• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM

(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Elis Juniarti Rahayu 0904029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

(2)

Halaman Hak Cipta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN

PERISTIWA ALAM

Oleh

Elis Juniarti Rahayu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Elis Juniarti Rahayu 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM

Oleh

Elis Juniarti Rahayu 0904029

(5)
(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Hipotesis Tindakan ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 8

1. Hakikat IPA ... 8

2. Pembelajaran IPA di SD ... 9

3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 9

B. Model Sains Teknologi Masyarakat ... 10

1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat ... 10

2. Tahap-Tahap Model Sains Teknologi Masyarakat ... 11

a. Tahap Invitasi ... 12

b. Tahap Eksplorasi ... 13

(7)

d. Tahap Aplikasi... 14

3. Kelebihan dan Kelemahan Model STM ... 15

C. Hasil Belajar... 16

D. Daur Air ... 17

1. Proses Daur Air ... 17

2. Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Daur Air ... 19

a. Penebangan Hutan ... 19

b. Penutupan Resapan Air ... 20

c. Pencemaran Air ... 20

d. Pemakaian Air Berlebihan ... 21

3. Pelestarian dan Penghematan Air ... 21

a. Mengadakan Reboisasi... 22

b. Mendaur Ulang Air ... 22

c. Membuat Tempat Resapan Air ... 23

d. Menghemat Penggunaan Air ... 23

E. Peristiwa Alam ... 24

1. Tanah Longsor... 24

2. Banjir ... 25

3. Gunung Meletus ... 25

4. Gempa Bumi ... 26

5. Kebakaran Hutan ... 27

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Model Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian ... 31

1. Siklus I... 32

a. Perencanaan Siklus I... 32

(8)

c. Observasi Siklus I ... 33

d. Refleksi Siklus I ... 33

2. Siklus II ... 33

a. Perencanaan Siklus II ... 33

b. Pelaksanaan Siklus II ... 33

c. Observasi Siklus II ... 34

d. Refleksi Siklus II ... 34

3. Siklus III ... 34

a. Perencanaan Siklus III ... 34

b. Pelaksanaan Siklus III ... 35

c. Observasi Siklus III ... 35

d. Refleksi Siklus III ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 36

1. Instrumen Pembelajaran ... 36

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 36

b. Lembar Kerja Siswa ... 37

2. Instrumen Pengumpul Data ... 37

a. Tes ... 37

b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 37

c. Pedoman Wawancara ... 37

d. Catatan Lapangan ... 38

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 38

1. Hasil Tes ... 38

a. Penskoran ... 38

b. Mengubah Skor Menjadi Nilai ... 38

c. Menilai Tingkat Pemahaman Siswa ... 38

d. Menghitung Rata-Rata... 39

e. Menghitung Ketuntasan Belajar ... 39

2. Hasil Observasi ... 40

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Awal Penelitian... 41

B. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Siklus I ... 43

a. Perencanaan Siklus I... 43

b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus I ... 47

c. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 51

d. Refleksi Siklus I ... 53

2. Deskripsi Siklus II ... 56

a. Perencanaan Siklus II ... 56

b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus II ... 60

c. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 65

d. Refleksi Siklus II ... 67

3. Deskripsi Siklus III... 70

a. Perencanaan Siklus III ... 70

b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus III... 75

c. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 80

d. Refleksi Siklus III ... 82

C. Pembahasan... 83

1. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Model STM.. 84

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Model STM .. 87

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model STM 92 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 95

