• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR TEORI

Dalam dokumen Percobaan karbohidrat lipid asam amino d (Halaman 19-38)

2.1 Definisi Lipid

Lipid mengacu pada golongan senywa hidrokarbon alifatik non polar da hidrofobik. Karena non polar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter ataupun kloroform. Fungsi biologis lipid untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel dan sebagai senyawa pensinyalan molekul.

Lipid adalah senyawa organik yang dieroleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid berasal dari dua jenis sub satuan atau blok bangunan yang terdiri dari gugus ketoasil dan gugus isoprena.

2.2 Struktur Kimia Lipid

Unsur penyusun lemak antara lain adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), kadang juga terdiri dari fosforus (P) serta nitrogen (N). Molekul lemak terdiri dari empat bagian, yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon (H) dan gugus karboksil (-COOH). Molekul gliserol memiliki tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil berinteraksi dengan gugus karboksil asam lemak.

(Rusidiana, 2011)

2.3 Sifat Umum Lipida

Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut : a. Tidak dapat larut dalam air.

b. Larut dalam pelarut organik seperti benzen, eter, aseton, kloroform dan karbontetraklorida.

c. Mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor.

d. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lemak.

e. Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.

(Budimarwanti, C.2006) 2.4 Pembagian Lipida

Berdasarkan ikatan kimianya, asam lemak dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Asam Lemak Jenuh

Bersifat non esensial karena dapat disintesis oleh tubuh dan pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar. Asam lemak jenuh berasal dari lemak hewani, misalnya mentega. Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.

b. Asam Lemak Tidak Jenuh

Bersifat esensial, karena tidak dapat disintesis oleh tubuh dan ummnya berwujud cair pada suhu kamar. Asam lemak tidak jenuh berasal dari lemak nabati, misalnya minyak goreng.

Pembagian lipid berdasarkan hasil hidrolisis dan persamaan strukturnya digolongkan sebagai berikut :

a. Lipid Sederhana

Kelompok ini dikenal sebagai homopolid yaitu ester yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Jika dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan etanol, penggolongannnya meliputi :

1) Lemak, ester lemak dan gliserol.

2) Lilin, yaitu ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul tinggi.

b. Lipid Majemuk/Kompleks

Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan rantai alkohol yang mengikat gugus lain seperti :

1) Fosfolipid, lipid yang mengandung residu asam fosfat. 2) Glikolipid, lipid yang mengandung karbohidrat. 3) Lipoprotein, lipid yang mengandung protein.

Kelompok ini mecakup zat yang berasal dari lipid sederhana dan senyawa hidrolisis. Yang termasuk derivat lipid adalah asam lemak, alkaloid, monogliserida dan digliserida, steroid, terpen, karotenoid dan lain-lain.

(Stryer, L. 2000)

2.5 Fungsi Lipida

Banyaknya lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia berbeda-beda, tetapi umunya berkisar antara 0,5-1 g lemak per 1 kg berat badan per hari. Didalam tubuh, lemak mempunyai fungsi penting, diantaranya :

a. Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah. b. Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K.

c. Sebagai pelindung alat tubuh vital (jantung dan lambung), yaitu sebagai bantalan lemak.

d. Sebagai penghasil energi tertinggi

e. Penahan rasa lapar, karena adanya lemak akan memperlambat pencernaan. f. Sebagai salah satu bahan penyusun membran sel.

g. Sebagai salah satu bahan penyusun hormon dan vitamin.

h. Sebagai salah satu bahan penyusun empedu, asam kholat dan hormon-hormon dalam tubuh.

