• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.9 Data Daya Proteksi terhadap Gangguan Nyamuk

5.2 Pembahasan

Pada penelitian uji efektivitas losion repelan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) terhadap nyamuk Aedes aegypti sebelumnya telah dilakukan determinasi biji mimba di Herbarium Bogoriense, Puslitbang, LIPI, Bogor. Selanjutnya dilakukan maserasi biji mimba dengan pelarut n-heksana yang kemudian diuapkan dengan rotary evaporator dan didapatkan minyak mimba sebanyak 110 gram dengan rendemen sebesar 22%.

Pada penapisan fitokimia dari serbuk biji mimba (Azadirachta indica A.Juss)

dan minyak mimba yang diperoleh dari maserasi serbuk biji mimba menunjukkan hasil yang sama yaitu positif untuk flavanoid, saponin, steroid dan triterpen, minyak atsiri serta kumarin. Senyawa aktif yang paling banyak terdapat dalam biji mimba yaitu azadirachtin yang termasuk dalam senyawa golongan triterpenoid.

Kelompok Daya Proteksi Pada 15 Menit Jam Ke- (%) 0 1 2 3 4 5 6 Kontrol Positif (Autan) 90,60 84,03 75,00 68,21 67,48 61,92 56,07 0.5 % 79,27 74,00 54,18 40,92 30,21 21,42 14,64 1 % 86,80 78,03 70,87 61,39 55,82 47,64 43,92 1.5 % 88,67 81,99 77,12 70,46 65,10 61,92 51,24

Secara empiris sejak dahulu orang telah menggunakan mimba untuk mencegah gigitan nyamuk. Pada penelitian efektifitas repalan ini menggunakan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) sebagai zat berkhasiat yang diperoleh dengan cara maserasi biji mimba menggunakan pelarut n-heksan. Pelarut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas minyak, sebagian besar bergantung pada pelarut yang dipilih. Pelarut yang sesuai untuk gliserida adalah senyawa hidrokarbon rantai lurus karena mempunyai suhu didih rendah, n-heksan merupakan salah satu senyawa hidrokarbon yang segera dapat berkondensasi, mudah didapat, murah serta digunakan secara luas dengan suhu didih sebesar 68.7 °C. Losion yang dibuat terdiri dari empat formula dengan variasi konsentrasi minyak mimba. Tujuannya adalah untuk mengetahui keefektifitasan daya proteksi masing-masing formula losion terhadap nyamuk Aedes aegypti dan kestabilan fisik losion yang baik.

Hasil pemeriksaan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) yaitu secara organoleptis wujudnya berupa cair seperti minyak, warna kuning keruh dan bau khas. Minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki pH sebesar 5.59 dan nilai ini masih berada dalam kisaran pH kulit 4.5 – 6.5. Pengukuran derajat keasaman minyak mimba perlu dilakukan karena sediaan losion repelan ini ditujukan untuk pemakain topikal gunanya untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit.

Losion dibuat dengan metode pencampuran dua fase, yaitu fase minyak dengan fase air. Kedua fase dipanaskan terpisah, setelah melebur keduanya dicampur menjadi satu dimana fase air ditambahkan ke dalam fase minyak dalam keadaan panas- panas, kemudian diaduk sampai homogen. Setelah itu massa campuran digerus dalam lumpang hingga mencapai suhu kamar dan terbentuk massa losion yang homogen. Formula losion dibuat dibedakan berdasarkan konsentrasi minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) yang digunakan yang terbagi dalam tiga konsentrasi yaitu 0.5%, 1% dan

1.5% serta formula placebo sebagai kontrol negatif. Pemilihan konsentrasi dilakukan secara empiris yakni masyarakat biasa menggunakan minyak mimba sebesar 1% yang dilumaskan secara langsung ke kulit. Oleh karena itu dilakukan uji efektifitas repelan untuk konsentrasi di bawah 1% dan di atas 1% untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna antara ketiga konsentrasi minyak mimba tersebut yang telah diformulasikan dalam losion serta dibandingkan dengan formula losion placebo/ kontrol negatif.

Evaluasi losion meliputi pemeriksaan penampilan atau organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan derajat keasaman (pH), pemeriksaan kekentalan (viskositas), pemeriksaan pengaruh sentrifugasi dan pemeriksaaan pengaruh suhu terhadap keempat formula.

Pada uji stabilitas penyimpanan selama 4 minggu semua formula memiliki homogenitas yang baik ditunjukkan dengan tidak adanya granul-granul kasar pada permukaan kaca objek. Begitupula pada uji stabilitas cycling test yang dilakukan selama 6 siklus pada suhu 4°C dan 40°C menunjukkan homogenitas yang baik di awal dan di akhir siklus, namun pada akhir siklus losion terlihat memiliki banyak busa. Untuk pemeriksaan penampilan atau organoleptis yakni losion memiliki warna putih susu untuk keempat formula serta memiliki bau khas untuk formula yang mengandung minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dengan variasi konsentrasi (0.5%, 1%, 1.5%) dan keadaan ini tetap selama masa uji stabilitas penyimpanan serta uji cycling test.

