiran

dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Community Relations (CR) maupun Community Development (CD) merupakan program implikasi dari program Corporate Social Responsibility

(16)

bergantung pada visi dan misi korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interests komunitas.4

Definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan

oleh Magnan & Ferrel (2004) yang mendefinisikan CSR5

Elkington mengemukakan dalam buku karangan A.B. Susanto bahwa

CSR

adalah:

“A business acts in socially responsible manner when its decision and

account for and balance diverse stake holder interest”.

Definisi tersebut menekankan kepada perlunya memberikan perhatian

secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui

perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

6

4

Reza Rahman, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, (Yogyakarta, Media Pressindo, 2009) h. 10

5

A.B. Susanto, Op. cit. h. 21

6

Ibid., h. 21

adalah:

”Suatu keadaan dimana sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung

jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas

perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet bumi).”

Menurut Chambers dalam buku karangan A.B. Susanto CSR adalah:

(17)

Menurut definisi yang diungkapkan oleh THE JAKARTA CONSULTING

GROUP CSR7

7

Reza Rahman, Loc cit., h. 10

adalah :

“Tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan.”

Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya

yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan

oleh karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta

pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan

mengalami peningkatan. Oleh karenanya perusahaan harus berjuang keras agar

memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari

peluang bagi pertumbuhan di masa depan. Di samping kepada pemegang saham,

tanggung jawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan. Karena

hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan

dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh

karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta

memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya. Tentu saja

hubungan antara karyawan dengan perusahaan ini harus di dasarkan pada prinsip

hubungan yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan,

namun di lain pihak karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang

(18)

Ke luar, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan

sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan

kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi

kepentingan generasi mendatang. Pajak diperoleh dari keuntungan yang diperoleh

perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya

sehingga mampu memperoleh laba yang maksimal. Demi kelancaran aktivitas

perusahaan demi mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan banyak tenaga

kerja. Seiring dengan tumbuh kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga

kerja ini akan mengalami peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut

berpartisipasi menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan

semakin banyak tersedia manakala perusahaan tumbuh dan berkembang. Oleh

karenanya perusahaan berkewajiban untuk selalu mencari peluang-peluang baru

bagi pertumbuhan, tentu saja dengan tetap mempertimbangkan faktor keuntungan

dan tingkat pengembalian financial yang optimal. Perusahaan juga memiliki

kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang berkaitan dengan perusahaan

maupun tidak. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas

lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup

masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun bagi

(19)

F. Metode Penulisan

Dalam penguraian dan penulisan skripsi ini, data merupakan dasar utama

agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Sifat dan Bentuk Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan lebih terarah dan dapat

dipertanggungjawabkan, maka digunakan Metode Penelitian Hukum Normatif

Empiris. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan

pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas yang

melaksanakan Corporate Social Responsibility. Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini. Setelah itu mengadakan

penelitian langsung ke lapangan.

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam

meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata dagang khususnya

hukum perseroan terbatas. Kemudian dikaitkan dengan penelitian hukum empiris

yaitu penelitian ini berupa untuk melihat bagaimana pihak-pihak yang terkait

responsif dan konsisten dalam menggunakan instrument-instrumen hukum yang

terkait dengan hal tersebut.

a. Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah

bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan yang mengikat, yaitu dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

(20)

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan terhadap

bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku,

pendapat para sarjana, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan pembahasan

skripsi ini.

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum.

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis

menggunakan metode pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan (Library Reseach)

Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, meneliti,

mengidentifikasi dan menganalisis bahan-bahan studi kepustakaan yang meliputi :

1) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

yang artinya mmpunyai otoritas8

2) Bahan-bahan sekunder merupakan bahan yang melengkapi sumber-sumber

utama dan masih memiliki hubungan/keterkaitan dengan masalah yang

dibahas. Bahan-bahan tersebut meliputi : buku-buku dan makalah-makalah

hasil seminar.

atau merupakan sumber-sumber utama

yang dijadikan landasan dalam penulisan dalam penulisan ini meliputi

Peraturan Perundang-undangan, Surat Keputusan Mentri yang terkait, dan

dokumen-dokumen lain yang berhubungan langsung dengan permasalahan

yang dibahas.

8

(21)

2. Penelitian Lapangan (Field Reseach)

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara penelitian

lapangan secara langsung, yaitu dengan mengadakan penelitian ke PT.

PERTAMINA EP Field Pangkalan Susu dengan melakukan wawancara kepada

Ibu Rusmidah selaku Staff CSR dan Bapak Galih Pradikta SH selaku Pengawas

Utama Hukum dan Pertanahan di PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan dan memperoleh data-data yang langsung

berhubungan dengan judul skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya

harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka

diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per

bab yang saling berangkaian satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi

ini adalah :

BAB I Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di

dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi,

perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan

manfaat penulisan, yang kemudian diakhiri oleh sistematika

penulisan.

BAB II Merupakan bab yang membahas tentang Perseroan Terbatas

dimana di dalamnya diuraikan mengenai pengertian Perseroan

(22)

permodalan dan saham dalam Perseroan Terbatas serta tanggung

jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas.

