• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI MTS AISYIYAH PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI MTS AISYIYAH PALEMBANG"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER

DUA VARIABEL DI MTS AISYIYAH

PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

MARLISA

NIM. 08221023

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)
(3)

iii

HASIl BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI MTS AISYIYAH

PALEMBANG

yang ditulis oleh Saudari MARLISA, NIM.08221023

telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

pada tanggal 28 Agustus 2013

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Palembang, 28 Agustus 2013

Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Sripsi

Ketua sekretaris

Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si. Syarifah, S.Si.,M.Kes.

NIP. 197208122005012005 NIP. 197504292009122001

Penguji Utama : Drs. H.M. Hasbi Ashiddiqi, M.Pd.I ( )

NIP. 195602201985031002

Anggota Penguji : Muhammad Win Afgani, S.Si.,M.Pd ( )

NIP. 198212102009121002

Mengesahkan

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(4)

iv

Motto:

Tetaplah menjadi Emas Murni bukan Serpuhan, meskipun di cuci seribu kali akan tetap menjadi Emas.... so, be my self

Setiap kesantai-santaian menimbulkan penyesalan dan setiap penyesalan betapapun kecilnya akan menyedihkan..

Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk

:

Ayahanda (Hasan Radi) dan Ibunda

(Bariyah) yang selalu mendo’akan

keberhasilan Ananda.

Sauadara-saudaraku (Kakanda Ady Indra, Pramudya, Ayunda Sri

Yanti, adikku Rahmadi Bahrin) yang selalu memberikan motivasi.

Sahabat-sahabatku (Fatimah, tiwi, fitri, & Eka Zumiarma) yang senantiasa

menemani suka-duka perjalanan kuliah hingga selesai strata satu

Teman-teman Tadris Matematika angkatan 2008

Calon Imamku

Almamaterku yang ku banggakan

Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang Kampus

tempatku menimbah ilmu

(5)
(6)

vi

This study aims to improve student learning outcomes and student behavior during the learning process of application of problem posing method on the system of linear equations in two variables at MTs Aisyiyah Palembang. The data is obtained from students learning outcomes that drawn from the results of preliminary tests before the method is applied and after it. As for the results of the observations taken during the learning process using problem posing method by observation sheet.The results of students pretest is about of 46.9 and postest is about of 83.8. The students learning behavior observations obtained during the application of problem posing method, for the category of attention students get 51.61% is good and 48.39% is very good, the students activity earn 38.71% is active and 61.29% is very active.While the level of creativity of students earn 19.35% is creative and 80.65% is very creative. Based on this study was conducted that it can be concluded that through the application of problem posing methods can improve learning outcomes and student behavior in the system of linear equations in two variables to eighth grade students of MTs Aisyiyah Palembang.

(7)

vii

siswa selama proses penerapan metode problem posing pada materi sistem persamaan linier dua variabel di MTs Aisyiyah Palembang. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari hasil tes awal sebelum diterapkan metode problem posing dan akhir setelah diterapkan metode tersebut. Sedangkan untuk hasil observasi itu diambil selama proses pembelajaran menggunakan metode problem posing dengan mengisi lembar observasi.Hasil penelitian pada awal pertemuan (pretes) siswa mendapatkan nilai rata-rata 46.9 dan untuk postest siswa memperoleh nilai rata-rata 83.8. Sedangkan untuk observasi diperoleh prilaku belajar siswa selama penerapan metode problem posing mengalami perubahan menuju lebih baik setiap pertemuannya. Untuk kategori perhatian siswa memperoleh persentase 51,61% tinggi dan 48,39% sangat tinggi. Dan untuk kategori keaktifan siswa memperoleh persentase 38,71% aktif dan 61,29% sangat aktif. Sedangkan tingkat kreativitas siswa memperoleh persentase 19,35% kreatif dan 80,65% sangat kreatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode problem posing dapat meningkatkan hasil belajar dan perilaku belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII MTs Aisyiyah Palembang.

(8)

viii

Tiada kata yang pantas kita ucapkan melainkan kalimat syukur ه دمحلا senantiasa tercurah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahan nikmatnya dan hidayah serta rahmat dan ridho-Nya.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi atau melengkapi salah satu syarat akademi dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Shalawat senandung salam shalawat berbingkai salam dan sholawat tercurahkan salam, semoga tetap terlimpahkan, tercurahkan kepada junjungan Nabi akhir zaman. Dan dia adalah seorang “The Best Man in The World” anak Abdullah yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman semoga kita termasuk didalamnya amin.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang juga ikut berpartisipasi dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, MA selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah. 3. Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri selaku Ketua Prodi Matematika. 4. Bapak Dr. Amir Rusdi, M.Pd.I selaku pembimbing I.

5. Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri selaku Pembimbing II.

6. Bapak dan ibu dosen Prodi Matematika serta staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

7. Bapak Suwito, S.Pd selaku kepala sekolah MTs ’Aisyiyah Palembang. 8. Ayah, ibu dan saudara-saudaraku yang telah mendukung dan memberikan

motivasi.

(9)

ix dan bantuan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena sedikitnya pengalaman yang dimiliki. Dan penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan suatu bentuk tulisan ilmiah bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdo’a semoga segala jasa dan bantuan yang diberikan, mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Amin

Palembang, Agustus 2013

(10)

x

B. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 10

C. Metode Pembelajaran Problem Posing ... 12

1. Langkah - langkah Problem Posing ... 13

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Posing ... 15

D. Definisi Operasional Variabel ... 21

E. Populasi dan Sampel ... 22

F. Prosedur Penelitian . ... 22

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 24

1. Teknik Pengumpulan data a) Tes ... 24

(11)

xi

(2) Uji Homogenitas ... 28

(3) Uji Hipotesis ... 29

b) Analisis Data Observasi ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Deskripsi pelaksanaan penelitian ... 35