A. Simpulan... 95

B. Rekomendasi ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 100

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM ... 12

2.2. Tahap-Tahap Model Pembelajaran STM ... 15

2.3. Proses Daur Air ... 18

2.4. Penebangan Hutan ... 19

2.5. Penutupan Resapan Air ... 20

2.6. Pencemaran Air ... 20

2.7. Pemborosan Air ... 21

2.8. Reboisasi ... 22

2.9. Reservoir Penampungan Air Bersih ... 22

2.10. Lubang Biopori ... 23

2.11. Tanah Longsor ... 24

2.12. Banjir ... 25

2.13. Gunung Meletus ... 26

2.14. Akibat Gempa Bumi ... 26

2.15. Kebakaran Hutan ... 27

3.1. Alur PTK Model Kemmis dan Taggart ... 30

4.1. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52

4.2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52

4.3. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 66

4.4. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 67

4.5. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 81

4.6. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 82

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.1. RPP ... 102

A.2. Lembar Kerja Siswa ... 122

A.3. Kisi-Kisi Soal Tes ... 130

A.4. Lembar Soal Tes ... 136

A.5. Pedoman Penskoran ... 139

A.6. Pedoman Observasi ... 142

A.7. Pedoman Wawancara ... 160

B.1 Contoh Hasil LKS ... 162

B.2. Contoh Hasil Tes ... 170

B.3. Rekapitulasi Hasil Tes ... 185

B.4. Hasil Observasi ... 188

B.5. Hasil Wawancara ... 224

C.1. Dokumentasi Siklus I ... 228

C.2. Dokumentasi Siklus II ... 229

C.3. Dokumentasi Siklus III ... 230

D.1. SK Pengangkatan Pembimbing ... 232

D.2. Surat Izin Penelitian ... 233

D.3. Surat Keterangan Penelitian ... 234

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang membahas tentang

gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh fakta dan

didapat melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini

sesuai dengan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar

melibatkan siswa untuk peduli terhadap alam sekitar dan memahami setiap gejala

alam yang terjadi sehingga fakta dan gejala alam tersebut menjadikan

pembelajaran IPA tidak hanya verbal melainkan faktual.

Salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah untuk mengembangkan rasa

ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta dapat

memecahkan masalah dan membuat keputusan yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat berpikir kritis dalam memahami

masalah-masalah aktual berupa fenomena alam yang terjadi di lingkungan

sekitarnya sehingga siswa mampu mengambil keputusan dan ikut serta mengatasi

masalah-masalahtersebut.Selain itu siswa dilibatkan dalam proses penemuan

terhadap suatu gejala alam, bukan hanya aspek kognitif yang harus dihapal oleh

siswa. Proses penemuan yang dirancang dalam pembelajaran diharapkan dapat

membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi dan membangun

pengetahuannya sendiri. Prinsip keterlibatan langsung siswa dikemukakan oleh

John Dewey (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 46) dengan “learning by doing”-nya.

Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Siswa dibimbing dan

(13)

2

Belajar pun harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok,

dengan cara memecahkan masalah (problem solving).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

melakukan pengalaman belajarnya. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan

oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar pembelajaran IPA yang

difasilitasi oleh guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik,

menantang, dan bermakna bagi siswa, guru harus pandai-pandai merancang

strategi pembelajaran, memanfaatkan multi media, multi metode, dan multi aspek

(logika, praktika, estetika).

Pada kenyataannya pembelajaran IPA di kelas V SDN Pasirwangi masih

menggunakan metode ceramah dimana guru sebagai sumber informasi dan siswa

menerima informasi tanpa ada peran aktif. Guru melaksanakan pembelajaran

hanya secara verbalistik. Siswa tidak dilibatkan secara langsung untuk mengamati

obyek tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Siswa

hanya sebagai pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga

mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan.

Selain itu, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola

pemikirannya sendiri dalam mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA semacam ini tentu

jauh dari hakikat IPA itu sendiri yaitu memberikan pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah. Selain itu pembelajaran IPA dapat meningkatkan rasa

peduli terhadap alam sekitar dan memperoleh pemahaman untuk mengatasi

masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran konvensional tersebut kurang menarik sehingga membuat

siswa menjadi bosan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang mengakibatkan

rendahnya pemahaman siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Jika masalah ini tidak dapat diatasi akan berdampak negatif bagi siswa khususnya

pada peningkatan pemahaman siswa dan kemampuan kognitif siswa dan terlebih

lagi akan berdampak buruk bagi kemajuan hasil belajar. Akibatnya siswa tidak

(14)