BAB III Merupakan suatu bab yang membahas tentang sejarah corporate social responsibility dan keberlanjutan, dasar hukum dan pengertian corporate social responsibility, manfaat corporate social responsibility. Juga corporate social responsibility sebagai

ius constitutum.

BAB IV Merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum dari PT.

Pertamina EP Field Pangkalan Susu sebagai perusahaan yang

melaksanakan Corporate Social Responsibility, bentuk-bentuk

Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu terhadap masyarakat yang ada

di sekitar perusahaan, realisasi Corporate Social Responsibility

yang dilakukan oleh PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu

terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan serta

pertanggungjawaban hukum PT. Pertamina EP Field Pangkalan

Susu terhadap pelaksanaan corporate social responsibility.

BAB V Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas

sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi para

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Kata perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi

usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha

atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia.9

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar, yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan dan

ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.10

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum

Dari yang dikemukakan di atas maka ada lima hal pokok yang dapat

dikemukakan, yaitu:

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak ada satu pasal yang

menyebutkan Perseroan sebagai badan hukum, tetapi di dalam Undang-Undang

Perseroan secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 butir (1) bahwa perseroan adalah

badan hukum. Ini berarti perseroan sesuai dengan syarat keilmuan yaitu sebagai

pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri

terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

9

I. G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Bekasi Timur, Kesaint Blanc, 2000) h. 1

10

(24)

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum

seperti yang ditentukan dalam UUPT.11

a. Organisasi yang teratur

Unsur-unsur tersebut adalah:

Organisasi yang teratur ini dapat kita lihat dari adanya organ perusahaan yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris (Pasal 1 angka (2)) UUPT). Keteraturan organisasi perseroan dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi dan Peraturan-peraturan perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.

b. Harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain.

c. Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi dan Komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut, Direksi berada dalam pengawasan Dewan Komisaris, yang dalam hal-hal tertentu “membantu” Direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. Mempunyai tujuan sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan. Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan/laba.

Status badan hukum diperoleh sejak akta pendirian disahkan oleh Menteri

Kehakiman. Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 7 ayat (4) UU No.40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini tentulah berbeda dengan

ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)

yang menentukan bahwa status badan hukum perseroan diperoleh sejak

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

11

(25)

Jika suatu perseroan belum mendapatkan pengesahan dari Menteri

Kehakiman, perseroan berarti belum memiliki pemegang saham dan yang dikenal

hanyalah pendiri atau orang yang namanya tercantum dalam Akta Pendirian

perseroan terbatas. Pendiri tersebut adalah orang yang diwajibkan melakukan

penyetoran atas modal yang telah dijanjikan oleh mereka dalam Akta Pendirian

perseroan. Setelah itu maka diwajibkanlah kepada perseroan terbatas tersebut

untuk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan pertama, segera

setelah perseroan memperoleh pengusaha.

2. Didirikan berdasarkan perjanjian

Suatu perseroan harus didirikan berdasarkan perjanjian. Dalam

mendirikannya berarti harus ada kesepakatan berupa pernyataan kehendak,

terutama dari pihak yang hendak mendirikan Perseroan Terbatas tersebut. Maka

sudah pasti dalam pendirian suatu Perseroan Terbatas harus ada dua atau lebih

orang yang menghendaki kesepakatan pendiriannya. Karena tidak mungkin

membuat suatu perjanjian seorang diri saja.

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat12

1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

, yaitu;

2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3) suatu hal tertentu;

4) suatu sebab yang halal.

12

(26)

Dengan demikian dalam pendirian suatu Perseroan Terbatas harus

memenuhi syarat-syarat tersebut. Tentang ketentuan ini bukan saja pada saat

pendirian, namun setelah berjalanpun perseroan tidak boleh saham dimiliki oleh

satu orang saja. Hal ini dibuktikan secara tertulis dengan menyusunnya dalam

bentuk Anggaran Dasar dan kemudian dimuat dalam Akta Pendirian yang dibuat

di muka Notaris, dimana setiap pendiri wajib mengambil bagian pada saat

pendirian perseroan.

3. Menjalankan usaha tertentu

Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan, yang sudah

tentu memerlukan modal, yang mana modal perseroan tersebut terbagi dalam

saham. Setiap perseroan harus melakukan suatu usaha tertentu dalam menjalankan

perseroannya tersebut. Kegiatan usaha yang dilakukan tersebut, yaitu dalam

bidang ekonomi (industri, dagang, jasa) yang bertujuan memperoleh keuntungan

dan atau laba. Kegiatan usaha tersebut haruslah mendapatkan izin terlebih dahulu

dari pihak yang berwenang.

Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang

tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban

umum, dan atau kesusilaan.13

13

Pasal 2 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Maka perseroan sebagai suatu badan usaha yang

berbadan hukum tentunya harus mengikuti maksud dan tujuan PT seperti yang

(27)

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham

Setiap perseroan harus memiliki modal dasar, modal dasar tersebut terbagi

dalam saham-saham. Modal dasar dalam bahasa Inggris disebut Authorized Capital. Modal dasar ini adalah harta kekayaan perseroan (badan hukum) yang terpisah dengan harta kekayaan pendiri, organ perusahaan dan juga pemegang

saham.