2. Data Hasil Penelitian ... 36

3. Pretes ... 43

4. Postes ... 48

5. Pretest-Postest Pada Kelas Eksperimen ... 54

6. Deskripsi Penerapan Metode Problem Posing di Kelas Eksperimen ... 57

7. Pembahasan 1. Hasil Observasi ... 59

2. Hasil Belajar Siswa ... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 74

(12)

xii

Tabel 1. Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa ... 26

Tabel 2. Kategori Hasil Belajar ... 32

Tabel 3. Skor Data Observasi ... 33

Tabel 4. Kategori Perilaku Belajar Siswa ... 34

Tabel 5. Tingkat Perhatian Siswa Kelas Eksperimen ... 37

Tabel 6. Tingkat Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen ... 38

Tabel 7. Tingkat Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen ... 39

Tabel 8. Tingkat Perhatian Siswa Kelas Kontrol ... 41

Tabel 9. Tingkat Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 42

Tabel 10. Tingkat Kreativitas Siswa Kelas Kontrol ... 43

Tabel 11. Kategori Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 44

Tabel 12. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 45

Tabel 13. Kategori Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 45

Tabel 14. Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 46

Tabel 15. Kategori Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 16. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 50

Tabel 17. Kategori Hasil Postes Kelas Kontrol ... 51

(13)

xiii

Halaman

Gambar 1. Kurva uji pihak kanan ... 32 Gambar 2. Kurva penolakan dan penerimaan hipotesis ... 55 Gambar 3. Jawaban siswa yang tidak memenuhi indikator soal no.1 pada

LPP II pertemuan 1 ... 65 Gambar 4. Jawaban siswa yang tidak memenuhi indikator soal no.1 pada

(14)

xiv

Halaman

Lampiran 1. SK Pembimbing ... 74

Lampiran 2. SK Tim Penguji Proposal Skripsi ... 75

Lampiran 3. Surat Pengantar Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah ... 76

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Kementrian Agama Kota Palembang ... 77

Lampiran 5. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari MTs ’Aisyiyah Palembang ... 78

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 79

Lampiran 7. Observasi Sekolah ... 80

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 81

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 98

Lampiran 10. Pedoman Penskoran Soal ... 99

Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ... 103

Lampiran 12. Hasil Observasi Perilaku Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 104

Lampiran 13. Hasil Observasi Perilaku Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 106

Lampiran 14. Hasil Belajar Problem Posing Siswa ... 108

Lampiran 15. Hasil Tes Siswa ... 122

Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Lembar Problem Posing ... 126

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Kelas Eksperimen ... 127

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Kelas Kontrol ... 128

Lampiran 19. Rekapitulasi Observasi Kelas Eksperimen ... 129

Lampiran 20. Rekapitulasi Observasi Kelas Kontrol ... 130

Lampiran 21. Uji Normalitas Data ... 131

Lampiran 22. Analisis Uji Lanjut (Uji T Test) ... 135

Lampiran 23. Dokumentasi Selama Penelitian ... 138

Lampiran 24. Riwayat Hidup ... 140

(15)

9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia diciptakan Allah SWT memiliki dua tugas utama,

pertama sebagai ‘abid (hamba) Allah SWT yang dituntut untuk selalu beribadah

kepada-Nya. Kedua, sebagai khalifah (wakil) Allah dimuka bumi yang bertugas

mengelola dan memanfaatkan serta melestarikan alam. Untuk memahami tugas

tersebut yang paling utama adalah belajar ilmu agama. Hal ini dikarenakan

dalam ilmu agama dibahas pokok-pokok keimanan, prinsip-prinsip, dan ajaran

tentang cara bersikap dan berhubungan baik dengan sesama manusia serta

makhluk lainnya (Fauzi, 2006 : ix).

Sebagaimana firman Allah SWT:

ََكَمّ َع َو ََةَمْكِحْلا َو ََ َتِكْلا ََكْيَ َع

َهَّ

ََلَزْنَأ َو ….

ًمي ِظَع ََكْيَ َع ََِّ َهلْضَف ََن َك َو

َهَ ْعَت

َْنهكَت

ََْل

َم

“….Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah itu sangat besar”(QS. An-Nisa: 113). (DEPAG RI, 2005: 110).

Dan firman Allah SWT:

ََنيِ ِه َجْلا ََنِم

ََنوهكَت

َْنَأ

ََكهظِعَأ

يّنِإ

َ ْ ِع

َِهِب

ََكَل ََسْيَل

َم

(16)

Kepada umat Islam Allah telah menganugrahkan sebuah kitab agung yang

memuat firman - firman-Nya. Al-Quran adalah kitab terbaik yang diturunkan Allah

kepada Nabi terbaik yang diutus kepada umat, dengan membawa syariat terbaik yang

diturunkan melalui malaikat Jibril. Dibaca dengan mulut, terpelihara rapi dalam hati,

tertulis dengan mushaf-mushaf. Sampai kepada kita tawatur (mata rantai penyampai

yang banyak dan tak terputus) dan membacanya merupakan ibadah.

Pendidikan (Paedagogie) berasal dari bahasa yunani terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi, paedagogie yaitu

bimbingan yang diberikan kepada anak. Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu

kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang

dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya

agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara

terus-menerus. Pendidikan juga merupakan suatu proses pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Ramayulis, 2008 : 5).

Sesuai dengan pengertian pendidikan menurut SA. Bratanata dkk adalah

usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung

untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya, (Ahmadi

dan Uhbiyati, 2001:69).

Adapun fungsi pendidikan yaitu membantu manusia keluar sebagai

pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam menyempurnakan

hidup lahir dan batin. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi penderitaan

rakyat dari kebodohan, keterbelangan dan kemiskinan, karena ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh dapat membawa seseorang untuk mampu mengatasi

(17)

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat yang biasa kita lihat pada

saat ini adalah pembangunan gedung-gedung dan jembatan serta fasilitas-fasilitas

fisik lainnya yang modern dan elit, yang itu semua dilandasi oleh perkembangan

matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

kepada semua peserta didik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,analitis, sistematis,

kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dengan kemampuan itu peserta

didik dapat bertahan hidup pada kondisi yang selalu berubah,tidak pasti dan

kompetitif ( Rahayu,dkk: 2008).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran matematika

di MTs Aisyiyah Palembang, rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan

kurang aktifnya siswa dalam mempelajari dan menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru pada saat proses belajar mengajar. Maka dari itu peneliti mencoba

menerapkan metode Problem Posing dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran matematika serta dapat

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari

sehingga hasil belajarnya meningkat dari KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75.

