PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Elis Juniarti Rahayu 0904029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
Halaman Hak Cipta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN
PERISTIWA ALAM
Oleh
Elis Juniarti Rahayu
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Elis Juniarti Rahayu 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK DAUR AIR DAN PERISTIWA ALAM
Oleh
Elis Juniarti Rahayu 0904029
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Hipotesis Tindakan ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Definisi Operasional ... 6
G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 8
1. Hakikat IPA ... 8
2. Pembelajaran IPA di SD ... 9
3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 9
B. Model Sains Teknologi Masyarakat ... 10
1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat ... 10
2. Tahap-Tahap Model Sains Teknologi Masyarakat ... 11
a. Tahap Invitasi ... 12
b. Tahap Eksplorasi ... 13
d. Tahap Aplikasi... 14
3. Kelebihan dan Kelemahan Model STM ... 15
C. Hasil Belajar... 16
D. Daur Air ... 17
1. Proses Daur Air ... 17
2. Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Daur Air ... 19
a. Penebangan Hutan ... 19
b. Penutupan Resapan Air ... 20
c. Pencemaran Air ... 20
d. Pemakaian Air Berlebihan ... 21
3. Pelestarian dan Penghematan Air ... 21
a. Mengadakan Reboisasi... 22
b. Mendaur Ulang Air ... 22
c. Membuat Tempat Resapan Air ... 23
d. Menghemat Penggunaan Air ... 23
E. Peristiwa Alam ... 24
1. Tanah Longsor... 24
2. Banjir ... 25
3. Gunung Meletus ... 25
4. Gempa Bumi ... 26
5. Kebakaran Hutan ... 27
F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29
A. Metode Penelitian ... 29
B. Model Penelitian ... 30
C. Subjek Penelitian ... 31
D. Prosedur Penelitian ... 31
1. Siklus I... 32
a. Perencanaan Siklus I... 32
c. Observasi Siklus I ... 33
d. Refleksi Siklus I ... 33
2. Siklus II ... 33
a. Perencanaan Siklus II ... 33
b. Pelaksanaan Siklus II ... 33
c. Observasi Siklus II ... 34
d. Refleksi Siklus II ... 34
3. Siklus III ... 34
a. Perencanaan Siklus III ... 34
b. Pelaksanaan Siklus III ... 35
c. Observasi Siklus III ... 35
d. Refleksi Siklus III ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 36
1. Instrumen Pembelajaran ... 36
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 36
b. Lembar Kerja Siswa ... 37
2. Instrumen Pengumpul Data ... 37
a. Tes ... 37
b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 37
c. Pedoman Wawancara ... 37
d. Catatan Lapangan ... 38
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 38
1. Hasil Tes ... 38
a. Penskoran ... 38
b. Mengubah Skor Menjadi Nilai ... 38
c. Menilai Tingkat Pemahaman Siswa ... 38
d. Menghitung Rata-Rata... 39
e. Menghitung Ketuntasan Belajar ... 39
2. Hasil Observasi ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Deskripsi Awal Penelitian... 41
B. Hasil Penelitian ... 43
1. Deskripsi Siklus I ... 43
a. Perencanaan Siklus I... 43
b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus I ... 47
c. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 51
d. Refleksi Siklus I ... 53
2. Deskripsi Siklus II ... 56
a. Perencanaan Siklus II ... 56
b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus II ... 60
c. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 65
d. Refleksi Siklus II ... 67
3. Deskripsi Siklus III... 70
a. Perencanaan Siklus III ... 70
b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus III... 75
c. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 80
d. Refleksi Siklus III ... 82
C. Pembahasan... 83
1. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Model STM.. 84
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Penerapan Model STM .. 87
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model STM 92 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 95
A. Simpulan... 95
B. Rekomendasi ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
LAMPIRAN ... 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM ... 12
2.2. Tahap-Tahap Model Pembelajaran STM ... 15
2.3. Proses Daur Air ... 18
2.4. Penebangan Hutan ... 19
2.5. Penutupan Resapan Air ... 20
2.6. Pencemaran Air ... 20
2.7. Pemborosan Air ... 21
2.8. Reboisasi ... 22
2.9. Reservoir Penampungan Air Bersih ... 22
2.10. Lubang Biopori ... 23
2.11. Tanah Longsor ... 24
2.12. Banjir ... 25
2.13. Gunung Meletus ... 26
2.14. Akibat Gempa Bumi ... 26
2.15. Kebakaran Hutan ... 27
3.1. Alur PTK Model Kemmis dan Taggart ... 30
4.1. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52
4.2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52
4.3. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 66
