• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN PUBLIK

Dalam dokumen BAB I (Halaman 57-97)

Penyediaan barang publik memiliki tujuannya dalam menciptakan penggunaan sumber daya secara efisien, menambah penapatan, dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pada segmentasi yang berbeda. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD dan

BUMN akan memberikan tariff pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk retribusi, pajak dan pembebanan tarif jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik.

Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan kepada mengingat terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat, dikarenakan adanya kesulitan dalam menentukan batasan antara kedua barang tersebut. Adanya pebebanan secara langsung dalam penggunaan barang/jasa publik, dan kecendrungan membebankan tariff pelayanan langsung daripada membebankannya

pada pajak yang dibayarkan secara berkala. Kesulitan berikutnya adalah terdpa tanggapan bahwa dlam suatu siste ekonomi campuran, barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta da barang publik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibayai oleh pajak.

Dalam strategi harga terdapat beberapa alternatif untuk menentukan harga yaitu:

1) Two-part tariffs : banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan two-part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi

biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.

2) Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).

3) Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan public untuk membayar.

4) Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence fee.

Penentuan tarif ini juga harus mempertimbangkan opportunity cost untuk staf,perlengkapan, opportunity cost of capital, accounting price, untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to siciety (opportunity cost). Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik.

Digunakan marginal cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.

Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga merujuk pada standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagi bentuk perbandingan pelayanan yang dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menekankan pada pengelolanan sektor publik yang memiliki paradigma Value for Money yang

merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu: Ekonomi, Efesiensi, dan Efektivitas.

Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimium dengan input yang tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu dan efisiensi merupakan

perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Efisiensi/tepat sasaran).

Dalam penentuan standar pelayanan minimum, sebagai feed-back pelayanan kepada masyarakat maka organisasi sektor public harus memperhatikan stakeholder sebagai orang yang berkentingan dengan keberadaanperusahaan karenanya keterlibatan stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar pelayanan minimum sangat urgen seperti, masyarakat umum, akademisi dan para konsultan dan pihak yang konsen dalam sektor publik.

SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT : SEBUAH PERBANDINGAN ANTARA SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS

Reward dan punishment merupakan bentuk metode dalam memotivasi tim (karyawan) untuk meningkatkan kinerja dan prestasinya. Reward sendiri artinya adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Perusahaan memberikan Reward sebagai bentuk Recognition (pengakuan) yang dipublikasikan untuk memacu tim yang lainnya. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah

satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa menstimulus tim untuk melakukan suatu perbuatan yang positif secara berulang-ulang.

Selain motivasi, reward juga bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapai. Terdapat tiga bentuk reward yang dapat diberikan kepada individu dalam sebuah organisasi, yang disebut sebagai the reward triangel yaitu

1. Direct financial reward, seperti peningkatan gaji, bonus, komisi, contest,

insensif dan lainnya.

2. Career advancement, sepertiteritori yang luas, pelanggan ukuran besar,

promosi jabatan dan lainnya.

3. Recognition, sertifikasi penghargaan pencapaian prestasi, recognition dinner, bingkisan, tropi, berita di media organisasi dan keanggotaan pada kelompok khusus.

Bentuk dan metode reward , beberapa metode dapat membantu menejemen didalam mendesain perencanaan reward yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Namun dalam membangun sebuah program reward bukanlah bersifat keilmuan tetapi diperlukan seni dari seorang manajer dalam upaya mencapai tujuan dan target yang di harapkan.

Beberapa bentuk metode reward yang biasa digunakan dalam salary, commission, incentivepayment, salescontest, personal benefit. Masing masing dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan didalam organisasi.

Reward yang disebut positive incentive adalah outcome yng meningkatkan kepuasan dari kebutuhan individu (Anthony dan Govindarajan, 2007 : 513). Reward ini dapat berupa pembayaran dalam bentuk moneter, nonmoneter, dan psikologi yang diberikan oleh organisasi untuk karyawannya.

