PENERAPAN METODE PROBLEM POSING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER
DUA VARIABEL DI MTS AISYIYAH
PALEMBANG
SKRIPSI SARJANA S1
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
MARLISA
NIM. 08221023
Program Studi Tadris Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
iii
HASIl BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI MTS AISYIYAH
PALEMBANG
yang ditulis oleh Saudari MARLISA, NIM.08221023
telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
pada tanggal 28 Agustus 2013
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Palembang, 28 Agustus 2013
Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Panitia Penguji Sripsi
Ketua sekretaris
Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si. Syarifah, S.Si.,M.Kes.
NIP. 197208122005012005 NIP. 197504292009122001
Penguji Utama : Drs. H.M. Hasbi Ashiddiqi, M.Pd.I ( )
NIP. 195602201985031002
Anggota Penguji : Muhammad Win Afgani, S.Si.,M.Pd ( )
NIP. 198212102009121002
Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
iv
Motto:
Tetaplah menjadi Emas Murni bukan Serpuhan, meskipun di cuci seribu kali akan tetap menjadi Emas.... so, be my self
Setiap kesantai-santaian menimbulkan penyesalan dan setiap penyesalan betapapun kecilnya akan menyedihkan..
Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk
:
Ayahanda (Hasan Radi) dan Ibunda
(Bariyah) yang selalu mendo’akan
keberhasilan Ananda.
Sauadara-saudaraku (Kakanda Ady Indra, Pramudya, Ayunda Sri
Yanti, adikku Rahmadi Bahrin) yang selalu memberikan motivasi.
Sahabat-sahabatku (Fatimah, tiwi, fitri, & Eka Zumiarma) yang senantiasa
menemani suka-duka perjalanan kuliah hingga selesai strata satu
Teman-teman Tadris Matematika angkatan 2008
Calon Imamku
Almamaterku yang ku banggakan
Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang Kampus
tempatku menimbah ilmu
vi
This study aims to improve student learning outcomes and student behavior during the learning process of application of problem posing method on the system of linear equations in two variables at MTs Aisyiyah Palembang. The data is obtained from students learning outcomes that drawn from the results of preliminary tests before the method is applied and after it. As for the results of the observations taken during the learning process using problem posing method by observation sheet.The results of students pretest is about of 46.9 and postest is about of 83.8. The students learning behavior observations obtained during the application of problem posing method, for the category of attention students get 51.61% is good and 48.39% is very good, the students activity earn 38.71% is active and 61.29% is very active.While the level of creativity of students earn 19.35% is creative and 80.65% is very creative. Based on this study was conducted that it can be concluded that through the application of problem posing methods can improve learning outcomes and student behavior in the system of linear equations in two variables to eighth grade students of MTs Aisyiyah Palembang.
vii
siswa selama proses penerapan metode problem posing pada materi sistem persamaan linier dua variabel di MTs Aisyiyah Palembang. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari hasil tes awal sebelum diterapkan metode problem posing dan akhir setelah diterapkan metode tersebut. Sedangkan untuk hasil observasi itu diambil selama proses pembelajaran menggunakan metode problem posing dengan mengisi lembar observasi.Hasil penelitian pada awal pertemuan (pretes) siswa mendapatkan nilai rata-rata 46.9 dan untuk postest siswa memperoleh nilai rata-rata 83.8. Sedangkan untuk observasi diperoleh prilaku belajar siswa selama penerapan metode problem posing mengalami perubahan menuju lebih baik setiap pertemuannya. Untuk kategori perhatian siswa memperoleh persentase 51,61% tinggi dan 48,39% sangat tinggi. Dan untuk kategori keaktifan siswa memperoleh persentase 38,71% aktif dan 61,29% sangat aktif. Sedangkan tingkat kreativitas siswa memperoleh persentase 19,35% kreatif dan 80,65% sangat kreatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode problem posing dapat meningkatkan hasil belajar dan perilaku belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII MTs Aisyiyah Palembang.
viii
Tiada kata yang pantas kita ucapkan melainkan kalimat syukur ه دمحلا senantiasa tercurah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahan nikmatnya dan hidayah serta rahmat dan ridho-Nya.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi atau melengkapi salah satu syarat akademi dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Shalawat senandung salam shalawat berbingkai salam dan sholawat tercurahkan salam, semoga tetap terlimpahkan, tercurahkan kepada junjungan Nabi akhir zaman. Dan dia adalah seorang “The Best Man in The World” anak Abdullah yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman semoga kita termasuk didalamnya amin.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang juga ikut berpartisipasi dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, MA selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.
2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah. 3. Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri selaku Ketua Prodi Matematika. 4. Bapak Dr. Amir Rusdi, M.Pd.I selaku pembimbing I.
5. Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri selaku Pembimbing II.
6. Bapak dan ibu dosen Prodi Matematika serta staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
7. Bapak Suwito, S.Pd selaku kepala sekolah MTs ’Aisyiyah Palembang. 8. Ayah, ibu dan saudara-saudaraku yang telah mendukung dan memberikan
motivasi.