Modal dasar tersebut yaitu berupa uang yang telah ditentukan berapa besar

jumlahnya. Modal dasar tersebut modal yang dijadikan dasar berdirinya

perseroan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa modal dasar adalah jumlah

modal yang disebutkan berapa besarnya di dalam Akta Pendirian. Jumlah tersebut

adalah jumlah minimum modal dasar perseroan.

5. Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan yang berdiri harus memenuhi persyaratan undang-undang

perseroan dan peraturan pelaksananya. Hal ini menyatakan bahwa UUPT

menganut sistem tertutup (closed system). Semua persyaratan yang tercantum di dalam UUPT tersebut wajib dipenuhi. Persyaratan tersebut mulai dari syarat

pendirian, syarat beroperasi dan syarat berakhirnya. Diantara syarat mutlak yang

wajib dipenuhi oleh pendiri adalah akta pendirian perseroan harus dibuat di muka

Notaris dan harus memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.

B. Eksistensi Hukum Perseroan

Eksistensi Hukum Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut:

(28)

Eksistensi bentuk perusahaan perseroan terbatas dalam sistem hukum

Indonesia semula diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Perseroan

Terbatas yang dahulu disebut Naamloze Venotshcap mula-mula diatur dalam KUHD pada Buku Pertama, Titel Ketiga, yang berjudul Tentang Perseroan

Terbatas. Pasal yang mengatur yaitu hanya 26 pasal, mulai dari Pasal 36-56.

Karena ketentuan yang mengatur tentang PT tersebut terlalu singkat maka

Pasal 1 menegaskan berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam

bidang hukum dagang. Pasal 1 KUHD berbunyi:

“Kitab undang-undang Hukum Perdata berlaku juga bagi hal-hal yang diatur kitab undang-undang ini, sekadar di dalam kitab undang-undang ini tidak diatur secara khusus menyimpang.”

Memperhatikan ketentuan Pasal 1 KUHD dimaksud, KUHD sendiri

merupakan lex specialis (special law) berhadapan dengan KUH Perdata. Kalau begitu pengaturan perseroan dalam KUHD, merupakan lex specialis atau bentuk-bentuk perusahaan Persekutuan (maatschap, partnership) maupun Perkumpulan yang diatur dalam KUH Perdata maupun yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang lain. Jadi hukum perseroan yang diatur dalam KUHD, merupakan

ketentuan perdata khusus yang mengatur hukum perikatan atau perjanjian antara

pihak-pihak yang timbul khusus dari bidang perusahaan Perseroan Terbatas,

sedang hukum perikatan yang diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata, merupakan

aturan hubungan hukum antara perorangan yang satu dengan yang lain dalam

segala bidang usaha sesuai dengan kehendak dan kebutuhannya sendiri.14

14

(29)

Sampai saat ini kelangsungan eksistensi Hukum Perseroan Terbatas sudah

mencapai hampir lebih dari 150 tahun dihitung dari kelahiran KUHD, yakni pada

tahun 1847 dengan Staatsblad 1847-23, sampai diundangkan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Selama masa kolonial Belanda, ketentuan Pasal

36-56 yang mengatur Perseroan Terbatas tidak pernah mengalami perubahan.

Pada saat dilakukan perubahan KUHD dengan Staatsblad 1924-556, tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan dalam pasal-pasal tersebut.

Setelah era kemerdekaan, ketentuan pasal-pasal tersebut pernah

mengalami perubahan yaitu pada tahun 1971 dengan UU No. 20 Tahun 1971

Lembaran Negara No. 20 Tahun 1971. Perubahan yang terjadi pada UU No. 4

Tahun 1971 masih mempertahankan keberadaan hukum perseroan terbatas, berada

dalam lingkup Buku Pertama KUHD. Perubahan yang terjadi tidak terlampau

signifikan karena tidak ada penambahan lebih luas, tetapi hanya mengubah

ketentual Pasal 54 saja. Isi Pasal 54 tersebut dahulunya yaitu menentukan

maksimum suara yang bisa dimiliki oleh pemegang saham hanya 6 (enam) suara

tanpa mempermasalahkan berupa jumlah saham yang dimilikinya, apabila

Perseroan mengeluarkan saham 100 (seratus) saham atau lebih. Dan maksimum

hanya 3 (tiga) suara apabila Perseroan mengeluarkan kurang 100 (seratus) lembar

saham.15

Bertitik tolak dari ketentuan inilah maka diadakan perubahan karena

semula disamakan suara pemegang saham yang memiliki 100 (seratus) lembar

saham dengan yang memiliki 1000 (seribu) lembar saham. Sehingga tidak ada

15

(30)

perbedaan suara walaupun memiliki suara jauh lebih banyak. Akibatnya pada

masa itu, muncul suatu praktik yaitu stroomannen. Stroomannen yaitu pemegang saham yang mempunyai banyak saham menunjuk kaki tangan dengan cara

membagi-bagikan sahamnya kepada beberapa orang yang ditunjuknya, agar

memberi suara yang menghasilkan keputusan RUPS sesuai dengan yang

diinginkan pemegang saham tersebut.

Jadi ketentuan Pasal 54 inilah yang diubah UU No. 4 Tahun 1971. Yang

fundamental dalam perubahan tersebut sebenarnya yaitu pada dasarnya

ditegakkan penerapan satu saham atau satu suara (one share one vote), kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Berdasarkan fakta ini, selama 134 tahun

(1874-1971), Hukum Perseroan yang diatur dalam KUHD hanya mengalami satu

kali perubahan saja.