(Ngili, Yohanis. 2009)

Pencernaan lemak terjadi di dalam usus dengan bantuan enzim lipase. Lemak keluar dari lambung masuk ke dalam usus sehingga merangsang hormon kolesistokinin. Hormon ini menyebabkan kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum. Empedu mengandung garam empedu yang dapat mengemulsikan lemak. Emulsi lemak merupakan pemecahan lemak yang berukuran besar menjadi butiran lemak yang lebih kecil. Lemak yang lebih kecil (trigliserida) yang teremulsi memudahkan hidrolisis oleh lipase yang dihasilkan pankreas. Lipase pangkreas akan menghidrolisis lemak teremulsi menjadi campuran asam lemak dan monogliserida. Penyelesaian cairan pangkreas dirancang oleh hormon sekretin yang berperan untuk meningkatkan jumlah elektrolit dari cairan pangkreas serta pankreoenzim yang berperan untuk merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pangkreas.

III. Prosedur Percobaan 3.1 Alat dan Bahan

a. Alat :

 Tabung reaksi  Kertas saring  Pipet tetes  Gelas ukur

 Rak tabung reaksi b. Bahan :

 Asam-asam lemak (butirat, stearat dan asam oleat)  Lemak dan minyak (butter, margarin, olive)  Fosfolipida

 Kolesterol

 Pelarut (aseton, alkohol dan eter)  Minyak parafin

 Minyak kelapa  HCl encer  Soda

3.2 Skema Kerja

a) Daya Kelarutan Lipida

dimasukkan dalam tabung reaksi

(+) 1 atau 2 tetes minyak kelapa

dikocok

dicampurkan pada air dan pelarut

dicatat perbedaan gugus utam lipida

(+) 1 tetes larutan lipida pada kertas saring

dibiarkan kering

diamati pembentukan noda lemak jernih

dimasukkan dalam tabung reaksi

(+) 1 mL air

(+) sampel lipida

dilarutkan dalam 10 mL aseton, etanol dan eter

b) Emulsi dari Lemak

dimasukkan dalam 4 tabung reaksi

(+) 1 tetes minyak parafin + 1 tetes HCl encer pada tabung reaksi 1

(+) 1 tetes minyak kelapa + 1 tetes HCl encer pada tabung reaksi 2

(+) 1 tetes minyak parafin + 1 tetes soda pada tabung 3 mL alkohol dan eter,

3 tetes eter

HASIL

Larutan lipida dan asam lemak

HASIL

Larutan lipida dan asam lemak

HASIL

reaksi 4

diamati emulsi yang terjadi

IV. Hasil

4.1 Daya Kelarutan Lipida

c. Pembentukan Noda Lemak Jernih

Aseton Alkohol Eter Air

Butirat Tidak ada noda Tidak ada noda Tidak ada noda Tidak ada noda Stearat Tidak ada

noda

Ada noda Tidak ada noda

Tidak ada noda Asam Oleat Tidak ada

noda

Ada noda Ada noda Ada noda Margarin Tidak ada

noda

Tidak ada noda

Ada noda Tidak ada noda

Olive Ada noda Ada noda Ada noda Ada noda

d. Kelarutan Lipida

Perlakuan Hasil Pengamatan

0,5 mL air + margarin + 5 mL aseton

Margarin terapung/terangkat ke bagian atas larutan (tidak terlarut) 0,5 mL air + margarin + 5 mL

alkohol

Margarin mengendap di bagian bawah larutan (tidak terlarut) 0,5 mL air + margarin + 5 mL

eter

Margarin, eter dan air terlarut menjadi satu, larutan berwarna kuning pekat.

4.2 Emulsi dari Lemak

Perlakuan Hasil Pengamatan

5 mL air + 1 tetes minyak parafin + 1 tetes HCl encer

Emulsi yang terjadi membentuk larutan jernih

+ 1 tetes HCl encer larutan keruh 5 mL air + 1 tetes minyak

parafin + 1 tetes soda

Emulsi yang terjadi membentuk larutan jernih

5 mL air + 1 tetes minyak kelapa + 1 tetes soda

Emulsi yang terjadi membentuk larutan keruh

V. Pembahasan

5.1 Daya Kelarutan Lipida

Lipid merupakan golongan senyawa hidrokarbon alifatik non polar dari hidrofobik karena bersifat non polar, lipid ridak dapat larut dalam pelarut polar seperti air, namun dapat larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter, kloroform dan benzena.

a. Pembentukan Noda Lemak jernih

Pada uji pembentukan noda lemak jernih, larutan lipida yang digunakan adalah margarin dan olive oil, untuk asam-asam lemak yang digunakan adalah (butirat, stearat dan asam oleat), sedangkan untuk pelarutnya adalah aseton, alkohol, eter dan air.

