BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Prosedur Penelitian
Berdasarkan diagram alir flowchart, simulasi dan pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
MULAI
PENGUMPULAN DATA
PEMODELAN DIAGRAM SATU GARIS PADA ATP
INPUT DATA
MENJALANKAN SIMULASI KEDIP TEGANGAN TANPA
SVC dan STATCOM
PEMASANGAN STATCOM
MENJALANKAN SIMULASI TEGANGAN KEDIP SETELAH
PEMASANGAN SVC
MENJALANKAN SIMULASI TEGANGAN KEDIP SETELAH
PEMASANGAN STATCOM
ANALISIS HASIL SIMULASI SEBELUM dan SESUDAH
PEMASANGAN SVC dan STATCOM
KESIMPULAN
SELESAI PEMASANGAN SVC
BANDINGKAN HASIL ANALISIS
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian
1. Pengumpulan data
Proses pengumpulan data melakukan pencarian terhadap data-data yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian, yaitu data jaringan sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder.
2. Pemodelan diagram satu garis
Setelah data diperoleh, kemudian dibuat diagram satu garis pada software ATP Draw versi 6.3. Diagram satu garis sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder ditunjukkan pada Gambar 3.2 [16].
Gambar 3.2 Diagram satu garis sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder
3. Input data
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dimasukkan ke dalam simulasi aliran daya. Data-data yang dibutuhkan telah diuraikan pada prosedur “Pengumpulan data” di atas.
a. Data generator
Sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder terdiri dari satu buah generator yang berfungsi sebagai pembangkit daya listrik. Data spesifikasi generator memiliki nilai tegangan antar fasa sebesar 115 kV dan frekuensi 60 Hz.
b. Data transformator
Pada penelitian ini terdapat dua buah transformator yang digunakan. Yang pertama adalah transformator dengan rating sebesar 5000 kVA dan yang kedua sebesar 500 kVA. Data transformator yang terdapat pada sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder ini seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Transformator [16]
Name Tag kVA kV-High kV-Low R - % X - %
Substation 5000 115 – D 4,16 – Gr.W 1 8
XFM-1 500 4.16 – Gr.W 0,48 – Gr.W 1,1 2
c. Data beban yang terpasang
Standar IEEE 13 Node Test Feeder terdiri dari dua jenis beban. Jenis beban yang pertama adalah jenis beban Spot Loads yaitu beban yang terhubung langsung di titik node seperti pada Tabel 3.2 dan yang kedua adalah Distributed Loads yakni beban yang terpasang diantara dua titik node seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.2 Data Spot Loads [16]
Node Ph-1 Tabel 3.3 Data Distributed Loads [16]
Node A Node B Ph-1
d. Data Kapasitor Bank
Selain beban yang terhubung dengan sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder, terdapat juga dua buah kapasitor bank yang terhubung di titik node 675 dan titik node 611. Data kedua kapasitor bank tersebut seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Data Kapasitor Bank [16]
Node Ph-1 (kVar) Ph-2 (kVar) Ph-3 (kVar) e. Data Penghantar
Data penghantar pada jaringan distribusi IEEE 13 Node Test Feeder seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Data Penghantar [16]
Node A Node B Panjang (ft) f. Menjalankan simulasi awal
Jaringan yang sudah dimodelkan kemudian disimulasikan pada jendela kerja ATP Draw melalui menu Compile. Setelah proses simulasi selesai maka Software ATP Draw dapat menampilkan bentuk gelombang pada setiap Node
melalui menu Execute Plot Command. Proses simulasi awal digunakan untuk mengetahui gelombang tegangan sebelum terjadi gangguan pada setiap Node.
g. Menentukan Node yang akan dipasang SVC dan STATCOM
Setelah simulasi aliran daya dilakukan, maka ditentukan Node mana saja yang direncanakan untuk dipasangkan SVC dan STATCOM. Pada penentuan titik tempat pemasangan dilakukan secara acak.
h. Menjalankan simulasi kedip tegangan dengan alat kompensator
Simulasi kedip tegangan digunakan untuk mengetahui besar penurunan nilai tegangan apakah sudah sesuai dengan batas nilai kedip tegangan yang telah ditetapkan Std. IEEE 1159-1995. Kemudian dijalankan simulasi kedip tegangan sebelum dan sesudah pemasangan SVC dan STATCOM untuk mengetahui dampak pemasangan alat kompensator tersebut terhadap batas toleransi kedip tegangan pada sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder.