Nilai pH untuk keempat formula losion pada uji stabilitas penyimpanan mengalami perubahan yang fluktuatif. Pada minggu pertama nilai pH rata-rata formula mengalami penurunan, kecuali formula dengan konsentrasi minya mimba 1% mengalami kenaikan nilai pH yakni dari 6.70 menjadi 6.85. Penurunan nilai pH ini disebabkan

karena masuknya CO2 ke dalam wadah saat wadah dibuka, gas CO2 yang bereaksi dengan air yang dapat menurunkan pH. Namun pada minggu kedua keempat formula mengalami kenaikan pH. Dan pada minggu ketiga semua formula mengalami penurunan nilai pH kembali. Sementara nilai pH keempat formula losion mengalami peningkatan kembali. Pada uji stabillitas cycling test nilai pH setiap formula losion pun mengalami kenaikan di akhir siklus. Uji cycling test ini dilakukan dalam suhu 4°C dan 40°C selama 6 siklus.

Pemeriksaan viskositas losion menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel R5 dan rpm 12. Semua formula losion mengalami peningkatan kekentalan baik pada uji stabilitas penyimpanan maupun pada stabilitas cyling test. Hal ini disebabkan karena viskositas sediaan semisolid dapat meningkat dengan meningkatnya umur sediaan tersebut sehingga dari minggu ke minggu nilai viskositas formula losion semakin meningkat. Kekentalan pada formula losion losion dapat terjadi karena adanya penguapan, sehingga kadar air yang terkandung dalam losion semakin berkurang. Nilai viskositas keempat formula losion tersebut berkisar antara 7420 – 14080 pada pengukuran selama 4 minggu. Dan nilai viskositas kontrol positif (Autan) yaitu sebesar 11280, hal ini menunjukkan bahwa viskositas keempat formula dengan viskositas Autan sebagai kontrol positif tidak terlalu jauh berbeda, hanya viskositas keempat formula mengalami kenaikan setelah penyimpanan selama 4 minggu.

Pada pemeriksaan metode sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit, semua formula losion menunjukkan tidak terjadinya suatu pemisahan. Hal ini berarti sediaan losion menunjukkan kestabilan yang baik. Metode sentrifugasi merupakan suatu fungsi gravitasi dari hukum Stokes, yaitu kenaikan dalam gravitasi mempercepat pemisahan (Lachman, 1994).

Untuk hasil dari pengujian keamanan kosmetik dengan Patch Test terhadap 10 relawan yang dioleskan dengan losion di punggung tanggannya selama 15 menit di udara terbuka yaitu negatif atau tidak terlihat reaksi alergi. Hal ini menunjukkan bahwa formula losion tersebut aman digunakan sebagai sediaan topikal karena tidak menunjukkan adanya tanda-tanda alergi atau iritasi pada kulit.

Dalam uji efektifitas sebagai repelan dilakukan pengujian ke dalam kandang yang telah berisikan 20 ekor nyamuk Aedes aegypti yang belum menghisap darah, pengujian dilakukan pada keempat formula losion yang terdiri dari satu formula placebo dan tiga formula dengan variasi konsentrasi minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) serta satu produk inovatif yang telah beredar di pasaran (Autan) sebagai kontrol positif selama 6 jam dan tiap jamnya selama 15 menit dilakukan pengamatan terhadap daya proteksi masing-masing formula losion terhadap nyamuk. Persentasi daya proteksi terbesar yakni pada kontrol positif (Autan) sebesar 90.60% pada jam ke 0. Setiap formula losion yang mengandung minyak mimba memiliki daya proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti bergantung pada konsentrasi minyak mimba. Semakin besar konsentrasi minyak mimba, maka daya proteksinya semakin besar yakni untuk formula losion dengan 1.5% minyak mimba memiliki daya proteksi sebesar 88.67% pada jam ke 0, 86.80% untuk daya proteksi losion dengan minyak mimba 1% serta 79.27% untuk losion dengan 0.5%. Daya efektifitas losion berbanding lurus dengan konsentrasi minyak mimba. Dan dengan bertambahnya waktu makan daya proteksi terhadap nyamuk atau efektifitas repelan pun semakin menurun.

Selanjutnya data yang diperoleh dari pengamatan dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan uji analisis varian (ANOVA) satu arah menggunakan program SPSS. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Metode

yang yang digunakan pada uji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dan homogenitasnya menggunakan uji Levene.

Berdasarkan uji normalitas menunjukkan efektifitas terhadap repalan terdapat 2 kelompok yang tidak normal, yakni pada jam ke 0 dan jam ke 1 olehkarena itu dilakukan pengujian Kruskal Wallis test. Berdasarkan Kruskal Wallis test diperoleh data bahwa Ho ditolak yang bearti terdapat perbedaan yang bermakna (p ≤ 0.5). Maka pengujian dapat dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode LSD. Sedangkan untuk uji homogenitas diperoleh satu kelompok yang tidak homogeny yakni pada jam ke 6, maka dilakukan pengujian dengan Kruskal Wallis test. Dan hasil yang diperoleh pada jam ke 6 yakni terdapat perbedaan yang bermakna maka data ini pun dapat dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode LSD.

Pada uji efektifitas terhadap repelan, Uji Analisis Variansi satu arah menunjukkan pada perlakuan jam ke 2 dan jam ke 3 formula losion minyak mimba konsentrasi 1 % dan 1.5 % memiliki kesetaraan efektifitas repelan dengan Autan, hal ini terlihat dari tidak adanya perbedaan secara bermakna antara kedua formula tersebut dengan Autan sebagai control positif (p ≥ 0.05).

Formula losion minyak mimba konsentrasi 1.5 % memiliki efektifitas yang setara denagn Autan pada jam ke 4, 5 dan 6, hal ini terlihat dari tidak adanya perbedaan secara bermakna antara formula tersebut dengan kontrol positifnya (p ≥ 0.05).

Dokumen terkait