• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji efektivitas losion repelan minyak mimba (azadirachta indica A. Juss) terhadap nyamuk Aedes aegypti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji efektivitas losion repelan minyak mimba (azadirachta indica A. Juss) terhadap nyamuk Aedes aegypti"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

1

UJI EFEKTIVITAS LOSION REPELAN MINYAK MIMBA (Azadirachta indica

A. Juss) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

OLEH :

EKA YUNIARSIH

NIM : 106102003399

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : EKA YUNIARSIH NIM : 106102003399

JUDUL : UJI EFEKTIVITAS LOSION REPELAN MINYAK MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Farida Sulistiawati, M.Si., Apt. Sabrina, M.Si., Apt.

NIP. 196701052006042001 NIP. 150411232

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul

UJI EFEKTIVITAS LOSION REPELAN MINYAK MIMBA (Azadirachta indica

A. Juss) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahakan dihadapan tim penguji oleh

Eka Yuniarsih NIM: 106102003399

Menyetujui,

Pembimbing:

1. Pembimbing I Farida Sulistiawati, M.Si, Apt. ...

2. Pembimbing II Sabrina, M.Si, Apt. ...

Penguji:

1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ...

2. Anggota Penguji I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ...

3. Anggota Penguji II Eka Puteri, M.Si, Apt. ...

4. Anggota Penguji III Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. ... Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Agustus 2010

(5)

ABSTRAK

Judul : Uji Efektifitas Losion Repelan Minyak Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti

Insect repellent atau repelan adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk melindungi manusia dari gigitan nyamuk bila dioleskan ke permukaan kulit. Salah satu bahan alam yang potensial sebagai repelan adalah mimba (Azadirachta indica A.Juss) dengan kandungan senyawa utama azadirachtin. Ekstrak n-heksana biji mimba diformulasikan ke dalam sediaan topikal (losion) dengan variasi konsentrasi 0.5% b/b, 1% b/b dan 1.5% b/b. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat losion minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss) serta menguji efektivitas repelan dari losion minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap nyamuk Aedes Aegypti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ketiga variasi konsentrasi minyak mimba memiliki efektifitas sebagai repelan dengan daya proteksi terbesar pada konsentrasi 1.5% b/b yaitu 88.67%.

(6)

ABSTRACK

Title : Test Effectiveness of lotions Repelan neem oil (Azadirachta indica A. Juss) on Aedes aegypti

Insect repellent or repelan is a material that has the ability to protect people from mosquito bites when applied to the skin surface.One of the potential natural materials as repelan is neem (Azadirachta indica A. Juss) with the main compound azadirachtin.N-hexane extract of neem seed formulated into a topical preparation (lotion) with concentration 0.5% w / w, 1% w / w and 1.5% w / w.The purpose of this research is to make lotion neem oil (Azadirachta indica A. Juss) as well as test the effectiveness of the lotion repelan neem oil (Azadirachta indica A. Juss) on Aedes aegypti

mosquitoes.Results from this study showed three different concentrations of neem oil has the power repelan effectiveness as the greatest protection at a concentration of 1.5% w / w which is 88.67%.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil a’lamin, segala puji hanya milik Allah beserta seru sekalian alam yang telah melimpahkan curahan nikmat-Nya kepada kita semua khususnya kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan diharapkan memberikan manfaat baik bagi penulis ataupun bagi para pembaca.

Skripsi dengan judul Uji Efektifitas Losion Repelan Minyak Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti disusun untuk memenuhi salah satu syarat yang digunakan untuk menempuh ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari, keberhasilan penulisan skripsi ini adalah karena karunia Allah SWT dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.(hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp., And., selaku Dekan fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. M. Yanis Musja, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Farida Sulistiawati, M.Si., Apt., selaku Pembimbing I dan Ibu Sabrina M.Si., Apt., selaku Pembimbing II yang telah membagikan ilmu dan pengetahuan serta membimbing penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Ayahanda Sunardi dan Ibunda Murtiningsih beserta keluarga terkasih yang selalu dengan ikhlas dan setia memberikan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis sampai saat ini.

5. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu serta bantuannya kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat tercinta penulis, Ayu Nuki Wahyuni, Dina Arianti, Erika Firdausi, Shabriela Yolanda, Aldy Aslam, Ibnu Arifiyanto yang telah banyak memberikan kontribusi dalam penelitian skripsi ini kepada penulis.

(8)

8. Teman-teman Farmasi angkatan 2006 yang telah menjadi keluarga selama menempuh pendidikan di kampus tercinta, terima kasih banyak atas segala pengalaman yang begitu menyenangkan selama 4 tahun ini.

9. Kak Eris, Kak Nurul, Mas Toni, dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan dalam penulisan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat menjadi sebuah pengetahuan yang bermafaat bagi kalangan akademia dan masyarakat pad umumnya.

Jakarta, Agustus 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……….. iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ……….. v

ABSTRACT ……… vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 4

1.3 Hipotesa ………... 4

1.4 Tujuan Penelitian ………. 5

1.5 Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

2.1 Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)…………. 6

2.1.1 Klasifikasi ………... 6

2.1.2 Ciri Morfologi ………. 6

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran ……….. 7

2.1.4 Kegunaan ………. 8

2.1.5 Kandungan Kimia ……….... 9

2.2 Minyak Lemak ……….. 11

2.3 Ekstraksi ……….... 12

2.4 Demam Berdarah Dengue ………. 13

2.5 Nyamuk Aedes aegypti ……….. 15

2.5.1 Klasifikasi dan Tata Nama ………... 15

2.5.2 Morfologi ………. 16

2.5.3 Siklus Hidup ………. 16

2.5.4 Perkembangan dan Pemeliharaan ………. 18

2.5.5 Upaya Pencegahan dan Pengendalian ……….. 19

2.6 Zat Penolak Nyamuk (Repellent) ……… 20

2.7 Losion ……….. 21

2.7.1 Losion Bentuk Emulsi ………... 22

2.8 Bahan-bahan Pembentuk Losion ………. 23

2.9 Monografi ……… 25

BAB III KERANGKA KONSEP ………. 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ……… 33

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……… 33

(10)

4.2.1 Alat Penelitian ………... 33

4.2.2 Bahan Penelitian ……… 33

4.3 Prosedur Penelitian ………... 34

4.3.1 Determinasi Tanaman Asal ……… 34

4.3.2 Pengumpulan dan Penyediaan Bahan Penelitian …... 34

4.3.3 Pembuatan Minyak Biji Mimba ………. 34

4.3.4 Penapisan Fitokimia Penapisan Fitokimia serbuk biji mimba dan ekstrak n-heksana biji mimba …………. 34

4.3.5 Formula Losion ……….. 38

4.3.6 Pembuatan Formula Losion ………... 38

4.3.7 Evaluasi Sediaan Losion ……… 39

4.3.8 Uji Efektivitas sebagai Repellent ………... 40

4.4 Analisa Data ………. 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 42

5.1 Hasil Penelitian ……….. 42

5.1.1 Determinasi Tanaman ………... 42

5.1.2 Penapisan Fitokimia ……….. 42

5.1.3 Ekstraksi Biji Mimba ……… 43

5.1.4 Pemeriksaan Minyak Mimba ……… 43

5.1.5 Hasil uji stabilitas losion pada penyimpanan suhu Kamar ………... 43

5.1.6 Hasil Uji Stabilitas Cycling Test ……….. 46

5.1.7 Hasil Uji Keamanan Losion (Patch Test) …………. 48

5.1.8 Hasil Rata-rata Jumlah Nyamuk Hinggap ……….... 49

5.1.9 Data Daya Proteksi terhadap Gangguan Nyamuk … 49 5.2 Pembahasan ………... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 57