Punishment yang disebut negative incentive adalah outcome yang menurunkan kepuasan dari kebutuhan individu (Anthony dan Govindarajan, 2007 : 513). Punishment juga dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk karyawannya agar mencapai tujuan organisasi dengan cara membentuk perilaku tertentu. Punishment

merupakan cara efektif dan memiliki metode kompleks untuk suppressing atau mengeliminasi perilaku tetapi punishment ini tidak direkomendasikan pengaplikasiannya.

 Teori pengharapan (expectancy teory)

Teori pengharapan (expectancy teory) terdapat motivasi yng mempunyai 3 unsur (Gudono, 2009 : 61) yaitu :

a. Harapan mengenai hubungan antara usaha dan kinerja, penambahan usaha akan meningkatkan kinerja. (unsure expectancy)

b. Persepsi hubungan antara kinerja dan hasil, dan kinerja dan hasil, dan kinerja yang baik akan memunculkan hadiah atau outcome atu reward. (unsure instrumentality)

c. Nilai daya tarik hadiah (reward ) tersebut bagi seseorang. (unsure valence)

Motivasi individu paling lemah saat individu tersebut mempercayai diberikan karena pencapaian yang ditargetkan bagi diri sendiri terlalu sulit.

Hasil Kerja Reward

 Teori penguatan

Dalam teori penguatan, perilaku tertentu (behavior shaping) dibentukn melalui penentuan konsekuensi tindakan yang diatur sesuai dengan tujuan

organisasi. Ada 4 konsekuensi tindakan (Gudono, 2009 : 66 – 67), adalah sebagai berikut :

a. Positive reinforcement yaitu bersifat memperkuat perilaku, dimana dilakukan dengan menimbulkan konsekuensi yang disukai pelaku.

b. Negative reinforcement yaitu bersifat memperkuat perilaku dengan cara menarik (menghilangkan) sesuatu yang bersifat tidak nyaman bagi pelaku.

c. Hukuman (punishment) yaitu bersifat melemahkan perilaku tertentu, dimana dilakukan dengan memberikan konsekuensi yang tidak nyaman bagi perilaku. d. Extinction yaitu bersifat melemahkan perilaku tertentu, dimana dilakukan dengan cara “mengabaikan” tindakan pelaku sehingga dia tidak mengulanginnya lagi.

Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent (Anthony dan Govindarajan 2007 : 530). Principal memperkerjakan agent untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal, namun prinsipal dan agent mempunyai perbedaan preferensi dan tujuan.

Dalam perusahaan (organisasi sektor bisnis) pemegang saham dan atasan bertindak sebagai principal, sedangkan CEO dan bawahan bertindak sebagai agent mereka.

B. Konsep dan aplikasi system reward dan punishment di sektor publik.

Reward dan punishment merupakan salah satu system kompensasi dan insentif yang baik untuk memotivasi agent agar bekerja atas kepentingan terbaik principal.

Perbedaan karakteristik organisasi sektor public dengan bisnis dalam hal tujuan organisasi, sifat output, hubungan antara input dan output, operasi berdasarkan market forces, dan hubungan dengan kepuasan pelanggan menyebabkan adanya perbedaan dalam system pengukuran kinerja. 2. Perbedaan system pengukuran kinerja.

Perbedaan dalam karakteristik organisasi antara organisasi sektor public dan bisnis menyebabkan adanya perbedaan system pengukuran kinerja di antara kedua organisasi tersebut. Perbedaan itu tampak dari informasi

yang digunakan sebagai alat pengendalian dan tolak ukur kinerja.Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dipakai dan dikembangkan di berbagai organisasi organisasi adalah balanced scorecard (BSC) yang dibuat untuk organisasi sektor bisnis. Empat perspektif indikator keberhasilan untuk adaptasi metedologi BSC (Gordon Roberton 2002 dalam Mahsun 2003 : 3-4) sebagai berikut :

a. Perspektif stakeholders dan financial. b. Perspektif pelanggan.

c. Perspektif proses internal.

d. Perspektif inovasi dan pembelajaran. 3. Perbedaan indikator kinerja

Tujuan dan indikator kinerja yang digunakan dlam BSC organisasi sektor bisnis, dalam Hansen dan Mowen (2009 : 372, 373, 378, 379), adalah sebagai berikut.

