• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : SESAJEN DALAM KERANGKA BUDAYA

D. Dasar Hukum Sesajen

Munculnya sesaji atau sajen dengan uborampe-nya (perlengkapan sesajen) ini bagi orang yang tidak memahami terkadang diartikan negatif dan minor. Padahal asal-muasal sesaji dan uberampe selametan diadakan semata dimaksudkan sebagai bentuk sedekah kepada seluruh kerabat, keluarga, tetangga, juga seluruh makhluk Tuhan.

Proses sedekah dilakukan manakala do‟a syukur dan ucapan terima kasih usai dilakukan, maka sajen dan uborampe-nya (perlengkapan sesajen) akan ditarik untuk dinikmati bersama atau dibagi-bagikan kepada yang berhak. Tentu saja niat dalam hati orang melakukan sedekah dalam konteks ini masih dalam rangka untuk mencipta keselarasan, sinergi, dan harmoni.

Oleh orang Jawa peristiwa menghaturkan do‟a syukur dan terima kasih disertai dengan memberi sedekah berupa sajen lengkap dengan uborampe-nya itu disebut dengan memule leluhur. Biasanya memule leluhur ini oleh orang Jawa diikrarkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Sahabat Nabi, para Wali, tokoh-tokoh masyarakat, dan Danyang Penguasa Teritorial (sungai ,gunung, pertanian, laut).17

Pada dasarnya budaya dan ritual ini tidak terlepas dari nuansa dan muatan kesyirikan. Kesyirikan ini sangat terkait dengan tujuan, maksud atau motifasi dilakukannya ritual sajenan tersebut.

17

Dalam hal ini, lurus berakidah dan bertauhid, serta agama yang toleran

pada sisi amal perbuatan dan pembuatan syari‟at. Lawan dari dua hal ini (agama

yang bertauhid dan toleransi) adalah syirik dan mengharamkan yang halal. Sebagaimana hadits berikut ini:

Artinya: “Sesungguhnya aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dengan agama yang lurus. Namun, kemudian datanglah syaithon dan membolehkan agama mereka, dengan mengharamkan apa yang telah Aku halakan, dan menyuruh mereka untuk mempersekutukan Aku dengan apa yang Aku tidak memberikan kepadanya kekuasaan sedikitpun”.(HR. Ahmad).19

Dalam budaya yang bermuatan syirik tersebut, rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Jika melakukan ritual sajenan ini dengan menyajikan dan mempersembahkan sesajian apapun bentuk bendanya kepada selain kepada Allah SWT, baik benda mati ataupun makhluk hidup dengan tujuan untuk penghormatan dan pengagungan, maka persembahan ini termasuk bentuk taqorrub (ibadah) dan ibadah ini tidak boleh ditujukkan kepada selain Allah. Seperti, untuk roh-roh orang sholeh yang telah wafat, makhluk halus penguasa dan penunggu

18

Al-Hafidz Abi Al-Qosim At-Thabrani, Mu’jam Al-Kabir Lithabrani, (Maktabah al-Ulum

wa Hukum,1983), Juz 17, h. 358, no Hadits 987. 19

Yusuf Al-Qaradhawi, Halal Haram dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005), Cet-2, h. 29.

tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat atau angker, maka perbuatan ini merupakan kesyirikkan dengan derajat syirik akbar yang pelakunya wajib bertaubat dan meninggalkannya karena ia terancam kafir atau murtad. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An‟am ayat 162-163.





































Artinya: “Katakanlah,” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam (Al-An’am: 162). Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintah dan aku orang yang pertama-tama berserah diri (muslim) (Al-An’am: 163). 2. Bila ritual ini dilakukan atas dasar rasa takut kepada roh-roh atau

makhluk-makhluk tersebut terhadap gangguan atau kemarahannya, atau takut bahaya yang akan menimpa karena kuwalat disebabkan menyepelekannya, atau dengan maksud agar bencana yang sedang terjadi segera berhenti atau malapetaka yang dikhawatirkan tidak akan terjadi, atau untuk tujuan agar keberuntungan dan keberhasilan serta kemakmuran segera datang menghampiri, maka dalam hal ini ada dua hal yang harus dikritisi:

- Rasa takut adalah ibadah hati. Setiap ibadah tidak boleh ditujukan kepada selain Allah SWT, karena ibadah adalah hak mutlak Allah SWT semata dan Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 175.