4.4. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 67
4.5. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 81
4.6. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.1. RPP ... 102
A.2. Lembar Kerja Siswa ... 122
A.3. Kisi-Kisi Soal Tes ... 130
A.4. Lembar Soal Tes ... 136
A.5. Pedoman Penskoran ... 139
A.6. Pedoman Observasi ... 142
A.7. Pedoman Wawancara ... 160
B.1 Contoh Hasil LKS ... 162
B.2. Contoh Hasil Tes ... 170
B.3. Rekapitulasi Hasil Tes ... 185
B.4. Hasil Observasi ... 188
B.5. Hasil Wawancara ... 224
C.1. Dokumentasi Siklus I ... 228
C.2. Dokumentasi Siklus II ... 229
C.3. Dokumentasi Siklus III ... 230
D.1. SK Pengangkatan Pembimbing ... 232
D.2. Surat Izin Penelitian ... 233
D.3. Surat Keterangan Penelitian ... 234
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh fakta dan
didapat melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini
sesuai dengan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar
melibatkan siswa untuk peduli terhadap alam sekitar dan memahami setiap gejala
alam yang terjadi sehingga fakta dan gejala alam tersebut menjadikan
pembelajaran IPA tidak hanya verbal melainkan faktual.
Salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah untuk mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta dapat
memecahkan masalah dan membuat keputusan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat berpikir kritis dalam memahami
masalah-masalah aktual berupa fenomena alam yang terjadi di lingkungan
sekitarnya sehingga siswa mampu mengambil keputusan dan ikut serta mengatasi
masalah-masalahtersebut.Selain itu siswa dilibatkan dalam proses penemuan
terhadap suatu gejala alam, bukan hanya aspek kognitif yang harus dihapal oleh
siswa. Proses penemuan yang dirancang dalam pembelajaran diharapkan dapat
membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi dan membangun
pengetahuannya sendiri. Prinsip keterlibatan langsung siswa dikemukakan oleh
John Dewey (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 46) dengan “learning by doing”-nya.
Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Siswa dibimbing dan
2
Belajar pun harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah (problem solving).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
melakukan pengalaman belajarnya. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan
oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar pembelajaran IPA yang
difasilitasi oleh guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik,
menantang, dan bermakna bagi siswa, guru harus pandai-pandai merancang
strategi pembelajaran, memanfaatkan multi media, multi metode, dan multi aspek
(logika, praktika, estetika).
Pada kenyataannya pembelajaran IPA di kelas V SDN Pasirwangi masih
menggunakan metode ceramah dimana guru sebagai sumber informasi dan siswa
menerima informasi tanpa ada peran aktif. Guru melaksanakan pembelajaran
hanya secara verbalistik. Siswa tidak dilibatkan secara langsung untuk mengamati
obyek tentang fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Siswa
hanya sebagai pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga
mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan.
Selain itu, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola
pemikirannya sendiri dalam mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA semacam ini tentu
jauh dari hakikat IPA itu sendiri yaitu memberikan pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Selain itu pembelajaran IPA dapat meningkatkan rasa
peduli terhadap alam sekitar dan memperoleh pemahaman untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran konvensional tersebut kurang menarik sehingga membuat
siswa menjadi bosan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang mengakibatkan
rendahnya pemahaman siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Jika masalah ini tidak dapat diatasi akan berdampak negatif bagi siswa khususnya
pada peningkatan pemahaman siswa dan kemampuan kognitif siswa dan terlebih
lagi akan berdampak buruk bagi kemajuan hasil belajar. Akibatnya siswa tidak
3
Pembelajaran tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa yang kurang
memuaskan. Tolak ukur dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran IPA
adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA kelas V SDN
Pasirwangi yaitu 62. Setelah dilakukan analisis ternyata dari 30 orang siswa kelas
V SDN Pasirwangi sebanyak 22 orang siswa atau sebesar 73% memperoleh nilai
di bawah KKM, dan hanya sebanyak 8 orang siswa atau sebesar 27% yang
memperoleh nilai di atas KKM (Sumber: Daftar Nilai Kelas V SDN Pasirwangi).