ix dan bantuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena sedikitnya pengalaman yang dimiliki. Dan penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan suatu bentuk tulisan ilmiah bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat berdo’a semoga segala jasa dan bantuan yang diberikan, mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Amin
Palembang, Agustus 2013
x
B. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 10
C. Metode Pembelajaran Problem Posing ... 12
1. Langkah - langkah Problem Posing ... 13
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Posing ... 15
D. Definisi Operasional Variabel ... 21
E. Populasi dan Sampel ... 22
F. Prosedur Penelitian . ... 22
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 24
1. Teknik Pengumpulan data a) Tes ... 24
xi
(2) Uji Homogenitas ... 28
(3) Uji Hipotesis ... 29
b) Analisis Data Observasi ... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35
1. Deskripsi pelaksanaan penelitian ... 35
2. Data Hasil Penelitian ... 36
3. Pretes ... 43
4. Postes ... 48
5. Pretest-Postest Pada Kelas Eksperimen ... 54
6. Deskripsi Penerapan Metode Problem Posing di Kelas Eksperimen ... 57
7. Pembahasan 1. Hasil Observasi ... 59
2. Hasil Belajar Siswa ... 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 74
xii
Tabel 1. Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa ... 26
Tabel 2. Kategori Hasil Belajar ... 32
Tabel 3. Skor Data Observasi ... 33
Tabel 4. Kategori Perilaku Belajar Siswa ... 34
Tabel 5. Tingkat Perhatian Siswa Kelas Eksperimen ... 37
Tabel 6. Tingkat Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen ... 38
Tabel 7. Tingkat Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen ... 39
Tabel 8. Tingkat Perhatian Siswa Kelas Kontrol ... 41
Tabel 9. Tingkat Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 42
Tabel 10. Tingkat Kreativitas Siswa Kelas Kontrol ... 43
Tabel 11. Kategori Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 44
Tabel 12. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 45
Tabel 13. Kategori Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 45
Tabel 14. Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 46
Tabel 15. Kategori Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 49
Tabel 16. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 50
Tabel 17. Kategori Hasil Postes Kelas Kontrol ... 51
xiii
Halaman
Gambar 1. Kurva uji pihak kanan ... 32 Gambar 2. Kurva penolakan dan penerimaan hipotesis ... 55 Gambar 3. Jawaban siswa yang tidak memenuhi indikator soal no.1 pada
LPP II pertemuan 1 ... 65 Gambar 4. Jawaban siswa yang tidak memenuhi indikator soal no.1 pada
xiv
Halaman
Lampiran 1. SK Pembimbing ... 74
Lampiran 2. SK Tim Penguji Proposal Skripsi ... 75
Lampiran 3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah ... 76
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Kementrian Agama Kota Palembang ... 77
Lampiran 5. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari MTs ’Aisyiyah Palembang ... 78
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 79
Lampiran 7. Observasi Sekolah ... 80
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 81
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 98
Lampiran 10. Pedoman Penskoran Soal ... 99
Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ... 103
Lampiran 12. Hasil Observasi Perilaku Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 104
Lampiran 13. Hasil Observasi Perilaku Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 106
Lampiran 14. Hasil Belajar Problem Posing Siswa ... 108
Lampiran 15. Hasil Tes Siswa ... 122
Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Lembar Problem Posing ... 126
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Kelas Eksperimen ... 127
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Kelas Kontrol ... 128
Lampiran 19. Rekapitulasi Observasi Kelas Eksperimen ... 129
Lampiran 20. Rekapitulasi Observasi Kelas Kontrol ... 130
Lampiran 21. Uji Normalitas Data ... 131
Lampiran 22. Analisis Uji Lanjut (Uji T Test) ... 135
Lampiran 23. Dokumentasi Selama Penelitian ... 138
Lampiran 24. Riwayat Hidup ... 140
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia diciptakan Allah SWT memiliki dua tugas utama,
pertama sebagai ‘abid (hamba) Allah SWT yang dituntut untuk selalu beribadah
kepada-Nya. Kedua, sebagai khalifah (wakil) Allah dimuka bumi yang bertugas
mengelola dan memanfaatkan serta melestarikan alam. Untuk memahami tugas
tersebut yang paling utama adalah belajar ilmu agama. Hal ini dikarenakan
dalam ilmu agama dibahas pokok-pokok keimanan, prinsip-prinsip, dan ajaran
tentang cara bersikap dan berhubungan baik dengan sesama manusia serta
makhluk lainnya (Fauzi, 2006 : ix).
Sebagaimana firman Allah SWT:
ََكَمّ َع َو ََةَمْكِحْلا َو ََ َتِكْلا ََكْيَ َع
َهَّ
ََلَزْنَأ َو ….
ًمي ِظَع ََكْيَ َع ََِّ َهلْضَف ََن َك َو
َهَ ْعَت
َْنهكَت
ََْل
َم
“….Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah itu sangat besar”(QS. An-Nisa: 113). (DEPAG RI, 2005: 110).
Dan firman Allah SWT:
ََنيِ ِه َجْلا ََنِم
ََنوهكَت
َْنَأ
ََكهظِعَأ
يّنِإ
َ ْ ِع
َِهِب
ََكَل ََسْيَل
َم
Kepada umat Islam Allah telah menganugrahkan sebuah kitab agung yang
memuat firman - firman-Nya. Al-Quran adalah kitab terbaik yang diturunkan Allah
kepada Nabi terbaik yang diutus kepada umat, dengan membawa syariat terbaik yang
diturunkan melalui malaikat Jibril. Dibaca dengan mulut, terpelihara rapi dalam hati,
tertulis dengan mushaf-mushaf. Sampai kepada kita tawatur (mata rantai penyampai
yang banyak dan tak terputus) dan membacanya merupakan ibadah.
Pendidikan (Paedagogie) berasal dari bahasa yunani terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi, paedagogie yaitu
bimbingan yang diberikan kepada anak. Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu
kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara
terus-menerus. Pendidikan juga merupakan suatu proses pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Ramayulis, 2008 : 5).
Sesuai dengan pengertian pendidikan menurut SA. Bratanata dkk adalah
usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung
untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya, (Ahmadi
dan Uhbiyati, 2001:69).
Adapun fungsi pendidikan yaitu membantu manusia keluar sebagai
pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam menyempurnakan
hidup lahir dan batin. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi penderitaan
rakyat dari kebodohan, keterbelangan dan kemiskinan, karena ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dapat membawa seseorang untuk mampu mengatasi
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat yang biasa kita lihat pada
saat ini adalah pembangunan gedung-gedung dan jembatan serta fasilitas-fasilitas
fisik lainnya yang modern dan elit, yang itu semua dilandasi oleh perkembangan
matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
kepada semua peserta didik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dengan kemampuan itu peserta
didik dapat bertahan hidup pada kondisi yang selalu berubah,tidak pasti dan
kompetitif ( Rahayu,dkk: 2008).