6.1 Kesimpulan ……… 57

6.2 Saran ……….. 58

DAFTAR PUSTAKA ……….. 59

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula losion ………... 38

Tabel 2. Penapisan fitokimia serbuk dan minyak mimba ……….... 41

Tabel 3. Hasil pemeriksaan minyak mimba ………. 42

Tabel 4. Hasil pemeriksaan penampilan dan homogenitas ……….. 43

Tabel 5. Hasil pemeriksaan pH ………... 44

Tabel 6. Hasil pemeriksaan sentrifugasi ……….. 44

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Viskositas ... 45

Tabel 8. Hasil pemeriksaan penampilan dan homogenitas losion ……... 45

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan pH ………... 46

Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Sentrifugasi ………. 46

Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Viskositas ……… 47

Tabel 12. Hasil Uji Patch Test ………... 47

Tabel 13. Hasil Rata-rata jumlah nyamuk hinggap ………... 48

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Biji Mimba ………. 64

Gambar 2. Minyak Mimba ……….. 64

Gambar 3. Telur Nyamuk ……… 64

Gambar 4. Pemeliharaan Jentik Nyamuk ……… 64

Gambar 5. Losion Autan sebagai kontrol positif ……… 64

Gambar 6. Kandang Nyamuk ………. 65

Gambar 7. Sentrifuge ……….. 65

Gambar 8. Timbangan Analitik ……….. 65

Gambar 9. pH meter ………... 65

Gambar 10. Viskometer ………... 65

Gambar 11. Hasil Uji Stabilitas Penyimpanan ………. 70

Gambar 12. Sentrifuge minggu ke 0 ………. 71

Gambar 13. Sentrifuge minggu ke 4 ………. 71

Gambar 14. Kurva hasil pemeriksaan pH stabilitas penyimpanan suhu ruang (27°C) ………... 71

Gambar 15. Kurva hasil pemeriksaan viskositas stabilitas penyimpanan suhu ruang (27°C) ………... 72

Gambar 17. Kurva hasil pemeriksaan pH cycling test ……….. 73

Gambar 18. Kurva hasil pemeriksaan viskositas cycling test …………... 73

Gambar 19. Kurva daya proteksi terhadap nyamuk ……….. 76

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Bahan dan Alat Penelitian ………. 64

Lampiran 2. Hasil Determinasi………. 66

Lampiran 3. Skema Kerja Ekstraksi Minyak………. 67

Lampiran 4. Skema Pembuatan dan Evaluasi Losion………... 68

Lampiran 5. Skema Uji Efektivitas Repellent……….. 69

Lampiran 6. Gambar Uji Stabilitas Penyimpanan ……….. 70

Lampiran 7. Hasil Sentrifuge……… 71

Lampiran 8. Kurva Hasil Pemeriksaan pH Stabilitas Penyimpanan Suhu Ruang……….. 71

Lampiran 9. Kurva Hasil Pemeriksaan Viskositas Stabilitas Penyimpanan Suhu Ruang……….. 72

Lampiran 10. Kurva Hasil Pemeriksaan pH Cycling Test………. 72

Lampiran 11. Kurva Hasil Pemeriksaan Viskositas Cycling Test………. 73

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Uji efektivitas repelan………. 74

Lampiran 13. Daya Proteksi terhadap Nyamuk………. 76

[image:13.595.78.492.118.561.2]
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ terbesar yang letaknya paling luar dari tubuh dan merupakan pelindung. Kulit yang sehat dan halus merupakan dambaan setiap orang. Gigitan nyamuk dapat menimbulkan rasa gatal dan bercak merah pada kulit. Oleh karena itu kulit sebaiknya dilindungi dari gigitan nyamuk yang juga merupakan pembawa penyakit berbahaya seperti kaki gajah, malaria dan demam berdarah (Gandahusada, 1998).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberantas keberadaan nyamuk, salah satunya dengan menggunakan insektisida, namun penggunaan insektisida kimia sintetik dapat menyebabkan resistensi serangga, dan dapat mencemari lingkungan dan meracuni manusia serta serangga lain yang bukan sasaran. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan insektisida nabati. Insektisida ini berasal dari tumbuhan sehingga memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi, yaitu karena sifatnya yang mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan bahaya residu yang berat dan lebih selektif, yaitu tidak merugikan mahluk hidup dan lingkungan yang bukan sasaran (Kardinan, 2005).

(15)

iritasi ringan maupun berat terhadap kulit, dan bahan DEET juga bisa melunakkan bahan-bahan yang terbuat dari plastik. Adanya beberapa efek samping dari bahan sintetik ini membuat kita melirik kembali potensi bahan alami untuk melindungi kulit dari gigitan nyamuk (Kardinan, 2005).

Salah satu tanaman yang potensial adalah Mimba (Azadirachta indica A. Juss) yang dapat tumbuh dengan baik di daerah panas dan kering bahkan mampu tumbuh di daerah yang curah hujannya dibawah 500 mm per tahun, Dan mimba merupakan bahan alam yang dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati. Selain sebagai insektisida nabati, mimba juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, obat tradisional, bahan sabun, pasta gigi, obat kulit, bahan industri dan lainnya (Schmutterer, 1995). Bahan aktif biji mimba bermanfaat untuk mengusir serangga pengganggu, mencegah hama pemakan tanaman, menghalau larva dan serangga dewasa, mencegah terjadinya pergantian kulit larva, menurunkan produksi telor pada serangga betina dan mencegah serangga betina meletakkan telor. Senyawa-senyawa yang diyakini sebagai bahan aktif insektisida adalah nimbin, nimbidin, meliantriol, azadirachtin dan salanin yang merupakan senyawa kimia dari kelompok terpen (Kardinan, 2003).

Biji mimba mengandung 60% minyak atau lemak dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat, laurat, butirat dan sejumlah kecil minyak atsiri. Kandungan senyawa lain yang diketahui dari biji mimba adalah fenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid. Residu dari biji mimba mudah terurai menjadi senyawa tidak beracun, sehingga ramah dan aman bagi lingkungan (Wiryowidagdo, 2002).

(16)

efek larvasida larva nyamuk Aedes aeypti instar III(Tulus CS, 1998 ). Kemudian dilakukan penelitian mengenai formulasi losion dari ekstrak daun mimba, dari hasil pengujian terhadap daya efikasi ekstrak daun mimba sebagai losion pengusir nyamuk berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi ekstrak (Aini, 2005). Oleh karena itu, pada penelitian kali ini dilakukan uji efektivitas losion repelan dari minyak mimba yang diperoleh secara maserasi dengan n-heksana. Dipilihnya ekstrak n-heksana biji mimba karena beradasarkan literatur kandungan senyawa utama penghalau nyamuk (repelan) dalam biji mimba lebih banyak daripada dalam daunnya.

Losion adalah sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan untuk pemakaian topikal baik berbentuk emulsi maupun suspensi. Evaluasi sediaan losion meliputi organoleptis, tipe krim losion, pH, viskositas, sentrifugasi dan distribusi ukuran partikel. Kestabilan fisik sediaaan losion merupakan hal yang penting oleh karena itu warna, konsistensi dan bau harus tetap terjaga mulai saat pembuatan sampai terpakai habis oleh konsumen dengan perkataan lain stabilitasnya harus tetap dipertahankan (Ansel,1989). Pemilihan sediaan losion karena merupakan sediaan yang berbentuk emulsi yang mudah dicuci dengan air dan tidak lengket dibandingkan sediaan topikal lainnnya. Selain itu bentuknya yang cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada kulit (Balsam MS, 1970) .

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat diformulasikan menjadi sediaan losion yang memenuhi persyaratan farmaseutika?

(17)

1.3 Hipotesis

1. Minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat dibuat dalam bentuk sediaan losion.

2. Losion minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss) memiliki aktivitas sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Membuat losion minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss).