i. Menganalisis hasil simulasi
Setelah didapat hasil aliran daya dan gelombang tegangan setiap Node sebelum dan sesudah pemasangan alat kompensator, maka dapat ditarik kesimpulan bagaimana pengaruh alat kompensator tersebut terhadap mitigasi kedip tegangan akibat dari gangguan hubung singkat yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Simulasi Aliran Daya Sebelum Pemasangan SVC dan STATCOM Sebelum melakukan penelitian pemasangan SVC dan STATCOM terhadap sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder, maka terlebih dahulu melakukan studi aliran daya. Simulasi aliran daya dibantu oleh program ATP Draw dengan memodelkan sistem distribusi seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Pemodelan Sistem pada Program ATP Draw
Pada saat pemodelan sistem, data yang digunakan ialah diagram satu garis sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder, dimana dapat dilihat pada Gambar 3.2 (Sub Bab 3.5). Hasil aliran daya sebelum pemasangan kompensator kedip tegangan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Aliran daya sebelum pemasangan SVC dan STATCOM Nama
Berdasarkan data hasil simulasi aliran daya pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hanya ada satu buah titik yang memiliki nilai tegangan diatas 1 pu, yakni Node 650. Node GEN tidak dihitung kedalam kelompok Node yang memiliki nilai diatas 1 pu karena tidak termasuk dalam kelompok Node standar jaringan
distribusi IEEE 13 Node Test Feeder. Sedangkan titik lainnya memiliki nilai tegangan dibawah 1 pu. Selain itu, melalui Tabel 4.1 juga dapat diketahui bahwa Node yang berada paling dekat dengan sumber tegangan memiliki nilai tegangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Node yang lebih jauh. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya rugi-rugi pada jaringan apabila jarak penyaluran energi listrik semakin jauh sehingga menyebabkan terjadinya penurunan nilai tegangan (Voltage Drop).
4.2 Simulasi Kedip Tegangan Sebelum Pemasangan SVC dan STATCOM Simulasi kedip tegangan pada jaringan sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder dilakukan dengan memberikan gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah pada kawat fasa A pada Node 680 selama 0,1 detik. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dipilih dan diterapkan ke dalam simulasi karena peluang kemunculan gangguan yang paling sering terjadi di dalam kehidupan nyata.
Bentuk gelombang tegangan pada fasa A di Node 680 selama gangguan seperti Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Gelombang Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:680A
Gelombang Fasa A di Tititk Node 680
Awal gangguan
Akhir gangguan
Proses transien
Berdasarkan bentuk gelombang pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa terjadi gangguan di Node 680 berawal dari interval waktu 1,3 detik dan berakhir pada 1,4 detik. Setelah gangguan menghilang maka gelombang akan mengalami proses transien dalam durasi yang singkat sebelum kembali ke bentuk gelombang awal yaitu selama 0.0312 detik.. Pada saat proses transien, terjadi maksimal penambahan tegangan sebesar 4204,1 volt atau sama dengan 142,4 % dari tegangan normal . Besarnya kedip tegangan yang terjadi pada setiap Node seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kedip tegangan sebelum kompensator Nama Node Nominal
Tegangan (kV)
Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat dilihat titik yang memiliki nilai kedip tegangan terbesar adalah Node 650 yaitu sebesar 88,97 % dan terkecil adalah Node 671 dan 692 sebesar 26,10 %. Selain itu, melalui Tabel 4.2 juga dapat diketahui bahwa Node yang berada paling dekat dengan titik gangguan memiliki nilai kedip tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan Node yang berada lebih jauh. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya impedansi sumber apabila jarak titik gangguan dari Node semakin jauh. Bentuk gelombang kedip tegangan yang memiliki nilai terbesar dan terkecil berturut-turut seperti Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
Gambar 4.3 Gelombang Fasa A di Node 650
Keterangan gambar:
1 : Awal terjadinya gangguan 2 : Magnitude tegangan normal 3 : Magnitude kedip tegangan 4 : Proses transien
5 : Akhir terjadinya gangguan
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui nilai magnitude tegangan normal sebelum terjadinya gangguan adalah sebesar 3457,5 volt dan magnitude kedip
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:650A 1,15 1,20 1,25 1,30 1,35 1,40 1,45 1,50 [s] 1,55
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Fasa A di Titik Node 650
1
2 3 4 5
tegangan sebesar 2444,8 volt. Melalui Persamaan 2.2 dapat dihitung nilai kedip tegangan yang muncul yaitu sebesar 88,97 %.