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran matematika
di MTs Aisyiyah Palembang, rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan
kurang aktifnya siswa dalam mempelajari dan menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru pada saat proses belajar mengajar. Maka dari itu peneliti mencoba
menerapkan metode Problem Posing dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran matematika serta dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga hasil belajarnya meningkat dari KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
Metode pembelajaran sebisanya mengembangkan kemampuan dasar dan
sikap positif siswa, sehingga proses pembelajan lebih menarik, menantang, dan
berharap prestasi menjadi lebih baik. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan
memenuhi kriteria diatas adalah metode pembelajaran pertanyaan (Problem Posing). Dalam metode pembelajaran pengajuan pertanyaan (Problem Posing) juga dapat dilihat adanya hubungan yang kuat antara pertanyaan dan jawaban. Dengan sering
membuat pertanyaan dan jawaban secara berulang-ulang dapat mengingat pelajaran
lebih lama. Semakin sering pengulangan itu dilakukan semakin lama bahan pelajaran
tersimpan dalam ingatan dengan diberikannya metode ini dapat diketahui sejauh
mana tujuan pembelajaran dapat tercapai (Dalam Astuti, 2011: 3).
Sayangnya, dalam tradisi pendidikan kita penanaman keterampilan
bertanya pada siswa belum mendapatkan perhatian yang serius. Sementara itu,
keterampilan bertanya lebih ditekankan kepada guru. Guru dilatih dan dibimbing
bagaimana cara bertanya yang baik kepada siswa. Sedangkan kesempatan siswa
bertanya porsinya masih sedikit. Padahal penanaman keterampilan bertanya sejak
dini pada siswa sangatlah penting, agar prilaku dan hasil belajar siswa lebih baik
lagi.
Dengan adanya tugas pengajuan soal (Problem Posing) akan menyebabkan terbentunya siswa belajar lebih aktif dan kreatif dalam membentuk
pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan menemukan
bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Hal ini didukung oleh penelitian Netti Herlina (2004) bahwa hasil belajar
yang diperoleh siswa setelah diterapkan metode Problem Posing pada materi Bangun Datar diperoleh rata-rata hasil belajar siswa rata-rata 61, maka metode
Selanjutnya oleh Oktiana (2010) bahwa pembelajaran matematika setelah
penerapan Problem Posing pada materi Turunan dapat membuat hasil belajar lebih baik. Kemudian oleh Rely Yusliana (2010) bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa
dengan Problem Posing dikelas VII lebih dari 70,0 dan nilai rata-rata hasil belajar dengan konvesional kurang dari 70,0.
Penelitian tentang Problem Posing juga dilakukan oleh Fransisca (2006) dengan judul Pengaruh Problem Posing terhadap Kemampuan Matematika Siswa kelas VII SMP Frater Xaverius 1 Palembang berdasarkan hasil penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa dari analisa data tes terjadi peningkatan hasil belajar
yaitu 36,6% dari hasil analisa data problem posing yang dibuat siswa dikategorikan baik.
Dari keempat kajian terdahulu yang relevansi diatas dapat disimpulkan
bahwa metode Problem Posing dapat digunakan pada pembelajaran matematika. Adapun yang membedakan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan
penelitian sebelumnya yaitu pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
(SPLDV) yang akan diajarkan karena pada materi SPLDV siswa mengalami
kesulitan membedakan metode eliminasi maupun subtitusi dalam menyelesaikan
soal, dan siswa juga mengalami kesulitan pada pembuatan model matematika,
sebab tidak semua siswa mampu membuat model matematika jika guru kurang
kreatif dalam menentukan metode pembelajaran misalnya guru hanya
menggunakan metode ceramah dan memberikan latihan soal seperti yang
diterapkan pada sekolah sekolah MTs Aisyiyah Palembang, maka dari itu peneliti
siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam belajar, jika menggunakan metode
ceramah dan penugasan kurang tepat, tempat penelitian, dan yang akan dilihat tidak
hanya hasil belajar saja tetapi melihat perilaku belajar (perhatian siswa, kreativitas
dan keaktifan siswa) dalam proses pembelajaran berlangsung.
Memperhatikan uraian diatas, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian yang memfokuskan pada penerapan metode problem posing dalam upaya melihat pengaruhnya terhadap perilaku dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika. Oleh karena itu penelitian diberi judul : “Penerapan
Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabeldi MTs ‘Aisyiyah Palembang”
B. Rumusan Masalah
Untuk menjelaskan masalah-masalah yang diteliti dan untuk membantu
penyusun dalam mengadakan penelitian agar dapat memberi arahan atau
pedoman dalam penentuan data, serta cara mengolah data yang diperlukan maka
penyusun merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah perilaku belajar siswa lebih baik setelah proses pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran problem posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di MTS Aisyiyah Palembang?
2. Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan metode
C. Tujuan
Tujuan Penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu
penelitian dapat lebih terarah. Maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perilaku belajar siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran problem posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di MTs Aisyiyah Palembang.
2. Mengetahui meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa setelah diterapkan
metode pembelajaran problem posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di MTs Aisyiyah Palembang.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, sebagai salah satu metode atau cara untuk memahami konsep
Aljabar pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan lebih
baik dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang penerapan metode Problem Posing di MTs Aisyiyah Palembang. 3. Bagi guru matematika, sebagai informasi dan bahan masukan untuk proses
belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
Menurut Nyayu Khodijah (2006: 39) Belajar merupakan suatu proses
yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan,
pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia berbentuk, dimoditifikasi
dan berkembang karena belajar. Dengan demikian, belajar merupakan proses
penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya, pemahaman yang
benar tentang konsep belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Menurut Lester D Crow dan Alice Crow (1958: 225) menyatakan
belajar adalah perolehan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap, termasuk cara baru
untuk melakukan sesuatu upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau
menyesuaikan dengan situasi yang baru. Belajar menggambarkan perubahan
progresif perilaku seseorang ketika bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan yang
dihadapkan pada dirinya. Belajar memungkinkan seseorang memuaskan
perhatian atau mencapai tujuannya.
