• Tidak ada hasil yang ditemukan

Legal Perspective on Corporate Social Responsibility. Timotheus Lesmana W Yogjakarta, 11 September 2015 Rakor CSR Pertamina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Legal Perspective on Corporate Social Responsibility. Timotheus Lesmana W Yogjakarta, 11 September 2015 Rakor CSR Pertamina"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Legal Perspective on

Corporate Social Responsibility

Timotheus Lesmana W

Yogjakarta, 11 September 2015 Rakor CSR Pertamina

(2)

AGENDA PEMBAHASAN

1.

LATAR BELAKANG

2.

REGULASI DAN STANDARD

3.

KONDISI SAAT INI

4.

KONDISI YANG DIHARAPKAN

5.

IMPLEMENTASI DALAM PENGALAMAN

(3)

1. LATAR BELAKANG

CSR BERSIFAT SUKARELA (VOLUNTARILY)

PENERAPANNYA BEBAS TAFSIR

PENGATURAN – DAYA ATUR, DAYA IKAT, DAYA PAKSA

BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP SUKARELA

SEMULA RESPONSIBILITY LIABILITY

(4)

2. REGULASI DAN STANDARD

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

PASAL 1 ANGKA 3 – DEFINISI

PASAL 74 – TANGGUNG JAWAB SOSLING

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

PASAL 4 – RENCANA KERJA TAHUNAN

(5)

3. KONDISI SAAT INI

CHARITY – FILANTROPI – TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN – CSR

MENJADI SEKTORAL

SIFAT AKTIVITAS BERBASIS PROYEK, SATU ARAH, JANGKA PENDEK, KEMITRAAN TIDAK

TERBANGUN, KURATIF, BERDASAR PERMINTAAN, DAN DAMPAK SULIT TERUKUR

BERBAGAI FORUM MOTIVASI TIDAK SESUAI KONSEP TUMPANG TINDIH KEPENTINGAN

(6)

4. KONDISI YANG DIHARAPKAN

PERKEMBANGAN HUMANISTIK – DUNIA USAHA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

DUKUNGAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENERAPAN PRINSIP ETIKA DAN MORAL

KESEIMBANGAN KESENJANGAN MINIMALISIR

OPTIMALISASI PENGATURAN SECARA JELAS PERAN HUKUM (LAW IS TOOL OF SOCIAL

ENGINEERING) DAPAT BERPERAN PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MASYARAKAT

(7)

5. IMPLEMENTASI DALAM

PENGALAMAN

TRANSFORMASI DARI "COMMUNITY

DEVELOPMENT" MENUJU "CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY" - suatu proses perubahan

manajemen yang dilakukan oleh Asia Pulp and Paper Group melalui penerapan ISO 26000 Guidance on

(8)

6. PENUTUP

"In terms of power and influence you can forget about the

church, forget politics. There is no more powerful institution in society than business... The business of business should not be about money, it should be about responsibility. It should be

about public good, not private greed." Anita Roddick, Business as Usual.

“Companies that are breaking the mold are moving beyond corporate social responsibility to social innovation. These

companies are the vanguard of the new paradigm. They view community needs as opportunities to develop ideas and

demonstrate business technologies, to find and serve new markets, and to solve longstanding business

(9)

6. PENUTUP

TERIMA KASIH

timotheus.lesmana@gmail.com 08557885588

(10)

7. LAMPIRAN

DETAIL REGULASI

timotheus.lesmana@gmail.com 08557885588

(11)

UU PT

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

(“UUPT”)

Pasal 1 angka 3 UUPT

, Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk

berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan

dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan

sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

(12)

UU PT

Pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai

hal-hal berikut ini:

Wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

(13)

UU PT

TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang

tidak melaksanakan kewajiban TJSL akan dikenai

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang terkait.

(14)

PP 47/2012

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”)

• Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum

Pemegang Saham (“RUPS”) sesuai dengan anggaran dasar perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.

• Rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan TJSL.

(15)

PP47/2012

Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat dalam laporan

tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan

kepada RUPS (

Pasal 6 PP 47/2012

).

(16)

UU25/2007

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal(“UU 25/2007”)

Dalam Pasal 15 huruf b UU 25/2007 diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan TJSL. Yang dimaksud dengan TJSL menurutPenjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab yang

melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat setempat.

(17)

UU25/2007

Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing (Pasal 1 angka 4 UU 25/2007).

Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007 juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari TJSL.

(18)

Pasal 16 UU 25/2007

Setiap penanam modal bertanggung jawab:

menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan

usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

menjaga kelestarian lingkungan hidup;

menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

(19)

UU25/2007

Jika penanam modal tidak melakukan kewajibannya untuk

melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal 34 UU 25/2007, penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa:

• peringatan tertulis;

• pembatasan kegiatan usaha;

• pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

• pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat

dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan UU (Pasal 34 ayat (3) UU 25/2007)

(20)

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

(“UU 32/2009”)

Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

a. memberikan informasi yang terkait dengan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan

(21)

CSR & PKBL

Oleh Timotheus Lesmana

(22)
(23)

UU PT

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

(“UUPT”)

Pasal 1 angka 3 UUPT

, Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk

berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan

dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan

sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

(24)

UU PT

Pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal berikut ini:

• Wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.

• Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.

• Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

(25)

UU PT

TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang

tidak melaksanakan kewajiban TJSL akan dikenai

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang terkait.

(26)

PP47/2012

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”)

Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL

dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) sesuai

dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan TJSL.

(27)

PP47/2012

Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat dalam laporan

tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan

kepada RUPS (

Pasal 6 PP 47/2012

).