Gambar 4.4 Gelombang Fasa A di Node 671
Gambar 4.5 Gelombang Fasa A di Node 692 Keterangan gambar:
1 : Awal terjadinya gangguan 2 : Magnitude tegangan normal 3 : Magnitude kedip tegangan 4 : Proses transien
5 : Akhir terjadinya gangguan
Berdasarkan Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 diperoleh nilai magnitude tegangan normal yaitu sebesar 2951,8 volt dan magnitude kedip tegangan sebesar
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:671A
Gelombang Fasa A di Titik Node 671
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:692A
Gelombang Fasa A di Titik Node 692
1
770,5 volt. Kedip tegangan yang muncul yaitu sebesar 26,10 %. Besarnya penambahan tegangan maksimal pada saat proses transien pada Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 berturut-turut yaitu sebesar 440,9 volt, 2189,5 volt dan 2165,1 volt. Sedangkan untuk hasil bentuk gelombang fasa A pada setiap titik yang mengalami kedip tegangan dilampirkan seperti pada Lampiran.
4.3 Simulasi Kedip Tegangan Setelah Pemasangan SVC
Setelah gangguan hubung singkat terjadi, kedip tegangan yang muncul akan direduksi dengan memasang sebuah alat kompensator yaitu SVC. Penentuan titik pemasangan kompensator dilakukan secara acak dan ditentukan pada Node 671.
Pemodelan bentuk SVC seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pemodelan SVC
Setelah melakukan simulasi pemasangan SVC pada Node 671, maka aliran daya pada sistem seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Aliran daya setelah pemasangan SVC
Berdasarkan data hasil simulasi aliran daya pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa setelah pemasangan SVC terjadi kenaikan nilai tegangan dan sudut pada setiap Node. Node yang memiliki nilai tegangan tertinggi adalah Node 650 yaitu sebesar 1,059 pu dan terendah adalah Node 675 sebesar 0,940 pu. Sedangkan besarnya kedip tegangan pada masing-masing titik Setelah pemasangan SVC seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kedip tegangan setelah pemasangan SVC Nama Node Nominal
Tegangan (kV)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan nilai kedip tegangan setelah pemasangan SVC. Perbaikan nilai kedip tegangan terbesar terjadi pada Node 671 dan 692 yaitu sebesar 4,08 %. Node 671 dan 692 mengalami kenaikan terbesar karena jarak dengan titik pemasangan kompensator lebih dekat. Sedangkan kenaikan terendah terjadi pada Node 634 sebesar 0,01 %.
4.4 Simulasi Kedip Tegangan Setelah Pemasangan STATCOM
Sama halnya dengan pemasangan SVC, STATCOM dipasang pada titik yang sama. Pemodelan STATCOM pada program ATP Draw seperti Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pemodelan STATCOM
STATCOM dipasang pada jaringan IEEE 13 Node Test Feeder di Node 671. Setelah pemasangan STATCOM, adapun perubahan nilai aliran daya sistem yang terjadi seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Aliran daya setelah pemasangan STATCOM Nama
Nama
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan tegangan pada seluruh Node. Node yang memiliki nilai tegangan tertinggi masih tetap berada di Node 650 yaitu sebesar 1,036 pu, sedangkan nilai terendah adalah Node 675 sebesar 0,903 pu. Besarnya perbaikan kedip tegangan yang terjadi setelah pemasangan STATCOM seperti Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kedip tegangan setelah pemasangan STATCOM Nama Node Nominal
Tegangan (kV)
Nama Node Nominal
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa kedip tegangan mengalami perbaikan setelah pemasangan STATCOM. Titik yang memiliki nilai kedip tegangan tertinggi adalah Node 650 yaitu sebesar 93,38 % dan yang terendah adalah Node 671 dan 692 sebesar 33,70 %.
4.5 Perbandingan Hasil Mitigasi Kedip Tegangan Setelah Pemasangan SVC dan STATCOM
Setelah pemasangan SVC dan STATCOM pada jaringan sistem distribusi telah selesai dilakukan, kemudian hasil yang telah diperoleh akan dibandingkan.
