TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
4.4. Hasil Pekerjaan
4.4.7. Data dan Pengolahan Data
Pada penelitian ini dibutuhkan beberapa data dari setiap permasalahan. Berikut merupakan penjelasan mengenai data-data yang diperlukan pada masing-masing permasalahan:
75 a. Efisiensi penggunaan bahan
Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan efisiensi bahan berupa, jenis komponen yang diproduksi, no. KKP, jenis bahan yang digunakan, jumlah komponen yang diproduksi, jenis mesin yang digunakan, estimasi berat bahan yang digunakan untuk satu produk, dan jumlah produk reject. No. KKP digunakan agar dapat mencari data lebih mudah ketika data-data tersebut dibutuhkan. Jenis komponen dan jenis bahan yang digunakan untuk mengetahui berat bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan satu komponen. Jenis mesin yang digunakan untuk menganalisis efisiensi bahan yang digunakan apakah dipengrahi oleh faktor mesin atau tidak. Jumlah produk reject dibutuhkan untuk menghitungan efisiensi bahan dengan mengetahui estimasi penggunaan bahan dengan penggunaan bahan yang aktual. Data-data dan pengolahan data tersebut ditunjukkan pada Lampiran dari laporan ini.
b. Penyebab utama produk reject
Data-data yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi penyebab produk reject adalah jenis komponen beserta jumlah produk reject setiap harinya, jenis mesin yang digunakan, serta jumlah produk reject berdasarkan penyebabnya. Berdasarkan data tersebut dapat dilakukan analisis terhadap penyebab produk reject. Produk reject tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor mesin, jumlah produksi, operator, maupun faktor lainnya. Data-data dan pengolahan data tersebut ditunjukkan pada Lampiran.
c. Umur persiapan komponen
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung umur persiapan komponen dapat dilihat pada lembar persiapan komponen, dimana data yang dibutuhkan adalah jenis komponen, jumlah komponen yang diproduksi, serta tanggal awal persiapan hingga akhir persiapan. Data-data dan pengolahan data tersebut ditunjukkan pada Lampiran.
d. Umur pengiriman barang
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung umur pengiriman barang dapat dilihat pada lembar persiapan komponen, dimana data yang dibutuhkan adalah jenis komponen, jumlah komponen yang diproduksi, serta tanggal mulai pengiriman hingga pengiriman sampai pada konsumen. Data-data dan pengolahan data tersebut ditunjukkan pada Lampiran.
76 4.4.8. Analisis dan Pembahasan a. Efisiensi penggunaan bahan
Proses produksi yang dilakukan di unit MAKP untuk memproduksi komponen plastik terdiri dari beberapa macam bahan, yaitu PP Copolymer Cosmoplene AV 161, UBE Nylon Polyamide 6, ABS Toyolac 700-314 Natural, TPU Desmopan, ABS Crusher, Celcon M90, Tecgnyl A 205 F NAT, PA 6+ GF, dan Nylon Akulon. Perhitungan efisiensi penggunaan bahan dilakukan terhadap masing-masing jenis bahan. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Microsoft Excel didapatkan rata-rata berat bahan berlebih dan nilai efisiensi penggunaan pada masing-masing bahan pada periode Agustus-September pada Tabel 4.1.:
Tabel 4.1. Hasil Pengolahan Data Penggunaan Bahan
No. Jenis Bahan
Berat Bahan Masuk (kg) Berat Bahan Terbuang (kg) Berat Bahan Keluar (kg) Nilai Efisiensi (%) 1 PP Copolymer-cosmoplene AV 161 23996 702 24698 97.1577
2 UBE Nylon Polyamide 6 8460 43 8503 99.4943
3 Tecgnyl A 205 F NAT 2365 39 2404 98.3777 4 ABS Toyolac 700-314 Natural 8530 490 9020 94.5676 5 TPU Desmopan 2922 85 3007 97.1733 6 ABS Crusher 9215 538 9753 94.4837 7 Celcon M90 3670 2 3672 99.9455 8 PA 6+ GF 15283 33 15316 99.7845 9 Nylon Akulon 31975 0 31975 100
Nilai efisiensi penggunaan bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah produk yang cacat, berat bahan baku yang berlebih, jumlah produksi, frekuensi produksi, standar berat bahan baku yang ditetapkan, dsb. Pada proses produksi di unit MAKP faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai efisiensi bahan adalah jumlah produk cacat, berat bahan baku yang berlebih, dan frekuensi produksi. Bahan baku yang memiliki nilai efisiensi paling besar adalah Nylon Akulon, yaitu sebesar 100%. Sedangkan, nilai efisiensi terkecil adalah nilai efisiensi dari bahan ABS Crusher sebesar 94.4837%. Bahan baku dengan berat bahan baku terbuang paling berat adalah bahan PP Copolymer Cosmoplene AV 161 sebesar 702 kg.
77
Sedangkan, untuk bahan baku berlebih paling sedikit adalah bahan Nylon Akulon sebesar 0 kg atau penggunaan bahan tidak mengalami kelebihan.