2. Menguji efektivitas repelan dari losion minyak mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap nyamuk Aedes Aegypti.

1.5 Manfaat Penelitian

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)

2.1.1 Klasifikasi (Schmutterer, 1995): Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Orde : Rutales

Sub Orde : Rutinieae Famili : Meliaceae Sub Famili : Melioideae Suku : Melieae Marga : Azadirachta

Spesies : Azadirachta indica A. juss

2.1.2 Ciri Morfologi

(19)

karangan, tangkai bunga 1-2 mm. kelopak kekuningan bersilia panjang 5 – 7 mm. benang sarinya membentuk tabung benang sari, sebelah luar gundul atau berambut pendek halus , sebelah dalam berambut rapat. Putiknya memiliki panjang rata-rata 3 mm. buahnya berbentuk bulat, berwarna hijau kekuningan dengan panjang 1,5 – 2 cm. tanaman ini biasanya berbungan pada bulan maret – desember (Schmutterer, 1995, A.Ross, Ivan, 2001).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

Mimba termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Besarnya curah hujan yang dikehendaki berkisar antara 400-2000 mm/tahun yang terbagi rata sepanjang tahun. Mimba dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 21-32 oC, Mimba dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tapi mimba dapat tumbuh lebih subur di tanah yang gembur, banyak mengandung humus, dan pH antara 5,5 - 7,0. tekstur tanah yang paling baik untuk tanaman mimba adalah lempung berpasir (Schmutterer, 1995, DepKes RI, 1995).

Daerah asal mimba tidak dikertahui secara jelas. Ada yang menyebutkan kemungkinan mimba berasal dari Myanmar (Burma) dan di sebagian India Selatan seperti Karnataka. Sebagian lagi menyebutkan bahwa mimba berasal dari Asia Tenggara dan Asia Selatan mulai dari Indonesia sampai Iran. Namun saat ini mimba sudah tersebar luas di daerah tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Amerika, Australia, dan Afrika Selatan (Kardinan, 2005).

(20)

terang. Secara umum, pohon mimba banyak ditemukan di daerah-daerah panas di dataran rendah. Pohon mimba yang tumbuh di daerah yang banyak curah hujannya dengan suhu yang tidak tergolong panas, seperti bogor, tidak akan berbiji (DepKes RI, 1995).

2.1.4 Kegunaan

Mimba memiliki banyak manfaat, selain sebagai insektisida nabati mimba juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, untuk barang kebutuhan rumah tangga dan sebagai tanaman penghijauan. Mimba sebagai obat tradisional yakni befungsi untuk membersihkan gigi, mengobati penyakit kulit, dan juga digunakan sebagai tonikum atau ada yang mengistilahkan sebagai “obat kuat” yang setara dengan gingseng. Mimba sebagai kebutuhan rumah tangga antara lain dapat dimanfaatkan sebagai bahan tusuk gigi, bahan kosmetik, krim perawatan kulit, pasta gigi, sabun cuci, shampo, dan daun mimba banyak dikonsumsi sebagai sayuran (DepKes RI, 1995). Biji mimba menghasilkan minyak margosa yang berkhasiat sebagai insektisidal dan antiseptik (Dalimartha, 2006).

2.1.5 Kandungan Kimia

(21)

Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam biji mimba. Senyawa ini tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salannin mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan serangga. Nimbinen mempunyai daya kerja sebagai anti virus. Meliantriol mempunyai daya kerja penolak serangga.

1) Azadirachtin

Azadirachtin merupakan komponen yang termasuk senyawa triterpenoid dengan kerangka struktur lomonoid mempunyai bobot molekul (BM) 720,73 dan titik leleh 154-158°C. Suatu senyawa aktif pertama yang diisolasi dari mimba. Senyawa ini paling banyak terdapat di dalam biji mimba. Beberapa sifat penting dari azadirachtin adalah daya fitotoksitasnya kecil bahkan tidak ada pada dosis efektif sehingga tidak mempunyai efek toksik terhadap manusia atau vetebrata lainnya. Bahan aktif ini tidak langsung membunuh tetapi akhirnya dapat mematikan serangga melalui mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi. Senyawa ini secara struktural menyerupai hormon ekdison pada serangga yang berfungsi mengontrol metamorfosis pada serangga (National Research Council. 1992, Sukrasno, 2001).

(22)

Senyawa yang termasuk kelompok tritrerpen ini juga mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan, tetapi tidak mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga. Serangga tertentu yang sangat terpengaruh oleh senyawa ini diantarannya belalang, lalat rumah, kumbang jepang ( Sukrasno, 2001).

3) Meliantriol

Senyawa ini dalam konsentrasi yang sangat rendah mampu menolak serangga untuk makan sehingga serangga akan mati kelaparan ( Sukrasno, 2001).

4) Nimbin dan Nimbidin

(23)

2.2Minyak Lemak

Minyak lemak (Olea pinguia) adalah suatu cairan jernih atau massa padat yang menjadi jernih diatas suhu leburnya, tidak berbau asing atau tengik, mudah larut dalam kloroform P, eter P dan dalam eter minyak tanah P. (Depkes RI, 1979).

Minyak merupakan lemak cair atau semisolid yang berasal dari mineral, tumbuhan atau hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan mineral banyak dipakai untuk pengobatan topikal. Minyak tumbuhan yang lazim dicampur dalam krim dan lotion adalah minyak-minyak biji kapas, jagung, kastor, zaitun dan kacang. Efek emolien minyak-minyak ini serupa, perbedaannya terletak pada baunya, stabilitas penyimpanannya dan kapasitas emulsifikasi. Penggunaan topikal minyak relatif tidak menimbulkan efek samping. (Oen, 1986).

2.3Ekstraksi

(24)

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. (DepKes RI, 2000)

(25)

2.4Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya.

Masa inkubasi penyakit DBD yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk Aedes agypti menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah pemderita DBD sebelumnya. Selama periode ini, nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi virus dengue ini akan tetap infektif selama hidupnya dan potensial menularkan virus dengue kepada manusia yang rentan lainya.

Pada penderita DBD dapat ditemukan gejala-gejala klinis dan kelainan laboratories sebagai berikut (Ginanjar, Genis, 2004).

Kriteria klinis:

(26)

2. Tanda-tanda pendarahan seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit, ptekiae dan ekimosis serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena).

3. Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali).

4. Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi teraba lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.

Kriteria laboratories:

1. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/ mm3. 2. Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal.

Diagnosis penyakit DBD ditegakkan berdasarkan adanya dua kriteria klinis atau lebih, ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratorium.

2.5Nyamuk Aedes aegypti

2.5.1 Klasifikasi dan Tata Nama

Menurut ilmu taksonomi klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut:

Dunia : Animalia Divisi : Arthropoda Kelas : Insekta Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes

(27)

Secara umum nyamuk Aedes aegypti mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan pada tubuhnya yang berwarna hitam. Nyamuk dewasa jantan memiliki antena dengan banyak bulu sedangkan nyamuk dewasa betina hanya memiliki sedikit bulu pada antenanya (Soedarto, 1989).

2.5.3 Siklus Hidup

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur menetas menjadi larva lalu menjadi pupa dan selanjutnya berkembang menjadi nyamuk dewasa. Kehidupan nyamuk Aedes aegypti dimulai dari telur. Telur berwarna hitam diletakkan oleh induknya dipermukaan air atau menempel pada dinding suatu wadah berisi air bersih dan jernih terlindung dari cahaya matahari langsung seperti genangan air dalam kaleng, vas bunga dan sebagainya. Telur tidak akan bertahan jika berada di bawah suhu 10°C. Telur yang diletakkan dalam air menetas menjadi larva dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30°C.

(28)

menjadi nyamuk dewasa berlangsung sekitar 8-12 hari tergantung pada beberapa factor seperti kondisi air, suhu lingkungan dan kelembaban udara.

