Bundelan Pratikum Biokimia
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
Rizki Agustina Asri F1C113016
Aan Sukri F1C113024
Kartika Eka Putri F1C113036 Maulana M. Yusuf F1C113052
Lena F1C113062
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
II. Dasar Teori...42
III. Prosedur Kerja...47
IV. Hasil... 50
V. Pembahasan...51
VI. Kesimpulan...54
Karbohidrat
Hari :
Tanggal :
I. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji adanya karbohidrat dari beberapa bahan yang diuji 2. Menentukan jenis dari karbohidrat
3. Memeriksa adanya gugus keton pada gula (fruktosa) dan aldose (glukosa) 4. Memeriksa larutan yang mengandung glukosa 1%, maltose 1% dan
fruktosa 1% pada uji benedict
II. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan oksigen yang secara empiric mempunyai rumus Cx(H2O)y. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehid dan keton.
(Besari, 2000) Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe-tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang sederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapapt diikat bersama-sama membentuk molekul dimer, krimmer dan lain sebagainya yang kemudian akan menjadi polimer. Sedangkan molekul yang mengandung aldehid disebut aldose. Gukosa, galaktosa, ribose dan deoksiribosa semuaya tergolong sebagai aldose. Monosakarida dengan gugus keton didalamnya disebut ketosa. Karbohidrat yang tersusun dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida.
merupakan karbohidrat yang tidak dapat terhidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya contohnya ribose dan glukosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang dapat terhidrolisis menghasilkan 2 monosakarida yang berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi, dan bila terhidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida diantaranya amilum, glikogen dan selulosa.
(Poedjiadi, Anna: 1994) Dalam tubuh manusia, karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Tapi sebagian besar dari karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan yang berasal adri tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat juga mempunyai perana penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan misalnya rasa, warna, tekstur dan lain sebagainya. Sedangkan dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahna protein yang berrlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolism lemak dan protein.
disakarida yang dapat mereduksi ion kupri. Reagen barfoed bereaksi dengan monosakarida untuk meghasilkan kupri oksida yang lebih cepat dibandingkan dengan disakarida.
(Eaton, 1980) Keberadaan karbohidrat dapat dilihat dengan uji molish atau uji bahan gula bebas, alcohol, nafthol, dan H2SO4. Pada uji benedict ion cupri (Cu2+) direduksi menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat menahan kestabilan Cu2+ selama reaksi dengan menjaga dari penguraian menjadi hitam, larutan CuO. Dalam uji bbarfoed Cu2+ tereduksi menjadi CuO pada larutan asam lemah. Secara praktek dapat dilihat bahwa monosakarida mengurangi lebih cepat pada asam lemah dibandingkan disakarida. Uji seliwanof reaksi spesifik warna untuk ketosa. Pada larutan HCl, ketosa mengalami menjadi furural lebih cepat dibandingkan dengan aldose. Lebih lanjut furfural akan bereaksi dengan resorsinol yang menghasilkan warna dan resorsinol menyediakan bukti bahwa aldose dan ketosa murni terdapat pada gula.
III. Prosedur Percobaan 3.1 Alat dan bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Penangas air
Kertas Saring
b. Bahan Iodida
Fruktosa
Maltose
Amilum
Gula
Madu
H2SO4
Reagen Molish
Pereaksi Seliwanof
Glukosa
Reagen Benedict
3.2 Skema Kerja a. Uji iod
Dimasukan 2 ml larutan yang akan diuji kedalam tabung reaksi
Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi
Ditambah kedalam masing tabung reaksi
Hasil pengamatan warna larutan
2 tetes iod
2 tetes HCl 2 tetes
NaOH
2 tetes air Tabung reaksi 3 Tabung
reaksi 2 Tabung
b. Uji Molish
Disiapkan
Dimasukan 2 ml larutan yang akan diuji kedalam tabung reaksi
Ditambah 1 tetes kedalam masing tabung reaksi
Digoyangkan
c. Uji Seliwanof
Disiapkan
Ditambah 2 ml pada tabung reaksi
Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi
Dipanaskan pada penangas air selama1 menit
Dicatat terbentuknya warna gelap Dibandingkan kecepatannya
Hasil pengamatan 2 tetes
fruktosa
2 tetes glukosa Pereaksi
Seliwanof
Tabung reaksi 2 Tabung
d. Uji Benedict
Dimasukan 2 ml pada tabung reaksi
Ditambahkan 8 tetes tabung reaksi Dipanaskan 2-3 menit
