• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3.2. Dasar-dasar AHP

Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan satu (atau beberapa) di antara beberapa alternatif. Proses pemilihan menjadi penting karena hampir tidak ada sesuatu tanpa keterbatasan sumber. Karena dalam banyak masalah keterbatasan sumber menjadi kendala penting maka perlu diambil sumber alternatif terbaik di antara beberapa alternatif sesuai dengan ketersediaan sumber.

Proses pengambilan keputusan sudah menjadi bagian dari sejarah manusia. Dengan berkembangnya pengetahuan manusia maka mereka semakin bersikap rasional dalam mengambil keputusan. Kemampuan logika, penalaran, dan kemampuan ilmiah manusia telah membantu suatu keputusan lebih dapat diterima orang banyak dan lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena semua unsur-unsur subjektif, irrasional dan emosional telah dihilangkan atau telah dieliminasi seminimal mungkin. Tetapi seiring dengan itu duniapun tidak hanya dihadapi dengan masalah sederhana. Jenis permasalahan telah berkembang menjadi semakin kompleks. Untuk memilih suatu alternatif manusia tidak hanya melihat pada patokan single criteria tetapi juga pada multiple criteria. Dan proses

pemilihan alternatif tersebut kadang tidak lagi menjadi proses individual tetapi sudah menjadi proses pemilihan yang melibatkan banyak pihak.

Selain kenyataan bahwa suatu masalah memiliki banyak kriteria untuk dipertimbangkan, terdapat fakta lain bahwa permasalahan dewasa ini memiliki struktur yang lebih rumit, terkadang sama sekali tidak terstruktur. Untuk sampai pada pemilihan alternatif maka harus melalui proses pengembangan kriteria terlebih dahulu. Sedangkan kriteria-kriteria tersebut didapatkan dari sintesis permasalahan.

Suatu hal lain yang penting dalam proses pengambilan keputusan adalah faktor penilaian (judgement). Bila suatu masalah telah terstruktur dalam suatu hierarki maka untuk memilih suatu alternatif harus dilakukan penilaian atas beberapa alternatif dengan didasarkan pada kriteria yang sudah tersusun dalam hierarki. Penilaian menjadi penting karena dalam kenyataannya suatu masalah dapat sedemikian kompeks sehingga terdapat kriteria yang tidak dapat dinilai secara kuantitatif, tetapi lebih didasarkan secara kualitatif pada subjektifitas dan referensi manusia. AHP memberikan suatu metode agar kedua faktor penilaian tersebut kualitatif dan kuantitatif dapat dijalankan dengan baik.

Skala ukuran panjang seperti meter, temperatur seperti derajat, waktu seperti detik, uang seperti rupiah telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengukur bermacam-macam kejadian yang sifatnya fisik. Namun demikian apakah penggunaan ukuran tersebut juga dapat dilakukan untuk mencerminkan perasaan-perasaan pada bermacam-macam persoalan sosial, ekonomi, dan politik?. Jelas bukan merupakan suatu jawaban yang mudah, hal ini dikarenakan

ruang lingkup permasalahan sangat kompleks dan dengan unsur ketidakpastian yang sangat tinggi.

Variabel-variabel sosial, ekonomi, dan politik tidak jarang sulit diukur seperti mengukur produk berupa rasa aman karena tidak adanya serangan dari negara lain, mengukur kerugian yang diderita masyarakat karena bermacam-macam polusi dan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari proses industrialisasi, bagaimana caranya mengukur dan mengkuantifikasikan suatu kesenangan karena dapat menikmati waktu senggang dan sebagainya.

Di samping itu, sering ditemui tindakan yang dilakukan perusahaan, seringkali memberikan berbagai macam pengaruh pada banyak segi kehidupan. Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana mengatakan suatu tindakan lebih baik dibanding tindakan lain? Kesulitan menjawab pertanyaan ini disebabkan dua alasan utama. Pertama, pengaruh yang terjadi kadang tidak dapat dibandingkan karena satuan ukuran atau bidang yang berbeda. Kedua, pengaruh tersebut kadang sering bentrok, artinya perbaikan pengaruh yang satu hanya dapat dicapai dengan perburukan pengaruh yang lainnya. Alasan-alasan ini akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh. Untuk itu diperlukan suatu skala yang luwes yang disebut prioritas yaitu suatu ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala. Penentuan prioritas inilah yang merupakan unsur penting dan merupakan bagian penting dari penggunaan metode AHP.

3.3. Ergonomi2

2

Istilah ergonomi (ergonomic) berasal dari kata ergo (Yunani lama, yang berarti kerja). Dalam hal ini pengertian yang dipakai cukup luas termasuk faktor lingkungan kerja dan metode kerja. Ergonomi adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yaitu keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi (task), organisasi atau metode kerjanya dan lingkungan sekitar kerjanya (environment). Ergonomi dapat diartikan sebagai hubungan/keterkaitan antara manusia dan lingkungan-nya secara sistematis sehingga dapat tercipta sistem dan lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas kerja, serta dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, mapan dan nyaman. International Labour Organization (ILO) mendefinisikan ergonomi sebagai berikut: Ergonomi ialah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan

Pendekatan ergonomi dalam perancangan stasiun dan/atau fasilitas kerja di industri telah menempatkan rancangan sistem kerja manusia-mesin yang awalnya serba rasional-mekanistik menjadi tampak lebih manusiawi. Disini faktor yang terkait dengan fisik (faal/fisiologi) maupun perilaku (psikologi) manusia baik secara individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sebuah rancangan sistem manusia-mesin dan lingkungan kerja fisik akan dijadikan pertimbangan utama. Persoalan perancangan tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya juga akan terus terarah pada segala upaya untuk mengimplementasikan konsep

maupun proses dengan mengkaitkan faktor manusia didalamnya. Pendekatan ergonomi yang dilakukan dalam perancangan sistem produksi di lantai produksi akan mampu menghasilkan sebuah rancangan sistem manusia-mesin yang sesuai dengan ekspektasi manusia pekerja atau tanpa menyebabkan beban kerja yang melebihi ambang batas (fisik maupun psikologis) manusia untuk menahannya. Dalam hal ini akan diaplikasikan segala macam informasi yang berkaitan dengan faktor manusia (kekuatan, kelemahan/keterbatasan) dalam perancangan sistem kerja yang meliputi perancangan produk (man-made objects), mesin & fasilitas kerja dan/atau lingkungan kerja fisik yang lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Rekayasa manusia (human engineering) yang dilakukan terhadap sistem kerja tersebut diharapkan akan mampu (a) memperbaiki performans kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, ketelitian, keselamatan, kenyamanan dan mengurangi penggunaan enersi kerja yang berlebihan dan mengurangi kelelahan (b) mengurangi waktu yang terbuang sia-sia untuk pelatihan dan meminimalkan kerusakan fasilitas kerja karena human errors; dan (c) meningkatkan “functional effectiveness” dan produktivitas kerja manusia dengan memperhatikan karakteristik manusia dalam desain sistem kerja (Suyatno, 1985; Wignjosoebroto, 2001).

3.3.1. Standard Nordic Quetionnaire (SNQ)3

3

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mualai dari Tidak Sakit (TS), agak sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Gambar 3.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) KETERANGAN

NO JENIS KELUHAN

1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri

Dokumen terkait