Gagne dan Briggs (1979) dalam buku yang berjudul Principles of Linstructional Design mendefenisikan belajar sebagai rangkaian proses kognitif yang menstransformasi stimulasi dari lingkungan fase pemrosesan informasi
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang unutk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:2).
Menurut Bahri dan Zain (2006:10) belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan,
penalaran dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan juga akan mempengaruh belajar dan hasil belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah dikatakan
belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah
memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh
berdasarkan pengalaman yang dialaminya.
B. Pengertian Pembelajaran Matematika
Menurut Paling (dalam Abdurrahman, 2003: 252), ide manusia tentang
matematika berbeda-beda, tergantung pada pegalaman dan pengetahuan
masing-masing. Ide tersebut ada yang mengatakan bahwa matematika hanya
perhitungan yang mencangkup tambah, kurang, kali, bagi, tetapi juga melibatkan
topik-topik seperti geometri, aljabar dan trigonometri. Penyelenggaraan
pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukan bahwa para
Pandangan tentang hakekat dan karakteristik matematika sekolah akan
memberikan karakteristik mata pelajaran matematika secara keseluruhan. Ebbutt dan
Straker (dalam Depdiknas,2007:1036) definisi matematika sekolah yang selajutnya
disebut sebagai matematika, sebagai berikut:
1. Matematika sebagai kegiatan penesuluran pola dan hubungan
2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah
4. Matematika sebagai alat komunikasi
Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik atau siswa di sekolah. Sedangkan menurut Hamalik (2005:57) pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mernpengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut. Yang terlibat dalam sistem pembelajaran yang terdiri
dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur
dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dan ruangan kelas, perlengkapan
audio visual, juga komputer. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi praktek, belajar, ujian dan sebagainya.
C. Metode Pembelajaran Problem Posing
Problem Posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lynn D.
English dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika.
katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal)” atau “membuat masalah
(soal)”. Problem posing yaitu pemecahan masalah yang melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang simple sehingga
dipahami. Sintaknya adalah : Pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
minimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Problem posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam
rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah
problem solving). Kedua, probem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat – syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari
alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan). Ketiga, problem posing adalah merumuskan atau, membuat soal dari situasi yang diberikan (Suyatno, 2009:61-62) Pada
prinsipnya, metode pembelajaran problem posing adalah metode pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar
(berlatih soal) secara mandiri (Suyitno , 2004).
Menurut Suryosubroto (2009, 203), ”Salah satu metode yang dapat
memotivasi siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yakni
problem posing atau pengajuan masalah dalam bentuk pertanyaan. Metode problem
posing diharapkan memancing siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan
diakibatkan dari ketidak senjangan melainkan melalui upaya mereka untuk mencari
hubungan - hubungan dalam informasi yang dipelajarinya. Pada akhirnya, penemuan
ketergantungan pada pengetahuan luar pada rasa puas akibat keberhasilan menemuan
sendiri, baik berupa pertanyaan atau masalah maupun jawaban atas permasalahan
yang diajukan.
1. Langkah-Langkah Problem Posing
Menurut Suryosubroto (2009: 212) penerapan metode pembelajaran
Problem Posing adalah sebagai berikut: a) Tahap I
(1) Penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pelajaran
(2) Guru mengorganisasikan bahan pembelajaran dan persiapannya
(3) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Tahap II.
(1) Guru menjelaskan tentang pembelajaran kepada siswa dengan
harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti
dengan baik proses pembelajaran.
(2) Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk
mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan
menjadi dasar pengajar membagi peserta didik ke dalam sejumlah
kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 30
orang. Agar kegiatan dalam kelompok berjalan dengan
proporsional maka setiap kelompok dibagi menjadi 5 orang
(3) Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk
meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan
antar kelompok.
(4) Masing-masing kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan
hasil resume yang telah dibuat dalam lembar problem posing I
yang telah disiapkan.
(5) Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian
dilimpahkan kepada kelompok yang lainnya. Misalnya tugas
membentuk kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk
dijawab, tugas kelompok 2 diserahkan kepada kelompok yang
lainnya dan begitu seterusnya.
(6) Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal
untuk menjawab pertanyaan mereka terima dari kelompok lain
tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar
Problem possing II.
(7) Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing I
dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan
pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem
possing II diserahkan kepada guru.
(8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan
pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain.
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Posing
Suyitno (Trisnawati, 2005:9) menyatakan kelebihan dan kekurangan
a) Kelebihan pembelajaran Problem Posing:
(1) Cara ini dapat membuat belajar siswa lebih relevan.
(2) Belajar pemecahan masalah dapat membiasakan siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
(3) Cara ini merangsang perkembangan kemampuan belajar siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam belajar banyak
melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai segi dalam rangka mencapai permasalahannya.
(4) Daya ingat siswa terdapat isi materi yang diberikan akan bertahan
lama
b) Kekurangan pembelajaran Problem Posing:
(1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa sendiri.
(2) Proses belajar dengan menggunakan cara ini sering memerlukan
waktu yang cukup banyak dan sering menggunakan waktu bidang
studi yang lain.
(3) Mengubah kebiasaan siswa dengan mendengar dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir
memecahkan permasalahan sendiri atau ke kelompok yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan
D. Hasil Belajar
Menurut (Juliah dalam Haris dan Jihad, 2008:17) ” Hasil belajar adalah
segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar
yang dilakukannya.”
Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa : “Hasil belajar adalah
proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian
informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang
menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehungga
orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang
dipelajari”.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnnya penggal dan
puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru,
suatu pencapain tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan
kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3 )
Menurut (Abdurrahman dalam Haris dan Jihad, 2008:17) ” Hasil belajar
adalah kemampuan anak yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”
Setelah belajar, siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Timbulnya kemampuan tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa (Darsono,
2000:15). Hasil belajar akan melekat pada siswa dalam bentuk keterampilan
intelektual, sikap dan siasat (Darsono, 2000: 15). Hasil belajar siswa merupakan
1. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahas baik lisan maupun tertulis, pemilihan
informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.