e. Hidrolisis Selulosa
Dimasukkan kedalam gelas kimia
Dibasahi dengan air
Ditambahkan perlahan-lahan Diaduk
Dipanaskan
Ditambah secukupnya
Ditambah beberapa tetes reagen benedict setelah 1 jam
Air H2SO4 pekat
Potongan kertas saring
Hasil pengamatan
IV. Hasil
1 Fruktosa 10% Kuning Kuning Kuning
2 Maltose 10% Kuning Kuning muda Kuning
3 Amilum 10% Biru kehitaman Bening Biru kehitaman
4 Larutan Gula Kuning Bening Bening
5 Larutan Madu Kuning Bening Kuning
6 Aquades Kuning Bening Kuning pucat
b. Uji Molish
No Sampel yang diuji Perlakuan
Reagen molish H2SO4
1 Sari jeruk Hijau tua Coklat
2 Sari tebu Putih keruh Coklat
3 Sari ubi kayu Putih keruh Ungu
4 Air cucian beras Putih keruh Ungu muda
5 akuades Tidak ada Tidak ada
c. Uji Seliwanof No
Sampel yang diuji Perlakuan 2 tetes Seliwanof
1 Fruktosa Tidak ada perubahan
2 gukosa Tidak ada perubahan
d. Uji Benedict
No Sampel yang diuji Perlakuan
Reagen Benedict
1 Glukosa 1% Kecoklatan (+)
2 Maltose 1% Jingga (+)
e. Hirolisis Selulosa
No Perlakuan Uji Benedict Tetesan
1 Larutan kertas saring Warna Biru (+) Ke 10
V. Pembahasan a. Uji iod
Uji iod dengan prinsip bahwa iod jika direaksikan dengan pati (amilosa) akan dapat membentuk ikatan kompleks yang berwarna biru. Reaksi pada uji iod dengan menggunkan sampel yang diantaranya yaitu fruktosa 10%, amilum 10%, maltose 10%, larutan gula, larutan madu dan akuades. Dengan berbagai perlakuan yang pertama diuji dengan HCl dan iod, yang kedua dijuji dengan NaOH dan iod dan perlakuan yang terakhir yaitu diuji dengan akuades dan iod. Pada sampel yang pertama yaitu fruktosa 10% diuji dengan HCl dan iod menghasilkan warna kuning, diuji dengan NaOH dan iod akan menghasilkan warna kuning dan untuk air dan iod juga akan menghasilkan warna kuning. Selanjutnya untuk sampel yang kedua yaitu maltose 10%, larutan gula dan larutan madu juga memberikan warna yang sama yaitu kuning saat diuji dengan HCl dan iod, NaOH dan iod, serta air dan iod. Dari hasil uji ini bisa dilihat bahwa sampel memberikan hasil yang negative.pada prinsipnya seharusnya jika tergolong pati akan memberikan warna biru pada larutan. Sedangkan jika itu golongan glikogen dan pati terhidrolisis sebagian akan menghasilkan kompleks yang berwarna merah- coklat.
sehingga menyebabkan terbentuknya warna biru tua pada larutan kompleks tersebut.
b. Uji Molish
Uji molish adalah uji yang digunakan untuk membuktikan adanya karbohidrat. Berdasarkan prinsipnya semua larutan karbohidrat jika direaksikan dengan pereaksi molish akan membentuk kompleks cincin yang berwarna ungu. Pada percobaan ini bahan yang diuji adalah air cucian beras, sari jeruk, sari ubi kayu, sari tebu dan akuades. Untuk bahan sari jeruk,sari tebu, air cucian beras dan akuades memberikan hasil yang negative terhadap uji molish ini. Hal ini terjadi dan bisa disebabkan karena kemungkinan tabung reaksi yang digunakan tidak dalam kondisi yang steril atau bersih. Dan factor lainnya adalah kemungkinan pipet tetes yang digunakan juga terkontaminasi zat lainnya.
Sedangkan untuk sari ubi kayu memberikan hasil yang positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin ungu setelah ditambahkn H2SO4. Dari hasil ini bisa dilihat pada larutan uji menunjukan adanya kabohidrat. Larutan uji ini setelah ditambah dengan reagen molish, kemudian dialirkan dengan H2SO4 pekat dengan cara diteteskan pada bgain pinggir tabung reaksi. Hal ini dilakukan agar larutan H2SO4 tidak bercampur secara lansung dengan larutan uji yang ada di dalam tabung reaksi. Sehingga reaksi dapat terjadi perlahan, dapat diamati dan juga berlansung dalam waktu yang dapat diamati perubahan yang terjadi.
Sehingga pada akhir reaksi didapatkan hasil yaitu adanya pembentukan cincin ungu pada batas antara kedua lapisa tersebut dalam tabung reaksi. Terbentuknya kompleks yang berwarna ungu ini disebabkan karena pengaruh dehidrasi monosakarida (furfural) dengan α naftol yang ada pada pereaksi molish. Sedangkan H2SO4 disini berperan sebagai katalis sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat.
c. Uji seliwanof
percobaan ini adalah fruktosa dan glukosa. Sukrosa adalah karbohidrat yang mengandung gugus aldehid pada salah satu atom karbonnya. Sedangkan fruktosa adalah karbohidrat yang mengandung gugus keton (ketosa). Dari hasil percobaan ini didapatkan hasil yaitu untuk fruktosa dan sukrosa memberikan hasil negative yaitu tidak ada perubahan apa-apa pada larutan uji jika dibandingkan dengan hasil yang didapat berdasarkan literature.
