• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYEKH THAHIR BIN

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

a) Dasar Pendidikan Tauhid

Dasar pendidikan tauhid adalah serupa dengan pendidikan Islam, karena pendidikan tauhid merupakan salah satu dari pendidikan Islam sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain adalah pandangan hidup yang Islami yang pada hakikatnya merupakan nilai-nilai yang bersifat transedental dan universal yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Adapun uraian dasar pendidikan tauhid adalah sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an

Para ulama dalam menetapkan al-Qur‟an sebagai dasar pemikiran dalam membina sistem pendidikan Islam, memberikan tekanan-tekanan tersendiri untuk memperkokoh landasannya. Moh. Fadil misalnya, menandaskan bahwa pada hakikatnya al-Qur‟an merupakan perbendaharan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya adalah kitab pendidikan masyarakat, moral dan spiritual (Mufron, 2013: 14-15).

Sebagaimana firman Allah SWT,

ْْ٢ِدُْٞٗ َّلَِّاٍٍُْٞؿَّعَِْْٖٓيِِْزَهِْْٖٓخََِْ٘ؿْعَأْخََٓٝ ْ ََُّْٚٗأِْْٚ٤َُِا ۥْ ُِْٕٝضُزْػٱَكخََٗأْ َّلَِّاَْٚ َُِاْ٥ ٕ٘ ْ

Artinya:“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku" (Qs. Al-Anbiyaa‟: 25) (Al-Qur‟an & Terjemahnya, 1990: 654).

Ayat diْatas menjelaskan bahwa semua rasul itu diutus oleh Allah untuk menegakkan kalimat tauhid.

Tugas mereka yang paling pokok dan utama adalah menyeru manusia untuk bertauhid kepada Allah, dengan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Seruan para rasul itu tentu dengan melalui proses pendidikan, yaitu dengan memberikan pengajaran tentang ketauhidan.

Pemberian pengajaran tauhid pada diri manusia, pada hakikatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan manusia dalam memahami tauhid tersebut. sebab setiap manusia sudah dibekali fitrah tauhid oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:

ِْهَؤَك ْْْْ ْْجَٝ ل٤َِ٘دْ ِٖ٣ِّضُِِْ َيَٜ ْ خ ْْطِك ََِْػْ َؽخَُّ٘ٱْ َغَطَكْ٢ِظَُّٱِْ َّللَّٱْ َصَغ ْْ٤ خَٜ ْ َْطْ َلَّ ْْز َْشُِْ ََ٣ِض ِْْ َِّْللَّٱِْن ْْ حَط ٱْ ُٖ٣ِّضُٱَْيُِ ُْْ ْ ََُُِّْْٝ٤َو ًَْْأْ ٌَِّٖ َْغَؼ ْْؼَ٣ْ َلَِّْؽخَُّ٘ٱ ْْْ ََُِْٕٞٔ ٖٓ ْ ْ Artinya:“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus

kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Qs. Ar-Ruum: 30) (Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1990: 645).

Ayat diْatas menegaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali fitrah tauhid, yaitu fitrah untuk selalu mengakui dan meyakini bahwa Allah itu Maha Esa, yang menciptakan alam semesta beserta pengaturannya dan wajib untuk disembah. Oleh karena itu, untuk menjadikan fitrah ini tetap eksis dan kuat, maka diperlukan suatu upaya untuk selalu menumbuh kembangkan dalam kehidupan pemiliknya dengan melalui

pendidikan tauhid, agar manusia selalu ingat dan dekat kepada Tuhannya.

2) Al-Hadits

Dasar pendidikan Islam yang kedua adalah Sunnah (hadits), yaitu perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasulullah. Sunnah menjadi sumber utama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga dalam pendidikan. Hal ini didasarkan pada Firman Allah SWT:

ْْضَوَُّ ْ ٌَُُْْْْ َٕخًَ ْ ِْ َّللَّٱٍُِْٞؿَعْ٢ِك ٌْسَْٞؿُأ ََْ٘ـَد ٌْش ْ َُِّْْٖٔ ْ ْ َٕخًَ ْ ُْٞجْغَ٣ َْ َّللَّٱ ْْ٥حََّْْٞ٤ُْحَٝ َْغًََطََْٝغِس ََّْللَّٱ ْ غ٤ِؼًَ ْ حْ ٕٔ ْ ْ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”( Q.s al-ahzab:21) (Departemen Agama RI, 2005: 595).

Pengertian hadis secara luas ialah sesuatu yang disandarkan baik kepada Nabi Muhammad SAW atau sahabat atau tabi‟in, baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) maupun sifat dan keadaannya (Aminuddin, 2014: 55).

Kemudian dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: ْ ََّٕأَُْٚـََِرََُّْٚٗأٍْيُِخَْٓ َْٖػْ٢َِ٘ػَضَد ُْْٞؿَع َِّْاللهٍَْ ْ ٍَْخَهََِّْْْؿَِْْٝٚ٤ََِػُْاللهَََّْه ْ ٌُْْْْ٤ِكُْضًَْغَط ِْاللهْ َدخَظًِْخَِِٜٔرُْْْظٌَّْـََٔطْ ِْٕاْخَْٓح ضَرَأْحٌَُِِّْٞطْ َُِْْْٖٖ٣َغَْٓأ ْٙحٝعوُُِِْْٚٞؿَعَْشَُّ٘ؿَْٝ ّْخٓح يُخٓ ) .

