• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Data Hasil Penelitian

a. Observasi Kelas Eksperimen

Observasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan data prilaku belajar siswa. Observasi dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang

pengamat dengan melihat indikator dari prilaku belajar siswa

berdasarkan metode Problem Posing. Adapun indikator dan deskriptor prilaku belajar siswa yang dilihat selama proses pembelajaran yaitu :

1) Perhatian Siswa

(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan

materi,

(b) Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi

pembelajaran, dan

(c) Siswa membaca materi dari sumber lain

2) Keaktifan Siswa

(a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru,

(b) Siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan

(c) Siswa mengemukakan pendapat

3) Kreativitas Siswa

(a) Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut,

(b) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, dan

Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan

metode problem posing, peneliti melakukan analisis hasil pengamatan yang

diperoleh dari dua kali observasi yang telah dilakukan observer dengan

menggunakan panduan instrument lembar observasi. Pengelompokan

berdasarkan tingkat tinggi, rendah, sedang.

Terdapat Tiga Tingkat Kategori Perilaku Belajar Siswa Yaitu :

(1) Tingkat Perhatian Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, sangat tinggi. Tingkat

perhatian belajar siswa pada lembar observasi problem posing

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5

Tingkat Perhatian Siswa

Tingkat Perhatian Frekuensi Persentase

II III II III Sangat Kurang - - - - Kurang - - - - Sedang 2 - 6,45% - Tinggi 19 16 61,29% 51,61% Sangat Tinggi 10 15 32,26% 48,39% Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

terletak pada tingkat perhatian tinggi, yang artinya metode problem

Dari lembar pengamatan pada pertemuan kedua dan ketiga

juga dapat dilihat bahwa prilaku belajar siswa pada tingkat perhatian

meningkat. Semua terjadi karena siswa lebih fokus untuk

mendengarkan point yang djelaskan peneliti yang hanya 15-20 menit

tetapi menentukan hasil akhir. Penjelesan berupa perintah aturan/cara

kerja problem posing.

(2) Tingkat Keaktifan Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak aktif, kurang aktif, sedang,aktif, sangat aktif. Tingkat

keaktifan belajar siswa pada lembar observasi problem posing

disajikan pada tabel berikut

Tabel 6

Tingkat Keaktifan Siswa

Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase

II III II III Tidak Aktif - - - - Kurang Aktif - - - - Sedang 4 - 12,90% - Aktif 18 12 58,07% 38,71% Sangat Aktif 9 19 29,03% 61,29%

Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

pada pertemuan II terletak di tingkat keaktifan adalah aktif, dan

pertemuan III meningkat siswa sangat aktif yang artinya metode

Aktif disini berarti siswa lebih percaya diri dalam

mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan dari setiap

pertanyaan yang dilontarkan baik dari siswa ataupun dari guru.

(3) Tingkat Kreativitas Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, sedang, kreatif, sangat kreatif.

Tingkat kreativitas belajar siswa pada lembar observasi problem

posing disajikan pada tabel berikut

Tabel 7

Tingkat Kreativitas Siswa

Tingkat Kreativitas Frekuensi Persentase

II III II III Tidak Kreatif - - - - Kurang Kreatif - - - - Sedang - - - - Kreatif 11 6 35,48% 19,35% Sangat Kreatif 20 25 64,52% 80,65%

Berdasarkan tabel 7, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

pada pertemuan II & III tingkat kreativitas adalah sangat kreatif, yang

artinya metode problem posing dapat meningkatkan siswa menjadi lebih

kreatif. Kreatif disini artinya siswa mampu membuat pertanyaan dari

lembar posing yang telah disediakan, siswa dapat memecah masalah

dari soal yang dibuat kelompok lain ataupun kelompoknya sendiri,

b. Observasi Kelas Kontrol

Observasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan data prilaku belajar siswa. Observasi dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang

pengamat dengan melihat indikator dari prilaku belajar siswa

berdasarkan metode Konvensional yaitu metode ceramah dan disertasi

(latihan).

Adapun indikator dan deskriptor prilaku belajar siswa yang

dilihat selama proses pembelajaran yaitu :

1) Perhatian Siswa

(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan

materi,

(b) Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi

pembelajaran, dan

(c) Siswa membaca materi dari sumber lain

2) keaktifan Siswa

(a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru,

(b) Siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan

(c) Siswa mengemukakan pendapat

3) Kreativitas Siswa

(a) Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut,

(b) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, dan

Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode konvensional, peneliti melakukan analisis hasil

pengamatan yang diperoleh dari dua kali observasi yang telah dilakukan

observer dengan menggunakan panduan instrument lembar observasi.

Pengelompokan berdasarkan tingkat tinggi, rendah, sedang.

Terdapat Tiga Tingkat Kategori Dari Perilaku Belajar Siswa Yaitu :

(1) Tingkat Perhatian Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, sangat tinggi. Tingkat

perhatian belajar siswa pada lembar observasi konvensional disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 8

Tingkat Perhatian Siswa

Tingkat Perhatian Frekuensi Persentase

II III II III Sangat kurang - - - - Kurang - - - - Sedang 6 7 19,35% 22,58% Tinggi 20 19 64,52% 61,29% Sangat tinggi 5 5 16,13% 16,13%

Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

terletak pada tingkat perhatian tinggi dengan persentase 61,29%, yang

artinya metode konvesional juga mampu meningkatkan perhatian

Dari lembar pengamatan pertemuan kedua dan ketiga juga

dapat dilihat bahwa prilaku belajar siswa pada tingkat perhatian stabil

dari pertemuan II ke pertemuan III. Semua terjadi karena siswa sudah

terbiasa dengan metode konvensioanl yang dari awal sampai akhir

guru lebih fokus ke papan tulis, meskipun ada juga interaksi Tanya

jawab dengan siswa.

(2) Tingkat Keaktifan Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak aktif, kurang aktif, sedang,aktif, sangat aktif. Tingkat

keaktifan belajar siswa pada lembar observasi konvensional disajikan

pada tabel berikut

Tabel 9

Tingkat Keaktifan Siswa

Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase

II III II III Tidak Aktif - - - - Kurang Aktif - - - - Sedang 9 6 29,03% 19,35% Aktif 17 21 54,84% 67,74% Sangat Aktif 5 4 16,13% 12,90%

Berdasarkan tabel 9, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

pada pertemuan II dan pertemuan III tingkat keaktifan adalah aktif,

dan pertemuan III meningkat siswa lebih aktif yang artinya metode

berarti siswa lebih percaya diri dalam bertanya maupun

mengemukakan pendapat mereka.

(3) Tingkat Kreativitas Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, sedang, kreatif, sangat kreatif.

Tingkat kreativitas belajar siswa pada lembar observasi problem

posing disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10

Tingkat Kreativitas Siswa

Tingkat Kreativitas Frekuensi Persentase

II III II III Tidak Kreatif - - - - Kurang Kreatif - - - - Sedang - - - - Kreatif 17 15 54,84% 48,39% Sangat Kreatif 14 16 45,16% 51,61%

Berdasarkan tabel 10, terlihat bahwa rata-rata frekuensi

tertinggi pada pertemuan II & III terletak di tingkat kreativitas adalah

tidak signifikan antara kreatif dan sangat kreatif, yang artinya metode

konvensional dapat meningkatkan siswa menjadi lebih kreatif. Kreatif

disini artinya siswa dapat memecah masalah dari soal yang dibuat guru

dengan menyelesaikan soal-soal latihan tersebut dan mempresentasikan

Dokumen terkait