Berdasarkan literature apabila tergolong karbohidrat yang mengandung keton akan mengalami dehidrasi untuk menghasilkan 4 hidroksi metil furfural yang kemudian mengalami kondensasi dengan resorsinol yang kemudian menghasilkan kompleks yang berwarna merah orange atau uji yang spesifik dalam mengidentifikasi gula ketosa. Menurut Herper et all (1999) fruktosa dapat bereaksi dengan pereaksi Seliwanof menghasilkan komplek yang berwarna merah ceri. Dari hasilyang didapat tetap berwarna kuning. Hal ini terjadi karena pereaksi seliwanof yang digunakan sudah lama, selain itu factor kebesihan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini juga berpengaruh.
d. Uji Benedict
Uji benedict adalah uji yang digunakan untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reaksi Cu2+, menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah bata (jingga). Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen benedict) maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga yang dikatalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas.
dilakukan untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan sampel yang diuji.
e. Hidrolisis Selulosa
Hidrolisis selulosa ini dilakukan dengan membasahi potongan kertas saring dengan air secara perlahan-lahan. Kemudian ditambah dengan H2SO4 dipanaskan, didiamkan selama 1 jam kemudian ditetes dengan pereaksi benedict. Dari hasil percobaan didapat hasil yang positif yaitu dengan menghasilkan warna biru saa ditambah 10 tetes pereaksi benedict.
Tujuan dari proses pemanasan disini adalah agar sukrosa yang memiliki molekul yang kompleks, dapat terurai menjadi molekul monosakarida yang sederhana sehingga bisa diuji keberadaan karbohidrat berupa monosakarida yang sederhana dengan pereaksi benedict. Selain itu penambahan H2SO4 disini berperan sebagai katalisator dalam reaksi ini sehingga reaksi dapat berlansung lebih cepat.
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
2. Suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada amilum, dekstin, sukrosa, maltose, fruktosa, galaktosa dan arabinose.
3. Polisakarida dibutikan dengan terbentuknya kompleks berwarna spesifik, amilum berwarna biru dan dekstrin berwarna merah anggur sehingga menandakan adanya polisakarid.
4. Gula reduksi pada suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang berwarna merah bata. Pada maltose, galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinose, hijau kekuningan pada dekstrin dan jingga pada maltose.
Beran J.A. 2000. Chemistry in the Labolatory 2 nd ed. Newyork: John Willey and Sons, Inc.
Clark, John M. 1964.Experimental Biochemistry. San Franisco: WH Freeman and Company
Eaton, David C. 1980. The World of Organic Chemistry . Newyork: Mc Graw Hill Book Company
Fessenden, Ralp J.1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, Anna.1994. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press
LIPIDA
Hari : Senin
Tanggal : 6 Oktober 2014
I. Tujuan Percobaan
a. Untuk melihat daya kelarutan lipida dan asam-asam lemak dalam berbagai pelarut.
b. Untuk mengamati keadaan emulsi dari lemak dan zat yang bertindak sebagai emulgator.
II. Dasar Teori
2.1 Definisi Lipid
Lipid mengacu pada golongan senywa hidrokarbon alifatik non polar da hidrofobik. Karena non polar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter ataupun kloroform. Fungsi biologis lipid untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel dan sebagai senyawa pensinyalan molekul.
Lipid adalah senyawa organik yang dieroleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid berasal dari dua jenis sub satuan atau blok bangunan yang terdiri dari gugus ketoasil dan gugus isoprena.
2.2 Struktur Kimia Lipid
Unsur penyusun lemak antara lain adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), kadang juga terdiri dari fosforus (P) serta nitrogen (N). Molekul lemak terdiri dari empat bagian, yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon (H) dan gugus karboksil (-COOH). Molekul gliserol memiliki tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil berinteraksi dengan gugus karboksil asam lemak.
(Rusidiana, 2011)
2.3 Sifat Umum Lipida
Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut :
a. Tidak dapat larut dalam air.
b. Larut dalam pelarut organik seperti benzen, eter, aseton, kloroform dan karbontetraklorida.
c. Mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor.
d. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lemak.
e. Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
(Budimarwanti, C.2006)
2.4 Pembagian Lipida
Berdasarkan ikatan kimianya, asam lemak dibedakan menjadi 2, yaitu :
Bersifat non esensial karena dapat disintesis oleh tubuh dan pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar. Asam lemak jenuh berasal dari lemak hewani, misalnya mentega. Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.
b. Asam Lemak Tidak Jenuh
Bersifat esensial, karena tidak dapat disintesis oleh tubuh dan ummnya berwujud cair pada suhu kamar. Asam lemak tidak jenuh berasal dari lemak nabati, misalnya minyak goreng.
Pembagian lipid berdasarkan hasil hidrolisis dan persamaan strukturnya digolongkan sebagai berikut :
a. Lipid Sederhana
Kelompok ini dikenal sebagai homopolid yaitu ester yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Jika dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan etanol, penggolongannnya meliputi :
1) Lemak, ester lemak dan gliserol.
2) Lilin, yaitu ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berberat molekul tinggi.
b. Lipid Majemuk/Kompleks
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan rantai alkohol yang mengikat gugus lain seperti :
Kelompok ini mecakup zat yang berasal dari lipid sederhana dan senyawa hidrolisis. Yang termasuk derivat lipid adalah asam lemak, alkaloid, monogliserida dan digliserida, steroid, terpen, karotenoid dan lain-lain.
(Stryer, L. 2000)
2.5 Fungsi Lipida
Banyaknya lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia berbeda-beda, tetapi umunya berkisar antara 0,5-1 g lemak per 1 kg berat badan per hari. Didalam tubuh, lemak mempunyai fungsi penting, diantaranya :
a. Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah.
b. Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K.
c. Sebagai pelindung alat tubuh vital (jantung dan lambung), yaitu sebagai bantalan lemak.
d. Sebagai penghasil energi tertinggi
e. Penahan rasa lapar, karena adanya lemak akan memperlambat pencernaan.
f. Sebagai salah satu bahan penyusun membran sel.
g. Sebagai salah satu bahan penyusun hormon dan vitamin.
h. Sebagai salah satu bahan penyusun empedu, asam kholat dan hormon-hormon dalam tubuh.