Perbandingan hasil mitigasi kedip tegangan seperti Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Perbandingan mitigasi kedip tegangan Nama
Node
Tanpa kompensator Menggunakan SVC Menggunakan STATCOM
Nama Node
Tanpa kompensator Menggunakan SVC Menggunakan STATCOM keadaan tersebut, yang memiliki nilai kedip tegangan tertinggi adalah pada saat sistem dihubungkan dengan STATCOM yaitu sebesar 93,38 %. Tabel 4.7 juga dapat ditampilkan ke dalam bentuk diagram batang seperti Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Perbandingan Mitigasi Kedip Tegangan
Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui bahwa mitigasi kedip tegangan yang dilakukan dengan pemasangan STATCOM bekerja lebih baik dan dapat dilihat
0
650 646 645 632 633 634 611 684 671 692 675 652
Kedip Tegangan (%)
Node
Perbandingan Mitigasi Kedip Tegangan
Tanpa SVC & STATCOM SVC STATCOM
Lanjutan Tabel 4.7
pada batang diagram berwarna hijau yang bernilai lebih tinggi daripada batang diagram lainnya. Kedip tegangan tanpa SVC & STATCOM diwakilkan oleh batang diagram berwarna biru. Kedip tegangan tertinggi pada saat kondisi tanpa SVC & STATCOM terdapat di Node 650 yaitu sebesar 88,97 %, sedangkan kedip tegangan terendah terjadi di Node 671 dan 692 sebesar 26,10 %. Pada saat pemasangan SVC, mitigasi kedip tegangan tertinggi terjadi di Node 671 dan 692 yaitu terjadi perbaikan sebesar 4,08 %. Besar kedip tegangan pada saat tanpa SVC yaitu sebesar 26,10 % kemudian naik menjadi 30,18 %. Pada saat pemasangan STATCOM, mitigasi kedip tegangan tertinggi terdapat di Node 646 yaitu sebesar 11,24 %. Besar kedip tegangan pada saat sebelum pemasangan STATCOM yaitu sebesar 51,69 % kemudian setelah dimitigasi naik menjadi 62,93 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulansebagai berikut ini :
1. Hasil mitigasi kedip tegangan menunjukkan bahwa pemasangan STATCOM pada Node 671 jaringan distribusi IEEE 13 Node Test Feeder bekerja lebih spesifik daripada pemasangan SVC.
2. Pemasangan SVC di titik 671 menghasilkan mitigasi kedip tegangan tertinggi sebesar 4,08 % di Node 671 dan 692 sedangkan mitigasi terendah sebesar 0,01 % pada Node 634.
3. Pemasangan STATCOM di titik 671 menghasilkan mitigasi kedip tegangan tertinggi sebesar 11,24 % di Node 646 sedangkan mitigasi terendah sebesar 4,40 % pada Node 650.
5.1 SARAN
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini adalah menambah penggunaan metode optimasi peletakan kompensator dan menganalisis mitigasi kedip tegangan dengan penggunaan peralatan Flexible AC Transmission System lainnya seperti UPFC (Unified Power Flow Controller), SSSC (Static SeriesSynchronous Compensator) dan peralatan FACTS lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] IEEE Standard 1159-1995 (1995), ‘IEEE Recommended Practices on Monitoring Electric Power Quality’, IEEE, New York.
[2] Tien, Dung Vo. 2017. Analysis and Simulation of Causes of Voltage Sags Using EMTP. VSB-TUO Technical University of Ostrava. Republik Ceko.
[3] Wang, Zhijun. 2013. Induction Motor Interactions after Voltage Sags.
School of Electrical Engineering Shandong University. China.
[4] ABB Automation & Power World (2011), 'Static Var Compensator (SVC) Applications for Improving Transmission System Performance’, ABB Library.
[5] Gonen, Turan. 1986. Elektric Power Distribution System Engineering.
McGraw-Hill.
[6] IEEE Standard 519-1992 (1992), ‘Power Quality Standard’, IEEE, New York.
[7] Bollen, Math H. J. 2000. Understanding Power Quality Problems:
Voltage Sags and Interuption. Wiley-Interscience.
[8] Ahmed TEKE. 2005. Modelling of Dynamic Voltage Restorer. MSc Thesis, University of Cukurova Institute of Natural and Applied Science.
Adana.
[9] Pacific Gas and Electric Company (2007), ‘Voltage Sag Immunity Standard-SEMI F47 and F42-’, Power Quality Bulletin No.3.
[10] Patne, Thakre. 2008. Factor Affecting Characteristic of Sag Voltage Due to Fault in the Power System. Serbian Journal of Electrical Engineering.