(28)

UU25/2007

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal(“UU 25/2007”)

Dalam Pasal 15 huruf b UU 25/2007 diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan TJSL. Yang dimaksud dengan TJSL menurut Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab yang

melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat setempat.

(29)

UU25/2007

Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing (Pasal 1 angka 4 UU 25/2007).

Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007 juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari TJSL.

(30)

UU25/2007

Jika penanam modal tidak melakukan kewajibannya untuk

melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal 34 UU 25/2007, penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa:

• peringatan tertulis;

• pembatasan kegiatan usaha;

• pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

• pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat

dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan UU (Pasal 34 ayat (3) UU 25/2007)

(31)

UU32/2009

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU 32/2009”)

Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

• memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

• menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

• menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

(32)

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tahun

2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina

Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.

PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina

(33)

Dalam peraturan ini diatur mengenai kewajiban Perusahaan Perseroan (“Persero”), Perusahaan Umum (“Perum”), dan Perusahaan Perseroan Terbuka (“Persero Terbuka”)

Berdasarkan Pasal 2 Permen BUMN 5/2007, Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecildan Program Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dengan berpedoman

pada Permen BUMN 5/2007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

(34)

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah

program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil

agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan

dana BUMN (

Pasal 1 angka 6 Permen BUMN

5/2007

). Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah

program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh

BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN (

Pasal 1

(35)

UU22/2001

Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi (“UU 22/2001”)

Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana wajib memuat ketentuan-ketentuan pokok yang salah satunya adalah ketentuan mengenai pengembangan

masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat (Pasal 11 ayat (3) huruf p UU 22/2001).

(36)

UU22/2001

Selain itu dalam Pasal 40 ayat (5) UU 22/2001 juga dikatakan bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi (kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir) ikut

bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.

Melihat pada ketentuan-ketentuan di atas, dapat dilihat bahwa memang ada peraturan-peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk membangun masyarakat di sekitar.

(37)
(38)

PKBL

Program Kemitraan = meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri

Program Bina Lingkungan = pemberdayaan kondisi lingkungan

1. Bencana alam

2. Pendidikan dan/atau Pelatihan

3. Kesehatan

4. Sarana/prasarana umum

5. Sarana Ibadah

6. Pelestarian Alam

7. Bantuan sosial

• Melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN • Dicatat sebagai beban BUMN

(39)

PKBL

PKBL disalurkan dengan sistem cluster yaitu diarahkan terhadap kelompok, bukan perseorangan dengan menerapkan tanggung jawab secara renteng di antara kelompok atas dana pinjaman kemitraan yang diberikan

(40)

Perjalanan PKBL

P No.3 Thn 1983, Pasal 2, Perjan, Perum, dan

Persero adalah turut aktif memberikan bimbingan

kegiatan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha

golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi.

Kepmenkeu No. 1232 / KMK.013 / 1989 tanggal 11

Nopember 1989 tentang Pedoman Pembinaan

Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi Melalui

BUMN (

Program Pegelkop

)

(41)

Perjalanan PKBL

Kepmenkeu No. 306 / KMK.013 / 1991 Tanggal 20

Maret 1991, maksimal pembiayaan yang diperlukan

untuk melaksanakan pembinaan sebesar Rp.

500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).

Kepmenkeu No. 316/KMK.016/1994 tanggal 27

Juni 1994, tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil

dan Koperasi Melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian

Laba BUMN, nama program diubah menjadi

(42)

Perjalanan PKBL

UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, komitmen pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil.

PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil

UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN

Kepmen.BUMN No. Kep-236/MBU/2003 juncto

Permen.BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

(43)

Regulasi PKBL Terakhir

No. PER-08/MBU/2013 tanggal 9 September 2013 tentang Perubahan keempat atas Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007

Perubahan alokasi dana PKBL

Pengalokasian dana BUMN Peduli ditiadakan

Program Kemitraan bisa dilakukan kembali

Sektor baru Program Bina Lingkungan yaitu

BantuanSosial Kemasyarakatan dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan

(44)
(45)

Holistic

Consider all

core subjects

Interdependence

Review

connectivity

between issues

(46)

7 Principles:

Accountability

Transparency

Ethical behavior

Respect for

Stakeholder

Interest

Respect for Rule of

Law

Respect for

International

Norms of Behavior

Respect for Human

Rights

7 Core Subjects:

Human Rights

Labour Practices

Environment

Fair Operating

Practices

Consumer Behavior

Community

Involvement and

Development

46

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Pasar Non-Reguler : akan dipilih para pemodal yang ingin membeli atau menjual sekuritas dalam jumlah dan harga yang sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri.. Pasar Tunai :

Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat. Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap

Keputusan investasi merupakan keputusan penanaman modal dalam jangka waktu lama yang berkaitan dengan harapan terhadap hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan di masa

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suhu, semakin besar laju alir udara dan semakin lama waktu oksidasi mengakibatkan semakin besar pengurangan warna..

balita Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu --- X 100. Jumlah seluruh bayi

Waktu Proses bacwash atas 60 detik Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 9 diketahui bahwa untuk menjalankan proses backwash atas terdapat komponen yang dijalankan

Namun, walaupun ada satu hal yang mengesankan dari ide yang baru ini, ada hal lain yang perlu untuk dipercayai yang tentu saja merupakan hal yang benar. Farhan sadar dengan hal ini

Mata pelajaran Bahasa Arab menjadi pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan Al-Irsyad; (3) penanaman nasionalisme keturunan Arab melalui sistem pendidikan