Artinya: “Sesungguhnya mereka itu hanyalah syaithon yang hanya menakut -nakuti teman-teman setianya. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Al-Imran: 175).

- Keyakinan bahwa ada makhluk yang mampu memunculkan marabencana, bahaya, atau malapetaka serta bisa mendatangkan keberuntungan, kemakmuran, dan kesejahteraan maka keyakinan seperti ini merupakan keyakinan syirik, karena meyakini adanya tandingan bagi Allah SWT dalam hak rububiyyah-Nya berupa hak mutlak Allah dalam memberi dan menahan suatu manfaat (kebaikan atau keberuntungan) maupun mudhorot (celaka atau bencana).20 Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 106-107.













































Artinya: “Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya. Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?”. (QS. Yusuf (12): 106-107).

Keyakinan yang menimbulkan syirik seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi dijelaskan dalam sebuah hadits yaitu:

20

Artinya: “Janganlah kamu melakukan perbuatan sebagaimana kaum Yahudi lakukan. Dan janganlah kamu menghalalkan larangan-larangan Allah dengan siasat murahan”. (HR. Abu Daud).22

3. Namun apabila melakukan ritual sajenan ini hanya bertujuan sekedar untuk menghidangkan santapan bagi para roh tersebut dengan anggapan bahwa para roh tersebut akan datang kemudian menyantapnya, maka ini merupakan anggapan yang keliru dari beberapa sisi yaitu:

- Jika meyakini yang datang dan menyantapnya adalah roh-roh orang yang telah mati (seperti roh para leluhur), maka ini bertentangan dengan dalil-dalil hadits yang menjelaskan tentang alam barzakh (kubur) bahwa keadaan para hamba yang dicabut nyawanya ada dua bentuk. Jika ia termasuk hamba yang baik ban beruntung, maka ia mendapat nikmat kubur yang cukup dari Tuhan-Nya sehingga tidak perlu keluar dari kubur untuk mencari nikmat tambahan. Namun, bila ia termasuk hamba yang celaka lagi berdosa, maka siksa kubur yang akan ia dapatkan dari Allah sehingga tidak mungkin baginya untuk bisa lari dari siksa-Nya.

- Apabila meyakini bahwa yang datang dan menyantap sajian tersebut adalah para roh dari kalangan makhluk halus (jin/syaithon), maka

21

Imam Hafidz Sulaiman ibn Al-Sajastaani, Shahih Sunan Abi Daud, (Riyadh: Maktabah

Al-Ma‟arif Linnasyri wa Al-Tauzi‟, 1998), Jilid 2, h. 146.

22

Yusuf Al-Qaradhawi, Halal Haram dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005), Cet-2, h. 39.

perbuatan tersebut merupakan hal yang sia-sia dan mubazir, karena Allah SWT dan Rosul-Nya tidak pernah memerintahkan demikian dan juga karena perbedaan jenis makanan manusia dan jin. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Al-Isro ayat 26-27.

































Artinya: “Dan janganlah engkau berbuat mubazir (Al-Isra: 26). Sesungguhnya orang yang berbuat mubazir adalah saudara-saudara syaithon. (Al-Isra: 27)”.23

Jika ada diantara kita mengatakan bahwa sajian dan santapan yang dihidangkan untuk para roh orang yang telah meninggal benar-benar berkurang atau bahkan habis, maka ini tidak lepas dari dua kemungkinan. Pertama, bisa jadi diambil atau dimakan makhluk yang kasat mata dari kalangan manusia atau hewan. Dan kedua, bisa jadi pula diambil dan dicuri oleh makhluk yang tidak kasat mata dari kalangan jin.

23

32

A. Geografi Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara

Kota Madya Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1950 tentang pembentukan dasar-dasar Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat dan tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkan sebagai lahirnya Kota Madya Bekasi yang cukup pesat, maka berdasarkan PP No. 48 Tahun 1981 dibentuk Kota Administratif Bekasi yang meliputi 4 wilayah kecamatan, yaitu Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Selatan dan Bekasi Utara. Dan berdasarkan UU No. 9 Tahun 1996 tanggal 16 Desember 1996 Kota Administratif Bekasi ditinggalkan statusnya menjadi Kota Madya Bekasi.