Identifikasi jenis kelamin jantan atau betina pada nyamuk dilakukan pada stadium dewasa. Nyamuk jantan biasanya tidak pergi jauh dari perindukan menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi. Nyamuk Aedes aegypti kemudian menghisap darah untuk merangsang hormon yang diperlukan untuk ovulasi. Nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi hidup dengan menghisap madu dan sari-sari tumbuhan sebagai makanannya. Setelah menghisap darah, nyamuk betina mencari tempat untuk istirahat selama menunggu proses perkembangan telur. Sekitar tiga hari sesudahnya nyamuk ini akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir, 24 jam kemudian nyamuk ini akan kembali menghisap darah dan selanjutnya kembali bertelur. Nyamuk betina mampu hidup selama beberapa hari sampai beberapa minggu sedangkan nyamuk jantan hanya beberapa hari setelah berkopulasi.

Aktivitas menggigit dan menghisap darah yang dilakukan oleh nyamuk

Aedes aegypti betina adalah pada waktu pagi sampai siang hari. Sumber darah yang disukai nyamuk ini adalah manusia, nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit berulang yaitu menggigit beberapa orang dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu.

2.5.4 Perkembangan dan pemeliharaan nyamuk Aedes aegypti

(29)

telur agar tidak dimakan oleh serangga lain. Telur yang disimpan dapat dijadikan sebagai stok telur. Stok telur nyamuk yang akan ditetaskan dimasukkan ke dalam nampan berukuran 30x20x5 cm3 yang berisi air bersih. Telur yang telah menetas menjadi larva diberi makan pelet makanan ikan. Makanan diberikan sampai larva berada pada stadium instar empat. Air dalam nampan harus diperhatikan, jika air sudah keruh atau berbau harus diganti dengan air bersih dan jernih sekitar dua sampai tiga hari sekali.

Larva yang menjadi pupa dipisahkan, pupa diambil dengan menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastic berisi air bersih lalu diletakkan ke dalam kandang pemeliharaan nyamuk dewasa. Pupa kemudian berkembang menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk yang baru menetas diberi makan gula. Nyamuk yang digunakan untuk penelitian ini dalah nyamuk betina berumur 3-5 hari yang sebelumnya telah dipuasakan (tidak diberi makan gula ataupun darah).

2.5.5 Upaya Pencegahan dan Pengendalian Nyamuk Aedes aegypti

Beberapa usaha pencegahan dan pengendalian terhadap nyamuk yang bisa dilkaukan, sebagai berikut : (Kardinan A, 2005)

1. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau penolak nyamuk, misalnya losion yang dioleskan ke kulit sehingga nyamuk enggan mendekat.

2. Pengendalian

(30)

b. Secara mekanis, dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah sejenis yang dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang potensial dijadikan sebagai sarang nyamuk.

c. Secara biologi, dengan memelihara ikan yang relatif kuat dan tahan, misalnya ikan mujaior di bak atau penampungan air lainnya sehingga bisa menjadi predator bagi jentik dan pupa nyamuk.

2.6Zat Penolak Serangga (Repellent)

(31)

toksik bagi serangga dan baunya tidak disenangi oleh serangga (Satroutomo, 1992).

Bagi manusia dan hewan, repelan digunakan terutama unuk mencegah serangan nyamuk yang dapat menyebarkan agen penyakit. Pada tempat-tempat dimana tidak memungkinkan untuk digunakan insektisida adalah sangat menguntungkan dengan adanya zat penolak serangga tersebut. Mekanisme kerja repelan sampai saat ini belum diketahui secara pasti atau belum diungkapkan seluruhnnya, tetapi ada teori lama yang menyatakan bahwa repelan akan menetralisir bau badan manusia atau binatang sehingga serangga menjadi tidak tertarik (Satroutomo, 1992).

2.7 Losion

(32)

dan meninggalkan lapisan pada permukaan kulit, dan yang penting pula untuk memperhatikan bahwa losion harus mempunyai viskositas tertentu, tidak terlalu kental sehingga mudah dituang dan tidak terlalu encer agar tidak mudah dituang (Jellink, 1970).

Efektifitas suatu sediaan losion ditentukan dari kemampuannya untuk membentuk lapisan tipis yang menutupi permukaan kulit membuat kulit halus, dan sedapat mungkin menghambat penguapan air, lapisan yang terbentuk sebaiknya tidak membuat kulit berminyak dan panas. Untuk membuat suatu formula losion agar memenuhi kriteria, seperti mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak berbau tengik, dan tetap stabil dalam penyimpanan, maka diperlukan bahan-bahan dengan konsentrasi yang sesuai (Balsam, 1970).

2.7.1 Losion Bentuk Emulsi

Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam system disperse, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan homogeny dalam fase cairan yang lain, umumnya distabilkan dengan zat pengemulsi. Fase cairan terdispersi disebut fase dalam dan fase cairan pembawa disebut fase luar. Bila fase dalam berupa minyak atau larutan zat dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan air maka emulsi mempunyai tipe minyak dalam air (m/a). sedangkan bila fase dalam adalah air atau larutan air dan fase luarnya minyak atau larutan minyak maka tipe emulsinya adalah air dalam minyak (a/m) (Ansel, 1989).

(33)

bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada permukaan tetesan-tetesan yang terdispersi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme, yaitu :

1. Mengurangi tegangan antarmuka

2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang kaku sebagai pembatas mekanik untuk penggabungan.

3. Pembentukaan lapisan listrik rangkap sebagai penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikel (Jellink, 1970, Lachman, 1994).

2.8Bahan-bahan Pembentuk Losion

Bahan yang biasa terdapat dalam formula losion adalah (Lachman, 1994):

a. Barrier agent (pelindung)

Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi. Contoh : Asam Stearat, Bentonit, Seng Oksida, Titanium oksida, Dimetikon. . . b. Emollient ( pelembut)

Berfungsi sebagai pelembut kulit sehingga kulit memiliki kelenturan pada permukaannya dan memperlambat hilangnya air dari permukaan kulit. Contoh : Lanolin, Paraffin, stearil alkohol, vaselin.

c. Humectan (pelembab)

Bahan yang berfungsi mengatur kadar air atau kelembaban pada sediaan losion itu sendiri maupun setelah dipakai pada kulit. Contoh :gliserin, propilenglikol, sorbitol.

(34)

Berfungsi mengentalkan sediaan sehingga dapat menyebar lebih halus dan lekat pada kulit, disamping itu juga berfungsi sebagai stabilizer. Contoh :setil alkohol, karbopol, vegum, tragakan, gum, gliseril monostearat.

e. Emulsifier (zat pembentuk emulsi)

Berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air, sehingga minyak dapat bersatu dengan air. Contoh: trietanolamin, asam stearat, setil alkohol.

f. Buffer (Larutan dapar)

Berfungsi untuk mengatur atau menyesuaikan pH losion agar sesuai dengan pH kulit. Contoh: Asam sitrat, asam laktat, natrium sitrat.

2.9Monografi

a. Asam Stearat (Wade A, Weller PJ, 1993)

Asam stearat merupakan campuran dari asam stearat(C18H36O2) dan asam palmitat(C16H32O2) diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, mengandung tidak kurang dari 40,0% dan jumlah keduanya tidak kurang dari 90%.

Sinonim : Crodasid; crosterene; glycon S-90; hystrene. Pemerian : Hablur padat, serbuk warna putih atau

kekuningan mirip lemak lilin, bau dan rasa

lemah mirip lemak.