2. KUHD diganti dengan UU No. 1 Tahun 1995

Perseroan Terbatas adalah perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau

lebih yang berbadan hukum, dulu 1 Mei 1848 diatur di dalam KUHD namun

aturan itu tidak sesuai dengan prinsip ekonomi Indonesia yang berasaskan

demokrasi sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, maka dibentuk peraturan baru

yang dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1995 yang mengatur bahwa sebuah PT

harus didirikan dengan syarat harus memiliki etika yang baik, asas kepatutan, dan

kepantasan.16

16

http://id.svhoong.com/law-and-politics/law/1830667-perseroan-terbatas/ (diakses terakhir kali tanggal 7 Februari 2010)

(31)

Pada tanggal 7 Maret tahun 1995 diterbitkanlah UU No. 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT 1995). Terdiri atas 12 Bab

(I-XII) dan 129 pasal (Pasal 1-129).

Pasal 128 ayat (1) UUPT 1995 menegaskan, Buku Kesatu, Titel Ketiga,

Bagian Ketiga yang terdiri atas Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 KUHD yang

mengatur tentang Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir

dengan UU No. 4 Tahun 1971, dinyatakan tidak berlaku.17

Alasan penggantian menurut konsiderans UUPT 1995

18

1) Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi Peraturan Perseroan Terbatas yang ditentukan dalam KUHD, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara nasional maupun internasional.

, antara lain:

2) Mencipta kesatuan hukum dalam Perseroan yang berbentuk badan hukum (rechtspersoon, legal person, legal entity).

3. UUPT No. 1 Tahun 1995 diganti dengan UUPT No. 40 Tahun 2007

Pada tanggal 16 Agustus 2007 telah diberlakukan Undang-Undang baru

tentang Perseroan Terbatas, yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang ini telah diakomodasikan berbagai

ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa penambahan ketentuan baru,

perbaikan penyempurnaan, maupun mempertahankan ketentuan lama yang dinilai

masih relevan.19

Pada saat undang-undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587),

17

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 24

18

Ibid., h. 24

19

(32)

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.20

Adapun yang menjadi dasar dan alasan penggantian UU No. 1 Tahun 1995

dengan UU No. 40 Tahun 2007

Dalam hal ini sejak berarti sejak

berlakunya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka UU No. 1

Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan tidak berlaku lagi.

UU No. 1 Tahun 1995 diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007 adalah

dikarenakan UU No. 1 Tahun 1995 dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat di masa sekarang. Karena itulah

UU No. 1 Tahun 1995 ini diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007 sebagai UUPT

yang baru.

21

1) Perekonomian nasional harus diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi sesuai dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan kesatuan ekonomi nasional.

, yaitu:

2) Semua prinsip itu, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka lebih meningkatkan perkembangan perekonomian nasional sekaligus memberi landasan yang kokoh bagi dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang.

3) Perlu diadakan undang-undang yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang dapat mendukung terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif. 4) Perseroan Terbatas sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian

nasional, perlu diberi landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan.

Selain daripada itu, perlu diakomodasi tuntutan masyarakat akan layanan

yang cepat, kepastian hukum dan tuntutan pengembangan dunia usaha yang sesuai

dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Semua hal itu menuntut perlunya dilakukan penyempurnaan UUPT 1995.22

20

Pasal 160 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

21

Konsideran Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

22

(33)

Berikut adalah perbedaan PT dalam KUHD, UU No. 1 Tahun 1995 & UU

No. 40 Tahun 200723

No

, yaitu:

HAL KUHD

Undang-undang

No. 1 Tahun

1995

Undang-undang

No. 40 Tahun

2007

1 Definisi PT adalah tiap tiap

persekutuan perdata

yang didirikan untuk

menjalankan suatu

perusahaan tidak

dibawah satu nama

besar.

PT adalah badan

hukum yang didrikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal. Didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham.

2 Tanggung jawab

social dan

lingkungan

Tidak ada ketentuan

tentang tanggung

jawab sosial dan

(34)

lingkungan yang

harus dilakukan oleh

PT. sosial dan lingkungan yang harus dilakukan oleh PT. perusahaan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

3 Kedudukan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pemeriksaan dan pengesahan Perseroan Terbatas

dilakukan oleh para

persero. Rapat Umum Pemegang Saham merupakan organ tertinggi dalam Perseroan Terbatas. Rapat Umum pemegang Saham mempunyai kedudukan yang sama dengan Direksi dan Komisaris dalam Perseroan.

4 Komisaris Dalam KUHD

(35)

ada Kpmosaris merupakan organ Perseroan Terbatas yang bertugas mengawasi pengurus saja. member nasehat kepada Direksi. Komisaris merupakan organ Perseroan Terbatas yang bertugas melakukan pengawasan dan member nasihat kepada Direksi.

5 Perubahan

Anggaran Dasar

Tidak ada ketentuan

tentang perubahan Anggaran Dasar. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas harus mendapat persetujuan Menteri. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang telah dinyatakan Pailit, tidak dapat dilakukan. Kecuali dengan persetujuan Kurator.