2. Kemampuan keterampilan intelektual, adalah kepekaan yang berhubungan
dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Kemampuan kognitif, adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik, adalah kemampuan serangkaian gerak jasmani
antara koordinasi otak dengan tubuh. Sehingga terwujudnya otomatisme
gerak jasmani.
5. Kemampuan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Jadi hasil belajar adalah suatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar menimbulkan suatu perubahan kemampuan
siswa secara utuh baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menentukan
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.
Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil
belajar matematika yang didapat oleh siswa setelah diterapkan pembelajaran
E. Perilaku Belajar
Perilaku merupakan ekspresi untuk beraksi terhadap suatu objek dengan
cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi apabila dihadapkan pada stimulus yang menghendaki
adanya respon ole.h karena itu, bahwa perilaku gerak-gerik seseorang dalam
suatu tindakan yang dilakukan seseorang baik secara sengaja maupun tidak
sengaja dilihat dari perbuatan, tingkah laku yang dipengaruhi oleh jiwanya
masing-masing.
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,
seperti pengetahuan, keinginan, perhatian, motivasi, kreativitas, persepsi,
keaktifan, sikap, dan sebagainya. (Mursidin, 2010:47)
Bahar Soeharto merumuskan ”Perilaku sebagai hasil belajar Dalam
proses belajar itu terjadi interaksi antara individu dan dunia sekitarnya sebagai
hasil interaksi maka jawaban yang terlihat dari seseorang individu akan
dipengaruhi oleh hal-hal atau kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh
individu tersebut maupun oleh situasi masa kini” (Tulus, 2004 : 63).
Perilaku belajar yang baik adalah mencakup indikator dan deskriptor
yang telah di tetapkan.
F. Hipotesa Penelitian
1. UJI HIPOTESIS 1
Ha : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem posing lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan penugasan
Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 Keterangan :
µ1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran problem posing
µ2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan penugasan
2. UJI HIPOTESIS 2
Ho : Pembelajaran menggunakan metode Problem posing tidak meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel
Ha : Pembelajaran menggunakan metode Problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel
Ho : µ1 ≥ µ2 Ha : µ1 < µ2 Keterangan :
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian randomized control-group pretest-posttest design.
Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan hukum kausal (sebab-akibat) (Emzir, 2010:63). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran matematika siswa di MTs. Aisyiyah Palembang, yang dilihat melalui hasil belajar.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain randomized control-group pretest-posttest design. Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Group Pretest Treatment Posttest
Exp. Group (R)* Contr. Group (R)
Keterangan : T1 = nilai pretest (sebelum diterapkan metode problem posing)
T2 = nilai posttest (setelah diterapkan metode problem posing)
Pengaruh metode problem posing terhadap hasil belajar siswa = (T2.e– T1.e) – (T2.c – T1.c)
(Suryabrata, 2011 : 105)
T1 X T2
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok, yaitu metode
Problem Posing sebagai variabel bebas dan perilaku serta hasil belajar sebagai variabel terikat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sketsa berikut:
Variabel bebas Variabel tidak bebas
D. Definisi Operasional Variabel
1. Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode
pembelajaran Problem Posing pada pembelajaran matematika.
2. Metode Problem posing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru membagikan Lembar Problem Posing I (LPP I) yang berisi contoh soal yang dibuat oleh guru kemudian siswa diminta membuat soal baru yang
sejenis ataupun berbeda dalam satu kelompok dan pada LPP II siswa
diminta menjawab soal yang dibuat oleh kelompok yang berbeda,
misalnya: soal yang dibuat kelompok 1 dikerjakan oleh kelompok 2 dan
seterusnya.
3. Perilaku belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa
dalam mengikuti pembelajaran matematika yang sedang berlangsung
dengan metode Problem Posing. Adapun indikator perilaku siswa yaitu : perhatian siswa, keaktifan siswa, dan kreativitas siswa.
Perilaku dan hasil belajar siswa
4. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
5. Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan penugasan.
6. Materi yang diteliti adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas
VIII.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII MTs
Aisyiyah Palembang angkatan 2012 – 2013, yang terdiri dari dua kelas
dengan jumlah populasi sebanyak 62 orang siswa.
2. Sampel
Sampel yang diteliti oleh peneliti ada dua kelas, yaitu kelas yang
pertama VIII.a sebagai kelas eksperimen sebanyak 31 siswa dan kelas yang
kedua VIII.b adalah kelas kontrol sebanyak 31 siswa.
F. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan
- Penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pelajaran
- Guru mengorganisasikan bahan pelajaran dan persiapannya
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mengamati, memotivasi, menyajikan
informasi dan mengorganisasikan, mengarahkan, evaluasi dan
presentasi, menarik kesimpulan prilaku dan hasil belajar siswa pada
tiap-tiap pertemuan sampai tes akhir dalam melakukan proses
mengajar.
Peneliti melakukan proses mengajar dengan bertahap dan
diadakan 2 kali pertemuan, sebagai berikut:
- Guru menjelaskan tentang pelajaran kepada siswa dengan
harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti
dengan baik proses pembelajaran.
- Guru membagi peserta didik kedalam sejumlah kelompok
- Setiap kelompok ditugaskan meresume dan masing-masing
siswa dalam kelompok membuat petanyaan dari hasil resume
dalam lembar Problem Posing I
- Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan
kemudian dilimpahkan pada kelompok lainnya.
- Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal
untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari
kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat
kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan
tersebut ditulis pada lembar Problem Posing II.
diserahkan kepada guru dan jawaban yang telah terdapat pada
lembar Problem Posing II diserahkan kepada guru
- Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan
pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain.
- Siswa diberi tes oleh guru.
3. Observasi
Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat
dengan menggunakan instrument berupa lembar pengamatan, lembar
penilaian kinerja yang telah disiapkan.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik tes dan observasi.
a) Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok “ (Arikunto, 2006 : 150).