Setelah terbentuknya Kota Madya Bekasi (sekarang Kota Bekasi), maka wilayah Administrasi Kabupaten Bekasi menjadi 15 Kecamatan dan 187 Desa dengan wilayah yang semula 148.437 Ha menjadi 127.388 Ha, dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2001 wilayah Kota Madya Bekasi terbagi menjadi 23 Kecamatan.1

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bekasi

Lokasi : 1060 4828 – 1070 2729 BT, dan 600 106 – 60306 LS Suhu rata-rata : 280C – 320C Kelembaban : 80% 1 Google, @-Yahoo.com

Ketinggian : 6- 115 m dpl

Curah Hujan : 1.501 mm/tahun

Hari Hujan : 85 hari

Luas Wilayah : 1.273,88 km2

Jumlah Kecamatan : 23

Jumlah Desa : 187

Jumlah Penduduk : 1.866.791 jiwa

Kepadatan : 1.465 jiwa/km2

Jumlah Keluarga : 457.944.2

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 1981 Kecamatan Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administrasi Bekasi yang meliputi 4 Kecamatan: Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Bekasi Utara. Dari keempat Kecamatan itu terdiri dari 18 Kelurahan dan 8 Desa. Pemekaran itu dilakukan atas tuntutan masyarakat perkotaan yang memerlukan adanya pelayanan khusus. Pembentukan Kota Administrasi Bekasi digelar pada tanggal 20 April 1982 yang dihadiri Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Adapun yang menjabat sebagai Walikota Administrasi Bekasi adalah Drs. Andi R Sukardi hingga 1988, dan digantikan oleh Drs. H. Kailani AR.

Selain itu, perkembangan yang ada telah menunjukkan bahwa Kota Administrasi Bekasi mampu memberikan dukungan penggalian potensi di wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dan untuk mendukung

2

jalannya roda pemerintahan, maka keluarlah UU Nomor 9 Tahun 1996 yang mendukung berubahnya Kota Administrasi Bekasi menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.

Sedangkan wilayah kerja Eks Kota Administrasi Bekasi meliputi Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Timur dan ditambah wilayah kerja Pondok Gede, Jati Asih, Bantar Gebang serta Kecamatan pembantu Jati Sampurna. Kesemuanya itu meliputi 23 Desa dan 27 Kelurahan. Pejabat walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi dijabat oleh Drs. H. Kailani AR selama 1 tahun. Selanjutnya, dijabat secara difinitif oleh Drs. H. Nonon Sonthanie yang terhitung sejak tanggal 23 februari 2003.3

Seiring waktu perjalanan Pemko Bekasi mengalami pemekaran kembali. Itu didukung oleh Perda Pemko Bekasi Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi kecamatan dan kelurahan, maka wilayah Administrasi Kota Bekasi menjadi 12 Kecamatan dan 56 Kelurahan. Semua itu ditempuh untuk meningkatkan pelayanan dan mengayomi masyarakat yang ada di wilayah Administrasi Kota Bekasi. Tak lama kemudian, terbitlah keputusan DPRD Kota Bekasi Nomor 37-174.2/DPRD/2003 tertanggal 22 Februari 2003 tentang penetapan walikota Bekasi dan wakilnya periode 2003-2008. Yang dilanjutkan dengan keputusan Mendagri bernomor: 131.32-113 Tahun 2003 tentang Pengesahan Walikota Bekasi, Jawa Barat. Dan Keputusan Mendagri Surat

3

Keputusan Nomor: 132.32-114 Tahun 2003 tentang Pengesahan Walikota Bekasi, Jawa Barat, H Akhmad HR, S.Sos., yang didampingi oleh Mochtar Mohamad.4

Pada tahun 2010 diadakan lagi sensus penduduk di kota Bekasi dan mencatat 2,3 juta penduduk kota Bekasi dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 3,4%. Dan hasilnya adalah Kecamatan Bekasi Utara menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbanyak, mencapai 304.005 jiwa.5