3

Pembelajaran tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa yang kurang

memuaskan. Tolak ukur dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran IPA

adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA kelas V SDN

Pasirwangi yaitu 62. Setelah dilakukan analisis ternyata dari 30 orang siswa kelas

V SDN Pasirwangi sebanyak 22 orang siswa atau sebesar 73% memperoleh nilai

di bawah KKM, dan hanya sebanyak 8 orang siswa atau sebesar 27% yang

memperoleh nilai di atas KKM (Sumber: Daftar Nilai Kelas V SDN Pasirwangi).

Dengan demikian, diperlukan adanya upaya tindak lanjut untuk meningkatkan

hasil belajar siswa tersebut.

Salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan oleh guru untuk

membantu siswa dalam mempermudah memahami materi yang dipelajari adalah

penggunaan metode, pendekatan, serta model pembelajaran. Dalam hal ini model

pembelajaran yang sesuai dengan hakikat IPA adalah model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat (STM). Model pembelajaran ini diawali dengan isu atau

masalah aktual yang ada di masyarakat dan pada akhirnya dikaitkan dengan

teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, maka konsep-konsep yang

telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi

dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya

serta masalah lingkungan.Dengan model pembelajaran ini siswa dikondisikan

serta diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan

karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif

yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, tampak bahwa pembelajaran STM

memungkinkan anak dapat menghubungkan hal-hal yang telah di pahami dengan

fenomena-fenomena yang ada di lingkungannya sehingga dapat menguatkan

pemahaman terhadap suatu permasalahan atau memperoleh pemahaman yang

baru yang berkaitan dengan kehidupan keseharian siswa tersebut. Sehingga dapat

meningkatkan pemahaman siswa tentang fenomena atau objek yang diamati.

Selain itu, keuntungan penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran

IPA adalah berlakunya model belajar konstruktivis. Model konstruktivis tersebut

(15)

4

sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri yaitu memberikan pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pada akhirnya diharapkan masalah

pembelajaran yang dialami siswa dapat teratasi dengan meningkatnya hasil

belajar.

Dalam KTSP 2006 terdapat beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh

siswa. Salah satu kajian materi tersebut adalah mengenai daur air dan peristiwa

alam. Konsep tersebut sangat penting dikuasai oleh siswa sekolah dasar, dimana

konsep ini sangat berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa baik

secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Guru perlu menanamkan

konsep tersebut dengan baik agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Daur Air dan Peristiwa

Alam (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN

Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan

masalah pokok dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimanakah penerapan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi pokok daur air dan peristiwa alam?”

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan

peristiwa alam?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan

(16)

5

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi pokok

daur air dan peristiwa alam?

C.Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “Penerapan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN

Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.”

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian secara umum ini adalah

untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajaran sains

teknologi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok

daur air dan peristiwa alam. Sedangkan tujuan khusus dilaksanakannya penelitian

ini adalah:

1. Memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran IPA dengan

menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi daur

air dan peristiwa alam.

2. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi

pokok daur air dan peristiwa alam.

3. Memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi pokok

daur air dan peristiwa alam.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap

(17)

6

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat memahami konsep materi dengan baik karena terlibat

langsung dalam mengamati fenomena alam di sekitarnya sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu penelitian ini dapat memberikan

pengalaman baru dalam pembelajaran IPA sehingga siswa termotivasi untuk

belajar.

2. Bagi guru

Memberi wawasan baru dan masukan bagi guru tentang penerapan model

pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi daur air dan peristiwa

alam yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas

pembelajaran yang lebih baik.