Data yang dikumpulkan adalah hasil kerja siswa dalam proses
pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil kerja siswa dalam proses
pembelajaran merupakan latihan dalam membentuk soal dan
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
b) Observasi
“Obeservasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis” (Arikunto, 2010 :265).
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran perilaku belajar siswa selama diterapkannya metode
pembelajaran Problem Posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) di MTs Aisyiyah.
Selama kegiatan berlangsung dilakukan pengamatan dengan
menggunakan lembar observasi yang terdiri dari tiga indikator dan
setiap indikator terdiri dari tiga deskriptor. Adapun item penelitian
kegiatan observasi adalah sebagai berikut:
(1) Perhatian
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan
materi
b. Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi
pembelajaran
c. Siswa membaca materi dari sumber lain
(2) Keaktifan
a. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru
b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru
(3) Kreativitas
a. Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut
b. Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru
c. Siswa menulis jawaban dari hasil diskusi
(Mursidin,2010:47)
Dalam setiap observasi, pengamat (observer) 26escri tanda ceklist
(√) pada 26escriptor yang tampak pada lembar observasi berikut:
Tabel 1.
Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa Kelas VIII MTs Aisyiyah Palembang
No Nama Siswa Indikator dan Deskriptor
1 Skor 2 Skor 3 Skor Jumlah
a b c a b c a b c
2. Teknik Analisis Data
a) Analisis Data Tes
Data yang telah terkumpul akan dianalisis, dimana tujuan
penganalisisan ini untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diterapkan metode Problem Posing pada materi geometri di MTs Aisyiyah Palembang.
Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk
menganalisis data tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika adalah :
(1) Memeriksa hasil jawaban tes.
(2) Menjumlahkan skor semua jawaban dari setiap soal.
(3) Skor yang di peroleh siswa dikonversikan dalam bentuk nilai
dengan rentang 0 - 100
Keterangan :
N : Nilai yang dicari atau diharapkan
R : Skor mentah yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimum dari tes yang bersangkutan
100 : Bilangan tetap
(4) Nilai tes akhir yang di peroleh akan di uji menggunakan Uji T
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan
digunakan dalam mengolah data. Untuk menguji normalitas data sampel
yang diperoleh dapat digunakan uji kemiringan.
Menentukan kemiringan (Km) dengan menggunakan rumus:
Km = ̅
Keterangan: ̅ = rata-rata (mean) Mo = modus
s = simpangan baku
Data distribusi normal apabila harga Km terletak antara -1 dan +1
dalam selang (-1<Km<+1)
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa
sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen, yang
selanjutnya untuk menentukan statistik uji t yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan penyelidikan
apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.
Hipotesis uji homogenitas:
Ho : σ² 1 ≤ σ²2
Ha : σ² 1 >σ² 2
Keterangan :
σ²1 : Varians menggunakan metode problem posing (kelas eksperimen)
σ² 2 : Varians menggunakan metode konvensional (kelas kontrol)
Ho : Varians kedua data sampel sama antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Ha : Varians kedua data sampel tidak sama antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Dalam uji homogenitas digunakan uji F adalah sebagai berikut:
F =
Keterangan:
S1 = Varians kelas eksperimen
S2 = Varians kelas kontrol
Kriteria pengujian uji pihak kanan adalah terima hipotesis tolak Ho
jika F ≥ Fα(n1-1, n2-1) dan terima Ho untuk hal-hal lain.
c. Uji Hipotesis
Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk
mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil dari tes akan dianalisis dengan
menggunakan uji t. Sebagai hasil dari pengolahan data tersebut nantinya
dapat diambil satu kesimpulan untuk membuktikan hipotesis yang telah
Adapun rumus hipotesisnya adalah:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan :
µ1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem
posing.
µ2 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Ho : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem
posing sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional
Ha : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem
posing lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional
Peneliti menggunakan statistik uji t dengan taraf signifikansi 5%
Adapun rumus statistik uji t sebagai berikut:
t = ̅ ̅
√ (Sudjana, 2005 : 239)
dengan:
S2 =
Keterangan: t = thitung
̅ = Rata-rata nilai siswa yang belajar dengan menggunakan metode
problem posing
̅ = Rata-rata nilai siswa dengan menggunakan metode ceramah dan
penugasan
=Jumlah siswa yang belajar dengan menggunakan metode problem
posing
= Jumlah siswa yang belajar menggunakan metode ceramah dan
penugasan
= Nilai varians siswa yang belajar menggunakan metode problem
posing
= Nilai varians siswa yang belajar menggunakan metode ceramah
dan penugasan
= Nilai varians gabungan
Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ho jika
t < t1-α dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan
untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 –α), α =
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva berikut ini:
Gambar 1.
kurva Uji Pihak Kanan
Daerah yang diarsir adalah daerah penolakan Ho, berarti Ha
(Modifikasi Arikunto, 2006: 24) Daerah penolakan Daerah
penerimaan
b) Analisis Data Observasi
Data yang diperoleh melalui lembar observasi dihitung
untuk mencari skor yang melambangkan prilaku siswa terhadap
pelajaran matematika dengan menggunakan metode Problem Posing. Ketentuan pemberian skor pada lembar observasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 3
Skor Data Observasi Skala
Penskoran
Deskriptor
1 Tidak satupun deskriptor tampak
2 Satu deskriptor tampak
3 Dua deskriptor tampak
4 Tiga deskriptor tampak
(Modifikasi Arikunto, 2007: 87)
Skor prilaku belajar masing-masing siswa adalah jumlah
seluruh skor yang diperolehnya sesuai dengan deskriptor yang
muncul pada saat pembelajaran berlangsung. Pemberian kategori dari
aspek yang diamati menurut skor yang didapat dari lembar observasi
Tabel 4
Kategori Prilaku Belajar Siswa
Rentang skor Kategori
80 - 100 Sangat baik
60 – 79 Baik
40 – 59 Cukup baik
20 – 39 Kurang baik
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Aisyiyah Palembang tahun ajaran
2012/2013 pada tanggal 19 November 2012 sampai 30 November 2012
dengan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Subjek dalam
penelitian ini adalah kelas VIIIA kelas Eksperimen dengan jumlah 31
siswa yang terdiri dari 25 siswa perempuan dan 6 siswa laki – laki dan
VIIIB kelas kontrol dengan jumlah 31 siswa yang terdiri dari 19 siswa
perempuan dan 12 siswa laki – laki. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni.