Perspektif ini mempunyai tujuan kinerja seperti pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya, dan penggunaan asset.

b. Perspektif pelanggan.

Perspektif ini bertujuan untuk peningkatan pangsa pasar, peningkatan retensi pelanggan, peningkatan akuisisi pelanggan, peningkatan kepuasan pelanggan, dan peningkatan profitabilitas pelanggan.

Perspektif ini mempunyai indikator kinerja seperti peningkatan jumlah produk, peningkatan produk yang dimiliki, penurunan waktu pengembangan produk baru, peningkatan kualitas proses, peningkatan efisiensi proses, penurunan waktu pemrosesan, peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan efisiensi pelayanan, dan penurunan waktu pelayanan.

Perspektif ini mempunyai indikator kinerja seperti peningkatan kualitas karyawan, peningkatan motivasi dan pelibatan, dan peningkatan system informasi.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam sektor publik mempunyai suatu dampak yang penting pada konsumen dan perilaku. Harga juga mempunyai kemampuan untuk mencapai sejumlah pencapaian lain.termasuk dalam penggunaan sumber daya efisien, peningkatan pendapatan dan pemerataan pendpatan. Sering kali,harga diatur dlam cara-cara yang bertentangan dengan sasaran hasil kebijakan publik, akan tetapi

sering kali juga hal ini merupakan hasil suatu pemahaman yang kurang mengenai peran harga dan keberadaan alternative mekanisme penetapan harga.

Ketika menentukan harga untuk suatu fasilitas yang ada, adalah hal yang penting untuk memahami bahwa ada banyak pilihan dalam penetapan harga dan tidak ada suatu metode tunggal yang benar untuk tiap-tiap situasi. Pemamfaatan sumber daya efisien tergantung pada penetapan biaya marginal, walaupun untuk kebanyakan barang publik, hal ini mengarah pada pendapatan jangka pendek.

Memang disadari bahwa penetapan harga pada barang publik di tunjukan untuk mengganti biaya penyediaan barang tersebut. Namun, juga harus di ingat bahwa penyediaan barang publik pada awalnya memiliki tujuan tertentu. Tidak seperti barang swasta yang secara pasti bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin. Penyediaan barang publik lebih mengarah pada pencapaian kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan-tujuannya bisa berupa peningkatan pendapatan, pemerataan, ataupun mewujudkan eksternalitas positif dari penyediaanya.

Reward dan punishment merupakan salah satu system kompensasi dan insentif yang baik untuk memotivasi agar bekerja atas kepentingan terbaik principal. Perbedaan jumlah reward, yang mungkin diikuti jumlah punishment yang diterima pekerja diorganisasi sector public dan bisnis terlihat dari perbedaan penawaran gaji pekerja sector public. Reward diterima pekerjaan sector public, kejelasan pengukuran dan budaya organisasi akan mempengaruhi perbedaan reward yang diberikan.

Adapun saran dari pembahasan dalam makalah ini adalah :

1. Diharapkan penyusunan dari manajemen pelayanan sector public dan sector swasta & reward dan punishment : sebagai perbandingan system sector public dan swasta dapat teralokasikan dengan baik.

2. Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak yang harus diperbaiki agar bisa terus memajukan kesejahteraan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Barata, Atep Adya.2003.Dasar-dasar Pelayanan Prima.Jakarta: Gramedia. Mardiasmo.2009.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Savas, F. S. 1987. Privatization- The Key to Better Government. Chatman House Publisher

Inc. Chatman: New Jarsey.

Keputusan MENPAN Nomor 63/KEP/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

Oxford Advance Learner’s Dictionary Of Current English.2000.Edisi ke-6. Oxford University Press: Inggris.

Stewart, John., dan Stewart ranson. 1998. “Management in the Publik Domain”. Publik

Money and Management, Vol. 89, Musim Panas.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Dalam dokumen BAB I (Halaman 57-97)

Dokumen terkait