Rumus molekul : C18H36O2 Bobot molekul : 284,47

(35)

Kegunaan : Pengemulsi, solubilisator, pelincir tablet.

b. Setil alkohol (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)

Setil alkohol digunakan untuk kepentingan farmasetik dan kosmetik, biasanya diformulasikan dalam bentuk sediaan supositoria, sediaan padat lepas lambat, sediaan emulsi, losion, krim dan salep. Didalam sediaan losion, krim dan salep digunakan sebagai penyerap air, bahan pengemulsi, pelembut (emollient), sekaligus dapat meningkatkan tekstur, penambah kekentalan.

Sinonim : 1-heksadekanol; n-heksadesil alkohol; palmitil

alkohol; ethol.

Pemerian : Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, rasa lemah.

Rumus molekul : C6H34O Bobot molekul : 242,44

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan

naiknya suhu.

Kegunaan : Penyalut, pengemulsi.

c. Dimetikon (Reynold JEF, 1993)

Dimetikon adalah poli (dimetilsiloksan) yang diperoleh dari hidrolisis dan polikondensasi diklorometilsilan (CH3)2SiCl2 dan klorotrimetilsilan (CH3)3SiCl. Kualitas dibedakan dengan suatu angka yang menunjukkan kekentalan yang jika dinyatakan dalam viskositas kinetic besarnya 20-1000mm2/detik.

(36)

Pemerian : larutan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam methanol, dalam

etanol dan dalam aseton, sangat sukar larut dalam isopropanol, larut dalam hidrokarbon terklorinasi, benzena, toulena, xilena, eter dan

heksana.

Kegunaan : Sebagai antibusa dan untuk perawatan kulit oklusif, pelindung(protectant) kulit

d. Trietanolamin (TEA) (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)

Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamin, dietanolamin dan monoetanolamin, mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin.

Sinonim : Trietilamin; trihidroksitrietilamin.

Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna, hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopis. Rumus molekul : C6H15NO3

Bobot molekul : 149,19

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol (95%)P, Larut dalam kloroform P.

Kegunaaan : Pengemulsi, zat alkali.

e. Metil paraben (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)

(37)

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Rumus molekul : C8H8O3 Bobot molekul : 152,15

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam tetraklorida, mudah larut dalam etanol

dan dalam eter.

Kegunaan : Pengawet antimikroba

f. Propil paraben (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993) Sinonim : Nipasol; asam 4-hidroksibenzoat propel

ester; p-hidroksibenzoat; propel parahidroksibenzoat

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau dan tidak berasa

Rumus molekul : C10H2O3 Bobot molekul : 180,20

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol P dan aseton P, mudah larut dalam

alkali hidroksida.

Kegunaan : Pengawet antimikroba

(38)

Pemerian : Kristal padat atau serbuk putih atau kuning Pucat dengan bau khas lemah.

Rumus molekul : C15H24O

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larut dalam alkali hidroksida dan larutan asam mineral, sangat mudah larut dalam aseton, benzena, etanol (96%), eter, metanol, toulena, dan paraffin cair.

Kegunaan : Antioksidan

h. Gliserin (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993) Pemerian : cairan seperti cairan sirup, jerni tidak

berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa

hangat

Rumus molekul : C3H8O3 Bobot molekul : 92.10

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) p, kloroform p, eter p

Kegunaan : Sebagai antimikroba, pelarut, pemanis, humectant, plastizer, emollient.

i. Paraffin liquid (DepKes RI, 1979)

Pemerian : cairan kental tidak berwarna, tembus cahaya, tidak berbau, tidak berasa; agar berminyak.

(39)

menguap, dalam hampir semua minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak.

Kegunaan : sebagai emollient pada emulsi minyak dalam air. konsentrasi yang biasa digunakan pada sediaan emulsi topical 1-32%.

j. Vaselinum album (DepKes RI, 1979)

Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%)p, larut dalam kloroform p, eter p dan eter minyak tanah p.

Kegunaan : sebagai emollient

k. Isopropyl Miristate (Wade A, Weller PJ, 1993)

Pemerian : berupa cairan tidak berwarna, praktis tidak berbau dan tidak berasa

Rumus Molekul : C17H34O2 Bobot Molekul : 270.51

Kelarutan : larut dalam aseton, kloroform, etanol, etil asetat, lemak, toluene. Praktis tidak larut dalam air, glycerin

Kegunaan : emulsifying agent

i. Lanolin (DepKes RI, 1979)

(40)

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P dan eter.

(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Penelitian sebelumnya minyak biji mimba dapat membunuh larva

nyamuk (Suirta, 2007)

Dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas biji mimba

dalam sediaan losion Daun dan biji mimba (Azadiractha

indica A. Juss) memiliki sifat insektisida

Simplisia biji mimba

Pembuatan losion repellent

Uji efektifitas Evaluasi sediaan

Minyak biji mimba

(42)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasetika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian berlangsung dari April 2010 sampai dengan Juli 2010.

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Timbangan analitik,

viskometer Brookfield (Haake Visco tester 6 R), pH meter(Mettler Delta 320 pH meter), lumpang dan alu, alat-alat gelas laboratorium, penangas air, sentirifuge

(Sorvall Fresco), rotary evaporator, oven, kulkas.

4.2.2 Bahan penelitian

Minyak biji mimba (Azadirachta indica A.Juss), n-heksan, propilenglikol, asam stearat, setil alkohol, dimetikon, trietanolamin, isopropyl miristat, paraffin liquid, butil hidroksi toulen, asam sitrat, metil paraben, propil paraben dan aquadest.

4.3 Prosedur Penelitian

(43)

Sebelum dilakukan penelitian, biji mimba terlebih dahulu diperiksa di Herbarium Bogoriense, Puslitbang, LIPI, Bogor.

4.3.2 Pengumpulan dan Penyediaan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak biji mimba (Azadirachta indica A.Juss) yang diperoleh dari kebun Balitro, Cimanggu, Bogor.

4.3.3 Pembuatan Minyak Mimba

Buah mimba segar dikumpulkan, dicuci, disortasi kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, pengeringan biji dilakukan tidak langsung dibawah sinar matahari, proses pengeringan dilakukan selama beberapa hari. Selanjutnya biji yang telah kering dihaluskan sehingga menjadi bentuk serbuk. Serbuk biji mimba sebanyak 500 gram direndam dalam pelarut n-heksan 2,5 liter kemudian diaduk selama 3 jam selanjutnya dimaserasi selama 24 jam. Selanjutnya disaring dengan kapas, filtrat disaring kembali dengan kertas saring. Kemudian dilakukan evaporasi sampai pelarut tidak keluar keluar lagi.

4.3.4 Penapisan Fitokimia serbuk biji mimba dan ekstrak n-heksana biji mimba a. Identifikasi golongan alkaloid

(44)

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

b. Identifikasi golongan flavonoid

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi), ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

c. Identifikasi golongan saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.

d. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

(45)

dalam residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya steroid/triterpenoid.

e. Identifikasi golongan tannin

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air, didihkan selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring. Filtrat ditambah 1-2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru, hijau atau hitam menunjukkan adanya seyawa golongan tanin.

f. Identifikasi golongan kuinon

Sebanyak + 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit, disaring. Sebanyak 5 ml filtrat ditambah 5 ml NaOH 1 N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.

g. Identifikasi golongan minyak atsiri

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap, selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95 % sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dengan cawan penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi golongan kumarin

(46)

dengan cawan penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml, dinginkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml amoniak 1 %. Diamati dibawah sinar UV 366 nm, flouresensi biru atau hijau menunjukkan adanya kumarin.