Dengan demikian, diperlukan adanya upaya tindak lanjut untuk meningkatkan
hasil belajar siswa tersebut.
Salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan oleh guru untuk
membantu siswa dalam mempermudah memahami materi yang dipelajari adalah
penggunaan metode, pendekatan, serta model pembelajaran. Dalam hal ini model
pembelajaran yang sesuai dengan hakikat IPA adalah model pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat (STM). Model pembelajaran ini diawali dengan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan pada akhirnya dikaitkan dengan
teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, maka konsep-konsep yang
telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi
dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
serta masalah lingkungan.Dengan model pembelajaran ini siswa dikondisikan
serta diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan
karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif
yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, tampak bahwa pembelajaran STM
memungkinkan anak dapat menghubungkan hal-hal yang telah di pahami dengan
fenomena-fenomena yang ada di lingkungannya sehingga dapat menguatkan
pemahaman terhadap suatu permasalahan atau memperoleh pemahaman yang
baru yang berkaitan dengan kehidupan keseharian siswa tersebut. Sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang fenomena atau objek yang diamati.
Selain itu, keuntungan penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran
IPA adalah berlakunya model belajar konstruktivis. Model konstruktivis tersebut
4
sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri yaitu memberikan pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pada akhirnya diharapkan masalah
pembelajaran yang dialami siswa dapat teratasi dengan meningkatnya hasil
belajar.
Dalam KTSP 2006 terdapat beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh
siswa. Salah satu kajian materi tersebut adalah mengenai daur air dan peristiwa
alam. Konsep tersebut sangat penting dikuasai oleh siswa sekolah dasar, dimana
konsep ini sangat berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa baik
secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Guru perlu menanamkan
konsep tersebut dengan baik agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Daur Air dan Peristiwa
Alam (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN
Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan
masalah pokok dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok daur air dan peristiwa alam?”
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan
peristiwa alam?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi pokok daur air dan
5
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi pokok
daur air dan peristiwa alam?
C.Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “Penerapan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA materi pokok daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN
Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.”
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian secara umum ini adalah
untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajaran sains
teknologi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
daur air dan peristiwa alam. Sedangkan tujuan khusus dilaksanakannya penelitian
ini adalah:
1. Memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi daur
air dan peristiwa alam.
2. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi
pokok daur air dan peristiwa alam.
3. Memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi pokok
daur air dan peristiwa alam.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap
6
1. Bagi siswa
Diharapkan dapat memahami konsep materi dengan baik karena terlibat
langsung dalam mengamati fenomena alam di sekitarnya sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu penelitian ini dapat memberikan
pengalaman baru dalam pembelajaran IPA sehingga siswa termotivasi untuk
belajar.
2. Bagi guru
Memberi wawasan baru dan masukan bagi guru tentang penerapan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat pada materi daur air dan peristiwa
alam yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas
pembelajaran yang lebih baik.
3. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk penerapan model pembelajaran sains teknologi
masyarakat pada topik yang lain dan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya dan tambahan pengalaman dalam membantu peneliti dalam
merancang suatu pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
4. Bagi sekolah
Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan serta memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah
khususnya kualitas pembelajaran IPA dengan diterapkannya model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.
F. Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional untuk menghindari kesalahan penafsiran
terhadap istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai beikut:
1. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah suatu strategi
pembelajaran yang memanfaatkan isu yang tengah terjadi di masyarakat
sebagai topik dalam pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa.Model
pembelajaran STM dalam penelitian ini menggunakan model STM yang
diajukan Horsley, et.al, Carlin, dan Yager (Indrawati, 2010) meliputi empat
7
pengajuan penjelasan dan solusi, serta tahap pengambilan tindakan.
Perencanaan pembelajaran STM dilakukan dengan membuat RPP yang di
dalam kegiatan intinya memuat tahap-tahap model pembelajaran STM tersebut.
Gambaran keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan
lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas siswa dan
guru. Selain itu dilakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran STM.