3. Bagi peneliti

Sebagai bahan acuan untuk penerapan model pembelajaran sains teknologi

masyarakat pada topik yang lain dan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya dan tambahan pengalaman dalam membantu peneliti dalam

merancang suatu pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu

pendidikan serta memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah

khususnya kualitas pembelajaran IPA dengan diterapkannya model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

F. Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional untuk menghindari kesalahan penafsiran

terhadap istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai beikut:

1. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu strategi

pembelajaran yang memanfaatkan isu yang tengah terjadi di masyarakat

sebagai topik dalam pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa.Model

pembelajaran STM dalam penelitian ini menggunakan model STM yang

diajukan Horsley, et.al, Carlin, dan Yager (Indrawati, 2010) meliputi empat

(18)

7

pengajuan penjelasan dan solusi, serta tahap pengambilan tindakan.

Perencanaan pembelajaran STM dilakukan dengan membuat RPP yang di

dalam kegiatan intinya memuat tahap-tahap model pembelajaran STM tersebut.

Gambaran keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan

lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas siswa dan

guru. Selain itu dilakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran STM.

2. Hasil belajar adalah pencapaian kompetensi siswa setelah mengalami

pengalaman belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar adalah nilai ulangan

harian siswa kelas V SDN Pasirwangi pada pembelajaran IPA materi pokok

daur air dan peristiwa alam dengan menerapkan model STM. Hasil belajar

tersebut diukur melalui tes tertulis yang diberikan kepada siswa pada akhir

pembelajaran. Soal dibuat berdasarkan indikator capaian kompetensi serta

mencakup ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).

G.Indikator Keberhasilan Penelitian

Penelitian tindakan kelas dengan topik “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

(19)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan metode PTK dikarenakan guru

yang lebih mengenal keadaan kelasnya dapat melakukan penelitian secara

langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK

adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan meliputi

guru, siswa, atau kepala sekolah dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan

yang dilakukan sendiri, pemahaman mengenai praktik tersebut dan situasi-situasi

tempat praktik tersebut dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang

dikemukakanKemmis dan Taggart (Kunandar, 2010:42) bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh

partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan

dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi

pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan.

Wardhani dan Wihardit (2008:1.4) menjelaskan pula bahwa penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selanjutnya Arikunto, dkk.

(2008:3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pemilihan PTK

dalam penelitian ini memiliki pertimbangan antara ketepatan dalam pemecahan

masalahnya yaitu, berkaitan dengan fokus penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian yang akan diperoleh selama penelitian berlangsung. Berdasarkan

beberapapendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK terkait dengan

persoalan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru sehingga, akar

(20)

30

bersangkutan. Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran.

B.Model Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam suatu siklus (putaran) tertentu.

Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukann oleh

peneliti.Terdapat beberapa model rancangan yang dikemukakan para pakar.Desain

pelaksanaan PTK yang digunakan adalah model spiral yang dikembangkan oleh

Kemmis dan Taggart, dalam suatu sistem spiral atau dalam bentuk pengkajian

berdaur siklus, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning),

pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Alur

penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut:

Sumber:haedlaniez.blogspot.com

(21)

31

Model yang dikemukakan Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan

lebih lanjut dari konsep dasar model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak terdapat

perbedaan yang mendasar antara keduanya. Dalam model ini tahap pelaksanaan

dan observasi dijadikan satu kesatuan karena keduanya tidak terpisahkan dan

dilaksanakan secara bersamaan. Model Kemmis dan Taggartini digunakan karena

dianggap lebih mudah untuk dilaksanakan dengan beban tugas yang dimiliki.

Model ini diharapkan dapat membantu mempermudah penelitian yang akan

dilaksanakan dan mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan keinginan dan

tujuan yang diharapkan.

Tahap pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.

Tahapselanjutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan

tindakan. Hasil dari tahap pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi.

Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan

belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka selanjutnya

dirancang kembali rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian

seterusnya hingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.

C.Subjek Penelitian

Penelitian berlokasi di SDN Pasirwangi, Desa Gudang Kahuripan,

Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk

memecahkan masalah pembelajaran IPA di kelas V SDN Pasirwangi. Oleh karena

itu, subjek penelitian ini adalah siswa SDN Pasirwangi kelas V yang terdiri dari

30 siswa dengan 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013.