Metode pembelajaran sebisanya mengembangkan kemampuan dasar dan

sikap positif siswa, sehingga proses pembelajan lebih menarik, menantang, dan

berharap prestasi menjadi lebih baik. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan

(18)

memenuhi kriteria diatas adalah metode pembelajaran pertanyaan (Problem Posing). Dalam metode pembelajaran pengajuan pertanyaan (Problem Posing) juga dapat dilihat adanya hubungan yang kuat antara pertanyaan dan jawaban. Dengan sering

membuat pertanyaan dan jawaban secara berulang-ulang dapat mengingat pelajaran

lebih lama. Semakin sering pengulangan itu dilakukan semakin lama bahan pelajaran

tersimpan dalam ingatan dengan diberikannya metode ini dapat diketahui sejauh

mana tujuan pembelajaran dapat tercapai (Dalam Astuti, 2011: 3).

Sayangnya, dalam tradisi pendidikan kita penanaman keterampilan

bertanya pada siswa belum mendapatkan perhatian yang serius. Sementara itu,

keterampilan bertanya lebih ditekankan kepada guru. Guru dilatih dan dibimbing

bagaimana cara bertanya yang baik kepada siswa. Sedangkan kesempatan siswa

bertanya porsinya masih sedikit. Padahal penanaman keterampilan bertanya sejak

dini pada siswa sangatlah penting, agar prilaku dan hasil belajar siswa lebih baik

lagi.

Dengan adanya tugas pengajuan soal (Problem Posing) akan menyebabkan terbentunya siswa belajar lebih aktif dan kreatif dalam membentuk

pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan menemukan

bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

Hal ini didukung oleh penelitian Netti Herlina (2004) bahwa hasil belajar

yang diperoleh siswa setelah diterapkan metode Problem Posing pada materi Bangun Datar diperoleh rata-rata hasil belajar siswa rata-rata 61, maka metode

(19)

Selanjutnya oleh Oktiana (2010) bahwa pembelajaran matematika setelah

penerapan Problem Posing pada materi Turunan dapat membuat hasil belajar lebih baik. Kemudian oleh Rely Yusliana (2010) bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa

dengan Problem Posing dikelas VII lebih dari 70,0 dan nilai rata-rata hasil belajar dengan konvesional kurang dari 70,0.

Penelitian tentang Problem Posing juga dilakukan oleh Fransisca (2006) dengan judul Pengaruh Problem Posing terhadap Kemampuan Matematika Siswa kelas VII SMP Frater Xaverius 1 Palembang berdasarkan hasil penelitian tersebut

diperoleh kesimpulan bahwa dari analisa data tes terjadi peningkatan hasil belajar

yaitu 36,6% dari hasil analisa data problem posing yang dibuat siswa dikategorikan baik.

Dari keempat kajian terdahulu yang relevansi diatas dapat disimpulkan

bahwa metode Problem Posing dapat digunakan pada pembelajaran matematika. Adapun yang membedakan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan

penelitian sebelumnya yaitu pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

(SPLDV) yang akan diajarkan karena pada materi SPLDV siswa mengalami

kesulitan membedakan metode eliminasi maupun subtitusi dalam menyelesaikan

soal, dan siswa juga mengalami kesulitan pada pembuatan model matematika,

sebab tidak semua siswa mampu membuat model matematika jika guru kurang

kreatif dalam menentukan metode pembelajaran misalnya guru hanya

menggunakan metode ceramah dan memberikan latihan soal seperti yang

diterapkan pada sekolah sekolah MTs Aisyiyah Palembang, maka dari itu peneliti

(20)

siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam belajar, jika menggunakan metode

ceramah dan penugasan kurang tepat, tempat penelitian, dan yang akan dilihat tidak

hanya hasil belajar saja tetapi melihat perilaku belajar (perhatian siswa, kreativitas

dan keaktifan siswa) dalam proses pembelajaran berlangsung.

Memperhatikan uraian diatas, mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian yang memfokuskan pada penerapan metode problem posing dalam upaya melihat pengaruhnya terhadap perilaku dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika. Oleh karena itu penelitian diberi judul : “Penerapan

Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi

Sistem Persamaan Linier Dua Variabeldi MTs ‘Aisyiyah Palembang”

B. Rumusan Masalah

Untuk menjelaskan masalah-masalah yang diteliti dan untuk membantu

penyusun dalam mengadakan penelitian agar dapat memberi arahan atau

pedoman dalam penentuan data, serta cara mengolah data yang diperlukan maka

penyusun merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah perilaku belajar siswa lebih baik setelah proses pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran problem posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di MTS Aisyiyah Palembang?

2. Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan metode

(21)

C. Tujuan

Tujuan Penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu

penelitian dapat lebih terarah. Maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui perilaku belajar siswa selama proses pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran problem posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di MTs Aisyiyah Palembang.

2. Mengetahui meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa setelah diterapkan

metode pembelajaran problem posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di MTs Aisyiyah Palembang.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, sebagai salah satu metode atau cara untuk memahami konsep

Aljabar pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan lebih

baik dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang penerapan metode Problem Posing di MTs Aisyiyah Palembang. 3. Bagi guru matematika, sebagai informasi dan bahan masukan untuk proses

belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

Menurut Nyayu Khodijah (2006: 39) Belajar merupakan suatu proses

yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan,

pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia berbentuk, dimoditifikasi

dan berkembang karena belajar. Dengan demikian, belajar merupakan proses

penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya, pemahaman yang

benar tentang konsep belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik

yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Menurut Lester D Crow dan Alice Crow (1958: 225) menyatakan

belajar adalah perolehan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap, termasuk cara baru

untuk melakukan sesuatu upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau

menyesuaikan dengan situasi yang baru. Belajar menggambarkan perubahan

progresif perilaku seseorang ketika bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan yang

dihadapkan pada dirinya. Belajar memungkinkan seseorang memuaskan

perhatian atau mencapai tujuannya.

Gagne dan Briggs (1979) dalam buku yang berjudul Principles of Linstructional Design mendefenisikan belajar sebagai rangkaian proses kognitif yang menstransformasi stimulasi dari lingkungan fase pemrosesan informasi

(23)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang unutk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

2003:2).

Menurut Bahri dan Zain (2006:10) belajar adalah proses perubahan

perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan,

penalaran dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan.

Kebiasaan juga akan mempengaruh belajar dan hasil belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah dikatakan

belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah

memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh

berdasarkan pengalaman yang dialaminya.