[11] Nugroho, Arif. 2015. Analisis Reduksi Arus Gangguan dan Perbaikan Tegangan Dip pada Sistem Jaringan Distribusi Rungkut Dengan SFCL Tipe Aktif. Teknik Elektro ITS. Surabaya.
[12] Sianturi, Risjen. 2016. Pengaruh Pemasangan STATIC VAR COMPENSATOR (SVC) terhadap aliran daya jaringan distribusi 20 kV (Studi Kasus: Penyulang PM 6 GI Pematangsiantar). Teknik Elektro USU. Medan.
[13] Panggabean, Sandro Levi. 2016. Optimasi Penentuan Lokasi Pemasangan STATIC VAR COMPENSATOR (SVC) pada Sistem Transmisi Sumbagut 150 kV Berbasis Metode Genetic Algorithm. Teknik Elektro USU. Medan.
[14] Saut, Tjan. 2010. Analisis Penggunaan Dstatcom Untuk Mengurangi Fluktuasi Tegangan yang Disebabkan oleh Tanur Busur Listrik AC. Teknik Elektro USU. Medan.
[15] Alternative Transients Program Rule Book
[16] Distribution System Analysis Subcommittee, ‘IEEE 13 Node Test Feeder’, IEEE.
Lampiran 1
A. Simulasi Kedip Tegangan Sebelum Pemasangan SVC dan STATCOM
Titik Node 650
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3457,5 V 𝑉2 = 3076,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2444,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 2175,3 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 88,97 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 88,97 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:650A v:650B v:650C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 650
Titik Node 646
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3106 V 𝑉2 = 1605,7 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2196,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1135,4 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 51,69 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 51,69 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:646A v:646B v:646C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 646
Titik Node 645
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3106,9 V 𝑉2 = 1606,9 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2196,9 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1136,2 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 51,72 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 51,72 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:645A v:645B v:645C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 645
Titik Node 632
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3108,6 V 𝑉2 = 1610 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2198,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1138,4 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 51,79 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 51,79 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:632A v:632B v:632C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 632
Titik Node 633
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3094,5 V 𝑉2 = 1627 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2188,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1150,4 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 52,57 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 52,57 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:633A v:633B v:633C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 633
Titik Node 634
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 367,9 V 𝑉2 = 194,6 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 260,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 137,6 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 52,90 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 52,90 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:634A v:634B v:634C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-600 -400 -200 0 200 400 600
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 634
Titik Node 611
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2949,3 V 𝑉2 = 774,3 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2085,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 547,5 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 26,25 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 26,25 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:611A v:611B v:611C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 611
Titik Node 684
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2946,8 V 𝑉2 = 770,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2083,7 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 545,0 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 26,15 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 26,15 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:684A v:684B v:684C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 684
Titik Node 671
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2951,8 V 𝑉2 = 770,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2087,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 544,8 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 26,10 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 26,10 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:671A v:671B v:671C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 671
Titik Node 692
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2951,8 V 𝑉2 = 770,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2087,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 544,8 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 26,10 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 26,10 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:692A v:692B v:692C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 692
Titik Node 675
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2914,1 V 𝑉2 = 767,9 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2060,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 543,0 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 26,35 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 26,35 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:675A v:675B v:675C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 675
Titik Node 652
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2926,6 V 𝑉2 = 767,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2069,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 542,7 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 26,22 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 26,22 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:652A v:652B v:652C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6500 -4875 -3250 -1625 0 1625 3250 4875 6500 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 652
B. Simulasi Kedip Tegangan Setelah Pemasangan SVC
Titik Node 650
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3567 V 𝑉2 = 3180,7 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2522,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 2188,9 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 89,17 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 89,17 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:650A v:650B v:650C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 650
Titik Node 646
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3269,4 V 𝑉2 = 1717,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2311,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1214,1 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 52,52 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 52,52 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:646A v:646B v:646C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 646
Titik Node 645
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3269,7 V 𝑉2 = 1718,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2312,0 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1214,8 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 52,54 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 52,54 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:645A v:645B v:645C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 645
Titik Node 632
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3269,8 V 𝑉2 = 1720,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2312,0 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1216,7 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 52,62 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 52,62 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:632A v:632B v:632C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 632
Titik Node 633
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3254,3 V 𝑉2 = 1729,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2301,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1222,7 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 53,13 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 53,13 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:633A v:633B v:633C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 633
Titik Node 634