Pada pelarut aseton, larutan lipida dan asam-asam lemak, yang membentuk noda lemak jernih pada kertas saring hanyalah pada larutan olive oil. Pada pelarut alkohol, yang membentuk noda lemak jernih adalah stearat, asam oleat dan olive oil. Pada pelarut eter, yang membentuk noda lemak jernih adalah asam oleat, margarin dan olive oil. Pada pelarut air, ternyata pada beberapa larutan lemak juga menimbulkan noda lemak jernih yaitu pada larutan asam oleat dan olive oil.

Jika kita lihat hasil pengamatan diatas, hasilnya cenderung tidak stabil. Pada pelarut aseton, alkohol dan eter seharusnya larutan lipida dan asam-asam lemak dapat membentuk noda lemak jernih. Namun pada praktikum yang dilakukan, hanya sedikit yang menimbulkan noda lemak jernih pada kertas saring. Sedangkan pada pelarut air

yang seharusnya tidak menimbulkan noda lemak jernih pada larutan lipida dan asam lemak. Namun ternyata pada asam oleat dan olive oil tetap terdapat noda lemak jernih pada kertas saring.

Perbedaan hasil praktikum dengan literatur ini mungkin disebabkan pada saat praktikum, jumlah zat yang digunakan sangat sedikit sekali yaitu hanya 1 tetes, sehingga hasil yang didapar kurang akurat. Hal ini juga bisa saja disebabkan oleh alat-alat praktikum yang digunakan praktikan kurang setril sehingga menimbulkan hasil yang berbeda dari pada yang seharusnya.

b. Kelarutan Lipida

Pada uji kelarutan lipida ini, lemak yang digunakan adalah margarin yang dicampurkan dengan air dan pelarut aseton, alkohol dan eter. Pada tabung I yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL aseton, setelah dihomogenkan margarin terapung atau terangkat ke bagian atas larutan, hal ini menandakan bahwa lipida tidak dapat terlarut, dengan warna larutan menjadi keruh. Pada tabung II yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL alkohol, setelah dihomogenkan margarin mengendap di bagian bawah larutan dengan warna larutan bening. Sedangkan pada tabung ke III yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL eter, larutan homogen sepenuhnya dengan warna larutan kuning pekat.

Ketidak larutan asam-asam lemak pada pelarut aseton dan alkohol mungkin dikarenakan adanya campuran air yang terkandung dalam larutan tersebut, sehingga menghambat asam-asam lemak tersebut untuk dapat melarut dalam pelarut aseton dan alkohol.

5.2 Emulsi dari Lemak

zat pengemulsi yang disebut emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerjanya disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapar terikat baik pada minyak maupun air. Emulgator akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.

(Stryer, L. 2000) Pada tabung I yang berisi campuran 5 mL air, 1 tetes minyak parafin dan 1 tetes HCl encer, tidak terbentuk emulsi dengan warna larutan bening. Pada tabung II yang berisi campuran 5 mL air, 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes HCl encer, terjadi emulsi dengan warna larutan keruh dan timbul gelembung-gelembung. Pada tabung III yang berisi 5 mL air, 1 tetes minyak parafin dan 1 tetes soda tidak terjadi emulsi dengan warna larutan bening. Pada tabung IV yang berisi 5 mL air, 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes soda terjadi emulsi dengan warna larutan berubah menjadi keruh dan timbul gelembung-gelembung.

VI. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Lipid merupakan golongan senyawa hidrokarbon alifatik non polar dan hidrofobik, karena itu lipid tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi dapat larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter ataupun kloroform.