6 Struktur

Permodalan

Tidak ada ketentuan

tentang jumlah

modal dasar. Modal

yang ditempatkan

paling sedikit 20 %

(36)

dari modal dasar.

Modal yang disetor

paling sedikit 10 %

dari modal yang

ditempatkan.

(pasal 25 ayat

(1)). Modal yang

ditempatkan

paling sedikit 25

% dari modal

dasar. Modal

yang disetor

paling sedikit 50

% dari modal

yang

ditempatkan.

(pasal 32 ayat

(1)). Modal yang

ditempatkan

paling sedikit 25

% dari modal

dasar. Modal

yang disetor

paling sedikit

100% dari modal

yang

ditempatkan.

7 Jangka waktu

kewenangan

Komisaris

dalam hal

Penambahan

modal

Tidak ada ketentuan

tentang jangka waktu

(RUPS) dapat

menyerahkan

kewenangan kepada

Komisaris dalam hal

penambahan modal. RUPS dapat menyerahkan kepada Dewan Komisaris dalam hal penambahan modal untuk jangka waktu

paling lama 5

tahun. RUPS dapat menyerahkan kepada Dewan Komisaris dalam hal Penambahan modal untuk jangka waktu

paling lama 1

tahun.

8 Ketentuan

Saham tanpa

nilai Nominal

Tidak ada ketentuan

tentang saham tanpa

(37)

dikeluarkan. nilai nominal di dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

9 Tempat

diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pemberitahuan segala keuntungan

atau kerugian dapat

dilakukan dalam

suatu rapat umum,

baik dengan

mengirimkan suatu

daftar untung/ rugi

terhadap tiap persero

(pemegang saham)/

atau membuat daftar

(38)

pemegang saham

menyetujuinya

secara bulat.

10 Permintaan

penyelenggaraan

Rapat Umum

Pemegang

Saham (RUPS)

Para pengurus harus

tiap-tiap tahun sekali

memberitahukan

segala keuntungan

dan juga kerugian

yang diperoleh kepada semua persero. Pemegang saham dapat meminta penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham kepada Direksi atau Komisaris. Dewan Komisaris dapat meminta penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham kepada Direksi.

11 Pengambilan

Keputusan Dalam hal pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara

terbanyak dari pada

pemegang saham. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak

biasa dari jumlah

suara yang Dalam hal pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai. Keputusan

adalah sah jika

disetujui dari ½

bagian dari

(39)

dikelurkan

secara sah.

yang

dikeluarkan.

12 Orang yang

tidak dapat

menjadi

Anggota Direksi

Tidak ada ketentuan

tentang Orang yang

tidak dapat menjadi

Anggota Direksi.

Anggaran Dasar

menentukan bahwa

yang dapat diangkat

menjadi Direksi adalah Warga Negara Indonesia. Orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara

dalam waktu 5

tahun sebelum pengangkatan tidak dapat dijadikan Direksi. Orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara.

13 Dasar pendirian

Perseroan

Terbatas

KUHD tidak

menyebutkan secara

tegas bahwa PT

didirikan

berdasarkan

perjanjian, dan PT

didirikan oleh 2(dua)

orang, sedangkan

(40)

setelah PT disahkan dianut prinsip institusi sehingga pemegang sahamnya dapat menjadi 1(satu) orang(pemegang saham tunggal) perjanjian(Pasal

1 ayat 1). PT

didirikan oleh 2

(dua) orang atau

lebih (Pasal 7

ayat (1)). Undang undang ini secara konsisten mempertahankan komposisi tersebut, dalam

hal setelah PT

disahkan pemegang saham kurang dari 2(dua) orang, dalam waktu paling lama 6(enam) bulan terhitung sejak

keadaan tersebut

pemegang saham

1 ayat 1). PT

didirikan oleh

2(dua) orang

atau lebih(pasal

7 ayat (1)..

Undang undang ini secara konsisten mempertahankan komposisi tersebut, dalam

hal setelah PT

(41)

yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang

lain. Dalam hal

setelah lewat 6

(enam) bulan

pemegang saham

kurang dari 2

(dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian perseroan dan pengadilan negeri dapat membubarkan bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang

lain. –Dalam hal

setelah lewat 6

(enam) bulan

pemegang saham

kurang dari 2

(42)

perseroan atas

permohonan

pihak yang

berkepentingan.

Ketentuan yang

mewajibkan

Perseroan

didirikan oleh 2

(dua) orang atau

lebih, tidak

berlaku bagi

BUMN.

pihak yang

berkepentingan.

Ketentuan yang

mewajibkan

perseroan

didirikan oleh 2

(dua) orang atau

lebih, tidak

berlaku bagi

Persero yang

seluruh

sahamnya

dimiliki oleh

Negara atau

perseroan yang

mengelola bursa

efek, lembaga

kliring dan

penjaminan,

lembaga

penyimpanan

dan

(43)

dan lembaga lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang pasar modal.

14 PT Tertutup dan

PT Terbuka

Dalam KUHD dan

Anggaran Dasar perseroan tidak mengatur. Dalam Undang- Undang ini mengatur walaupun tidak secara tegas

bahwa PT dibagi

atas PT Tertutup

dan PT Terbuka.