Pembelajaran ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan
dengan dua kali perlakuan dan dua kali tes, dimana pada setiap pertemuan
berlangsung selama 2 x 40 menit baik untuk kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Tes awal dilakukan untuk mengukur sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang akan di ajarkan dan tes akhir
dilakukan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara
perorangan dalam memahami materi sistem persamaan linier dua variabel
2. Data Hasil Penelitian
a. Observasi Kelas Eksperimen
Observasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data prilaku belajar siswa. Observasi dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang
pengamat dengan melihat indikator dari prilaku belajar siswa
berdasarkan metode Problem Posing. Adapun indikator dan deskriptor prilaku belajar siswa yang dilihat selama proses pembelajaran yaitu :
1) Perhatian Siswa
(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan
materi,
(b) Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi
pembelajaran, dan
(c) Siswa membaca materi dari sumber lain
2) Keaktifan Siswa
(a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru,
(b) Siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan
(c) Siswa mengemukakan pendapat
3) Kreativitas Siswa
(a) Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut,
(b) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, dan
Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode problem posing, peneliti melakukan analisis hasil pengamatan yang
diperoleh dari dua kali observasi yang telah dilakukan observer dengan
menggunakan panduan instrument lembar observasi. Pengelompokan
berdasarkan tingkat tinggi, rendah, sedang.
Terdapat Tiga Tingkat Kategori Perilaku Belajar Siswa Yaitu
:
(1) Tingkat Perhatian Belajar Siswa
Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua
dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori
yaitu sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, sangat tinggi. Tingkat
perhatian belajar siswa pada lembar observasi problem posing
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5
Tingkat Perhatian Siswa
Tingkat Perhatian Frekuensi Persentase
II III II III
Sangat Kurang - - - -
Kurang - - - -
Sedang 2 - 6,45% -
Tinggi 19 16 61,29% 51,61%
Sangat Tinggi 10 15 32,26% 48,39% Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi
terletak pada tingkat perhatian tinggi, yang artinya metode problem
Dari lembar pengamatan pada pertemuan kedua dan ketiga
juga dapat dilihat bahwa prilaku belajar siswa pada tingkat perhatian
meningkat. Semua terjadi karena siswa lebih fokus untuk
mendengarkan point yang djelaskan peneliti yang hanya 15-20 menit
tetapi menentukan hasil akhir. Penjelesan berupa perintah aturan/cara
kerja problem posing.
(2) Tingkat Keaktifan Belajar Siswa
Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua
dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori
yaitu tidak aktif, kurang aktif, sedang,aktif, sangat aktif. Tingkat
keaktifan belajar siswa pada lembar observasi problem posing
disajikan pada tabel berikut
Tabel 6
Tingkat Keaktifan Siswa
Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase
II III II III
Tidak Aktif - - - -
Kurang Aktif - - - -
Sedang 4 - 12,90% -
Aktif 18 12 58,07% 38,71%
Sangat Aktif 9 19 29,03% 61,29%
Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi
pada pertemuan II terletak di tingkat keaktifan adalah aktif, dan
pertemuan III meningkat siswa sangat aktif yang artinya metode
Aktif disini berarti siswa lebih percaya diri dalam
mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan dari setiap
pertanyaan yang dilontarkan baik dari siswa ataupun dari guru.
(3) Tingkat Kreativitas Belajar Siswa
Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua
dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori
yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, sedang, kreatif, sangat kreatif.
Tingkat kreativitas belajar siswa pada lembar observasi problem
posing disajikan pada tabel berikut
Tabel 7
Tingkat Kreativitas Siswa
Tingkat Kreativitas Frekuensi Persentase
II III II III
Tidak Kreatif - - - -
Kurang Kreatif - - - -
Sedang - - - -
Kreatif 11 6 35,48% 19,35%
Sangat Kreatif 20 25 64,52% 80,65%
Berdasarkan tabel 7, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi
pada pertemuan II & III tingkat kreativitas adalah sangat kreatif, yang
artinya metode problem posing dapat meningkatkan siswa menjadi lebih
kreatif. Kreatif disini artinya siswa mampu membuat pertanyaan dari
lembar posing yang telah disediakan, siswa dapat memecah masalah
dari soal yang dibuat kelompok lain ataupun kelompoknya sendiri,
b. Observasi Kelas Kontrol
Observasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data prilaku belajar siswa. Observasi dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang
pengamat dengan melihat indikator dari prilaku belajar siswa
berdasarkan metode Konvensional yaitu metode ceramah dan disertasi
(latihan).
Adapun indikator dan deskriptor prilaku belajar siswa yang
dilihat selama proses pembelajaran yaitu :
1) Perhatian Siswa
(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan
materi,
(b) Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi
pembelajaran, dan
(c) Siswa membaca materi dari sumber lain
2) keaktifan Siswa
(a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru,
(b) Siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan
(c) Siswa mengemukakan pendapat
3) Kreativitas Siswa
(a) Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut,
(b) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, dan
Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode konvensional, peneliti melakukan analisis hasil
pengamatan yang diperoleh dari dua kali observasi yang telah dilakukan
observer dengan menggunakan panduan instrument lembar observasi.
Pengelompokan berdasarkan tingkat tinggi, rendah, sedang.