B. Pengertian Pembelajaran Matematika

Menurut Paling (dalam Abdurrahman, 2003: 252), ide manusia tentang

matematika berbeda-beda, tergantung pada pegalaman dan pengetahuan

masing-masing. Ide tersebut ada yang mengatakan bahwa matematika hanya

perhitungan yang mencangkup tambah, kurang, kali, bagi, tetapi juga melibatkan

topik-topik seperti geometri, aljabar dan trigonometri. Penyelenggaraan

pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukan bahwa para

(24)

Pandangan tentang hakekat dan karakteristik matematika sekolah akan

memberikan karakteristik mata pelajaran matematika secara keseluruhan. Ebbutt dan

Straker (dalam Depdiknas,2007:1036) definisi matematika sekolah yang selajutnya

disebut sebagai matematika, sebagai berikut:

1. Matematika sebagai kegiatan penesuluran pola dan hubungan

2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan

penemuan.

3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah

4. Matematika sebagai alat komunikasi

Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta

didik atau siswa di sekolah. Sedangkan menurut Hamalik (2005:57) pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mernpengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran tersebut. Yang terlibat dalam sistem pembelajaran yang terdiri

dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur

dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dan ruangan kelas, perlengkapan

audio visual, juga komputer. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode

penyampaian informasi praktek, belajar, ujian dan sebagainya.

C. Metode Pembelajaran Problem Posing

Problem Posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lynn D.

English dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika.

(25)

katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal)” atau “membuat masalah

(soal)”. Problem posing yaitu pemecahan masalah yang melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang simple sehingga

dipahami. Sintaknya adalah : Pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,

minimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

Problem posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam

rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah

problem solving). Kedua, probem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat – syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari

alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan). Ketiga, problem posing adalah merumuskan atau, membuat soal dari situasi yang diberikan (Suyatno, 2009:61-62) Pada

prinsipnya, metode pembelajaran problem posing adalah metode pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar

(berlatih soal) secara mandiri (Suyitno , 2004).

Menurut Suryosubroto (2009, 203), ”Salah satu metode yang dapat

memotivasi siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yakni

problem posing atau pengajuan masalah dalam bentuk pertanyaan. Metode problem

posing diharapkan memancing siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan

diakibatkan dari ketidak senjangan melainkan melalui upaya mereka untuk mencari

hubungan - hubungan dalam informasi yang dipelajarinya. Pada akhirnya, penemuan

(26)

ketergantungan pada pengetahuan luar pada rasa puas akibat keberhasilan menemuan

sendiri, baik berupa pertanyaan atau masalah maupun jawaban atas permasalahan

yang diajukan.

1. Langkah-Langkah Problem Posing

Menurut Suryosubroto (2009: 212) penerapan metode pembelajaran

Problem Posing adalah sebagai berikut: a) Tahap I

(1) Penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pelajaran

(2) Guru mengorganisasikan bahan pembelajaran dan persiapannya

(3) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

b) Tahap II.

(1) Guru menjelaskan tentang pembelajaran kepada siswa dengan

harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti

dengan baik proses pembelajaran.

(2) Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk

mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan

menjadi dasar pengajar membagi peserta didik ke dalam sejumlah

kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 30

orang. Agar kegiatan dalam kelompok berjalan dengan

proporsional maka setiap kelompok dibagi menjadi 5 orang

(27)

(3) Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk

meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan

antar kelompok.

(4) Masing-masing kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan

hasil resume yang telah dibuat dalam lembar problem posing I

yang telah disiapkan.

(5) Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian

dilimpahkan kepada kelompok yang lainnya. Misalnya tugas

membentuk kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk

dijawab, tugas kelompok 2 diserahkan kepada kelompok yang

lainnya dan begitu seterusnya.

(6) Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal

untuk menjawab pertanyaan mereka terima dari kelompok lain

tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar

Problem possing II.

(7) Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing I

dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan

pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem

possing II diserahkan kepada guru.

(8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan

pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Posing

Suyitno (Trisnawati, 2005:9) menyatakan kelebihan dan kekurangan

(28)

a) Kelebihan pembelajaran Problem Posing:

(1) Cara ini dapat membuat belajar siswa lebih relevan.

(2) Belajar pemecahan masalah dapat membiasakan siswa

menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

(3) Cara ini merangsang perkembangan kemampuan belajar siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam belajar banyak

melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari

berbagai segi dalam rangka mencapai permasalahannya.

(4) Daya ingat siswa terdapat isi materi yang diberikan akan bertahan

lama

b) Kekurangan pembelajaran Problem Posing:

(1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai

dengan tingkat kemampuan siswa sendiri.

(2) Proses belajar dengan menggunakan cara ini sering memerlukan

waktu yang cukup banyak dan sering menggunakan waktu bidang

studi yang lain.

(3) Mengubah kebiasaan siswa dengan mendengar dan menerima

informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir

memecahkan permasalahan sendiri atau ke kelompok yang

kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan

(29)

D. Hasil Belajar

Menurut (Juliah dalam Haris dan Jihad, 2008:17) ” Hasil belajar adalah

segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar

yang dilakukannya.”

Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa : “Hasil belajar adalah

proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian

informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang

menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehungga

orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang

dipelajari”.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnnya penggal dan

puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru,

suatu pencapain tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan

kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3 )

Menurut (Abdurrahman dalam Haris dan Jihad, 2008:17) ” Hasil belajar

adalah kemampuan anak yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”

Setelah belajar, siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan

nilai. Timbulnya kemampuan tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari

lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa (Darsono,

2000:15). Hasil belajar akan melekat pada siswa dalam bentuk keterampilan

intelektual, sikap dan siasat (Darsono, 2000: 15). Hasil belajar siswa merupakan

(30)

1. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahas baik lisan maupun tertulis, pemilihan

informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.

2. Kemampuan keterampilan intelektual, adalah kepekaan yang berhubungan

dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

3. Kemampuan kognitif, adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi konsep dan kaidah dalam

memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik, adalah kemampuan serangkaian gerak jasmani

antara koordinasi otak dengan tubuh. Sehingga terwujudnya otomatisme

gerak jasmani.

5. Kemampuan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak obyek

berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Jadi hasil belajar adalah suatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar menimbulkan suatu perubahan kemampuan

siswa secara utuh baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menentukan

berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.

Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil

belajar matematika yang didapat oleh siswa setelah diterapkan pembelajaran

(31)

E. Perilaku Belajar

Perilaku merupakan ekspresi untuk beraksi terhadap suatu objek dengan

cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi apabila dihadapkan pada stimulus yang menghendaki

adanya respon ole.h karena itu, bahwa perilaku gerak-gerik seseorang dalam

suatu tindakan yang dilakukan seseorang baik secara sengaja maupun tidak

sengaja dilihat dari perbuatan, tingkah laku yang dipengaruhi oleh jiwanya

masing-masing.

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,

seperti pengetahuan, keinginan, perhatian, motivasi, kreativitas, persepsi,

keaktifan, sikap, dan sebagainya. (Mursidin, 2010:47)

Bahar Soeharto merumuskan ”Perilaku sebagai hasil belajar Dalam

proses belajar itu terjadi interaksi antara individu dan dunia sekitarnya sebagai

hasil interaksi maka jawaban yang terlihat dari seseorang individu akan

dipengaruhi oleh hal-hal atau kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh

individu tersebut maupun oleh situasi masa kini” (Tulus, 2004 : 63).

Perilaku belajar yang baik adalah mencakup indikator dan deskriptor

yang telah di tetapkan.

F. Hipotesa Penelitian

1. UJI HIPOTESIS 1

(32)

Ha : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem posing lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan penugasan

Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 Keterangan :

µ1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran problem posing

µ2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan penugasan

2. UJI HIPOTESIS 2

Ho : Pembelajaran menggunakan metode Problem posing tidak meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel

Ha : Pembelajaran menggunakan metode Problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel

Ho : µ1 ≥ µ2 Ha : µ1 < µ2 Keterangan :

(33)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian randomized control-group pretest-posttest design.

Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan hukum kausal (sebab-akibat) (Emzir, 2010:63). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran dengan menggunakan metode

pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran matematika siswa di MTs. Aisyiyah Palembang, yang dilihat melalui hasil belajar.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain randomized control-group pretest-posttest design. Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Group Pretest Treatment Posttest

Exp. Group (R)* Contr. Group (R)

Keterangan : T1 = nilai pretest (sebelum diterapkan metode problem posing)

T2 = nilai posttest (setelah diterapkan metode problem posing)

Pengaruh metode problem posing terhadap hasil belajar siswa = (T2.e– T1.e) – (T2.c – T1.c)

(Suryabrata, 2011 : 105)

T1 X T2

(34)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok, yaitu metode

Problem Posing sebagai variabel bebas dan perilaku serta hasil belajar sebagai variabel terikat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sketsa berikut:

Variabel bebas Variabel tidak bebas

D. Definisi Operasional Variabel

1. Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode

pembelajaran Problem Posing pada pembelajaran matematika.

2. Metode Problem posing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru membagikan Lembar Problem Posing I (LPP I) yang berisi contoh soal yang dibuat oleh guru kemudian siswa diminta membuat soal baru yang

sejenis ataupun berbeda dalam satu kelompok dan pada LPP II siswa

diminta menjawab soal yang dibuat oleh kelompok yang berbeda,

misalnya: soal yang dibuat kelompok 1 dikerjakan oleh kelompok 2 dan

seterusnya.

3. Perilaku belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa

dalam mengikuti pembelajaran matematika yang sedang berlangsung

dengan metode Problem Posing. Adapun indikator perilaku siswa yaitu : perhatian siswa, keaktifan siswa, dan kreativitas siswa.

Perilaku dan hasil belajar siswa

(35)

4. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.

5. Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode

pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan penugasan.

6. Materi yang diteliti adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas

VIII.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII MTs

Aisyiyah Palembang angkatan 2012 – 2013, yang terdiri dari dua kelas

dengan jumlah populasi sebanyak 62 orang siswa.

2. Sampel

Sampel yang diteliti oleh peneliti ada dua kelas, yaitu kelas yang

pertama VIII.a sebagai kelas eksperimen sebanyak 31 siswa dan kelas yang

kedua VIII.b adalah kelas kontrol sebanyak 31 siswa.

F. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Perencanaan

- Penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pelajaran

- Guru mengorganisasikan bahan pelajaran dan persiapannya

(36)

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mengamati, memotivasi, menyajikan

informasi dan mengorganisasikan, mengarahkan, evaluasi dan

presentasi, menarik kesimpulan prilaku dan hasil belajar siswa pada

tiap-tiap pertemuan sampai tes akhir dalam melakukan proses

mengajar.

Peneliti melakukan proses mengajar dengan bertahap dan

diadakan 2 kali pertemuan, sebagai berikut:

- Guru menjelaskan tentang pelajaran kepada siswa dengan

harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti

dengan baik proses pembelajaran.

- Guru membagi peserta didik kedalam sejumlah kelompok

- Setiap kelompok ditugaskan meresume dan masing-masing

siswa dalam kelompok membuat petanyaan dari hasil resume

dalam lembar Problem Posing I

- Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan

kemudian dilimpahkan pada kelompok lainnya.

- Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal

untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari

kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat

kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan

tersebut ditulis pada lembar Problem Posing II.

(37)

diserahkan kepada guru dan jawaban yang telah terdapat pada

lembar Problem Posing II diserahkan kepada guru

- Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan

pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain.

- Siswa diberi tes oleh guru.

3. Observasi

Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat

dengan menggunakan instrument berupa lembar pengamatan, lembar

penilaian kinerja yang telah disiapkan.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik tes dan observasi.

a) Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok “ (Arikunto, 2006 : 150).

Data yang dikumpulkan adalah hasil kerja siswa dalam proses

pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil kerja siswa dalam proses

pembelajaran merupakan latihan dalam membentuk soal dan

(38)

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran.

b) Observasi

“Obeservasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis” (Arikunto, 2010 :265).

Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran perilaku belajar siswa selama diterapkannya metode

pembelajaran Problem Posing pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) di MTs Aisyiyah.

Selama kegiatan berlangsung dilakukan pengamatan dengan

menggunakan lembar observasi yang terdiri dari tiga indikator dan

setiap indikator terdiri dari tiga deskriptor. Adapun item penelitian

kegiatan observasi adalah sebagai berikut:

(1) Perhatian

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan

materi

b. Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi

pembelajaran

c. Siswa membaca materi dari sumber lain

(2) Keaktifan

a. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru

(39)

(3) Kreativitas

a. Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut

b. Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru

c. Siswa menulis jawaban dari hasil diskusi

(Mursidin,2010:47)

Dalam setiap observasi, pengamat (observer) 26escri tanda ceklist

(√) pada 26escriptor yang tampak pada lembar observasi berikut:

Tabel 1.

Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa Kelas VIII MTs Aisyiyah Palembang

No Nama Siswa Indikator dan Deskriptor

1 Skor 2 Skor 3 Skor Jumlah

a b c a b c a b c

(40)

2. Teknik Analisis Data

a) Analisis Data Tes

Data yang telah terkumpul akan dianalisis, dimana tujuan

penganalisisan ini untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

diterapkan metode Problem Posing pada materi geometri di MTs Aisyiyah Palembang.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk

menganalisis data tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika adalah :

(1) Memeriksa hasil jawaban tes.

(2) Menjumlahkan skor semua jawaban dari setiap soal.

(3) Skor yang di peroleh siswa dikonversikan dalam bentuk nilai

dengan rentang 0 - 100

Keterangan :

N : Nilai yang dicari atau diharapkan

R : Skor mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum dari tes yang bersangkutan

100 : Bilangan tetap

(41)

(4) Nilai tes akhir yang di peroleh akan di uji menggunakan Uji T

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data. Untuk menguji normalitas data sampel

yang diperoleh dapat digunakan uji kemiringan.

Menentukan kemiringan (Km) dengan menggunakan rumus:

Km = ̅

Keterangan: ̅ = rata-rata (mean) Mo = modus

s = simpangan baku

Data distribusi normal apabila harga Km terletak antara -1 dan +1

dalam selang (-1<Km<+1)

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen, yang

selanjutnya untuk menentukan statistik uji t yang akan digunakan dalam

pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan penyelidikan

apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.

Hipotesis uji homogenitas:

Ho : σ² 1 ≤ σ²2

Ha : σ² 1 >σ² 2

(42)

Keterangan :

σ²1 : Varians menggunakan metode problem posing (kelas eksperimen)

σ² 2 : Varians menggunakan metode konvensional (kelas kontrol)

Ho : Varians kedua data sampel sama antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Ha : Varians kedua data sampel tidak sama antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Dalam uji homogenitas digunakan uji F adalah sebagai berikut:

F =

Keterangan:

S1 = Varians kelas eksperimen

S2 = Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian uji pihak kanan adalah terima hipotesis tolak Ho

jika F ≥ Fα(n1-1, n2-1) dan terima Ho untuk hal-hal lain.

c. Uji Hipotesis

Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk

mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil dari tes akan dianalisis dengan

menggunakan uji t. Sebagai hasil dari pengolahan data tersebut nantinya

dapat diambil satu kesimpulan untuk membuktikan hipotesis yang telah

(43)

Adapun rumus hipotesisnya adalah:

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem

posing.

µ2 : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Ho : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem

posing sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional

Ha : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem

posing lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional

Peneliti menggunakan statistik uji t dengan taraf signifikansi 5%

Adapun rumus statistik uji t sebagai berikut:

t = ̅ ̅

(Sudjana, 2005 : 239)

dengan:

S2 =

(44)

Keterangan: t = thitung

̅ = Rata-rata nilai siswa yang belajar dengan menggunakan metode

problem posing

̅ = Rata-rata nilai siswa dengan menggunakan metode ceramah dan

penugasan

=Jumlah siswa yang belajar dengan menggunakan metode problem

posing

= Jumlah siswa yang belajar menggunakan metode ceramah dan

penugasan

= Nilai varians siswa yang belajar menggunakan metode problem

posing

= Nilai varians siswa yang belajar menggunakan metode ceramah

dan penugasan

= Nilai varians gabungan

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ho jika

t < t1-α dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan

untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 –α), α =

(45)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva berikut ini:

Gambar 1.

kurva Uji Pihak Kanan

Daerah yang diarsir adalah daerah penolakan Ho, berarti Ha

(Modifikasi Arikunto, 2006: 24) Daerah penolakan Daerah

penerimaan

(46)

b) Analisis Data Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dihitung

untuk mencari skor yang melambangkan prilaku siswa terhadap

pelajaran matematika dengan menggunakan metode Problem Posing. Ketentuan pemberian skor pada lembar observasi adalah sebagai

berikut:

Tabel 3

Skor Data Observasi Skala

Penskoran

Deskriptor

1 Tidak satupun deskriptor tampak

2 Satu deskriptor tampak

3 Dua deskriptor tampak

4 Tiga deskriptor tampak

(Modifikasi Arikunto, 2007: 87)

Skor prilaku belajar masing-masing siswa adalah jumlah

seluruh skor yang diperolehnya sesuai dengan deskriptor yang

muncul pada saat pembelajaran berlangsung. Pemberian kategori dari

aspek yang diamati menurut skor yang didapat dari lembar observasi

(47)

Tabel 4

Kategori Prilaku Belajar Siswa

Rentang skor Kategori

80 - 100 Sangat baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup baik

20 – 39 Kurang baik

(48)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Aisyiyah Palembang tahun ajaran

2012/2013 pada tanggal 19 November 2012 sampai 30 November 2012

dengan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Subjek dalam

penelitian ini adalah kelas VIIIA kelas Eksperimen dengan jumlah 31

siswa yang terdiri dari 25 siswa perempuan dan 6 siswa laki – laki dan

VIIIB kelas kontrol dengan jumlah 31 siswa yang terdiri dari 19 siswa

perempuan dan 12 siswa laki – laki. Adapun metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni.

Pembelajaran ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan

dengan dua kali perlakuan dan dua kali tes, dimana pada setiap pertemuan

berlangsung selama 2 x 40 menit baik untuk kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Tes awal dilakukan untuk mengukur sejauh mana

pemahaman siswa terhadap materi yang akan di ajarkan dan tes akhir

dilakukan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara

perorangan dalam memahami materi sistem persamaan linier dua variabel

(49)

2. Data Hasil Penelitian

a. Observasi Kelas Eksperimen

Observasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan data prilaku belajar siswa. Observasi dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang

pengamat dengan melihat indikator dari prilaku belajar siswa

berdasarkan metode Problem Posing. Adapun indikator dan deskriptor prilaku belajar siswa yang dilihat selama proses pembelajaran yaitu :

1) Perhatian Siswa

(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan

materi,

(b) Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi

pembelajaran, dan

(c) Siswa membaca materi dari sumber lain

2) Keaktifan Siswa

(a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru,

(b) Siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan

(c) Siswa mengemukakan pendapat

3) Kreativitas Siswa

(a) Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut,

(b) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, dan

(50)

Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan

metode problem posing, peneliti melakukan analisis hasil pengamatan yang

diperoleh dari dua kali observasi yang telah dilakukan observer dengan

menggunakan panduan instrument lembar observasi. Pengelompokan

berdasarkan tingkat tinggi, rendah, sedang.