Artinya: “kutinggalkan kepadamu dua perkara yang mana kamu tidak akan tersesat berpegang kepada

keduanya yaitu kitab Allah (al-Qur‟an) dan Sunnah Rasul”ْ(H.R. Imam Malik) (Fuad: 899). Dalam kaitannya dengan pendidikan, Rasulullah sendiri menjadi guru dan pendidik utama. Fenomena ini dapat dilihat dari praktek-praktek edukatif Rasulullah itu sendiri. Pertama, beliau menggunakan rumah al-Arqam Ibnu Abi al-Arqam untuk mendidik dan mengajar. Kedua, beliau memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca dan tulis, dan Ketiga, beliau mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam (Mufron, 2013: 16-17).

Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan dilanjutkan oleh pengikutya, merupakan realisasi sunnah Nabi Muhammad sendiri.

3) Ijtihad

Ijtihad adalah mengerahkan segala potensi dan kemampuan semaksimal mungkin untuk menetapkan hukum-hukum syari‟ah. Ijtihad merupakan istilah para fuqaha, yakni berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat Islam. Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur‟an dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah yang di olah oleh akal yang sehat oleh para ahli pendidikan Islam.

Ijtihad tersebut haruslah berkaitan dengan kepentingan-kepentingan pendidikan, kebutuhan dan

tuntunan-tuntunan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Perubahan dan dinamika zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi menuntut adanya ijtihad dalam bentuk penelitian dan pengkajian kembali prinsip dan praktek-praktek pendidikan Islam yang ada.

Dengan adanya dasar pijak ijtihad ini, pendidikan Islam diharapkan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan-tuntutan sosial budaya sekitar dengan tetap berpegang pada Nas (Mufron, 2013:18).

b) Tujuan Pendidikan Tauhid

Suatu usaha atau kegiatan dapat terarah dan mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan maka harus ada tujuannya, demikian pula dengan pendidikan. Suatu usaha apabila tidak mempunyai tujuan tentu usaha tersebut dapat dikatakan sia-sia. Tujuan, menurut Zakiah Daradjat ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan itu selesai(Daradjat, 1996:29).

Menurut Abdurrahman Shaleh Abdullah dalam buku Educational Theory a Qur‟anic Outlook, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Zayadi (2006:56) menyatakan bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikan menjadi empat dimensi, sebagaimana berikut:

1) Tujuan Pendidikan Jasmani (al-ahdaf al-jismiyyah)

Tujuan pendidikan jasmani disini dengan mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi melalui keterampilan-keterampilan fisik. Ia berpijak pada pendapat dari Imam Nawawi yang mentafsirkan “al-qawy” sebagai kekuatan iman yang ditopang kekuatan fisik.

2) Tujuan Pendidikan ruhani (al-ahdaf al-ruhaniyyah)

Meningkatkan jiwa dan kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT. semata dan melaksanakan moralitas islami yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan cita-cita ideal. Indikasi pendidikan ruhani adalah tidak bermuka dua, yaitu berupaya memumikan dan menyucikan diri manusia secara indivisual dari sikap negatif hal inilah yang disebut dengan tazkiyah (purification) dan hikmah (wisdom).

3) Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah).

Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka mengarahkan potensial intelektual manusia untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan menelaah ayat-ayat-Nya (baik qauliyah dan kauniyah) yang membawa kepada perasaan keimanan kepada Allah. Tahapan pendidikan intelektual ini adalah: (a) pencapaian kebenaran ilmiyah (ilmual-yaqien); (b) pencapaian kebenaran empiris („ainal-yaqien; dan (c) pencapaian kebenaran metaempiris, atau mungkin lebih tepatnya kebenaran filosofi (haqqal-yaqien).

4) Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayah).

Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh. Pribadi disini tercermin sebagai an-nas yang hidup pada masyarakat yang plura (Gunawan, 2014: 10).

Secara khusus tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk menginternalisasikan nilai kebutuhan sehingga dapat menjiwai lahirnya nilai etika insani (Thoha, 1996:72).

Dalam hal ini Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang digariskan oleh Tuhan. Tujuan hidup manusia dalam Islam ialah beribadah. Pendidikan tauhid sebaimana salah satu aspek pendidikan Islam mempunyai andil yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan islam. Menurut Zainuddin, tujuan dari hasil pendidikan tauhid dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Agar manusia memperoleh kepuasan batin, keselamatan

dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana yang dicita-citakan. Dengan tertatanya tauhid dalam jiwa manusia maka manusia akan mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak mungkin salah sehingga tujuan mencari kebahagiaan bisa tercapai.

2) Agar manusia terhindar dari pengaruh aqidah-aqidah yang menyesatkan (musyrik), yang sebenarnya hanya hasil pikiran atau kebudayaan semata.

3) Agar terhindar dari pengaruh faham yang dasarnya hanya teori kebenaran (materi) semata. Misalnya kapitalisme, kemunisme, materialisme, kolonisme dan lain sebagainya.

Tujuan dari pendidikan tauhid adalah tertanamnya aqidah tauhid dalam jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan tauhid pada hakikatnya adalah untuk membentuk manusia tauhid. Manusia tauhid diartikan sebagai manusia yang memiliki jiwa tauhid yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui perilaku yang sesuai dengan realitas kemanusiaan dan manusia yang dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiyah (Zainuddin, 1992: 9).

Dengan demikian, dapat disimpulkan Tujuan dari Pendidikan Tauhid adalah tertanamnya aqidah tauhid dalam jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.

Dokumen terkait