[image:46.595.112.515.175.586.2]

4.3.5 Formula Losion

Tabel 1. Formula Losion

Bahan Formula

I II III IV

Minyak biji mimba

- 0.5 % 1 % 1.5 %

Paraffin liquid 2.5 g 2.5 g 2.5 g 2.5 g Isopropyl

myristate

2.5 g 2.5 g 2.5 g 2.5 g

Stearic acid 3 g 3 g 3 g 3 g

Lanolin 1 g 1 g 1 g 1 g

Cetyl alcohol 2 g 2 g 2 g 2 g

Dimeticon 1 g 1 g 1 g 1 g

Trietanolamin 1 g 1 g 1 g 1 g

Propilen Glikol 5 g 5 g 5 g 5 g

BHT 0.0075 g 0.0075 g 0.0075 g 0.0075 g

Metil paraben 0.12 g 0.12 g 0.12 g 0.12 g Propil paraben 0.10 g 0.10 g 0.10 g 0.10 g

Parfum qs qs qs qs

Aquadest Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml (Harry’s Cosmetology, Martin M.R)

4.3.6 Pembuatan Formula Losion

(47)

2. TEA didispersikan terlebih dahulu dengan sejumlah air, lalu dihomogenkan secara perlahan dan dipanaskan dalam cawan penguap diatas penangas air sampai cair (suhu dijaga 70-75°C).

3. Metil paraben dan propil paraben masing-masing dilarutkan dalam air panas, lalu keduanya kemudian dicampur.

4. Fase air (TEA, sedikit demi sedikit dicampurkan kedalam fase minyak (dalam mortir yang telah dipanaskan) sampai terbentuk masa losion yang stabil, dihomogenkan pencampuran terus dilakukan hingga suhu mencapai 40-45 °C.

4.3.7 Evaluasi Sediaan Losion

Evaluasi dilakukan setelah sediaan losion terbentuk, setelah penyimpanan selama 0 minggu, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu.

1. Penampilan Losion

Penampilan losion meliputi warna, bau losion 2. Homogenitas

Losion dioleskan diatas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain, lalu diamati kehomogenan losion tersebut.

3. pH (Martin A, 1993)

Elektroda dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian dilakukan kalibrasi pH meter dengan dapar fosfat ekimolal dan kalium biftalat lalu ditentukan pH dari losion.

(48)

Penentuan viskositas bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan kekentalan pada tiap formula losion. Penentuan viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield (Visco tester 6R).

5. Sentrifugasi (Ansel HC.1989)

Losion dimasukkan dalam tabung centrifuge, kemudian diputar pada 3000 rpm selama 30 menit, kemudian diamati apakah terjadi pemisahan.

6. Patch Test (Iswari T, Retno. 2007)

Uji keamanan losion ini dilakukan terhadap 10 relawan yang dioleskan losion placebo dan losion dengan variasi minyak mimba selama 15 menit kemudian dilihat reaksinya, terjadi iritasi/ alergi atau tidak.

4.3.8 Uji Efektivitas Sebagai Repelan (Nunik SA, Singgih S, Soetiyono P. 1997) Pengujian dilakukan ke dalam kurungan nyamuk berukuran 40 x 50 x 60 cm yang dindingnya terbuat dari kain kassa nilon, ke dalam setiap kurungan dimasukkan 20 ekor nyamuk Aedes aegypti yang sama sekali belum menghisap darah. Kemudian lengan dioleskan 300 mg losion minyak biji mimba dari setiap formula uji. Lalu lengan yang telah terolesi losion dimasukkan dalam kurungan nyamuk selama 15 menit, selanjutnya dimasukkan kembali setelah 1 jam sampai jam ke 6 dengan masa pengamatan selama 15 menit setiap jamnya, daya proteksi terhadap gangguan nyamuk dapat ditentukan dengan rumus :

Dp = K – P X 100 % K

Dimana :

(49)

K : Angka hinggap pada lengan kontrol (losion tidak mengandung minyak mimba)

P : Angka hinggap pada lengan yang terolesi losion minyak biji mimba

4.4 Analisa Data

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman ini adalah tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss) suku Meliaceae.

5.1.2 Penapisan fitokomia

[image:50.595.90.511.250.599.2]

Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk dan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) terdapat beberapa golongan senyawa. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Penapisan fitokimia serbuk dan minyak mimba

Golongan Senyawa

Hasil Penapisan

Serbuk Minyak

Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin Kuinon

Steroid & Triterpen Minyak atsiri Kumarin _ + + _ _ + + + _ + + _ _ + + +

Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan reaksi negatif 5.1.3 Ekstraksi Biji Mimba

Serbuk biji mimba (Azadirachat indica A. Juss) ditimbang 500 gram, dimaserasi dengan n-heksan, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator, dan didapatkan minyak mimba sebanyak 110 gram dengan rendemen sebesar 22%.

5.1.4 Pemeriksaan Minyak Mimba

(51)

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

a. Organoleptik - Wujud - Warna - Bau

b. Keasaman (pH) c. Kadar air d. Kadar abu

Cair seperti minyak Kuning keruh Khas

5,59 6,96 % 0,021 %

5.1.5 Hasil uji stabilitas losion pada penyimpanan suhu kamar (27°C)

[image:51.595.72.530.71.741.2]

Pada pengujian stabilitas ini dilakukan terhadap keempat formula losion yang terdiri dari satu formula sebagai kontrol negatif (placebo) serta tiga formula losion dengan variasi konsentrasi minyak mimba (0,5%, 1%, 1,5%). Keempat formula losion tersebut disimpan pada suhu ruangan (27°C) selama 4 minggu dan diperiksa stabilitas fisik sediaan losion setiap minggunya. Tabel 4. Hasil pemeriksaan penampilan dan homogenitas

Formulasi Penampilan dan Homogenitas minggu ke-

0 1 2 3 4

I Warna putih, tidak berbau, homogen

Warna putih, tidak berbau, homogen Warna putih, tidak berbau, homogen Warna putih, tidak berbau, homogen Warna putih, tidak berbau, homogen II Warna putih,

berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen III Warna putih,

berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen Warna putih, berbau khas, homogen IV Warna putih,

(52)
[image:52.595.81.526.248.562.2]

Keterangan : (I) formula losion tanpa minyak/ control negatif, (II) formula losion dengan minyak mimba 0,5%, (III) formula losion dengan minyak mimba 1%, (IV) formula losion dengan minyak mimba 1,5%

Tabel 5. Hasil pemeriksaan pH

Formulasi pH minggu ke-

0 1 2 3 4

I 7,02 6,96 7,54 7,36 7,64

II 7,00 6,95 7,57 7,51 7,66

III 6,70 6,85 7,27 7,22 7,38

IV 6,96 6,92 7,42 7,32 7,46

Keterangan : (I) formula losion tanpa minyak, (II) formula losion dengan minyak mimba 0,5%, (III) formula losion dengan minyak mimba 1%, (IV) formula losion dengan minyak mimba 1,5%

Tabel 6. Hasil pemeriksaan sentrifugasi

Formulasi Sentrifugasi minggu ke-

0 4

I - -

II - -

III - -

IV - -

Keterangan : (-) tidak terjadi pemisahan, (+) terjadi pemisahan

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Viskositas

Formulasi Viskositas (Cp) minggu ke-

0 1 2 3 4

I 7420 7430 7560 7640 8500

II 12680 12850 12870 12870 12880

III 12510 12730 12920 13470 14080

IV 10560 10690 10770 10860 11480

[image:52.595.71.530.643.726.2]
(53)

5.1.6 Hasil Uji Stabilitas (Cycling Test)

[image:53.595.68.537.236.637.2]

Sediaan diletakkan pada suhu 4°C selama 24 jam dilanjtkan dengan meletakkan sediian pada suhu 40°C (1 siklus). Pemeriksaan dilakukan dalam 6 siklus dan diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan losion pada awal siklus dan di akhir siklus.