Adapun gambaran umum Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara dilihat dari hasil data geografis yang diperoleh dari kantor Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara yaitu Desa Samudera Jaya mempunyai luas 752 Ha terdiri dari tanah daratan dan perairan dengan batas wilayah:

Sebelah Utara : berbatasan dengan laut Jawa

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Pantai Setia Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Segera Jaya Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Buni Bakti

Sedangkan letak geografisnya ada pada ketinggian tanah dari permukaan laut 0,55 m, banyaknya curah hujan 1500mm/Hm, topografi dari daratan rendah tinggi pantai –mm/Hm dengan suhu udara rata-rata 26cc.

4Google, @-Yahoo.com 5

Provil Kota Bekasi, http://bataviase.co.id/node/256738. Diakses pada tanggal 19 Januari 2011.

B. Kondisi Demografis Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara

Untuk keadaan atau kondisi demografis yang terdapat di Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara itu sama halnya dengan kondisi demografis yang terdapat pada wilayah-wilayah lainnya. Setiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penduduk, tidak hanya itu pembangunan secara fisikpun meningkat sesuai dengan perkembangan, baik dari segi tingkat ekonomi maupun teknologi.

Data yang diperoleh dari kantor Desa Samudera Jaya sampai 2010 yaitu meningkatnya perkembangan demografis masyarakat Desa Samudera Jaya. Jumlah penduduk mencapai 4.955 jiwa, terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 2.466 jiwa, jumlah perempuan 2.489 jiwa ,dan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.330 jiwa.

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya Bekasi Utara

Dari data yang diperoleh sepanjang tahun 2010 perkembangan jumlah penduduk yang ada di Desa Samudera Jaya mencapai: 4.955 jiwa, dan jumlah kepala keluarga mencapai 1.330 jiwa. Sedangkan kompilasi penduduk berdasarkan mata pencaharian yaitu:

Tabel 3.1

Kompilasi penduduk berdasarkan matapencaharian

No Pekerjaan Jumlah Pekerja

1 Petani 829 orang

2 Buruh tani 122 orang

3 Pertukangan 37 orang

4 Nelayan 133 orang

5 Wiraswasta 463 orang

6 TNI 4 orang

7 PNS 15 orang

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

Dari data demografis yang ada sepanjang tahun 2010 untuk matapencaharian penduduk di Desa Samudera Jaya, maka jumlah petani sebanyak 829 orang yang mendominasi jumlah terbanyak matapencaharian masyarakat Desa Samudera Jaya.

Tabel 3.2

Mutasi penduduk berdasarkan komposisi

Data Jumlah

Lahir 56 orang

Meninggal 5 orang

Datang 74 orang

Pindah 18 orang

Masyarakat di Desa Samudera Jaya Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara ini mayoritas penduduknya dari keturunan Jawa, di mana masih kental dengan adat dan budaya. Misalnya, dalam masalah sesajen yang digunakan pada saat melangsungkan walimatul „ursy. Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk

kehidupan bersama yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan kebudayaan,6 seperti budaya sesajen di Desa Samudera Jaya.

Dalam bidang sosial, masyarakat Desa Samudera Jaya termasuk masyarakat yang masih kompak dalam hal gotong-royong. Karena masyarakat Desa Samudera Jaya menganut sistem kekerabatan bilateral sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya. Kelompok kekerabatan bilateral seseorang ditelusuri melalui garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu. Seluruh kerabat yang berasal dari keturunan yang sama, baik laki-laki maupun perempuan, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sepupu dimasukkan kategori “saudara”

(sedulur).7

1. Bidang Keagamaan

Masyarakat Desa Samudera Jaya adalah pemeluk agama Islam, maka

ada beberapa masjid atau musholah yang dipergunakan sebagai majlis ta‟lim

dari tingkat anak-anak sampai tingkat ibu-ibu. Kehidupan secara agama di Desa Samudera Jaya juga berjalan dengan cukup baik walaupun adanya

6

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet-6, h. 91.