(Ngili, Yohanis. 2009)
Pencernaan lemak terjadi di dalam usus dengan bantuan enzim lipase. Lemak keluar dari lambung masuk ke dalam usus sehingga merangsang hormon kolesistokinin. Hormon ini menyebabkan kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum. Empedu mengandung garam empedu yang dapat mengemulsikan lemak. Emulsi lemak merupakan pemecahan lemak yang berukuran besar menjadi butiran lemak yang lebih kecil. Lemak yang lebih kecil (trigliserida) yang teremulsi memudahkan hidrolisis oleh lipase yang dihasilkan pankreas. Lipase pangkreas akan menghidrolisis lemak teremulsi menjadi campuran asam lemak dan monogliserida. Penyelesaian cairan pangkreas dirancang oleh hormon sekretin yang berperan untuk meningkatkan jumlah elektrolit dari cairan pangkreas serta pankreoenzim yang berperan untuk merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pangkreas.
III. Prosedur Percobaan 3.1 Alat dan Bahan
a. Alat :
Tabung reaksi Kertas saring Pipet tetes Gelas ukur
Rak tabung reaksi
b. Bahan :
Asam-asam lemak (butirat, stearat dan asam oleat) Lemak dan minyak (butter, margarin, olive) Fosfolipida
Kolesterol
Pelarut (aseton, alkohol dan eter) Minyak parafin
3.2 Skema Kerja
a) Daya Kelarutan Lipida
→ dimasukkan dalam tabung reaksi
→ (+) 1 atau 2 tetes minyak kelapa
→ dikocok
→ dicampurkan pada air dan pelarut
→ dicatat perbedaan gugus utam lipida
→ (+) 1 tetes larutan lipida pada kertas saring
→ dibiarkan kering
→ diamati pembentukan noda lemak jernih
→ dimasukkan dalam tabung reaksi
→ (+) 1 mL air
→ (+) sampel lipida
→ dilarutkan dalam 10 mL aseton, etanol dan eter
b) Emulsi dari Lemak
→ dimasukkan dalam 4 tabung reaksi
→ (+) 1 tetes minyak parafin + 1 tetes HCl encer pada tabung reaksi 1
→ (+) 1 tetes minyak kelapa + 1 tetes HCl encer pada tabung reaksi 2
→ (+) 1 tetes minyak parafin + 1 tetes soda pada tabung 3 mL alkohol dan eter,
3 tetes eter
HASIL
Larutan lipida dan asam lemak
HASIL
Larutan lipida dan asam lemak
HASIL
reaksi 4
→ diamati emulsi yang terjadi
IV. Hasil
4.1 Daya Kelarutan Lipida
c. Pembentukan Noda Lemak Jernih
Aseton Alkohol Eter Air
Ada noda Tidak ada noda
Tidak ada noda Asam Oleat Tidak ada
noda
Ada noda Ada noda Ada noda
Margarin Tidak ada noda
Tidak ada noda
Ada noda Tidak ada noda
Olive Ada noda Ada noda Ada noda Ada noda
d. Kelarutan Lipida
Perlakuan Hasil Pengamatan
0,5 mL air + margarin + 5 mL aseton
Margarin terapung/terangkat ke bagian atas larutan (tidak terlarut) 0,5 mL air + margarin + 5 mL parafin + 1 tetes HCl encer
+ 1 tetes HCl encer larutan keruh 5 mL air + 1 tetes minyak
parafin + 1 tetes soda
Emulsi yang terjadi membentuk larutan jernih
5 mL air + 1 tetes minyak kelapa + 1 tetes soda
Emulsi yang terjadi membentuk larutan keruh
V. Pembahasan
5.1 Daya Kelarutan Lipida
Lipid merupakan golongan senyawa hidrokarbon alifatik non polar dari hidrofobik karena bersifat non polar, lipid ridak dapat larut dalam pelarut polar seperti air, namun dapat larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter, kloroform dan benzena.
a. Pembentukan Noda Lemak jernih
Pada uji pembentukan noda lemak jernih, larutan lipida yang digunakan adalah margarin dan olive oil, untuk asam-asam lemak yang digunakan adalah (butirat, stearat dan asam oleat), sedangkan untuk pelarutnya adalah aseton, alkohol, eter dan air.
Pada pelarut aseton, larutan lipida dan asam-asam lemak, yang membentuk noda lemak jernih pada kertas saring hanyalah pada larutan olive oil. Pada pelarut alkohol, yang membentuk noda lemak jernih adalah stearat, asam oleat dan olive oil. Pada pelarut eter, yang membentuk noda lemak jernih adalah asam oleat, margarin dan olive oil. Pada pelarut air, ternyata pada beberapa larutan lemak juga menimbulkan noda lemak jernih yaitu pada larutan asam oleat dan olive oil.
yang seharusnya tidak menimbulkan noda lemak jernih pada larutan lipida dan asam lemak. Namun ternyata pada asam oleat dan olive oil tetap terdapat noda lemak jernih pada kertas saring.