2. Hasil belajar adalah pencapaian kompetensi siswa setelah mengalami
pengalaman belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar adalah nilai ulangan
harian siswa kelas V SDN Pasirwangi pada pembelajaran IPA materi pokok
daur air dan peristiwa alam dengan menerapkan model STM. Hasil belajar
tersebut diukur melalui tes tertulis yang diberikan kepada siswa pada akhir
pembelajaran. Soal dibuat berdasarkan indikator capaian kompetensi serta
mencakup ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).
G.Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dengan topik “Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan metode PTK dikarenakan guru
yang lebih mengenal keadaan kelasnya dapat melakukan penelitian secara
langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK
adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan meliputi
guru, siswa, atau kepala sekolah dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan
yang dilakukan sendiri, pemahaman mengenai praktik tersebut dan situasi-situasi
tempat praktik tersebut dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
dikemukakanKemmis dan Taggart (Kunandar, 2010:42) bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh
partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan
dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi
pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan.
Wardhani dan Wihardit (2008:1.4) menjelaskan pula bahwa penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selanjutnya Arikunto, dkk.
(2008:3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pemilihan PTK
dalam penelitian ini memiliki pertimbangan antara ketepatan dalam pemecahan
masalahnya yaitu, berkaitan dengan fokus penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian yang akan diperoleh selama penelitian berlangsung. Berdasarkan
beberapapendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK terkait dengan
persoalan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru sehingga, akar
30
bersangkutan. Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.Model Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam suatu siklus (putaran) tertentu.
Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukann oleh
peneliti.Terdapat beberapa model rancangan yang dikemukakan para pakar.Desain
pelaksanaan PTK yang digunakan adalah model spiral yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Taggart, dalam suatu sistem spiral atau dalam bentuk pengkajian
berdaur siklus, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Alur
penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut:
Sumber:haedlaniez.blogspot.com
31
Model yang dikemukakan Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan
lebih lanjut dari konsep dasar model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak terdapat
perbedaan yang mendasar antara keduanya. Dalam model ini tahap pelaksanaan
dan observasi dijadikan satu kesatuan karena keduanya tidak terpisahkan dan
dilaksanakan secara bersamaan. Model Kemmis dan Taggartini digunakan karena
dianggap lebih mudah untuk dilaksanakan dengan beban tugas yang dimiliki.
Model ini diharapkan dapat membantu mempermudah penelitian yang akan
dilaksanakan dan mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan keinginan dan
tujuan yang diharapkan.
Tahap pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.
Tahapselanjutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan. Hasil dari tahap pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi.
Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan
belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka selanjutnya
dirancang kembali rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian
seterusnya hingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.
C.Subjek Penelitian
Penelitian berlokasi di SDN Pasirwangi, Desa Gudang Kahuripan,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk
memecahkan masalah pembelajaran IPA di kelas V SDN Pasirwangi. Oleh karena
itu, subjek penelitian ini adalah siswa SDN Pasirwangi kelas V yang terdiri dari
30 siswa dengan 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013.
D.Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip dasar penelitian tindakan
kelas. Prosedur penelitian yang digunakan sesuai dengan model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Setiap siklus memiliki beberapa tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus
32
sistem sekolah. Selain itu, guru dibantu dibantu oleh observer untuk melakukan
pengamatan setiap tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam setiap
siklusnya.
1. Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah mempersiapkan
sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dirancang dengan materi pokok daur
air sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat yaitu tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan solusi dan pengambilan
tindakan. Peneliti pun mempersiapkan LKS, media pembelajaran atau alat
bantu pembelajaran lainnya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data yaitu lembar tes, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.
b. Pelaksanaan Siklus I
Segala sesuatu yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan
dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran baik terhadap pemahaman siswa maupun aktivitas belajar
mengajar. Pada tahap invitasi siswa didorong agar mengemukakan
pengetahuan awalnya tentang konsep daur air yang dibahas. Pada tahap ini
guru merangsang siswa mengingat atau menampilkan kejadian-kejadian yang
ditemukan dalam masyarakat. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan
untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen yang
telah dirancang guru. Pada tahap penjelasan solusi siswa memberikan
penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya pada
tahap eksplorasi. siswa dapat menyampaikan gagasannya, membuat rangkuman
dan kesimpulan. Kemudian tahap pengambilan tindakan siswa mengajukan
saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan
pemecahan masalah dengan membuat janji diri. Pada akhir pembelajaran siswa
33
c. Observasi Siklus I
Observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat dan dilakukan oleh observer. Lembar
observasi yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Selain itu dilakukan dokumentasi serta digunakannya catatan lapangan
mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan model Sains Teknologi
Masyarakat.