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 387,9 V 𝑉2 = 205,3 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 274,3 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 145,1 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 52,91 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 52,91 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:634A v:634B v:634C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-500 -375 -250 -125 0 125 250 375 500 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 634
Titik Node 611
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3135,1 V 𝑉2 = 949,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2216,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 671,1 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 30,27 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 30,27 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:611A v:611B v:611C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 611
Titik Node 684
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3132,6 V 𝑉2 = 945,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2215,0 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 668,3 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 30,17 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 30,17 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:684A v:684B v:684C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 684
Titik Node 671
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3138,3 V 𝑉2 = 947,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2219,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 669,9 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 30,18 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 30,18 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:B671A v:B671B v:B671C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 671
Titik Node 692
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3138,3 V 𝑉2 = 947,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2219,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 669,9 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 30,18 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 30,18 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:692A v:692B v:692C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 692
Titik Node 675
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3095,3 V 𝑉2 = 939,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2188,7 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 664,3 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 30,35 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 30,35 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:675A v:675B v:675C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 675
Titik Node 652
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3110,5 V 𝑉2 = 936,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2199,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 662,4 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 30,11 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 30,11 %
(file ORIGINALCIRCUIT.pl4; x-var t) v:652A v:652B v:652C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-7000 -5250 -3500 -1750 0 1750 3500 5250 7000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 652
C. Simulasi Kedip Tegangan Setelah Pemasangan STATCOM
Titik Node 650
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 3249,7 V 𝑉2 = 3034,6 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 2297,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 2145,7 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 93,38 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 93,38 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:650A v:650B v:650C 1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 650
Titik Node 646
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2410,0 V 𝑉2 = 1516,9 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1704,1 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1072,6 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 62,94 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 62,94 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:646A v:646B v:646C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 646
Titik Node 645
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2410,6 V 𝑉2 = 1517,7 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1704,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1073,1 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 62,95 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 62,95 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:645A v:645B v:645C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 645
Titik Node 632
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2411,9 V 𝑉2 = 1518,9 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1705,4 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1074,0 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 62,97 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 62,97 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:632A v:632B v:632C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 632
Titik Node 633
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 2400,3 V 𝑉2 = 1527,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1697,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 1080,1 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 63,63 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 63,63 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:633A v:633B v:633C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 633
Titik Node 634
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 285,2 V 𝑉2 = 181,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 201,6 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 128,5 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 63,74 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 63,74 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:634A v:634B v:634C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-600 -400 -200 0 200 400 600
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 634
Titik Node 611
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 1975,6 V 𝑉2 = 667,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1396,9 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 472,2 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 33,80 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 33,46 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:X0010A v:X0010B v:X0010C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 611
Titik Node 684
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 1973,7 V 𝑉2 = 667,7 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1395,6 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 472,1 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 33,83 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 33,83 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:684A v:684B v:684C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 684
Titik Node 671
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 1977,1 V 𝑉2 = 666,3 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1398,0 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 471,2 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 33,70 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 33,70 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:671A v:671B v:671C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 671
Titik Node 692
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 1977,1 V 𝑉2 = 666,3 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1398,0 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 471,2 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 33,70 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 33,70 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:692A v:692B v:692C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 692
Titik Node 675
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 1951,9 V 𝑉2 = 661,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1380,2 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 467,7 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 33,89 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 33,89 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:675A v:675B v:675C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-5000 -3750 -2500 -1250 0 1250 2500 3750 5000 [V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 675
Titik Node 652
Gelombang sebelum gangguan Gelombang setelah gangguan 𝑡1 = 1,2849 S 𝑡2 = 1,3351 S 𝑉1 = 1959,9 V 𝑉2 = 663,5 V 𝑉𝑟𝑚𝑠1 = 𝑉1
√2 = 1385,8 V 𝑉𝑟𝑚𝑠2 = 𝑉1
√2 = 469,5 V
% 𝑉𝑠𝑎𝑔 = [ 𝑉1−𝑉2
𝑉1 ] x 100% = 33,85 %
Maka besarnya kedip tegangan yang terjadi : 33,85 %
(file STATCOM.pl4; x-var t) v:652A v:652B v:652C
1,25 1,29 1,33 1,37 1,41 [s] 1,45
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
[V]
Gelombang Kedip pada Fasa A di Titik Node 652
Lampiran 2
Diagram satu garis sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder
646 645 632 633 634
650
692 675
611 684
652
671
680
Lampiran 3
Pemodelan diagram satu garis sistem distribusi IEEE 13 Node Test Feeder pada Program ATP Draw