Perbedaan hasil praktikum dengan literatur ini mungkin disebabkan pada saat praktikum, jumlah zat yang digunakan sangat sedikit sekali yaitu hanya 1 tetes, sehingga hasil yang didapar kurang akurat. Hal ini juga bisa saja disebabkan oleh alat-alat praktikum yang digunakan praktikan kurang setril sehingga menimbulkan hasil yang berbeda dari pada yang seharusnya.
b. Kelarutan Lipida
Pada uji kelarutan lipida ini, lemak yang digunakan adalah margarin yang dicampurkan dengan air dan pelarut aseton, alkohol dan eter. Pada tabung I yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL aseton, setelah dihomogenkan margarin terapung atau terangkat ke bagian atas larutan, hal ini menandakan bahwa lipida tidak dapat terlarut, dengan warna larutan menjadi keruh. Pada tabung II yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL alkohol, setelah dihomogenkan margarin mengendap di bagian bawah larutan dengan warna larutan bening. Sedangkan pada tabung ke III yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL eter, larutan homogen sepenuhnya dengan warna larutan kuning pekat.
Ketidak larutan asam-asam lemak pada pelarut aseton dan alkohol mungkin dikarenakan adanya campuran air yang terkandung dalam larutan tersebut, sehingga menghambat asam-asam lemak tersebut untuk dapat melarut dalam pelarut aseton dan alkohol.
5.2 Emulsi dari Lemak
zat pengemulsi yang disebut emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerjanya disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapar terikat baik pada minyak maupun air. Emulgator akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
(Stryer, L. 2000)
VI. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Lipid merupakan golongan senyawa hidrokarbon alifatik non polar dan hidrofobik, karena itu lipid tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi dapat larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter ataupun kloroform.
VII. DAFTAR PUSTAKA
A. L. Lehninger., e. a. (1997). Principles of Biochemistry. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Budimarwanti, C. (2006). Analisis Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks.
http://www.staff.UNY.ac.id. Diakses pada 4 Oktober 2014, pukul 10:25 .
Girindia, A. (1986). Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Ngili, Y. (2009). Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusdiana. (2011). Metabolisme Asam Lemak. http://www.USU.digital_library.ac.id. Diakses pada 4 Oktober 2014, Pukul 11:17.
PROTEIN DAN ASAM AMINO
HARI : Senin
TANGGAL : 13 Oktober 2014
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalam pelarut-pelarut yang
berbeda
Untuk mengidentifikasi asam amino
Untuk mengidentifikasi asam amino yang mengandung gugus fenolik
(tirosin).
II. DASAR TEORI
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom
karbon dari posisi gugus –COOH.
(Poedjiadi, 1994 ). Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan klorofil sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan asam amina. Asam karboksilat aliafatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
( Mhd Zakir,2011 : 112 )
karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang tesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan seberapa banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita, bertugas mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan.
Selain itu juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki", misalnya keratin di rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur di dalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot kita seperti actin, myosin, titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat protein yang bernama rhodopsin, yaitu protein di dalam sel retina mata kita yang merubah photon cahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak. Masih banyak lagi fungsi protein seperti hormon, antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dll.
( Sherrington,1992 : 87 )
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudah dipengatuhi oleh suhu tinggi, PH dan pelarut organik .
(Fassenden,1982 : 140 )
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, PH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol atau sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi adapula yang irreversible, tergantung pada penyebabnya. protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap.
( Montgomery,1993 : 96 )
Asam amino mempunyai beberapa sifat, antara lain: 1. Larut dalam air dan pelarut polar lain.
2. Tidak larut dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan dietil eter.
3. Mempunyai titik lebur lebih besar dibanding senyawa karboksilat dan amina.
4. Mempunyai momen dipol besar.
5. Bersifat elektrolit:
a. kurang basa dibanding amina
b. kurang asam dibanding karboksilat
6. Bersifat amfoter
Karena mempunyai gugus asam dan gugus basa. Jika asam amino direaksikan dengan asam maka asam amino akan menjadi suatu anion, dan sebaliknya jika direaksikan dengan basa maka akan menjadi kation.
Karena asam amino memiliki gugus karboksil (–COOH) yang bersifat asam dan gugus amino (–NH2) yang bersifat basa, maka asam amino dapat mengalami reaksi asam-basa intramolekul membentuk suatu ion dipolar yang disebut ion zwitter.
8. Mempunyai kurva titrasi yang khas.
9. Mempunyai pH isoelektrik, yaitu pH pada saat asam amino tidak bermuatan. Di bawah titik isoelektriknya, asam amino bermuatan positif dan sebaliknya di atasnya bermuatan negatif.
( Elsa Julianty,2011 : 60 )
Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sabagai penyusun protein atau sebagai kerangka-kerangka molekul penting. Ia desebut esensial bagi suatu spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak dapat memproduksinya sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies itu harus memasukkannya dari luar (lewat makanan). Istilah “asam amino esensial” berlaku hanya bagi organisme heretrof. Oleh karena kebebasan gugus amin lebih besar dari pada karboksil, maka kedua gugus amin dan karboksil di dalam asam amino akan saling bereaksi menghasilkan ion zwitter.
III. Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
a. Bahan
HCl 0,1 N , NaOH 0,1 N, Etanol, kloroform, air, (masing-masing 1
mL)
Asam-asam amino ( Arginin, lisin, glutamin, tyrosin )
Ninhirin ( 2 g/L ), Hg (10 g), HNO3 (20 ml), pereaksi Millon.
b. Alat
III.2 Cara Kerja
a. Kelarutan Asam Amino
→ dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi
→ dilarutkan 0,5 gr asam amino kedalam masing-masing pelarut
tersebut
→ diaduk bila perlu
→ dicatat hasilnya
b. Uji Ninhidrin
→ dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan pH 10
→ ditambahkan pereaksi Ninhidrin 10 tetes
→ didihkan selama 2 menit dipenangas air
→ didiamkan sampai dingin
→ diamati warna hasil reaksi,dicatat hasilnya HCl 0,1 N , NaOH 0,1 N,
Etanol, kloroform, air (1 mL)
Hasil
Asam Amino (3ml)
c. Uji Millon
→ dimasukkan kedalam tabung reaksi
→ ditambahkan 5 tetes reagen Millon
→ dipanaskan campuran jangan sampai terlalu banyak
→ diberi reagen Larutan Protein (3ml)
IV. HASIL
a. Kelarutan Asam Amino
HCl NaOH Etanol Kloroform Air
Arginin
Pereaksi Arginin Lisin Glutamin Tyrosin
Ninhidrin Bening Kuning Biru Biru
c. Uji Millon
Pereaksi Arginin Lisin Glutamin Tyrosin
Reagen
V. PEMBAHASAN a. Kelarutan Asam Amino
Asam amino adalah penyusun protein, yaitu asam organik yang mengandung gugus amino ( -NH2 ) disamping gugus karboksilat ( -COOH ). Asam amino yang terdapat dialam selalu berupa asam amino alfa, artinya gugus -NH2 selalu terikat pada atom C-alfa, yaitu atom C didekat gugus –COOH. Asam amino yang dikenal banyak sekali tetapi hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein alami.
Menurut Trimartini (2008), asam amino mempunyai gugus –R polar tidak bermuatan. Gugus –R asam amino lebih larut dalam air atau lebih hidroponik, dibandingkan dengan asam amino non polar. Karena golongan ini mengandung gugus fungsional yang membentuk hidrogen dengan air.
Dalam percobaan ini praktikan melakukan uji kelarutan asam-asam amino yaitu Arginin, Lisin, Glutamin, Tyrosin dengan pelarut Air, Kloroform, Etanol, HCl, dan NaOH. Setelah dilakukan pengujian pada air dan kloroform tidak ada asam amino yang larut.Menurut Wirahadikusuma (1989), yang menyatakan bahwa semua protein tidak larut dalam pelarut lemak. Jadi hal ini sesuai teori. Sedangkan pada air semua aam amino dapat larut dalam air, karena asam amino mengandung gugus –R yang lebih larut dalam air atau hidroponik. Asam amino ini mengandung gugus fungsional yang mengandung hidrogen dan air dan bersifat polar. Selanjutnya pada pelarut HCl dan NaOH yang larut hanya Lisin dan Tyrosin, Arginin dan Glutamin tidak larut. Berdasarkan teori, asam amino bersifat asam karena mengandung gugus karboksil dan juga bersifat basa karena mengandung gugus amina. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfatik yaitu cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter ion.
dengan pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isolistrik, suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.
b. Uji Ninhidrin
Menurut Shrerrington (1992), uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino menjadi suatu aldhida. Ninhidrin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang tidak terlihat warnanya kedalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit. Pemanasan dengan ninhidrin menfhasilkan warna biru-ungu pada semua asam amino yang memiliki gugus L amino bebas, Seangkan produk yang dihasilkan oleh prolin dan hiroksiprolin berwarna kuning.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa glutamin dan tyrosin berubah warna warna menjadi biru, arginin bening, sedangkan lisin berubah menjadi kuning. Perubahan warna biru tersebut menunjukkan bahwa reaksi positif, berarti arginin dan tyrosin adalah asam amino yang mengandung gugus amino bebas. Sedangkan lisin berarti adalah asam amino produk dari prolin dan hidroksiprolin. Namun, pada arginin diteteskan pereaksi ninhidrin dan dipanaskan akan berubah warna menjadi biru-ungu. Ketidaksesuaian ini mungkin dikarenakan pemanasannya yang terlalu sebentar atau kurang sterilnya alat-alat yang digunakan sehingga larutan terkontaminasi oleh zat lain.
c. Uji Millon
teori karena dari asam-asam amino yang diuji memang hanya tyrosin yang mengandung gugus fenolik.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Semua protein tidak larut dalam pelarut lemak,tetapi larut dalam air.Asam amino bersifat asam pada larutan basa dan bersifat basa dalam larutan asam. 2. Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein. Uji dikatakan positif jika larutan
berubah warna menjadi biru-ungu jika mengandung gugus L amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh prolin dan hidroksiprolin akan berwarna kuning.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dzakir, Mhd.2011.Dasar-Dasar biokimia.Jakarta : UI PRESS
Fassenden.1992.Kimia Organik II Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Julianti,Elsa.2011.Asam Amino, Peptida, dan Protein. Bandung : Bumi Aksara
Montgumery.1993. Biokimia Jilid I. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Martini, Tri.2008. Metabolisme Protein dan Asam Amino. Jakarta : Erlangga
Sherrington,Danin. 2006. Protein dan Asam Amino. Jakarta : ECG
ENZIM
Hari : Senin
Tanggal : 20 Oktober 2014
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh enzim papain dalam krim santan kelapa untuk menghasilkan minyak, dan juga untuk mengetahui volume yang mutu dari minyak yang dihasilkan.