D.Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip dasar penelitian tindakan

kelas. Prosedur penelitian yang digunakan sesuai dengan model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Setiap siklus memiliki beberapa tahap

yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus

(22)

32

sistem sekolah. Selain itu, guru dibantu dibantu oleh observer untuk melakukan

pengamatan setiap tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam setiap

siklusnya.

1. Siklus I

a. Perencanaan Siklus I

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah mempersiapkan

sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dirancang dengan materi pokok daur

air sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat yaitu tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan solusi dan pengambilan

tindakan. Peneliti pun mempersiapkan LKS, media pembelajaran atau alat

bantu pembelajaran lainnya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data yaitu lembar tes, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.

b. Pelaksanaan Siklus I

Segala sesuatu yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan

dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu pelaksanaan dan penilaian

pembelajaran baik terhadap pemahaman siswa maupun aktivitas belajar

mengajar. Pada tahap invitasi siswa didorong agar mengemukakan

pengetahuan awalnya tentang konsep daur air yang dibahas. Pada tahap ini

guru merangsang siswa mengingat atau menampilkan kejadian-kejadian yang

ditemukan dalam masyarakat. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan

untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen yang

telah dirancang guru. Pada tahap penjelasan solusi siswa memberikan

penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya pada

tahap eksplorasi. siswa dapat menyampaikan gagasannya, membuat rangkuman

dan kesimpulan. Kemudian tahap pengambilan tindakan siswa mengajukan

saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan

pemecahan masalah dengan membuat janji diri. Pada akhir pembelajaran siswa

(23)

33

c. Observasi Siklus I

Observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan

lembar observasi yang telah dibuat dan dilakukan oleh observer. Lembar

observasi yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Selain itu dilakukan dokumentasi serta digunakannya catatan lapangan

mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan model Sains Teknologi

Masyarakat.

d. Refleksi Siklus I

Setelah diobservasi tahap selanjutnya adalah refleksi. Refleksi dilakukan

terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat serta menganalisis kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini

data dan hasil yang diperoleh pada tahap perencanaan, tindakan, observasi,

kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan yang

sudah dilakukan sehingga dapat dijadikan pedoman dan bahan pertimbangan

untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan Siklus II

Pada tahap perencanaan siklus II, rancangan pembelajaran mengacu pada

hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil refleksi pada siklus I

dijadikan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan

model Sains Teknologi Masyarakat. Seperti halnya tahap perencanaan pada

siklus I, peneliti mempersiapkan RPP, LKS, media, serta instrumen yang

diperlukan seperti lembar tes, pedoman observasi, dan pedoman wawancara.

b. Pelaksanaan Siklus II

Perencanaan yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya dilaksanakan

pada tahap tindakan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pada

tahap invitasi siswa mengemukakan pengetahuan awalnya konsep yang akan

dibahas. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk melakukan

eksperimen. Pada tahap penjelasan solusi siswa mengemukakan penjelasan dan

(24)

34

pengambilan tindakan siswa mengajukan saran baik bagi individu maupun

masyarakat mengenai pelestarian dan penghematan air. Pada akhir

pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran dan mengerjakan soal tes

untuk mengukur hasil belajar siswa.

c. Observasi Siklus II

Pada tahap observasi siklus II guru dibantu oleh observer yaitu wali kelas

dan rekan sejawat untuk melakukan proses pengamatan pemlaksanaan tindakan

pada pembelajaran dengan model Sains teknologi Masyarakat. Hal yang

diamati adalah keterlaksanaan pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa.

Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi yang sebelumnya telah

disiapkan pada tahap perencanaan. Observer menulis temuannya dalam lembar

observasi tersebut.

d. Refleksi Siklus II

Tahap refleksi siklus II dilakukan setelah tindakan siklus II

dilaksanakan. Refleksi kembali dilakukan dengan melibatkan para observer

untuk menganalisis proses pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan guru

serta menganalisis kelebihan dan kekurangannya. Hasil refleksi ini kemudian

akan dijadikan bahan perbaikan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya Jika hasil

penelitian belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan

pada siklus III.

3. Siklus III

a. Perencanaan Siklus III

Seperti halnya siklus I dan II, hasil refleksi siklus sebelumnya dijadikan

bahan acuan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, guru kembali

merencanakan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dengan membuat RPP,

LKS, media, serta instrumen penelitian lainnya. Rancangan pembelajaran

dibuat sedemikian hingga untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus

(25)

35

b. Pelaksanaan Siklus III

Perencanaan yang telah dirancang kemudian dilakukan dalam proses

pembelajaran secara nyata. Kegiatan yang dilakukan pada tahap invitasi yaitu

siswa mengemukakan pengetahuannya mengenai isu-isu peristiwa alam di

lingkungan. Pada tahap eksplorasi siswa melakukan eksperimen tanah longsor

dengan bimbingan guru. Kemudian pada tahap penjelasan dan solusi siswa

mengemukan penjelasan dan solusinya berdasarkan kegiatan yang dilakukan

pada tahap eksplorasi. Pada tahap pelaksanaan tindakan siswa memberkan

saran bagi individu maupun bagi masyarakat mengenai konsep yang telah

dibahas. Selanjutnya pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan

pembelajaran dan mengerjakan lembar tes yang telah disiapkan oleh guru

untuk mengukur hasil belajar siswa.

c. Observasi Siklus III

Observasi siklus ini sama halnya dengan siklus sebelumnya yaitu

dilakukan oleh observer yang terdiri dari wali kelas dan rekan sejawat.

Observer mengamati kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir

pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Sains

Teknologi Masyarakat ini diamati dengan pedoman observasi. Semua

temuannya dituliskan dalam lembar observasi dan catatan lapangan.

d. Refleksi Siklus III

Tahap akhir pada siklus ini adalah tahap refleksi. Kegiatan refleksi

dilakukan dengan melibatkan observer yang telah mengamati pelaksanaan

pembelajaran. Kelebihan serta kekurangan yang ditemukan pada tahap

pelaksanaan dianalisis dalam kegiatan refleksi ini. Kemudian hasil refleksinya

dijadikan perbaikan pada siklus berikutnya. Sama halnya dengan siklus

sebelumnya, dalam tahap refleksi ini dilihat ketercapaian pelaksanaan siklus

serta hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa masih belum meningkat maka

dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya, Sebaliknya apabila hasil belajar

siswa sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian maka penelitian dapat

(26)

36

Berdasarkan alur model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan

oleh Kemmis dan Taggart hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I dijadikan

acuan pada siklus berikutnya. Begitu seterusnya, hingga hasil belajar siswa

mengalami peningkatan yang signifikan.

E.Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

diperlukanlah suatu alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya

dinamakan instrumen penelitian. Instrumen adalah semua alat yang digunakan

untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara

sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji

suatu hipotesis. Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu

kegiatan penelitian. Mutu penelitian sangat ditentukan dari benar tidaknya data

yang diperoleh. Sedangkan benar tidaknya data ditentukan dari baik tidaknya

instrumen pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen penelitian harus memiliki

validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen yang valid adalah instrumen

yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur sedangkan

reabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data

(Arikunto, dkk., 2008:127). Semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian

dapat dikatakan instrumen penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan

data.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana yang

menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu

atau lebih kompetensi dasar. Tujuan penggunaan rencana pelaksanaan

pembelajaran oleh guru yaitu sebagai pedoman umum untuk melaksanakan

pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat standar kompetensi,

(27)

37

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap

model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, serta evaluasi.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa merupakaninstrumen yang dijadikan sebagai

pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar kerja

siswa memuat tujuan kegiatan, alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan,

langkah kerja, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, serta kesimpulan

hasil diskusi. Lembar kerja siswa digunakan dengan tujuan siswa dapat

mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan,

serta aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes

Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suatu aspek

tertentu. Tes sebagai instrumen pengumpulan data merupakan serangkaian

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu maupun kelompok.Tes dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai pemahaman

siswa mengenai materi pembelajaran. Tes dilakukan setelah selesai

pembelajaran.