Dan untuk PT

Terbuka setelah “nama Perseroan” ditambah singkatan “Tbk”. Dalam Undang-Undang yang baru mengatur walaupun tidak secara tegas

bahwa PT dibagi

atas PT Tertutup

dan PT Terbuka.

Dan untuk PT

Terbuka setelah

“nama

Perseroan”

ditambah

singkatan “Tbk”.

15 Penggunaan

(44)

dapat membentuk

dana cadangan (Pasal

48 KUHD), akan

tetapi KUHD dan

Anggaran Perseroan

tidak menentukan

secara tegas jumlah

minimal penyisihan

laba bersih untuk

cadangan.

Pembagian

keuntungan dibagi

menurut cara yang

ditentukan oleh rapat

Umum Tahunan

pemegang Saham.

Keuntungan yang

dibagikan sebagai

Deviden yang tidak

diambil dalam waktu

5 (lima) tahun

setelah disediakan untuk dibayar, setiap tahun buku, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu

dari laba bersih

untuk cadangan. penyisihan dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang

kurangnya 20 %

dari modal yang

ditempatkan. penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan di putuskan oleh RUPS. baru, setiap tahun buku, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu

dari laba bersih

untuk cadangan. Kewajiban penyisihan berlaku apabila Perseroan mempunyai

saldo laba yang

positif penyisihan dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang

kurangnya 20 %

dari modal yang

ditempatkan.

(45)

menjadi milik

Perseroan.Pembagian

keuntungan dibagi

menurut cara yang

ditentukan oleh Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Setelah lima tahun Deviden

yang tidak di

ambil di masukan ke dalam cadangan yang diperuntukan untuk itu. bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan di putuskan oleh RUPS. Setelah lima tahun Deviden

yang tidak di

ambil di

masukan ke

dalam cadangan

khusus.

16 Penggabungan,

Peleburan , Pengambilalihan dan pemisahan KUHD tidak mengatur. Dalam anggaran

Dasar, tata cara

yangdipakai dalam

praktek berpedoman

kepada:

Surat Bank Indonesia

tanggal 12 desember

(46)

1972 No.

5/04/UUPB.

Surat Keputusan

Menteri Keuangan

tanggal 25 maret

1989 No. 278/

KMK-01/1989.

Undang- UndangNo.

7 tahun 1992 tentang

Perbankan. Peraturan mengenai Pasar Modal. Penggabungan dan Peleburan yang terjadi karena hukum

yang kita kenal

dengan istilah

Juridische fusie

atau Juridical

merger diatur

dalam pasal 107

ayat (2).

Pelaksanaan

lebih lanjut di

atur dalam Peraturan Pemerintah. Tetapi tidak mengatur tentang pemisahan. Pengambilalihan sahan Perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu didahului dengan membuat rancangan pengambilalihan, ttetapi dilakuka langsung melalui perundunga dan kesepakatan oleh

pihak yang aka

(47)

Perseroan yang

diambil alih.

17 Tanggung jawab

pemegang

saham dan

penerobosan

tameng badan

hukm (piercing the corporate veil) KUHD mengatur bahawa pemegang saham tidak bertanggung jawa

untuk lebih daripada

jumlah penuh saham

saham itu (Pasal 40

ayat (2)). KUHD tidak mengatur tentang penerobosan tameng badan hukum. Selain bertanggung jawab pemegang saham yang terbatas sampai dengan nilai jumlah saham

yang telah di

ambilnya ( pasal

3 ayat (1)) juga

penerobosan

tersebut dengan

lasan

sebagaimana

ditentukan dalam

pasal 3 ayat (2).

Selain bertanggung jawab pemegang saham yang terbatas sampai dengan saham

yang telah di

milikinya ( pasal

3 ayat (1)) juga

penerobosan

tersebut dengan

lasan

sebagaimana

ditentukan dalam

pasal 3 ayat (2).

18 Pembubaran dan

likuidasi

Perseroan

Terbatas

Bubar demi hukum

karena perseroan

menderita kerugian

sebesar 75% (

(48)

Di bubarkan oleh

Menteri kehakiman

emi kepentingan

umum dalam hal

pengesahan Perseroa

di gantungkan pada

suatu syarat

( pasal 37 ayat (3))

dan apabila

pengesahan

Perseroan diberikan

dengan tak bersyarat.

Pembubaran oleh

menteri kehakiman

dapat di lakuakan

setelah mendengar

pendapat Mahkamah

Agung.

Dalam KUHD diatur

tiap perseroan yang

dibubarkan harus di

bereskan oleh pengurusnya, kecuali Keputusan RUPS. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir. Penetapan pengadilan. Menteri kehakiaman juga

tidak dapat

(49)

dalam akta telah

diatur suatu tata cara

pemberesan yang

lain (pasal 56).