II. Dasar Teori
Enzim
Enzim merupakan bagaian dari protein yang mengkatalisator reaksi-reaksi kimia. Enzim juga dapat diartikan sebagai protein katalisator yang memiliki spesifikasi terhadap reaksi yang dikatalisis dan molekul yang menjadi substratnya.
Enzim banyak digunakan diberbagai bidang kegiatan dan menempati posisi penting dalam bidang industri. Aplikasi proses enzimatik pada industri pertama kali berkembang sejak tahun 1960. Enzim menjadi primadona industri saat ini dimasa yang akan datang karena melalui penggunaanya, energi dapat dihemat dan ramah lingkungan.
pangan berawal dari ketidak sengajaan karena enzim sudah ada secara endogenus dalam bahan dan atau karena keterlibatan mikroorganisme selma tahapan proses.
(henry, dkk: 2011 http//: digilib.unimed.ac.id)
Aktivitas Enzim
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi aktvitas enzim adalah :
1. Konsentrasi enzim 2. Substrat
3. Senyawa inhibitor dan aktivator 4. pH
5. Temperatur lingkungan
Temperatur
Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan temperatur akannmempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur melewati temperatur optimum akan meyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis.
(Wibowo, dkk : 2007 http//: journal.ui.ac.id)
Konsentrasi Enzim dan Substrat
(Stryer :2000)
Senyawa Inhibitor dan Aktivator
Aktivitas enzim diperbesar dengan adanya aktivator yang mengaktifkan enzim. Aktivator dapat berupa logam atau non-logam yang merupakan zat-zat non spesifik yang menguatkan proses enzimatis. Inhibitor merupakan faktor penghambat kerja enzim. Inhibitor kompetitif bersaing dengan substrat dalam berikatan dengan enzim, sehingga menghalangi substrat terikat pada sisi aktif enzim.inhibitor non kompetitif berikatan pada sisi enzim selain sisi tempat substrat berikatan, mengubah konfirmasi molekul enzim, sehingga mengakibatkan inaktifasi dapat balik sisi katalik.
pH
Aktivitas katalitik enzim didalam sel mungkin diatur sebagian oleh perubahan pada pH medium lingkungan. pH lingkungan juga berpengaruh terhadap kecepatan aktivitas enzim dalam mengkatalisis suatu reaksi. Setiap enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH yang menyebabkan aktivitas maksimal. Pada Ph optimum struktur tiga dimensi enzim paling kondusif untuk mengikat substrat. Bila konsentrasi ion hidrogen berubah dari konsentrasi optimal, aktivitas enzim secara progresif hilang sampai akhirnya enzim menjadi tidak fungsional.
(Winarno :1989)
Klasifikasi Enzim
Dalam ilmu biologi, enzim-enzim dikelompokan kedalam 3 golongan yakni :
1. Golongan Enzim Karbohidrase
a. Enzim selulose yang berperan mengurai selulosa atau polisakarida menjadi senyawa selabiosa atau disakarida.
b. Enzim amylase yang berperan mengurai amilum datau polisakarida menjadi senyawa maltosa, yakni senyawa disakarida.
c. Enzim pektinase yang berfungsi mengurai petin menjadi senyawa asa pektin. d. Enzim maltosa yang berfungsi mengurai maltosa menjadi senyawa glukosa. e. Enzim sukrosa yang berperan mengubah sukrosa menjadi senyawa glukosa
dan fruktosa.
f. Enzim laktosa yang berperan mengubah senyawa laktosa menjadi senyawa glukosa dan juga galaktosa.
2. Golongan Enzim Protase
Adapun macam-macam enzim yang kedalam golongan ini antara lain :
a. Enzim pepsin berperan memecah senyawa protein menjadi asam amino. b. Enzim tripsin yang berperan mengurai pepton menjadi senyawa asam amino. c. Enzim eterokinase yang berperan mengurai pepton menadi senhyawa asam
amino.
d. Enzim peptidase, yang berperan dalam mengurai senyawa peptida menjadi senyawa asam amino.
e. Enzim renin, yang berperan sebagai pengurai senyawa kasein dan juga susu. f. Enzim gelatinase, yang berperan dalam mengurai senyawa gelatin.
3. Golongan Enzim Esterase
Macam-macam enzim yang masuk kedalam golongan yang satu ini antara lain :
a. Enzim lipase yang berperan dalam mengurai senyawa lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b. Enzim fostatase yang berperan dalam mengurai suatu ester dan mendorong terjadinya pelepasan asam fosfor.