2. Zat emulgator berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara dua fase cairan. Emulgator akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

A. L. Lehninger., e. a. (1997). Principles of Biochemistry. Jakarta: Penerbit Erlangga. Budimarwanti, C. (2006). Analisis Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks.

http://www.staff.UNY.ac.id. Diakses pada 4 Oktober 2014, pukul 10:25 . Girindia, A. (1986). Biokimia I. Jakarta: Gramedia.

Ngili, Y. (2009). Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rusdiana. (2011). Metabolisme Asam Lemak. http://www.USU.digital_library.ac.id. Diakses pada 4 Oktober 2014, Pukul 11:17.

PROTEIN DAN ASAM AMINO

HARI : Senin

TANGGAL : 13 Oktober 2014

I. TUJUAN PERCOBAAN

 Untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalam pelarut-pelarut yang berbeda

 Untuk mengidentifikasi asam amino

 Untuk mengidentifikasi asam amino yang mengandung gugus fenolik (tirosin).

II. DASAR TEORI

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon dari posisi gugus –COOH.

(Poedjiadi, 1994 ). Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan klorofil sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan asam amina. Asam karboksilat aliafatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.

( Mhd Zakir,2011 : 112 ) Kata protein berasal dari protos atau proteos yang pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. oleh

karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.

Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang tesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan seberapa banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita, bertugas mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan.

Selain itu juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki", misalnya keratin di rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur di dalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot kita seperti actin, myosin, titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat protein yang bernama rhodopsin, yaitu protein di dalam sel retina mata kita yang merubah photon cahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak. Masih banyak lagi fungsi protein seperti hormon, antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dll.

( Sherrington,1992 : 87 ) Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudah dipengatuhi oleh suhu tinggi, PH dan pelarut organik .

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. namun semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi

(Fassenden,1982 : 140 ) Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, PH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol atau sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi adapula yang irreversible, tergantung pada penyebabnya. protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap.

( Montgomery,1993 : 96 )

Asam amino mempunyai beberapa sifat, antara lain: 1. Larut dalam air dan pelarut polar lain.

2. Tidak larut dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan dietil eter.

3. Mempunyai titik lebur lebih besar dibanding senyawa karboksilat dan amina. 4. Mempunyai momen dipol besar.

5. Bersifat elektrolit:

a. kurang basa dibanding amina b. kurang asam dibanding karboksilat 6. Bersifat amfoter

Karena mempunyai gugus asam dan gugus basa. Jika asam amino direaksikan dengan asam maka asam amino akan menjadi suatu anion, dan sebaliknya jika direaksikan dengan basa maka akan menjadi kation.

Karena asam amino memiliki gugus karboksil (–COOH) yang bersifat asam dan gugus amino (–NH2) yang bersifat basa, maka asam amino dapat mengalami reaksi asam-basa intramolekul membentuk suatu ion dipolar yang disebut ion zwitter.

8. Mempunyai kurva titrasi yang khas.

9. Mempunyai pH isoelektrik, yaitu pH pada saat asam amino tidak bermuatan. Di bawah titik isoelektriknya, asam amino bermuatan positif dan sebaliknya di atasnya bermuatan negatif.

( Elsa Julianty,2011 : 60 ) Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sabagai penyusun protein atau sebagai kerangka-kerangka molekul penting. Ia desebut esensial bagi suatu spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak dapat memproduksinya sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies itu harus memasukkannya dari luar (lewat makanan). Istilah “asam amino esensial” berlaku hanya bagi organisme heretrof. Oleh karena kebebasan gugus amin lebih besar dari pada karboksil, maka kedua gugus amin dan karboksil di dalam asam amino akan saling bereaksi menghasilkan ion zwitter.

III. Prosedur Kerja

Dalam dokumen Percobaan karbohidrat lipid asam amino d (Halaman 19-38)

Dokumen terkait