d. Refleksi Siklus I
Setelah diobservasi tahap selanjutnya adalah refleksi. Refleksi dilakukan
terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat serta menganalisis kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini
data dan hasil yang diperoleh pada tahap perencanaan, tindakan, observasi,
kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan yang
sudah dilakukan sehingga dapat dijadikan pedoman dan bahan pertimbangan
untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Pada tahap perencanaan siklus II, rancangan pembelajaran mengacu pada
hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil refleksi pada siklus I
dijadikan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan
model Sains Teknologi Masyarakat. Seperti halnya tahap perencanaan pada
siklus I, peneliti mempersiapkan RPP, LKS, media, serta instrumen yang
diperlukan seperti lembar tes, pedoman observasi, dan pedoman wawancara.
b. Pelaksanaan Siklus II
Perencanaan yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya dilaksanakan
pada tahap tindakan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pada
tahap invitasi siswa mengemukakan pengetahuan awalnya konsep yang akan
dibahas. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen. Pada tahap penjelasan solusi siswa mengemukakan penjelasan dan
34
pengambilan tindakan siswa mengajukan saran baik bagi individu maupun
masyarakat mengenai pelestarian dan penghematan air. Pada akhir
pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran dan mengerjakan soal tes
untuk mengukur hasil belajar siswa.
c. Observasi Siklus II
Pada tahap observasi siklus II guru dibantu oleh observer yaitu wali kelas
dan rekan sejawat untuk melakukan proses pengamatan pemlaksanaan tindakan
pada pembelajaran dengan model Sains teknologi Masyarakat. Hal yang
diamati adalah keterlaksanaan pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa.
Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi yang sebelumnya telah
disiapkan pada tahap perencanaan. Observer menulis temuannya dalam lembar
observasi tersebut.
d. Refleksi Siklus II
Tahap refleksi siklus II dilakukan setelah tindakan siklus II
dilaksanakan. Refleksi kembali dilakukan dengan melibatkan para observer
untuk menganalisis proses pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan guru
serta menganalisis kelebihan dan kekurangannya. Hasil refleksi ini kemudian
akan dijadikan bahan perbaikan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya Jika hasil
penelitian belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan
pada siklus III.
3. Siklus III
a. Perencanaan Siklus III
Seperti halnya siklus I dan II, hasil refleksi siklus sebelumnya dijadikan
bahan acuan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, guru kembali
merencanakan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dengan membuat RPP,
LKS, media, serta instrumen penelitian lainnya. Rancangan pembelajaran
dibuat sedemikian hingga untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus
35
b. Pelaksanaan Siklus III
Perencanaan yang telah dirancang kemudian dilakukan dalam proses
pembelajaran secara nyata. Kegiatan yang dilakukan pada tahap invitasi yaitu
siswa mengemukakan pengetahuannya mengenai isu-isu peristiwa alam di
lingkungan. Pada tahap eksplorasi siswa melakukan eksperimen tanah longsor
dengan bimbingan guru. Kemudian pada tahap penjelasan dan solusi siswa
mengemukan penjelasan dan solusinya berdasarkan kegiatan yang dilakukan
pada tahap eksplorasi. Pada tahap pelaksanaan tindakan siswa memberkan
saran bagi individu maupun bagi masyarakat mengenai konsep yang telah
dibahas. Selanjutnya pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan
pembelajaran dan mengerjakan lembar tes yang telah disiapkan oleh guru
untuk mengukur hasil belajar siswa.
c. Observasi Siklus III
Observasi siklus ini sama halnya dengan siklus sebelumnya yaitu
dilakukan oleh observer yang terdiri dari wali kelas dan rekan sejawat.
Observer mengamati kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Sains
Teknologi Masyarakat ini diamati dengan pedoman observasi. Semua
temuannya dituliskan dalam lembar observasi dan catatan lapangan.
d. Refleksi Siklus III
Tahap akhir pada siklus ini adalah tahap refleksi. Kegiatan refleksi
dilakukan dengan melibatkan observer yang telah mengamati pelaksanaan
pembelajaran. Kelebihan serta kekurangan yang ditemukan pada tahap
pelaksanaan dianalisis dalam kegiatan refleksi ini. Kemudian hasil refleksinya
dijadikan perbaikan pada siklus berikutnya. Sama halnya dengan siklus
sebelumnya, dalam tahap refleksi ini dilihat ketercapaian pelaksanaan siklus
serta hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa masih belum meningkat maka
dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya, Sebaliknya apabila hasil belajar
siswa sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian maka penelitian dapat
36
Berdasarkan alur model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Taggart hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I dijadikan
acuan pada siklus berikutnya. Begitu seterusnya, hingga hasil belajar siswa
mengalami peningkatan yang signifikan.
E.Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
diperlukanlah suatu alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
dinamakan instrumen penelitian. Instrumen adalah semua alat yang digunakan
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji
suatu hipotesis. Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu
kegiatan penelitian. Mutu penelitian sangat ditentukan dari benar tidaknya data
yang diperoleh. Sedangkan benar tidaknya data ditentukan dari baik tidaknya
instrumen pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen penelitian harus memiliki
validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen yang valid adalah instrumen
yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur sedangkan
reabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data
(Arikunto, dkk., 2008:127). Semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian
dapat dikatakan instrumen penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan
data.
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana yang
menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu
atau lebih kompetensi dasar. Tujuan penggunaan rencana pelaksanaan
pembelajaran oleh guru yaitu sebagai pedoman umum untuk melaksanakan
pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat standar kompetensi,
37
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap
model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, serta evaluasi.
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa merupakaninstrumen yang dijadikan sebagai
pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar kerja
siswa memuat tujuan kegiatan, alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan,
langkah kerja, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, serta kesimpulan
hasil diskusi. Lembar kerja siswa digunakan dengan tujuan siswa dapat
mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan,
serta aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes
Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suatu aspek
tertentu. Tes sebagai instrumen pengumpulan data merupakan serangkaian
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu maupun kelompok.Tes dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai pemahaman
siswa mengenai materi pembelajaran. Tes dilakukan setelah selesai
pembelajaran.
b. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diisi oleh observer dengan
indikator yang telah ditetapkan. Indikator yang ditetapkan sesuai dengan
tahap-tahap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Pedoman observasi ini menggunakan kolom “ya” dan “tidak” yang harus diisi oleh observer. Selain itu terdapat kolom keterangan untuk memuat saran dari observer maupun
kekurangan aktivitas guru dan siswa untuk dijadikan bahan refleksi pada akhir
pembelajaran.
38
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab lisan untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Pedoman wawancara ini dibuat
dalam bentuk pertanyaan terstruktur untuk memperoleh informasi mengenai
kesan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model Sains
Teknologi Masyarakat.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang
didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian. Catatan tersebut meliputi deskripsi
tentang apa yangsesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi menurut apa
yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun komentar,
tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan tentang apa yang diamati.Semua
yang diamati dan dianggap bertalian dengan masalahpenelitian dapat dijadikan
data. Catatan tersebut dapatberisi kata-kata inti dan ringkas, frase,
pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa dan lain-lain.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.
1. Hasil Tes
a. Penskoran
Penskoran dilakukan untuk menghindari unsur subjektivitas dan dilakukan
berdasarkan ketentuan standar nilai setiap soal.
b. Mengubah Skor Menjadi Nilai
Setelah dilakukan penskoran maka selanjutnya adalah mengubahnya
menjadi bentuk nilai presentase (%) dengan menggunakan rumus:
nilai = a
39
c. Menilai Tingkat Pemahaman Siswa
Menurut Arikunto (2008) , berdasarkan tabel tafsiran kategori kemampuan,
penilaian kemampuan siswa dapat dikategorikan kedalam lima kategori.