III. Prosedur Kerja
12) Alat Sentrifugasi putaran 3000 rpm. 13) Water Bath
4) Alkohol (70% dan 90%) 5) Fenolptalein
6) NaOH (0,1 N) Standar 7) KOH (0,1 N) Standar
3.2 Cara Kerja
a) Penyediaan Santan Kelapa
→ ditambah 1L akuades
→ diperas
→ didiamkan selama 1 jam
b) Penyediaan Getah Buah Pepaya
→ ditoreh
→ ditampung getah yang keluar
c) Penambahan Getah Buah Pepaya Pada Krim Santan
→ ditambahkan 30 mL getah buah pepaya
→ diinkubasi dalam inkubator pada suhu kamar
→ dibersihkan meja dan peralatan dengan alkohol 70%
d) Volume Minyak yang Dihasilkan
→ dipisahkan dengan sentrifugasi selama 15 menit.
→ diukur volume minyak pada bagian atas tabung sentrifugasi dan dipisahkan.
e) Uji Organoleptik Hasil
Buah Pepaya Muda
100 mL Krim Santan Kelapa
Minyak Yang dihasilkan
Contoh Minyak Hasil
Hasil
→ dibandingkan hasilnya dengan karakteristik minyak menurut SII
IV. Hasil
Perlakuan Hasil
60 Ml Santan Kelapa + 18 mL Getah Pepaya
Volume = 22 mL
Warna = Bening Kekuningan Bau = Bau tengik yang menyengat
Rasa = Pahit dan Kelat 60 Ml Santan Kelapa Volume = 16,1 mL
V. Pembahasan
Enzim adalah suatu biokatalisator, yaitu suatu bahan yahg berfungsi mempercepat reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup tetapi zat itu sendiri tidak ikut beraksi karena pada akhir reaksi terbentuk kembali. Suatu reaksi kimia yang berlangsung dengan bantuan enzim memerlukan energi yang lebih rendah. Jadi enzim disebut juga berfungsi menurunkan energi aktivasi.
(Stryer: 2000)
Energi aktivasi reaksi adalah energi aktivasi untuk reaksi adalah energi minimum partikel yang bertumbukan harus dimiliki untuk menjalani reaksi. Sejumlah besar energi sering diperlukan untuk reaksi berlangsung, karena kekuatan ikatan yang perlu untuk dipecah. Jumlah energi aktivasi yang diperlukan untuk memulai reaksi sering disebut hambatan energi (energi barrier). Energi ini jarang disediakan oleh molekul yang sedang bertabrakan, faktor lainnya sehingga diperlukan untuk membantu molekul menghilangkan penghalang energi dan memfasilitasi reaksi kimia. Panas, merupakan faktor fisik dan menambahakan enzim yang tepat adalah faktor kimia, adalah dua contoh faktor yang mengaktifkan molekul.
(Poedjadi: 2006)
Enzim papain adalah enzim protease yang terkandung dalam getah pepaya, baik dalam buah, batang maupun daunnya. Sebagai enzim yang berkemampuan sebagai memecahkan molekul protein, dewasa ini papain menjadi suatu produk yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik dikehidupan rumah tangga maupun industri.
(Girindra: 1986)
Sedangkan cara basah, minyak didapatkan dengan membuat santan yang lebih kental dengan cara tradisional dan dengan teknik pengolahan tanpa pemanasan (fermentasi, enzimatik). Ekstraksi minyak kelapa secara basah (wet rendering) menggunakan enzim papain dari buah pepaya muda dalam proses enzimatik adalah salah satu alternatif jalan keluarnya, karena buah pepaya muda didapatkan, efisien dalam penggunaanya dan murah harganya.
(Intan dan Kristina: 2008 //Http : eprints. Undip. Ac.id)
Pada percobaan enzim dibuat minyak kelapa dengan penambahan enzim dan tanpa penambahan enzim. Santan yang digunakan harus dipisahkan dari krimnya dan airnya karena air tidak dapat melarutkan minyak. Krim santan yang praktikan dapatkan adalah 120 mL dan digunakan 60 mL untuk ditambahkan enzim papain dan 60 mL untuk ditambahkan enzim papain dan 60 mL sebagai perbandingan minyak tanpa penambahan enzim. Enzim yang digunakan adalah enzim papain yang berasal dari pepaya muda.
Produksi minyak kelapa dengan bantuan getah pepaya menghindari pemanasan berlebih. Karena, tanpa pemanasan pun ikatan molekul air dan minyak akan rusak. Hasil yang didapatkan adalah pada minyak kelapa yang dibuat dari santan kelapa dam getah pepaya volume yang dihasilkan adalah 22 mL, berwarna bening kekuningan, berbau tengik dan menyengat dan rasanya pahit serta kelat. Sedangkan minyak kelapa yang dibuat hanya dari santan menghasilkan volume minyak yang lebih sedikit yaitu 16,1 mL, berwarna bening, berbau tengik dan tidak berasa. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan literatur.
terlebih dahulu, hal inilah yang memicu pertumbuhan bakteri dan mengganggu proses pembentukan minyak kelapa sehingga berbau tengik.
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini :
VII. DAFTAR PUSTAKA
Stryer, L. 2000. Biokimia Vol. 2 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia: Proteine, Enzimia dan Asam Nukleat Bandung: ITB
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Poedjiadi, A. FM. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Wibowo, dkk. 2007. Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Protease Dari Daun Sansakng. Http//:journal.ui.ac.id// diakses pada tanggal 18 Oktober 2014
Henry, dkk. 2011. Kajian Biomedik Enzim Amilase dan Pemanfaatannya Dalam Industri. Http//:digilib.unimed.ac.id// diakses pada tanggal 18 Oktober 2014