Tabel 8. Hasil pemeriksaan penampilan dan homogenitas losion

Formula Penampilan dan homogenitas losion

Siklus Awal Siklus Akhir

I Warna putih susu, tidak berbau khas, homogen

Warna putih susu, tidak berbau khas, homogen namun terdapat busa II Warna putih susu, berbau khas, homogen Warna putih susu, berbau khas,

homogen namun terdapat busa III Warna putih susu, berbau khas, homogen Warna putih susu, berbau khas,

homogen namun terdapat busa IV Warna putih susu, berbau khas, homogen Warna putih susu, berbau khas,

homogen namun terdapat busa

Keterangan : (I) formula losion tanpa minyak, (II) formula losion dengan minyak mimba 0,5%, (III) formula losion dengan minyak mimba 1%, (IV) formula losion dengan minyak mimba 1,5%

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan pH

Formula pH

Siklus Awal Siklus Akhir

I 7,12 7,68

II 7,02 7,46

III 6,98 7,51

IV 7,14 7,54

[image:53.595.119.388.702.769.2]

Keterangan : (I) formula losion tanpa minyak, (II) formula losion dengan minyak mimba 0,5%, (III) formula losion dengan minyak mimba 1%, (IV) formula losion dengan minyak mimba 1,5%

Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Sentrifugasi

Formula Sentrifugasi

Siklus Awal Siklus Akhir

(54)

II - -

III - -

IV - -

[image:54.595.104.508.63.547.2]

Keterangan : (-) tidak terjadi pemisahan, (+) terjadi pemisahan

Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Viskositas

Formula Viskositas (Cp)

Siklus Awal Siklus Akhir

I 14440 14820

II 12000 13850

III 14900 16140

IV 13620 14460

Keterangan : (I) formula losion tanpa minyak, (II) formula losion dengan minyak mimba 0,5%, (III) formula losion dengan minyak mimba 1%, (IV) formula losion dengan minyak mimba 1,5%

5.1.7 Hasil Uji Keamanan Losion (Patch Test) (Iswari T, Retno. 2007)

Uji ini dilakukan untuk memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu bahan dilakukan terhadap 10 relawan selama 15 menit di punggung tangan.

Tabel 12. Hasil Uji Patch Test

Formula Relawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I - - - -

II - - - -

III - - - -

IV - - - -

[image:54.595.98.529.580.767.2]

Keterangan : (-) tidak berekasi, (+) merah, (++)bengkak 5.1.8 Hasil Rata-rata Jumlah Nyamuk Hinggap

Tabel 13. Hasil Rata-rata jumlah nyamuk hinggap

(55)

Pengukuran (jam) (Kontrol negatif) Positif (Autan)

(0.5%) (1%) IV (1.5%)

0 17,66 1,66 3,66 2,33 2

1 16,66 2,66 4,33 3,66 3

2 16 4 7,33 4,66 3,66

3 14,66 4,66 8,66 5,66 4,33

4 14,33 4,66 10 6,33 5

5 14 5,33 11 7,33 5,33

6 13,66 6 11,66 7,66 6,66

[image:55.595.74.528.85.557.2]

5.1.9 Data Daya Proteksi terhadap Gangguan Nyamuk Tabel 14. Daya Proteksi

5.2 Pembahasan

Pada penelitian uji efektivitas losion repelan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) terhadap nyamuk Aedes aegypti sebelumnya telah dilakukan determinasi biji mimba di Herbarium Bogoriense, Puslitbang, LIPI, Bogor. Selanjutnya dilakukan maserasi biji mimba dengan pelarut n-heksana yang kemudian diuapkan dengan rotary evaporator dan didapatkan minyak mimba sebanyak 110 gram dengan rendemen sebesar 22%.

Pada penapisan fitokimia dari serbuk biji mimba (Azadirachta indica A.Juss)

dan minyak mimba yang diperoleh dari maserasi serbuk biji mimba menunjukkan hasil yang sama yaitu positif untuk flavanoid, saponin, steroid dan triterpen, minyak atsiri serta kumarin. Senyawa aktif yang paling banyak terdapat dalam biji mimba yaitu azadirachtin yang termasuk dalam senyawa golongan triterpenoid.

Kelompok Daya Proteksi Pada 15 Menit Jam Ke- (%)

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol Positif (Autan)

(56)

Secara empiris sejak dahulu orang telah menggunakan mimba untuk mencegah gigitan nyamuk. Pada penelitian efektifitas repalan ini menggunakan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) sebagai zat berkhasiat yang diperoleh dengan cara maserasi biji mimba menggunakan pelarut n-heksan. Pelarut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas minyak, sebagian besar bergantung pada pelarut yang dipilih. Pelarut yang sesuai untuk gliserida adalah senyawa hidrokarbon rantai lurus karena mempunyai suhu didih rendah, n-heksan merupakan salah satu senyawa hidrokarbon yang segera dapat berkondensasi, mudah didapat, murah serta digunakan secara luas dengan suhu didih sebesar 68.7 °C. Losion yang dibuat terdiri dari empat formula dengan variasi konsentrasi minyak mimba. Tujuannya adalah untuk mengetahui keefektifitasan daya proteksi masing-masing formula losion terhadap nyamuk Aedes aegypti dan kestabilan fisik losion yang baik.

Hasil pemeriksaan minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) yaitu secara organoleptis wujudnya berupa cair seperti minyak, warna kuning keruh dan bau khas. Minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki pH sebesar 5.59 dan nilai ini masih berada dalam kisaran pH kulit 4.5 – 6.5. Pengukuran derajat keasaman minyak mimba perlu dilakukan karena sediaan losion repelan ini ditujukan untuk pemakain topikal gunanya untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit.

(57)

1.5% serta formula placebo sebagai kontrol negatif. Pemilihan konsentrasi dilakukan secara empiris yakni masyarakat biasa menggunakan minyak mimba sebesar 1% yang dilumaskan secara langsung ke kulit. Oleh karena itu dilakukan uji efektifitas repelan untuk konsentrasi di bawah 1% dan di atas 1% untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna antara ketiga konsentrasi minyak mimba tersebut yang telah diformulasikan dalam losion serta dibandingkan dengan formula losion placebo/ kontrol negatif.

Evaluasi losion meliputi pemeriksaan penampilan atau organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan derajat keasaman (pH), pemeriksaan kekentalan (viskositas), pemeriksaan pengaruh sentrifugasi dan pemeriksaaan pengaruh suhu terhadap keempat formula.

Pada uji stabilitas penyimpanan selama 4 minggu semua formula memiliki homogenitas yang baik ditunjukkan dengan tidak adanya granul-granul kasar pada permukaan kaca objek. Begitupula pada uji stabilitas cycling test yang dilakukan selama 6 siklus pada suhu 4°C dan 40°C menunjukkan homogenitas yang baik di awal dan di akhir siklus, namun pada akhir siklus losion terlihat memiliki banyak busa. Untuk pemeriksaan penampilan atau organoleptis yakni losion memiliki warna putih susu untuk keempat formula serta memiliki bau khas untuk formula yang mengandung minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dengan variasi konsentrasi (0.5%, 1%, 1.5%) dan keadaan ini tetap selama masa uji stabilitas penyimpanan serta uji cycling test.

(58)

karena masuknya CO2 ke dalam wadah saat wadah dibuka, gas CO2 yang bereaksi dengan air yang dapat menurunkan pH. Namun pada minggu kedua keempat formula mengalami kenaikan pH. Dan pada minggu ketiga semua formula mengalami penurunan nilai pH kembali. Sementara nilai pH keempat formula losion mengalami peningkatan kembali. Pada uji stabillitas cycling test nilai pH setiap formula losion pun mengalami kenaikan di akhir siklus. Uji cycling test ini dilakukan dalam suhu 4°C dan 40°C selama 6 siklus.

