• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Menurut Hukum

2. Dasar Hukum Pidana Islam

24

Al-Hikmah, Alqur‟an Surat Luqman (31) Ayat 13-19, Bandung : Diponegoro.

32

Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah. Fiqh Jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Alquran dan Hadits. Tindak kriminal yang dimaksud, adalah tindakan-tindakan kejahatan yang menggangu ketentraman umum serta tindakan melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari Alquran dan Hadits.25

Hukum Pidana Islam merupakan Syariat Allah SWT yang mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Syariat Islam dimaksud, secara materil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk melaksanakannya.26 Termasuk kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah memelihara dan mengembangkan kemanusiaan seorang anak, orang tua berkewajiban mendidik dan membangun akhlak yang baik terhadap anak sehingga anak tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar Hukum dan norma-norma Agama.

Dalam konteks pengertian ini Hukum Pidana sama dengan Jarimah. Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al Mawardi adalah sebagai berikut :

ٍدَحِج اَه َع ىَل اَعَ ت ُها َرَج َز ٌةيَع رَش ٌت اَر وُظحَم ُمِئا َرَجلَا

ٍري ِزعَت وَأ

25

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h. 1

26 Ibid .

33

Artinya: Jari ah adalah per uata -perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam oleh Allah SWT dengan hukuman

had atau ta’zir. 27

Ditinjau dari segi berat ringannya hukuman, jarimah dibagi dalam tiga bagian antara lain :

a) Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had (huku a ya g telah dite tuka oleh syara’

dan menjadi hak Allah SWT (hak masyarakat)). Jarimah hudud ada tujuh macam yaitu, jarimah zina, jarimah qazdaf, jarimah syurbul khamr, jarimah pencurian, jarimah hirabah, jarimah riddah, dan jarimah Al Bagyu (pemberontak).

b) Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash dan diat. Keduanya adalah huku a ya g sudah dite tuka oleh sya a .

c) Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam hukuman ta'zir

yaitu huku a ya g elu ditetapka sya a , elai ka diserahkan kepada Ulil Amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya.28

Hukuman had dalam arti umum meliputi semua huku a ya g telah dite tuka oleh sya a , aik hal itu merupakan hak Allah SWT maupun hak individu, termasuknya hukuman qishash dan diat. Dalam arti khusus had itu adalah huku a ya g telah dite tuka oleh sya a dan merupakan hak Allah SWT, seperti potong tangan untuk jarimah pencurian dan dera seratus kali untuk jarimah zina.

27

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (jakarta : Sinar Grafika, 2004), h. 1-2.

28 Ibid.

34

Dalam pengertian khusus ini, hukuman qishash dan diat tidak termasuk, karena keduanya merupakan hak individu. Sedangkan pengertian Ta’zir adalah hukuman yang belum dite tuka sya a, dan untuk penetapan serta pelaksanaannya diserahkan kepada Ulil Amri (penguasa) sesuai dengan bidangnya.29

Dasar hukum Islam berasal dari Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang bersifat rinci maupun yang bersifat umum. Sifat dasar hukum itu dikembangkan oleh akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk itu. Demekian landasan Dasar Hukum Islam yang tidak pernah terlepas dari tiga asas umum meliputi 30:

a. Asas Keadilan

Asas keadilan adalah dasar yang penting dan mencakup semua dasar dalam hukum Islam. Allah SWT memerintahkan agar manusia menegakkan keadilan, menjadi saksi yang adil walaupun terhadap diri sendiri, orang tua dan keluarga dekat. Allah berfirman dalam Alquran Surat An-Nisaa ayat :

ىَلَع ْوَلَو ِهلِل َءاَدَهُش ِطْسِقْلاِب َنِماوَ ق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذلا اَه يَأ اَي

ُكَي ْنِإ َنِبَرْ قأاَو ِنْيَدِلاَوْلا ِوَأ ْمُكِسُفْ نَأ

ُلاَف اًرِقَف ْوَأ ايِنَغ ْن

اَمِِِ َ ْوَأ

َ ت اَف

ُوْلَ ت ْنِإَو اوُلِدْعَ ت ْنَأ ىَوَْْا اوُعِبت

َلا نِإَف اوُضِرْعُ ت ْوَأ او

اَِم َناَك

ًرِبَخ َنوُلَمْعَ ت

29 Ibid. 30 Opcit, h. 17.

35

A ti ya : Wahai o a g-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha e getahui segala apa ya g ka u ke jaka .

Berdasarkan ayat tersebut dapat kita pahami bahwa keadilan adalah dasar, yang mendasari proses dan sasaran hukum Islam.31

b. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum adalah dasar yang menyatakan bahwa tidak ada satu perbuatan yang dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan yanga ada dan berlaku pada perbuatan itu. Dasar ini berdasarkan Alquran Surat Al-Is aa ayat :

ِنَم

ُرِزَت اَو اَهْ يَلَع لِضَي اََِإَف لَض ْنَمَو ِهِسْفَ نِل يِدَتْهَ ي اََِإَف ىَدَتْها

اوُسَر َثَعْ بَ ن ََح َنِبىذَعُم انُك اَمَو ىَرْخُأ َرْزِو ٌةَرِزاَو

A ti ya: Ba a gsiapa ya g e uat sesuai de ga hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa

31

36

orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang Rasul .32

c. Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan adalah dasar yang menyertai dasar keadilan dan kepastian hukum. Dalam melaksanakan dasar keadilan dan kepastian hukum, seyogianya dipertimbangkan asas kemanfaatannya, baik kepada yang bersangkutan sendiri maupun kepada kepentingan masyarakat. Sedangkan dalam hukum pidana Islam sendiri mempunyai asas-asas hukum yang mendasari pelaksanaan hukum pidana Islam, diantaranya :

a) Asas Legalitas

Adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada Undang-U da g ya g e gatu ya. Asas i i e dasa ka Al u a Surat Al-Is aa ayat .33

ْنَمَو ِ ِسْفَ ِل يِدَتْهَ ي اَمنِإَف ىَدَتْا ِنَم

ََو اَهْ يَلَع لِضَي اَمنِإَف لَض

ا ُك اَمَو ىَرْخُأ َرْزِو ٌةَرِزاَو ُرِزَت

َوُسَر َثَعْ بَ ن ىتَح َنيِبِذَعُم

A ti ya: Ba a gsiapa ya g e uat sesuai de ga hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa

32

Ibid, h.19. 33

37

orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami e gutus seo a g asul .

b) Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Kepada Orang Lain Menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia baik ataupun jahat pasti akan mendapatkan imbalan yang setimpal. Asas i i te dapat di e agai su at di Al u a salah satu contoh pada Surat Al-Mudatstsir Ayat 38 :

لُك

ٌةَنيِهَر ْتَبَسَك اَِم ٍسْفَ ن

A ti ya : Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah dipe uat ya .34

c) Asas Praduga Tak Bersalah

Adalah asas yang mendasari bahwa seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya itu. Asas ini diambil dari ayat-ayat Alquran yang menjadi sumber asas legalitas dan asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain yang telah disebutkan.35

Sanksi dalam hukum Islam didasarkan atas tiga sistem yaitu hudud, qishash dan ta’zir. Hudud adalah sanksi ya g telah ditetapka oleh Allah “WT Al u a se di i.

Qishash adalah hukuman pembalasan, hukuman qishash bisa dibatalkan dengan syarat pihak keluarga korban memaafkan.

Ta’zir adalah merupakan sanksi yang bentuknya menjadi

34

Ibid. 35

Dokumen terkait