C. Prinsip Umum Perseroan

Perseroan Terbatas memiliki prinsip umum diatur di dalam UU Untuk

mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat24

24

http://id.wikipedia.org./wiki/Perseroan_Terbatas

, sebagai berikut:

1. Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

2. Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang

Perseroan Terbatas memiliki prinsip umum yang diatur di dalam UUPT

2007. Prinsip-prinsip umum inilah yang menjadi landasan eksistensi perseroan.

Sehingga suatu perseroan dapat melaksanakan kegiatan usahanya. Prinsip-prinsip

umum tersebut, yaitu:

a. Perseroan adalah sebagai badan hukum yang lahir dari proses hukum

Pengertian badan hukum berasal dari Latin yang disebut Corpus atau

(50)

Perseroan Terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum,

dimana badan hukum ini disebut dengan “perseroan”. Istilah perseroan pada

perseroan terbatas menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu

yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham dan istilah terbatas menunjuk pada

batas tanggung jawab para persero atau pemegang saham, yaitu hanya terbatas

pada jumlah nilai nominal dari semua saham-saham yang dimiliki. Bentuk badan

hukum ini, sebagaimana ditetapkan dalam KUHD bernama Naamloze Vennootschap hingga harus disebut dengan Perseroan Terbatas (disingkat PT) tidak dapat ditemukan, namun sebutan Perseroan Terbatas (PT) itu telah menjadi

baku dalam masyarakat.

Perseroan sebagai badan hukum meskipun bukan manusia secara alamiah

namun dapat bertindak sendiri melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang

diperlukan. Karena pemilik modal atau pemilik saham hanya mempunyai

tanggung jawab hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak lebih maka

diperlukan pengurus yang terorganisir guna mewakili perseroan dalam

menjalankan aktivitasnya di dalam lalu lintas hukum baik di luar maupun di

dalam pengadilan dan tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap

perikatan-perikatan yang dibuat oleh perseroan terbatas. Orang mewakili perseroan untuk

bertindak untuk dan atas nama perseroan ini disebut Direksi yang terdiri atas

natural persons. Badan hukum ini berbeda dengan manusia, badan hukum tidak dapat mati, kecuali memang diakhiri keberadaannya oleh hukum atau

(51)

Hal ini berarti bahwa badan usaha yang disebut perseroan terbatas harus

menjadikan dirinya sebagai badan hukum, sebagai subjek hukum yang berdiri

sendiri yang mampu mendukung hak dan kewajiban sebagaimana halnya dengan

orang, yang mempunyai harta kekayaan tersendiri terpisah dari harta kekayaan

para pendirinya, pemegang saham dan para pengurusnya.

Perseroan sebagai badan hukum yang lahir dari proses hukum adalah

bertitik tolak dari Pasal 1 angka 1 UUPT 2007. Perseroan sebagai badan hukum

haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Merupakan persekutuan modal

Modal dasar yang disebut sebagai modal dasar dalam perseroan adalah

modal yang terbagi dalam saham atau sero. Modal tersebut menjadi milik para

pemegang saham sebagai status mereka dengan jalan membayar saham tersebut

kepada perseroan. Besarnya modal dasar dalam pendirian perseroan adalah sesuai

dengan Pasal 31 ayat (1) UUPT 2007 yaitu terdiri atas seluruh nominal saham.

Dan di dalam Pasal 32 ditentukan bahwa modal dasar suatu perseroan haruslah

paling sedikit berjumlah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dan

persekutuan yang terjadi dalam perseroanpun sebenarnya bukan saja hanya

persekutuan modal tetapi juga persekutuan para anggota yang terdiri dari para

pemegang saham. Namun yang lebih menonjol adalah persekutuan modal, yang

diatur di dalam Pasal 1618 KUHPerdata.

2) Didirikan berdasarkan perjanjian

Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa perseroan

(52)

Indonesia. Hal ini dapat lebih mempertegas lagi bahwa suatu perseroan memang

benar-benar harus didirikan berdasarkan perjanjian. Perjanjian yang dimaksud

adalah perjanjian yang diatur di dalam KUHPerdata yaitu perjanjian khusus yang

bernama. Perjanjian ini tentunya harus memenuhi syarat sah suatu perjanjian yang

diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, dan juga yang diatur di dalam UUPT

2007.

Menurut Pasal 7 ayat (2) UUPT yang menyatakan bahwa setiap pendiri

perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan

merupakan wujud pernyataan kehendak dari para pendiri ketika membuat

perjanjian pendirian perseroan terbatas.25

Kegiatan usaha yang biasa dilakukan perseroan adalah dalam bidang

ekonomi, baik dalam bidang industri, perdagangan, maupun jasa yang bertujuan

memperoleh keuntungan/laba.

3) Melakukan kegiatan usaha

Di dalam pasal 2 UUPT 2007 disebutkan bahwa suatu perseroan harus

memiliki maksud dan tujuan serta kegiatan usaha. Dimana maksud dan tujuan

tersebut harus tercantum di Anggaran Dasar Perseroan. Tentang hal ini diatur

dalam pasal 18 KUHPerdata.