Pemeriksaan viskositas losion menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel R5 dan rpm 12. Semua formula losion mengalami peningkatan kekentalan baik pada uji stabilitas penyimpanan maupun pada stabilitas cyling test. Hal ini disebabkan karena viskositas sediaan semisolid dapat meningkat dengan meningkatnya umur sediaan tersebut sehingga dari minggu ke minggu nilai viskositas formula losion semakin meningkat. Kekentalan pada formula losion losion dapat terjadi karena adanya penguapan, sehingga kadar air yang terkandung dalam losion semakin berkurang. Nilai viskositas keempat formula losion tersebut berkisar antara 7420 – 14080 pada pengukuran selama 4 minggu. Dan nilai viskositas kontrol positif (Autan) yaitu sebesar 11280, hal ini menunjukkan bahwa viskositas keempat formula dengan viskositas Autan sebagai kontrol positif tidak terlalu jauh berbeda, hanya viskositas keempat formula mengalami kenaikan setelah penyimpanan selama 4 minggu.

(59)

Untuk hasil dari pengujian keamanan kosmetik dengan Patch Test terhadap 10 relawan yang dioleskan dengan losion di punggung tanggannya selama 15 menit di udara terbuka yaitu negatif atau tidak terlihat reaksi alergi. Hal ini menunjukkan bahwa formula losion tersebut aman digunakan sebagai sediaan topikal karena tidak menunjukkan adanya tanda-tanda alergi atau iritasi pada kulit.

Dalam uji efektifitas sebagai repelan dilakukan pengujian ke dalam kandang yang telah berisikan 20 ekor nyamuk Aedes aegypti yang belum menghisap darah, pengujian dilakukan pada keempat formula losion yang terdiri dari satu formula placebo dan tiga formula dengan variasi konsentrasi minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) serta satu produk inovatif yang telah beredar di pasaran (Autan) sebagai kontrol positif selama 6 jam dan tiap jamnya selama 15 menit dilakukan pengamatan terhadap daya proteksi masing-masing formula losion terhadap nyamuk. Persentasi daya proteksi terbesar yakni pada kontrol positif (Autan) sebesar 90.60% pada jam ke 0. Setiap formula losion yang mengandung minyak mimba memiliki daya proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti bergantung pada konsentrasi minyak mimba. Semakin besar konsentrasi minyak mimba, maka daya proteksinya semakin besar yakni untuk formula losion dengan 1.5% minyak mimba memiliki daya proteksi sebesar 88.67% pada jam ke 0, 86.80% untuk daya proteksi losion dengan minyak mimba 1% serta 79.27% untuk losion dengan 0.5%. Daya efektifitas losion berbanding lurus dengan konsentrasi minyak mimba. Dan dengan bertambahnya waktu makan daya proteksi terhadap nyamuk atau efektifitas repelan pun semakin menurun.

(60)

yang yang digunakan pada uji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dan homogenitasnya menggunakan uji Levene.

Berdasarkan uji normalitas menunjukkan efektifitas terhadap repalan terdapat 2 kelompok yang tidak normal, yakni pada jam ke 0 dan jam ke 1 olehkarena itu dilakukan pengujian Kruskal Wallis test. Berdasarkan Kruskal Wallis test diperoleh data bahwa Ho ditolak yang bearti terdapat perbedaan yang bermakna (p ≤ 0.5). Maka pengujian dapat dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode LSD. Sedangkan untuk uji homogenitas diperoleh satu kelompok yang tidak homogeny yakni pada jam ke 6, maka dilakukan pengujian dengan Kruskal Wallis test. Dan hasil yang diperoleh pada jam ke 6 yakni terdapat perbedaan yang bermakna maka data ini pun dapat dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode LSD.

Pada uji efektifitas terhadap repelan, Uji Analisis Variansi satu arah menunjukkan pada perlakuan jam ke 2 dan jam ke 3 formula losion minyak mimba konsentrasi 1 % dan 1.5 % memiliki kesetaraan efektifitas repelan dengan Autan, hal ini terlihat dari tidak adanya perbedaan secara bermakna antara kedua formula tersebut dengan Autan sebagai control positif (p ≥ 0.05).

(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Formula losion repelan dari variasi konsentrasi minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss) dapat menghasilkan sediaan topikal yang kurang stabil serta memenuhi beberapa persyaratan pengujian stabilitas fisik losion.

2. Daya efektivitas losion repelan berbanding lurus dengan konsentrasi minyak mimba yang digunakan.

3. Formula losion repelan dengan konsentrasi minyak mimba (Azadirachta indica

A.Juss) 1.5 % memiliki efektivitas terhadap nyamuk Aedes aegypti paling tinggi, namun kefektifitasannya secara statistik tidak jauh berbeda dengan formula losion yang mengandung minyak mimba 1 %.

(62)

6.2 SARAN

1. Mengurangi penggunaan basa pada formulasi losion untuk mendapatkan nilai pH yang lebih baik.

2. Dilakukan pemilihan jenis basis losion untuk mendapatkan formula yang terbaik.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Aini,Qurrata. 2005. Formulasi losion dari ekstrak daun mimba. Jakarta: Universitas Pancasila

A. Ross, Ivan. 2001. Medical Plants of The World : Chemical Constituents, Traditional dan Modern Medicinal Uses.Human Press, Totowa. Hal 81 - 100

Aliero, BL. 2003. Larvaecidal Effects of Aqueous Extracts of Azzadirachata indica (Neem) on The Larvae of Anopheles Mosquito. African Journal of Biotechnology Vol.2 (9), pp. 325-327

Ansel HC.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Diterjemahkan oleh Farida I. UI Press.

Balsam MS, Sagarin E. 1970. Cosmetic Science and Technology 2nd ed Volume I. Willey Intersceince. New York. Hal 181-211

Barel Ao, Poye M, Malbach HI. 2002. Hanbook of Cosmetic Science and Technology.

Marcel Dekker Inc.New York. Hal. 151-153

Boeke Sara J, Boersma Marelle G, Alink Geritt M. 2004. Savety Evaluation of Neem (Azzadirachata indica) Derived Pepticides. Journal of Ethnopharmacology 94 : 25-41

Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara. Hal. 62-64

Departemen Kesehatan RI. 1993. Kodeks Kosmetik Indonesia. Volome I, Edisi II. Hal.52, 357, 429, 481, 545, 561

(64)

Departemen Kesehatan RI.1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen kesehatan RI, Jakarta. Hal.19-20

Gandahusada, Srisasi dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal. 220-223

Ginanjar, Genis. 2004. Apa Yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam Berd

Gambar

Gambar Bahan dan Alat Penelitian ………………………. 64
Tabel 1. Formula Losion
Tabel 2.  Penapisan fitokimia serbuk dan minyak mimba
Tabel 4. Hasil pemeriksaan penampilan dan homogenitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan antara variabel persepsi kualitas layanan dengan variabel kepuasan pelanggan, seperti tampak pada tabel 4.8 adalah

Jumlah puskesmas se-Kota Kendari Tahun 2015 yaitu 15 Puskesmas, 5 Puskesmas berstatus rawat inap dan 10 Puskesmas berstatus non rawat inap.Hasil penelitian

The ruling system of Louis XIV emphasized on the role of the king influenced Molière, the writer of the play, in creating Orgon’s characteristics.. The second influences are in

Melaksanakan pergantian shift secara disiplin dan tertib administrasi dengan menyerahkan storebag yang berisi semua catatan hasil penjualan dari shiftnya, sesuai sistem prosedur

Metode tersebut memperlihatkan pola dari para anggota jaringan dalam menerima dan menyerap informasi yang disebarkan oleh para aktor utama penyebaran berita dengan

[r]

audio visual yang dirancang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika khususnya materi wujud zat. Dimana

CV Virge Pratama Komputer mengalami kendala dalam hal mendapatkan pelanggan baru dan juga untuk mempertahankan pelanggan lama yang loyal terhadap perusahaan, kendala-kendala