Terdapat Tiga Tingkat Kategori Perilaku Belajar Siswa Yaitu

:

(1) Tingkat Perhatian Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, sangat tinggi. Tingkat

perhatian belajar siswa pada lembar observasi problem posing

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5

Tingkat Perhatian Siswa

Tingkat Perhatian Frekuensi Persentase

II III II III

Sangat Kurang - - - -

Kurang - - - -

Sedang 2 - 6,45% -

Tinggi 19 16 61,29% 51,61%

Sangat Tinggi 10 15 32,26% 48,39% Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

terletak pada tingkat perhatian tinggi, yang artinya metode problem

(51)

Dari lembar pengamatan pada pertemuan kedua dan ketiga

juga dapat dilihat bahwa prilaku belajar siswa pada tingkat perhatian

meningkat. Semua terjadi karena siswa lebih fokus untuk

mendengarkan point yang djelaskan peneliti yang hanya 15-20 menit

tetapi menentukan hasil akhir. Penjelesan berupa perintah aturan/cara

kerja problem posing.

(2) Tingkat Keaktifan Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak aktif, kurang aktif, sedang,aktif, sangat aktif. Tingkat

keaktifan belajar siswa pada lembar observasi problem posing

disajikan pada tabel berikut

Tabel 6

Tingkat Keaktifan Siswa

Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase

II III II III

Tidak Aktif - - - -

Kurang Aktif - - - -

Sedang 4 - 12,90% -

Aktif 18 12 58,07% 38,71%

Sangat Aktif 9 19 29,03% 61,29%

Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

pada pertemuan II terletak di tingkat keaktifan adalah aktif, dan

pertemuan III meningkat siswa sangat aktif yang artinya metode

(52)

Aktif disini berarti siswa lebih percaya diri dalam

mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan dari setiap

pertanyaan yang dilontarkan baik dari siswa ataupun dari guru.

(3) Tingkat Kreativitas Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, sedang, kreatif, sangat kreatif.

Tingkat kreativitas belajar siswa pada lembar observasi problem

posing disajikan pada tabel berikut

Tabel 7

Tingkat Kreativitas Siswa

Tingkat Kreativitas Frekuensi Persentase

II III II III

Tidak Kreatif - - - -

Kurang Kreatif - - - -

Sedang - - - -

Kreatif 11 6 35,48% 19,35%

Sangat Kreatif 20 25 64,52% 80,65%

Berdasarkan tabel 7, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

pada pertemuan II & III tingkat kreativitas adalah sangat kreatif, yang

artinya metode problem posing dapat meningkatkan siswa menjadi lebih

kreatif. Kreatif disini artinya siswa mampu membuat pertanyaan dari

lembar posing yang telah disediakan, siswa dapat memecah masalah

dari soal yang dibuat kelompok lain ataupun kelompoknya sendiri,

(53)

b. Observasi Kelas Kontrol

Observasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan data prilaku belajar siswa. Observasi dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang

pengamat dengan melihat indikator dari prilaku belajar siswa

berdasarkan metode Konvensional yaitu metode ceramah dan disertasi

(latihan).

Adapun indikator dan deskriptor prilaku belajar siswa yang

dilihat selama proses pembelajaran yaitu :

1) Perhatian Siswa

(a) Siswa memperhatikan penjelasan guru saat menyampaikan

materi,

(b) Siswa memperhatikan ketika guru menyimpulkan materi

pembelajaran, dan

(c) Siswa membaca materi dari sumber lain

2) keaktifan Siswa

(a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru,

(b) Siswa menjawab pertanyaan dari guru, dan

(c) Siswa mengemukakan pendapat

3) Kreativitas Siswa

(a) Siswa membuat rangkuman dari materi tersebut,

(b) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, dan

(54)

Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode konvensional, peneliti melakukan analisis hasil

pengamatan yang diperoleh dari dua kali observasi yang telah dilakukan

observer dengan menggunakan panduan instrument lembar observasi.

Pengelompokan berdasarkan tingkat tinggi, rendah, sedang.

Terdapat Tiga Tingkat Kategori Dari Perilaku Belajar Siswa

Yaitu :

(1) Tingkat Perhatian Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, sangat tinggi. Tingkat

perhatian belajar siswa pada lembar observasi konvensional disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 8

Tingkat Perhatian Siswa

Tingkat Perhatian Frekuensi Persentase

II III II III

Sangat kurang - - - -

Kurang - - - -

Sedang 6 7 19,35% 22,58%

Tinggi 20 19 64,52% 61,29%

Sangat tinggi 5 5 16,13% 16,13%

Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

terletak pada tingkat perhatian tinggi dengan persentase 61,29%, yang

artinya metode konvesional juga mampu meningkatkan perhatian

(55)

Dari lembar pengamatan pertemuan kedua dan ketiga juga

dapat dilihat bahwa prilaku belajar siswa pada tingkat perhatian stabil

dari pertemuan II ke pertemuan III. Semua terjadi karena siswa sudah

terbiasa dengan metode konvensioanl yang dari awal sampai akhir

guru lebih fokus ke papan tulis, meskipun ada juga interaksi Tanya

jawab dengan siswa.

(2) Tingkat Keaktifan Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak aktif, kurang aktif, sedang,aktif, sangat aktif. Tingkat

keaktifan belajar siswa pada lembar observasi konvensional disajikan

pada tabel berikut

Tabel 9

Tingkat Keaktifan Siswa

Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase

II III II III

Tidak Aktif - - - -

Kurang Aktif - - - -

Sedang 9 6 29,03% 19,35%

Aktif 17 21 54,84% 67,74%

Sangat Aktif 5 4 16,13% 12,90%

Berdasarkan tabel 9, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

pada pertemuan II dan pertemuan III tingkat keaktifan adalah aktif,

dan pertemuan III meningkat siswa lebih aktif yang artinya metode

(56)

berarti siswa lebih percaya diri dalam bertanya maupun

mengemukakan pendapat mereka.