26

Kelahiran perseroan sebagai badan hukum (rechtpersoon, legal entity), karena dicipta atau diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process) 4) Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan

pemerintah

25

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002) h. 44

26

(53)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk proses kelahiran atau

berdirinya harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan, yang apabila syarat ada yang belum dipenuhi maka

perseroan tersebut tidak akan mendapatkan pengesahan untuk berstatus badan

hukum oleh Menteri Hukum dan HAM. Tentang pengesahan dari Menteri Hukum

dan HAM ini diatur di dalam pasal 7 ayat (2) UUPT 2007.

b. Klasifikasi Perseroan

Klasifikasi perseroan diatur di dalam Pasal 1 angka 6 dan Pasal 1 angka 7

UUPT 2007. Klasifikasi ini sebenarnya ditinjau dari cara menghimpun modal

perseroan. Maka perseroan diklasifikasikan, yaitu:

1) Perseroan Tertutup

Perseroan tertutup adalah perseroan yang didirikan dengan tidak menjual

saham-saham kepada masyarakat luas, dimana artinya bahwa tidak setiap orang

dapat ikut menanamkan modalnya.27 Biasanya pemegang sahamnya terbatas

hanya pada orang-orang yang saling kenal mengenal atau terbatas diantara yang

masih ada ikatan keluarga. Jadi saham tertutup bagi orang luar. Siapa yang

menjadi pemegang saham sudah dicantumkan di dalam Anggaran Dasar

Perseroan. Perseroan tertutup ini dalam kenyataan praktik dapat juga

diklasifikasikan lagi28

27

C.S.T Kansil & Christie S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun 1995, (Jakarta, PT Midas Surya Grafindo, 1996) h. 33

28

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 38

, yang terdiri atas:

a.) perseroan murni tertutup

Dalam perseroan ini yang boleh menjadi pemegang saham benar-benar terbatas dan mutlak. Hanya teman dan keluarga saja batasan yang dapat memiliki saham.

(54)

Perseroan ini tidak benar-benar tertutup. Saham yang ada dibagi menjadi dua kelompok, yaitu saham yang hanya boleh dimiliki orang atau kelompok tertentu saja yang disebut saham istiwewa dan saham yang boleh dimiliki oleh siapapun.

2) Perseroan Publik

Perseroan publik adalah Perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah

pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.29

Perseroan publik harus memenuhi kriteria30

1) saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham;

sebagai berikut:

2) memiliki modal disetor (gestort kapital, paid up capital) sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah),

3) atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal disetor yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

Dan Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik

harus mematuhi ketentuan31

1) Perseroan yang telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik, wajib mengubah Anggaran Dasar menjadi Perseroan Terbuka (Perseroan Tbk),

, yaitu:

2) Perubahan Anggaran Dasar dimaksud, harus dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut,

3) Selanjutnya, Direksi Perseroan “wajib” mengajukan pertanyaan pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

3) Perseroan Terbuka

Perseroan Terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya

kepada masyarakat melalui pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan

29

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

30

Pasal 1 angka 22 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

31

(55)

kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak

untuk membeli saham perusahaan tersebut.32

Jadi, Perseroan Terbuka adalah suatu Perseroan dimana masyarakat luas

dapat ikut serta menanamkan modalnya dengan cara membeli saham yang

ditawarkan oleh Perseroan Terbuka melalui bursa untuk mengumpulkan modal

untuk investasi. Dewasa ini Perseroan ini disebut Perseroan yang go-public.33

4) Perseroan Grup

Perseroan Terbuka ini diatur di dalam Pasal 1 angka 7 UUPT 2007, yang

berbunyi:

”Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang

melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal.”

Pada masa sekarang ada juga perseroan yang berupa group. Perseroan

tersebut didirikan dengan memanfaatkan prinsip limited liability yaitu prinsip pertanggungjawaban terbatas. Salah satu bentuknya adalah Perseroan Anak yang

didirikan oleh sebuah Perseroan untuk menjalankan bisnis Perseroan Induk.

Sekarang ini kita bisa menjumpai satu Perseroan Grup yang terdiri atas sejumlah

bahkan berates Perseroan sebagai Perseroan Anak. Namun, Perseroan Grup ini

belum ada diatur di dalam UUPT 2007. Walaupun dalam praktik perlu diketahui

apa yang dimaksud dengan Perseroan Grup atau Perseroan Holding.34

c. Personalitas Perseroan

32

http://id.wikipedia.org./wiki/Perseroan_Terbatas

33

M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 41

34

(56)

Subjek hukum yaitu segala yang mendukung hak dan kewajiban. Subjek

hukum itu sendiri terdiri dari manusia dan badan hukum. Dalam hal manusia

sebagai subjek hukum yaitu setiap orang baik laki-laki dan perempuan, baik

dewasa maupun anak-anak memiliki personalitas atau kepribadian (personality or individually). Manusia mempunyai hak hidup yang dilindungi oleh hukum serta berhak memiliki kekayaan di depan hukum.

Perseroan juga adalah sebagai subjek hukum karena Perseroan adalah

badan hukum. Perseroan dapa

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal

Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi Mengenai bentuk badan hukum dari perusahaan penanaman modal asing.. itu sendiri di dalam UUPM juga

Selain dalam rangka pengembangan ekonomi atau pemberdayaan masyarakat, program Kampung Jamur Merang Sukamulya ini juga memiliki tujuan dalam pengurangan emisi yang

Dengan demikian, maka hubungan hukum yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B dengan kelompok usaha ternak MANTRA adalah melalui perjanjian

“ Perseroan Terbatas sebagai badan usaha yang berbentuk badan hukum yang modalnya terdiri dari saham- saham sehingga merupakan persekutuan modal, maka dalam undang-undang ini

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU

Badan Usaha Milik Daerah yang berbentuk Perseroan Terbatas selanjutnya disingkat BUMD PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan