• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Analisis Data

1. Penilaian Hasil Belajar

Acuan penilaian yang digunakan yaitu penialian acuan patokan (PAP). PAP (criterion referenced test = CRT) adalah penilaian yang mengubah skor menjadi nilai berdasarkan skor maksimum yang menjadi acuan. Acuan yang digunakan untuk memberikan penilaian adalah skor maksimum. Pada acuan ini skor diinterpretasikan berdasar pencapaian tujuan tertentu (Gronlund dan Linn, 1990:14 dalam Purwanto, 2009:207). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai adalah sebagai berikut:

Pada test hasil belajar materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat terdiri dari 5 butir soal dengan skor maksimum 30. Penilaian didasarkan pada acuan patokan dan skala yang

Skor yang diperoleh

Nilai = --- x skala Skor maksimum

digunakan adalah 0 – 10. Selanjutnya pengambilan keputusan atas nilai tersebut mengacu kepada standar minimal ketuntasan yang diharapkan yaitu 7,00, maka perhitungan nilai dan pengambilan keputusan dapat dilakukan sebagai berikut:

Tabel 4.5

Nilai dan Pengambilan Keputusan

Siswa Skor Nilai Batas Lulus Keputusan

1 29 9,67 7,00 Lulus 2 14 4,67 7,00 Tidak Lulus 3 25 8,33 7,00 Lulus 4 23 7,67 7,00 Lulus 5 28 9,33 7,00 Lulus 6 26 8,67 7,00 Lulus 7 23 7,67 7,00 Lulus 8 23 7,67 7,00 Lulus 9 26 8,67 7,00 Lulus 10 24 8,00 7,00 Lulus 11 23 7,67 7,00 Lulus 12 15 5,00 7,00 Tidak Lulus 13 23 7,67 7,00 Lulus 14 29 9,67 7,00 Lulus 15 19 6,33 7,00 Tidak Lulus 16 20 6,67 7,00 Tidak Lulus 17 24 8,00 7,00 Lulus 18 24 8,00 7,00 Lulus 19 24 8,00 7,00 Lulus 20 25 8,33 7,00 Lulus

Data yang diperoleh dari dokumen dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas interval. Untuk mencari kelas interval dipergunakan rumus: 1 + 3,3 log n dengan n = 20 adalah jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian.

Kelas interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 20 = 1 + 4,2934 = 5,2934

Kelas interval diambil 5.

Panjang kelas

= = 1 Panjang kelas diambil 1.

Dari data tersebut dimasukkan ke dalam tabel frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas VII A

Interval Turus Frekuensi

4,50 – 5,50 II 2 6,00 – 7,00 II 2 7,50 – 8,50 IIII IIII I 11 9,00 – 10,00 IIII 5 Jumlah 20 = N

Deskripsi data yang diperoleh dari tes disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.7

Deskripsi Data Nilai Siswa Kelas VII A

No. Deskripsi Nilai

1. Nilai tertinggi 9,67 2. Nilai terendah 4,67 3. Mean 7,93 4. Median 7,55 5. Modus 7,60 6. Varians 1,80 7. Standar deviasi 1,34

Nilai tertinggi yang diraih siswa kelas VII A 9,67 sedangkan nilai terendahnya 4,67 sehingga memperoleh rata-rata (mean) nilai kelas VII A yaitu 7,93. Dilihat dari nilai tengah (median) yaitu 7,55