b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai

keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diisi oleh observer dengan

indikator yang telah ditetapkan. Indikator yang ditetapkan sesuai dengan

tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Pedoman observasi ini menggunakan kolom “ya” dan “tidak” yang harus diisi oleh observer. Selain itu terdapat kolom keterangan untuk memuat saran dari observer maupun

kekurangan aktivitas guru dan siswa untuk dijadikan bahan refleksi pada akhir

pembelajaran.

(28)

38

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab lisan untuk meminta

keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Pedoman wawancara ini dibuat

dalam bentuk pertanyaan terstruktur untuk memperoleh informasi mengenai

kesan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model Sains

Teknologi Masyarakat.

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang

didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data

dan refleksi terhadap data dalam penelitian. Catatan tersebut meliputi deskripsi

tentang apa yangsesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa

yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun komentar,

tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan tentang apa yang diamati.Semua

yang diamati dan dianggap bertalian dengan masalahpenelitian dapat dijadikan

data. Catatan tersebut dapatberisi kata-kata inti dan ringkas, frase,

pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa dan lain-lain.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.

1. Hasil Tes

a. Penskoran

Penskoran dilakukan untuk menghindari unsur subjektivitas dan dilakukan

berdasarkan ketentuan standar nilai setiap soal.

b. Mengubah Skor Menjadi Nilai

Setelah dilakukan penskoran maka selanjutnya adalah mengubahnya

menjadi bentuk nilai presentase (%) dengan menggunakan rumus:

nilai = a

(29)

39

c. Menilai Tingkat Pemahaman Siswa

Menurut Arikunto (2008) , berdasarkan tabel tafsiran kategori kemampuan,

penilaian kemampuan siswa dapat dikategorikan kedalam lima kategori.

Tabel 3.1.Skala Kategori Kemampuan

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

Arikunto (2008)

d. Mengitung Rata-Rata

Rata-rata nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

x =

Keterangan:

x = rata-rata kelas ∑x = jumlah seluruh skor n = banyaknya siswa

e. Menghitung Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar merupakan persentase siswa yang memperoleh nilai

memenuhi KKM mata pelajaran IPA yaitu 62. Ketuntasan belajar dihitung

dengan rumus:

ketuntasan belajar = a a

(30)

40

2. Hasil Observasi

Peneliti dapat mengumpulkan informasi mengenai aktivitas guru dan

siswa dalam pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan melalui

kegiatan observasi. Keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan rumus:

% keterlaksanaan pembelajaran = a a a a a

a a x 100 %

Selanjutnya untuk menginterpretasikan keterlaksanaan pembelajaran

dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut ini:

Tabel 3.2.Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Nilai (%) Interpretasi

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

(Prihardina, 2012)

3. Hasil Wawancara dan Catatan Lapangan

Pedoman wawancara ini dibuat untuk memperoleh informasi

mengenai kesan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan

model Sains Teknologi Masyarakat. Wawancara dilakukan dilakukan

secara fleksibel dengan menggunakan pertanyaan pada pedoman

wawancara. Sedangkan catatan lapangan merupakan catatan tertulis meliputi

deskripsi tentang apa yang sesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi

menurut apa yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun tafsiran

dan refleksi tentang apa yang diamati. Semua yang diamati dan dianggap

(31)

41

dan catatan lapangan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembelajaran dengan

(32)

95

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN Pasirwangi. Simpulan tersebut mencakup beberapa aspek utama sesuai dengan tujuan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.