7

tradisi sesajen dalam pelaksanaan walimatul „ursy namun hal itu tidak

menghalangi jalannya peribadatan dan kepercayaan dalam agama Islam. Untuk mendukung pelaksanaan ibadah di Desa Samudera Jaya tersedia tempat-tempat ibadah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Samudera Jaya

No Sarana Peribadatan Jumlah Keterangan 1 Masjid 3 2 Musholla 7 3 Wihara _ 4 Gereja _ 5 Pura _

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

2. Bidang Pendidikan

Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Samudera Jaya memang sangat minim sekali karena hanya tersedia sekolah tingkat PAUD dan SD saja, namun keterbatasan yang sedemikian tidak menghalangi proses jalannya pendidikan yang lain. Karena untuk menjalankan atau meneruskan pendidikan kejenjang SLTP/MTs, SMA/MA, bahkan ke perguruan tinggi bisa keluar dari Desa Samudera Jaya.

Tabel 3.4

Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Samudera Jaya

No Nama Sekolah Jumlah

1 SDN 4 Unit

2 Diniyah 4 Unit

3 PAUD 2 Unit

Sumber Data: Kantor Desa Samudera Jaya Taruma Jaya Bekasi Utara

Jumlah tingkat pendidikan masyarakat Desa Samudera Jaya 1. Lulusan pendidikan umum

TK : 11 orang SDN : 812 orang SMP : 671 orang SMA : 496 orang Akademi (D1-D3) : 120 orang Sarjana (S1-S3) : 38 orang 2. Lulusan pendidikan khusus

Pondok Pesantren : 214 orang

Madrasah : 119 orang

Kursus/keterampilan : 93 orang.8

8

41

A. Proses Penggunaan Sesajen Dalam Walimatul ‘Ursy Pada Masyarakat Desa Samudera Jaya

1. Pengetahuan Sesajen Pada Masyarakat Desa Samudera Jaya

Masyarakat Desa Samudera Jaya mengartikan bahwa sesajen adalah berupa suguhan yang tidak diperbolehkan, karena menyuguhkan terhadap hal yang ghaib dan tidak terlihat secara kasat mata. Tetapi semua itu tergantung pada niat masing-masing orang yang mempercayai dan menggunakannya, kalau sekedar untuk menghargai keberadaan makhluk lain maka hal demikian dibolehkan.1

Sesajen merupakan syarat untuk melengkapi isi pendaringan dan digunakan pada acara-acara tertentu termasuk pada saat walimahan. Tradisi sesajen yang dipercayai oleh masyarakat Desa Samudera Jaya sebenarnya berasal dari Jawa, karena masyarakat yang pertama ada di Desa Samudera Jaya adalah orang Jawa maka dari itu tradisi ini diabadikan dan dijadikan ritual adat pada saat mengadakan acara walimatul „ursy.2

1

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl

15 Februari 2011. 2

Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11 Februari 2011.

Namun dilengkapi lagi pengertian sesajen oleh orang yang biasa bertugas menunggu pendaringan (ngandang beras) pada saat walimatul „ursy,

ibu Rodiah yang memegang peranan penting pada acara walimatul „ursy

mengatakan bahwa sesajen adalah isi sesajian yang terdiri dari nasi tumpeng, nasi putih, nasi kuning, rokok djinggo atau lisong, kue atau jajanan pasar sebanyak tujuh rupa, pisang, dan banyak jenis makanan lain yang disediakan pada waktu-waktu tertentu.3 Dilengkapi lagi makna sesajen oleh ibu Jami yang mempunyai peranan yang sama dengan ibu Rodiah, yaitu sesajen diartikan pemberian suguhan berupa makanan dan minuman kepada orang yang telah meninggal dunia. Kalau zaman dahulu sesajen sering disebut ancak, tetapi sesajen atau ancak sama saja. Makanan dan minuman yang disediakan untuk sesajen tergantung kepada yang disukai orang yang sudah meninggal tersebut.4

Dalam pengetahuan masyarakat Desa Samudera Jaya tentang sesajen menurut bapak Lihan sebagai petua dan sesepuh Desa Samudera Jaya menjelaskan bahwa tidak semua masyarakat Desa Samudera Jaya mengetahui sesajen, terutamanya sesajen yang digunakan pada acara walimatul „ursy.