Pada hasil perhitungan efisiensi penggunaan bahan dapat dilihat bahwa nilai efisiensi bahan terbesar dapat diakibatkan karena frekuensi penggunaan bahan baku yang tidak sebanyak bahan baku lainnya sehingga jumlah atau berat bahan baku yang digunakan lebih sedikit dan mengakibatkan nilai efisiensi yang penuh sebesar 100% sedangkan untuk bahan ABS Crusher yang memiliki nilai efisiensi paling kecil dibandingkan bahan baku lainnya dapat disebabkan oleh jumlah produk cacat dalam proses produksi suatu produk yang berbahan baku ABS Crusher. Sehingga, penggunaan bahan baku ABS Crusher melebihi standar penggunaan bahan yang telah ditetapkan. Bahan baku PP Copolymer Cosmoplene memiliki kelebihan penggunaan bahan baku paling berat dibandingkan bahan baku lainnya, tetapi nilai efisiensi dari penggunaan bahan baku tersebut tidak berada pada posisi paling kecil tetapi pada posisi tengah-tengah. Hal tersebut diakibatkan karena frekuensi penggunaan bahan baku PP Copolymer Cosmoplene yang berjumlah cukup banyak sehingga berat bahan baku berlebih yang digunakan juga dalam jumlah yang besar. Bahan baku dengan berat berlebih paling kecil atau bahkan tidak ada adalah bahan baku Nylon Aukson. Hal tersebut diakibatkan karena frekuensi penggunaan bahan baku tersebut dalam jumlah sedikit dan pada proses produksi tidak terdapat produk cacat sehingga tidak terdapat bahan baku berlebih.
Efisiensi penggunaan bahan baku dari masing-masing bahan baku memiliki nilai diatas 90%. Hal tersebut dapat dikatakan penggunaan bahan baku ini masih efisien karena memiliki nilai efisiensi yang masih dalam ketegori tinggi. Strategi untuk meningkatkan nilai efisiensi tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah produk reject karena adanya produk reject merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan bahan baku. Semakin banyak jumlah produk reject, maka semakin banyak kelebihan bahan baku yang digunakan. Tindakan untuk mengurangi jumlah produk reject tersebut dilakukan dengan cara evaluasi mengenai penyebab terjadinya reject. Selain itu, perusahaan dapat mengantisipasi kekurangan bahan ataupun kelebihan penggunaan bahan dengan melihat data masa lalu. Berdasarkan data masa lalu tersebut dapat dilakukan perencanaan dan pengendalian bahan baku, sehingga bahan baku yang disediakan tidak kurang maupun tidak lebih. Hal tersebut juga dapat dilakukan untuk mengantisipasi jika terdapat produk yang reject dan harus melakukan rework. Jika harus dilakukan
78
rework, maka rework dapat dilakukan dengan menggunakan sisa bahan yang ada. Sedangkan, jika bahan yang digunakan tersisa maka dapat digunakan untuk produksi berikutnya.
b. Penyebab utama produk reject
Pada unit MAKP dalam setiap proses produksi seringkali terdapat produk reject. Reject terhadap produk disebabkan oleh berbagai faktor, seperti temperatur mesin pada saat proses produksi dilakukan terlalu panas ataupun terlalu dingin, bahan yang digunakan berkualitas kurang baik sehingga ketika dipanaskan bahan meleleh dan tidak bisa dicetak,serta molding yang terlalu panas ataupun dingin. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan produk mengalami kecacatan berupa produk lembab, volume produk tidak penuh, warna tidak sesuai dengan yang diharapkan seperti warna belang atau pudar pada sebagian sisi produk, terdapat bagian produk yang pecah, serta permukaan produk yang kurang halus.
Pelaksanaan evaluasi penyebab utama produk reject ini dilakukan dengan menghitung jumlah produk cacat pada setiap produksi dan menganalisis jenis kecacatan yang terjadi. Data yang digunakan dalam evaluasi ini merupakan data produksi periode Agustus-September. Data tersebut sama dengan data yang digunakan dalam melakukan perhitungan efisiensi penggunaan bahan baku yang diperoleh dari Kertas Kerja Produksi (KKP).
Berdasarkan hasil pemeriksaan produk reject disetiap mesin injeksi maupun bagian gudang terdapat 3 jenis kecacatan produk, yaitu kempot, warna belang atau pudar, Diagram yang menunjukkan persentase jumlah produk dari masing-masing jenis reject ditunjukkan pada Gambar 4.2.:
79
Gambar 4.2. Diagram Persentase Jumlah Produk Reject
Pada Gambar 4.2. dapat dilihat persentase jumlah produk reject berupa kempot sebesar 10%, belang sebesar 30%, dan tidak penuh sebesar 60%. Jenis reject yang paling banyak adalah hasil produksi yang tidak penuh. Hasil produksi yang tidak penuh tersebut menyebabkan bentuk produk tidak sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Terdapat beberapa bagian produk yang tidak utuh. Misalnya, bagian ujung produk tidak terbentuk sehingga produk yang seharusnya memiliki sudut tetapi ini bagian ujung produk berlubang. Hal ini disebabkan oleh temperatur mesin yang terlalu panas pada saat proses injeksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator diketahui bahwa kecacatan tersebut paling sering terjadi di awal proses produksi karena pengaturan suhu pada mesin injeksi yang kurang tepat sehingga suhu terlalu panas dan menyebabkan bagian produk meleleh sehingga produk tidak utuh.
Pengaturan suhu yang tidak tepat tersebut dapat dipengaruhi oleh keahlian operator dalam mengatur dan menggunakan mesin terlebih beberapa operator yang merupakan pekerja baru. Melihat hal tersebut, maka dimungkinkan adanya pelatihan atau training yang ditujukan kepada para operator terutama operator baru dalam menggunakan mesin. Selain itu, pada setiap mesin injeksi dapat diberikan lembar Standard Operating Procedure (SOP) dari penggunaan mesin injeksi tersebut sehingga sebelum melakukan proses produksi, operator terlebih dahulu dapat melihat prosedur dan cara penggunaan mesin dengan tepat.
10% 30% 60%