Terdapat Tiga Tingkat Kategori Dari Perilaku Belajar Siswa
Yaitu :
(1) Tingkat Perhatian Belajar Siswa
Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua
dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori
yaitu sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, sangat tinggi. Tingkat
perhatian belajar siswa pada lembar observasi konvensional disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 8
Tingkat Perhatian Siswa
Tingkat Perhatian Frekuensi Persentase
II III II III
Sangat kurang - - - -
Kurang - - - -
Sedang 6 7 19,35% 22,58%
Tinggi 20 19 64,52% 61,29%
Sangat tinggi 5 5 16,13% 16,13%
Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi
terletak pada tingkat perhatian tinggi dengan persentase 61,29%, yang
artinya metode konvesional juga mampu meningkatkan perhatian
Dari lembar pengamatan pertemuan kedua dan ketiga juga
dapat dilihat bahwa prilaku belajar siswa pada tingkat perhatian stabil
dari pertemuan II ke pertemuan III. Semua terjadi karena siswa sudah
terbiasa dengan metode konvensioanl yang dari awal sampai akhir
guru lebih fokus ke papan tulis, meskipun ada juga interaksi Tanya
jawab dengan siswa.
(2) Tingkat Keaktifan Belajar Siswa
Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua
dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori
yaitu tidak aktif, kurang aktif, sedang,aktif, sangat aktif. Tingkat
keaktifan belajar siswa pada lembar observasi konvensional disajikan
pada tabel berikut
Tabel 9
Tingkat Keaktifan Siswa
Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase
II III II III
Tidak Aktif - - - -
Kurang Aktif - - - -
Sedang 9 6 29,03% 19,35%
Aktif 17 21 54,84% 67,74%
Sangat Aktif 5 4 16,13% 12,90%
Berdasarkan tabel 9, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi
pada pertemuan II dan pertemuan III tingkat keaktifan adalah aktif,
dan pertemuan III meningkat siswa lebih aktif yang artinya metode
berarti siswa lebih percaya diri dalam bertanya maupun
mengemukakan pendapat mereka.
(3) Tingkat Kreativitas Belajar Siswa
Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua
dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori
yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, sedang, kreatif, sangat kreatif.
Tingkat kreativitas belajar siswa pada lembar observasi problem
posing disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10
Tingkat Kreativitas Siswa
Tingkat Kreativitas Frekuensi Persentase
II III II III
Tidak Kreatif - - - -
Kurang Kreatif - - - -
Sedang - - - -
Kreatif 17 15 54,84% 48,39%
Sangat Kreatif 14 16 45,16% 51,61%
Berdasarkan tabel 10, terlihat bahwa rata-rata frekuensi
tertinggi pada pertemuan II & III terletak di tingkat kreativitas adalah
tidak signifikan antara kreatif dan sangat kreatif, yang artinya metode
konvensional dapat meningkatkan siswa menjadi lebih kreatif. Kreatif
disini artinya siswa dapat memecah masalah dari soal yang dibuat guru
dengan menyelesaikan soal-soal latihan tersebut dan mempresentasikan
3. Pretes
Sebelum pemberian perlakuan yaitu pembelajaran problem posing
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka kedua kelas tersebut
diberikan pretes dengan soal yang sama. Tujuan pemberian pretes ini
adalah untuk melihat pengetahuan awal kedua kelas. Tes diberi sebelum
diberikan perlakuan pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol).
Dari hasil tes pretes tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 11
Kategori Hasil Pretes Kelas Eksperimen
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik - -
Baik - -
Cukup 29 93,55
Kurang 2 6,45
Sangat Kurang - -
Berdasarkan tabel 11, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi
yaitu 29 dengan persentase 93,55%, terletak pada kategori cukup artinya
soal yang diberikan kepada siswa tidak semua dikerjakan siswa dengan
tepat. Kemudian hasil pretest akan dihitung berdasarkan langkah-langkah
a. Uji Normalitas Hasil Pretes Pada Kelas Eksperimen
Tabel hasil pretes disajikan pada tabel berikut:
Tabel 12
Dari analisis data tes pada tabel 12, diperoleh rata – rata tes awal siswa sebelum diterapkan metode problem posing dalam mata pelajaran matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel adalah 46,2 dari rata – rata tes awal siswa, dengan modus 46,7 dan simpangan baku 6,42.
Km =
=
= - 0,1
Karena nilai km diperoleh sebesar -0,1 yaitu terletak antara – 1
dan + 1. Maka data pretes siswa berdistribusi normal.
Tabel 13
Kategori Hasil Pretes Kelas Kontrol
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik - -
Baik - -
Cukup 30 96,77
Kurang 1 3,23
Sangat Kurang - -
Berdasarkan tabel 13, terlihat bahwa rata-rata frekuensi
cukup artinya soal yang diberikan kepada siswa hanya mengerjakan
soal pertama dan kedua, ketiga dan keempat tidak dikerjakan maka
dari itu siswa memperoleh nilai rata-rata dibawah 60. Kemudian
hasil pretest akan dihitung berdasarkan langkah-langkah uji t sebagai
berikut:
b. Uji Normalitas Hasil Pretes Pada Kelas Kontrol. Tabel hasil pretes disajikan pada tabel berikut:
Tabel 14 awal siswa sebelum diterapkan metode problem posing dalam mata pelajaran matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel adalah 46,2 dari rata – rata tes awal siswa, dengan modus 48 dan simpangan baku 4.
Km =
=
= – 0,5
Karena nilai km diperoleh sebesar –0,5 yaitu terletak antara –
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hasil pretes
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data
hasil belajar siswa dari kedua kelas tersebut mempunyai varians yang
sama atau tidak. Uji homogenitas varians populasi dari data nilai
pretes siswa kelas problem posing dan kelas kontrol Ftabel ditentukan dengan α = 5%, derajat bebas pembilang (n1 – 1) = 30,
dan derajat penyebut (n2 – 1) = 30. Dimana; n1 = Jumlah siswa kelas
eksperimen dan n2 = Jumlah siswa kelas kontrol.
Hipotesis uji homogenitas:
s1 = varians kelas eksperimen
s2 = varians kelas kontrol
Ftabel = α(n1 – 1, n2 – 1) = F0,05(30,30) = 1,84.
Fhitung =
=
= 1,6Berdasarkan kriteria pengujian uji pihak kanan didapat
Fhitung = 1,6 dan Ftabel = 1,84 sehingga dapat disimpulkan
Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Artinya kedua data sampel