Karena pada masyarakat Desa Samudera Jaya juga tidak semua berasal dari keturunan Jawa, kalau diklasifikasikan mungkin hampir 65% masyarakat

3

Rodiah, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera

Jaya, tgl 17 Februari 2011. 4

Jami, Penunggu Pendaringan (Ngandang Beras), Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 18 Februari 2011.

Desa Samudera Jaya yang berasal dari keturunan Jawa dan 35% lagi masyarakat dari etnis lain betawi misalnya. Dan untuk masyarakat yang keturunan Jawa sudah pasti semuanya mengetahui tentang tradisi sesajen yang

digunakan pada saat walimatul „ursy. 5

Pengetahuan masyarakat Desa Samudera Jaya tentang sesajen menurut bapak Makmur selaku petua dan paranormal Desa Samudera Jaya juga membenarkan bahwa sekarang ini masyarakat yang berada di Desa Samudera Jaya tidak semua mengetahui, karena tradisi sesajen ini agak sedikit tergeser keberadaannya. Hal tersebut karena sesuai berkembangnya zaman. Jadi, ada generasi mudanya yang menganggap hal semacam itu adalah perbuatan yang mubazir dan hanya membuang-buang biaya saja. Tidak seperti pola fikir orang-orang tua yang masih hidup pada saat ini, orang tua menganggap tidak baik kalau kita tidak menghargai peninggalan tradisi sesajen karena sesajen banyak menjelaskan tentang ajaran-ajaran menghargai sesama makhluk baik yang nampak ataupun tidak nampak. Namun, masyarakat yang menggunakan sesajen tetap saja masih dikategorikan mayoritas.

Tidak hanya mengetahui arti dari sesajen saja, masyarakat Desa Samudera Jaya menjadikan sesajen merupakan sebuah tradisi.6 Menurut bapak Lihan sesajen memang sudah dijadikan tradisi oleh masyarakat Desa

5

Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11

Februari 2011. 6

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 15 Februari 2011.

Samudera Jaya terutama untuk acara walimatul „ursy. Alasannya sangat banyak sekali, diantaranya untuk meminta berkah dan terhindar dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan pada saat walimahan berlangsung.7

Menurut bapak Makmur bahwa sesajen memang benar sudah dijadikan tradisi, walaupun pada kenyataanya sekarang ini ada yang tidak menggunakannya lagi tetapi tetap saja yang menggunakan mempunyai kedudukan terbanyak karena masih banyak orang tua yang tahu tentang tradisi sesajen ini yang masih hidup.8

Hal tersebut dipertegas juga oleh bapak Lihan yang berkedudukan sebagai orang yang benar-benar dituakan oleh masyarakat Desa Samudera Jaya. Orang-orang tua yang masih hidup mewariskan tradisi sesajen walimatul

„ursy kepada anak cucunya atau keturunan-keturunan selanjutnya.9

Bapak Makmur juga mengatakan ada alasannya mengapa sesajen sampai dijadikan tradisi yaitu sejak berdirinya Desa Samudera Jaya penduduk yang ada pada saat itu adalah berasal dari keturunan Jawa, di mana

sebenarnya tidak hanya ketika ada walimatul „ursy saja masyarakat yang ada

di Desa Samudera Jaya menggunakan sesajen tetapi dalam hal lain juga. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan pengetahuan sejarah bapak Makmur tentang masyarakat yang berada di Desa Samudera Jaya. Seperti ketika menempati

7

Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11 Februari 2011.

8

Makmur, Paranormal Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 15 Februari 2011.

9

Lihan, Sesepuh Desa Samudera Jaya, Wawancara Pribadi, Desa Samudera Jaya, tgl 11 Februari 2011.

rumah baru biasanya di dalam rumah itu ditaruh sesajen yang terdiri dari makanan dan minuman yang disukai oleh leluhur yang mereka percayai, tetapi itu hanya ritual kecil tidak seperti perlengkapan sesajen yang digunakan pada

saat walimatul „ursy.

Jadi, alasan yang paling mendasarnya yaitu karena pada saat

mengadakan walimatul „ursy biasanya sama seperti orang yang mengadakan

Dokumen terkait