Tabel 3.1.Skala Kategori Kemampuan
Nilai (%) Kategori Kemampuan
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
Arikunto (2008)
d. Mengitung Rata-Rata
Rata-rata nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
x =
Keterangan:
x = rata-rata kelas ∑x = jumlah seluruh skor n = banyaknya siswa
e. Menghitung Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar merupakan persentase siswa yang memperoleh nilai
memenuhi KKM mata pelajaran IPA yaitu 62. Ketuntasan belajar dihitung
dengan rumus:
ketuntasan belajar = a a
40
2. Hasil Observasi
Peneliti dapat mengumpulkan informasi mengenai aktivitas guru dan
siswa dalam pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan melalui
kegiatan observasi. Keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan rumus:
% keterlaksanaan pembelajaran = a a a a a
a a x 100 %
Selanjutnya untuk menginterpretasikan keterlaksanaan pembelajaran
dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 3.2.Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Nilai (%) Interpretasi
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Prihardina, 2012)
3. Hasil Wawancara dan Catatan Lapangan
Pedoman wawancara ini dibuat untuk memperoleh informasi
mengenai kesan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
model Sains Teknologi Masyarakat. Wawancara dilakukan dilakukan
secara fleksibel dengan menggunakan pertanyaan pada pedoman
wawancara. Sedangkan catatan lapangan merupakan catatan tertulis meliputi
deskripsi tentang apa yang sesungguhnya diamati, yang benar-benar terjadi
menurut apa yang dilihat, didengar atau diamati dengan alat indra maupun tafsiran
dan refleksi tentang apa yang diamati. Semua yang diamati dan dianggap
41
dan catatan lapangan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembelajaran dengan
95
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam di kelas V SDN Pasirwangi. Simpulan tersebut mencakup beberapa aspek utama sesuai dengan tujuan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.
Perencanaan pembelajaran dirancang dengan menerapkan sintaks atau tahap-tahap model pembelajaran sains teknologi masyarakat yaitu invitasi, eksplorasi, eksplanasi serta pengajuan solusi dan aplikasi. Kualitas perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan karena setiap siklus dirancang dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan perencanaan yang efektif antara lain: (1) pada tahap
invitasi guru menyiapkan media yang mengenai isu yang berkaitan dengan materi
pembelajaran, (2) pada tahap eksplorasi guru membagi kelompok secara
heterogen serta menyiapkan LKS dan alat bahan yang akan digunakan, (3) pada
tahap eksplanasi dan solusi guru menyiapkan teknik diskusi kelas yang membuat
siswa aktif, (4) pada tahap aplikasi guru meyiapkan reward untuk memotivasi
siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya seperti keantusiasan, keaktifan dan ketertiban. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, dan motivator. Berdasarkan temuan dan analisis, pelaksanaan yang
efektif dalam penerapan model sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran
96
membimbing siswa, dan mengingatkan pentingnya kerjasama dalam kelompok, (3) pada tahap eksplanasi dan solusi guru bertindak sebagai moderator dalam kegiatan diskusi kelas, (4) pada tahap aplikasi guru memberikan reward untuk agar siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pelestarian
lingkungan.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menerapkan model sains teknologi masyarakat berdampak pula pada hasil belajarnya. Peningkatan hasil belajar terlihat dari hasil tes siswa yang dilakukan di akhir pembelajaran. Pada pra siklus siswa yang mencapai KKM hanya sebesar 27%. Namun setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 63%. Setelah pelaksanaan Siklus II siswa yang mencapai KKM kembali meningkat menjadi 73%. Pada siklus III seluruh siswa sudah mencapai KKM yaitu sebesar 90%. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa keterlibatan langsung dan kebermaknaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat mempermudah siswa memahami pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa secara signifikan.
B.Rekomendasi
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi bagi beberapa pihak terkait dalam penelitian seperti guru, sekolah, dan peneliti selanjutnya.
97
Bagi sekolah, semoga hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadikan sumbangan positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik dalam pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Sekolah dapat menjadikan model pembelajaran sains teknologi masyarakat sebagai salah satu alternatif pengembangan kurikulum. Penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah.
Bagi peneliti selanjutnya, model pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat diterapkan dalam penelitian lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan subjek yang lebih luas dan jenjang yang berbeda. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dirasakan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan dapat lebih kreatif dalam menyusun
rancangan perencanaan yang matang dan dapat mengembangkan langkah-langkah
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S., dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azmiyati, C., dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hidayat, W. A. (2011). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran IPA pada Materi Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Proses Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Indrawati. (2010). Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD. PPPPTK IPA
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Primardani, D. I. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Sains teknologi
Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam. Skripsi Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung: Tidak diterbirkan.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
99
Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.