Perencanaan pembelajaran dirancang dengan menerapkan sintaks atau tahap-tahap model pembelajaran sains teknologi masyarakat yaitu invitasi, eksplorasi, eksplanasi serta pengajuan solusi dan aplikasi. Kualitas perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan karena setiap siklus dirancang dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan perencanaan yang efektif antara lain: (1) pada tahap

invitasi guru menyiapkan media yang mengenai isu yang berkaitan dengan materi

pembelajaran, (2) pada tahap eksplorasi guru membagi kelompok secara

heterogen serta menyiapkan LKS dan alat bahan yang akan digunakan, (3) pada

tahap eksplanasi dan solusi guru menyiapkan teknik diskusi kelas yang membuat

siswa aktif, (4) pada tahap aplikasi guru meyiapkan reward untuk memotivasi

siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya seperti keantusiasan, keaktifan dan ketertiban. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator,

pembimbing, dan motivator. Berdasarkan temuan dan analisis, pelaksanaan yang

efektif dalam penerapan model sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran

(33)

96

membimbing siswa, dan mengingatkan pentingnya kerjasama dalam kelompok, (3) pada tahap eksplanasi dan solusi guru bertindak sebagai moderator dalam kegiatan diskusi kelas, (4) pada tahap aplikasi guru memberikan reward untuk agar siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pelestarian

lingkungan.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat berdampak pula pada hasil belajarnya. Peningkatan hasil belajar terlihat dari hasil tes siswa yang dilakukan di akhir pembelajaran. Pada pra siklus siswa yang mencapai KKM hanya sebesar 27%. Namun setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 63%. Setelah pelaksanaan Siklus II siswa yang mencapai KKM kembali meningkat menjadi 73%. Pada siklus III seluruh siswa sudah mencapai KKM yaitu sebesar 90%. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa keterlibatan langsung dan kebermaknaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat mempermudah siswa memahami pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa secara signifikan.

B.Rekomendasi

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi bagi beberapa pihak terkait dalam penelitian seperti guru, sekolah, dan peneliti selanjutnya.

(34)

97

Bagi sekolah, semoga hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadikan sumbangan positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik dalam pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Sekolah dapat menjadikan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sebagai salah satu alternatif pengembangan kurikulum. Penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah.

Bagi peneliti selanjutnya, model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat diterapkan dalam penelitian lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan subjek yang lebih luas dan jenjang yang berbeda. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dirasakan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan dapat lebih kreatif dalam menyusun

rancangan perencanaan yang matang dan dapat mengembangkan langkah-langkah

(35)

98

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S., dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Azmiyati, C., dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hidayat, W. A. (2011). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran IPA pada Materi Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Proses Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Indrawati. (2010). Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD. PPPPTK IPA

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Primardani, D. I. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains teknologi

Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam. Skripsi Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung: Tidak diterbirkan.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

(36)

99

Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar
Gambar 3.1. Alur PTK Model Kemmis dan Taggart
Tabel 3.1.Skala Kategori Kemampuan
Tabel 3.2.Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

PENGALAMAN KEPALA RUANGAN DALAM MENGELOLA KONFLIK DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RUMAH.. SAKIT UMUM PEMERINTAH DI KOTA MEDAN:

Modul program sinkronisasi memungkinkan pengguna untuk membuat suatu paket data sinkronisasi dalam bentuk zip dari tabel-tabel yang berhubungan dengan transaksi

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifani (2012) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif signifikan GCG terhadap kinerja

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat dalam pembelajaran fisika dengan penggunaan media Google

Masih banyaknya pencatatan penjualan barang dagang material secara manual, maka penulis membuat Sistem Pencatatan Penjualan Barang Dagang Material Murah Jaya Menggunakan

Dilakukan oleh penyidik dan Penuntut Umum dalam penyidikan tetap pelimpahan perkara dan tidak sesuai dengan pasal 22 ayat 1, 2, 3 No 26 tahun 2000 maka eksepsi ini

Bisa jadi material tetap dibeli sebelum waktunya (misalnya plate yang dibutuhkan untuk produksi di minggu keempat dengan lead time 2 minggu seharusnya dibeli pada minggu

Dalam hal ini kaitan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah variabel-variabel yang mempengaruhi pergerakan penduduk dari perumahan, misalnya