tidak terlampau jauh dari nilai rata-rata (mean) yaitu 7,93. Hal ini menunjukkan kelebihan nilai tengah (median) yaitu selalu pada posisi di tengah-tengah, hal ini juga sesuai dengan fungsinya yang membagi frekuensi distribusi manjadi dua sama besar. Nilai mempunyai frekuensi terbanyak (modus) menunjukkan kondisi penyebaran data nilai kelas VII A yang dihadapi yaitu 7,60. Nilai tengah (median) dan nilai mempunyai frekuensi terbanyak (modus) menunjukkan nilai yang hampir sama yaitu 7,55 dan 7,60 maka memberikan perbedaan yang mencolok antara nilai tertinggi dan terendah yaitu 9,67 dan 4,67. Rentang (Range) nilai tertinggi dan terendah adalah 9,67 – 4,67 = 5,00 dan nilai varians 1,80 menunjukkan homogenitas kelompok yang rendah. Standar deviasi menunjukkan jarak antara nilai individu siswa dengan rata-rata (mean). Standar deviasi siswa no. 2 adalah 7,93 – 4,67 = 3,26, sedangkan siswa no. 1 dan 14 adalah 9,67 – 7,93 = 1,74, maka standar deviasi kelompok siswa kelas VII A yaitu 1,38 menunjukkan rentang yang terlalu jauh untuk nilai terendah.

2. Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar

Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator-indikatornya yaitu melakukan operasi penjumlahan bilangan bulat, memahami sifat-sifat penjumlahan pada himpunan bilangan bulat, melakukan operasi pengurangan bilangan bulat, memahami sifat pengurangan pada

himpunan bilangan bulat dan menggunakan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari pada kompetensi dasar (KD) melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan lebih besar 60%. Hasil belajar yang mencapai kriteria ketuntasan menunjukkan efektifitas pembelajaran menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Dilihat dari tabel 1.5 hasil belajar siswa kelas VII A mencapai 80% diperoleh menggunakan rumus:

. Hasil belajar yang diperoleh tersebut dapat dikatakan bahwa siswa telah menuntaskan indikator-indikator itu, dapat dikatakan pula siswa telah menguasai KD tersebut sehingga pembelajaran menggunakan LKS dikatakan efektif.

3. Analisis Hasil Angket

a. Apakah kamu merasa senang setelah mengikuti pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga (mistar sederhana, kancing bermuatan dan garis bilangan)? Mengapa?

Berdasarkan data dari angket, ternyata ada 19 siswa yang senang setelah mengikuti pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga (mistar sederhana, kancing bermuatan dan garis bilangan). Hal itu dapat ditunjukkan dari siswa nomor absen 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,

dan 20 yang mengutarakan alasannya bahwa pembelajaran menggunakan LKS dan alat peraga dalam mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menjadi menyenangkan. Siswa nomor absen 4 dan 12 juga menambahkan alasannya bahwa pembelajaran menggunakan alat peraga memberikan pengalaman baru karena saat sekolah di Sekolah Dasar (SD) belum pernah dilakukan.

b. Apakah kamu menjadi lebih mudah dalam mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga (mistar sederhana, kancing bermuatan dan garis bilangan)? Berikan alasannya!

Berdasarkan data dari angket, ternyata semua siswa kelas VII A terdiri 20 siswa yang menjadi lebih mudah dalam mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan alat peraga (mistar sederhana, kancing bermuatan dan garis bilangan). Hal itu dapat ditunjukkan dari sebagian besar siswa yang mengutarakan alasannya bahwa pembelajaran menggunakan LKS dan alat peraga dalam mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat memudahkan dalam mengerjakan soal-soal dan menemukan jawaban. Siswa nomor absen 1 dan 5 menambahkan alasannya bahwa lebih mudah menggunakan alat peraga garis bilangan, siswa nomor absen 13 menambahkan alasannya lebih mudah menggunakan alat peraga

kancing bermuatan, dan siswa nomor absen 15 juga menambahkan alasannya bahwa lebih mudah menggunakan dua alat peraga yaitu mistar sederhana dan kancing bermuatan.

c. Apakah kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi dalam mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat?

Berdasarkan data dari angket, ada 9 siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal itu dapat ditunjukkan siswa nomor absen 2, 4, dan 9 mengalami kesulitan dalam menghitung menggunakan alat peraga garis bilangan, siswa nomor absen 6,7, dan 20 mengalami kesulitan dalam membedakan lambang positif (+) dan negatif (-), siswa nomor absen 12 mangalami kesulitan dalam mengoperasikan bilangan bulat, dan siswa nomor absen 13 dan 16 mengalami kesulitan yaitu kebingungan dalam memahami materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Dokumen terkait