(3) Tingkat Kreativitas Belajar Siswa

Untuk mendapatkan frekuensi mulai dari pertemuan kedua

dan ketiga, peneliti mengelompokkan data berdasarkan lima kategori

yaitu tidak kreatif, kurang kreatif, sedang, kreatif, sangat kreatif.

Tingkat kreativitas belajar siswa pada lembar observasi problem

posing disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10

Tingkat Kreativitas Siswa

Tingkat Kreativitas Frekuensi Persentase

II III II III

Tidak Kreatif - - - -

Kurang Kreatif - - - -

Sedang - - - -

Kreatif 17 15 54,84% 48,39%

Sangat Kreatif 14 16 45,16% 51,61%

Berdasarkan tabel 10, terlihat bahwa rata-rata frekuensi

tertinggi pada pertemuan II & III terletak di tingkat kreativitas adalah

tidak signifikan antara kreatif dan sangat kreatif, yang artinya metode

konvensional dapat meningkatkan siswa menjadi lebih kreatif. Kreatif

disini artinya siswa dapat memecah masalah dari soal yang dibuat guru

dengan menyelesaikan soal-soal latihan tersebut dan mempresentasikan

(57)

3. Pretes

Sebelum pemberian perlakuan yaitu pembelajaran problem posing

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka kedua kelas tersebut

diberikan pretes dengan soal yang sama. Tujuan pemberian pretes ini

adalah untuk melihat pengetahuan awal kedua kelas. Tes diberi sebelum

diberikan perlakuan pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol).

Dari hasil tes pretes tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 11

Kategori Hasil Pretes Kelas Eksperimen

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Sangat Baik - -

Baik - -

Cukup 29 93,55

Kurang 2 6,45

Sangat Kurang - -

Berdasarkan tabel 11, terlihat bahwa rata-rata frekuensi tertinggi

yaitu 29 dengan persentase 93,55%, terletak pada kategori cukup artinya

soal yang diberikan kepada siswa tidak semua dikerjakan siswa dengan

tepat. Kemudian hasil pretest akan dihitung berdasarkan langkah-langkah

(58)

a. Uji Normalitas Hasil Pretes Pada Kelas Eksperimen

Tabel hasil pretes disajikan pada tabel berikut:

Tabel 12

Dari analisis data tes pada tabel 12, diperoleh rata – rata tes awal siswa sebelum diterapkan metode problem posing dalam mata pelajaran matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel adalah 46,2 dari rata – rata tes awal siswa, dengan modus 46,7 dan simpangan baku 6,42.

Km =

=

= - 0,1

Karena nilai km diperoleh sebesar -0,1 yaitu terletak antara – 1

dan + 1. Maka data pretes siswa berdistribusi normal.

Tabel 13

Kategori Hasil Pretes Kelas Kontrol

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Sangat Baik - -

Baik - -

Cukup 30 96,77

Kurang 1 3,23

Sangat Kurang - -

Berdasarkan tabel 13, terlihat bahwa rata-rata frekuensi

(59)

cukup artinya soal yang diberikan kepada siswa hanya mengerjakan

soal pertama dan kedua, ketiga dan keempat tidak dikerjakan maka

dari itu siswa memperoleh nilai rata-rata dibawah 60. Kemudian

hasil pretest akan dihitung berdasarkan langkah-langkah uji t sebagai

berikut:

b. Uji Normalitas Hasil Pretes Pada Kelas Kontrol. Tabel hasil pretes disajikan pada tabel berikut:

Tabel 14 awal siswa sebelum diterapkan metode problem posing dalam mata pelajaran matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel adalah 46,2 dari rata – rata tes awal siswa, dengan modus 48 dan simpangan baku 4.

Km =

=

= – 0,5

Karena nilai km diperoleh sebesar –0,5 yaitu terletak antara –

(60)

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hasil pretes

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data

hasil belajar siswa dari kedua kelas tersebut mempunyai varians yang

sama atau tidak. Uji homogenitas varians populasi dari data nilai

pretes siswa kelas problem posing dan kelas kontrol Ftabel ditentukan dengan α = 5%, derajat bebas pembilang (n1 – 1) = 30,

dan derajat penyebut (n2 – 1) = 30. Dimana; n1 = Jumlah siswa kelas

eksperimen dan n2 = Jumlah siswa kelas kontrol.

Hipotesis uji homogenitas:

s1 = varians kelas eksperimen

s2 = varians kelas kontrol

Ftabel = α(n1 – 1, n2 – 1) = F0,05(30,30) = 1,84.

Fhitung =

=

= 1,6

Berdasarkan kriteria pengujian uji pihak kanan didapat

Fhitung = 1,6 dan Ftabel = 1,84 sehingga dapat disimpulkan

Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Artinya kedua data sampel

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2 Kategori Hasil Belajar
Tabel 3 Skor Data Observasi
Tabel 4 Kategori Prilaku Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pola konsumsi desa Wonocolo lebih tinggi daripada Pola konsumsi desa Hargomulyo. Pola konsumsi adalah Pola keseringan seseorang mengeluarkan

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa obesitas berisiko 7,5 kali untuk terjadinya sindrom metabolik dibandingkan dengan partisipan yang tidak obes.. Hasil penelitian

Salah satu indikator yang dapat dilihat dari peran penting perantau Bugis dalam mengembangkan Pulau Sebatik adalah ketika wacana pemekaran Pulau Sebatik menjadi

Hassan al-Banna disebut-sebut sebagai neo-salafie dengan pemikiran tiga pandangan dasar yaitu 1) Islam adalah sebuah sistem komprehensif yang mampu berkembang sendiri,

teknologi lateks alam iradiasi adalah suatu teknologi bagaimana cara membuat memproduksi barang-barang karet dari lateks alam iradiasi saat ini ada beberapa cara membuat barang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilih memilih karena ada kaitannya dengan pendidikan, jabatan atau pekerjaan dan jenis kelamin atau usia, memilih dilihat dari

Langkah berikutnya adalah penggunaan media dan bahan ajar oleh siswa dan guru. Melimpahnya ketersediaan media dan bergesernya filsafat dari belajar yang berpusat pada guru ke

Penelitian ini termasuk penelitian survei yang berbentuk ex-post facto dan bersifat kausalitas, yaitu akan menyelidiki pengaruh kecerdasan spiritual dalam aspek penerapan