• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIIAN

2. Misi Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang

4.2.2 Data Informan Penelitian

Pada penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang, peneliti menggunakan teknik

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. Adapun informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah pengelola Tempat Pelelangan Ikan Panimbang baik manajer Tempat Pelelangan Ikan dan instansi yang terlibat dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan serta pihak-pihak lain yang terkait dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Adapun SKPD yang tersebut diantaranya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dan UPT PPI/TPI Labuan. Untuk keabsahan data dan untuk menggali secara mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan dari juragan nelayan Panimbang, serta nelayan-nelayan yang ada di Panimbang. Adapaun informan yang bersedia diwawancarai adalah:

Tabel 4.3 Daftar Informan

No informan Kode Nama Keterangan Umur Jenis kelamin (L/P)

1 I1-1 Ir. H. T. Nanzar

Riadi, MM Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan 57 L

2 I2-1 Asep Kenedi Kepala UPT

PPI/TPI 49 L

3 I3-1 Edi Suhandi Manajer TPI 50 L

4 I3-2 Ayip TU TPI 47 L

6 I4-1 Soebah Juragan Nelayan 36 P

7 I4-2 H. Mista Juragan Nelayan 62 L

8 I4-3 Tasbin Juragan Nelayan 54 L

9 I5-1 Muin Nelayan 36 L

10 I5-2 Radi Nelayan 34 L

12 I5-4 Aan Nelayan 27 L

13 I5-5 Wasdi Nelayan 25 L

14 I5-6 Wasto Nelayan 51 L

15 I6-1 Tata Miharja Satpol PP 50 L

16 I6-2 Nur Said Ditpolair Polres

Pandeglang 50 L

(Sumber: Peneliti, 2015)

4.2 Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang, menggunakan teori fungsi manajemen dari G.R Terry (2008:17) dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan manajemen pengelolaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu:

1. Planning (perencanaan);

2. Organizing (pengorganisasian);

3. Actuating (pelaksanaan);

4. Controlling (pengawasan).

4.3.1 Planning (perencanaan)

Planning (perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan, planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang (Terry, 2008:17).

Dalam manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan seharusnya memiliki perencanan yang matang dan baik karena tujuan utama di dirikannya Tempat Pelelangan Ikan adalah untuk mengelola seluruh potensi perikanan laut yang ada di sekitar daerah tempat pelelangan tersebut. Selain itu, Tempat Pelelangan Ikan di dirikan untuk menaikkan taraf hidup para nelayan serta tujuan utama yang paling penting didirikannya Tempat Pelelangan Ikan adalah untuk memungut retribusi dari kegiatan pelelangan ikan guna memberikan sumbangan untuk Penerimaan Asli Daerah. Dalam penelitian ini peneliti menanyakan apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI. Menurut wawancara penelitian dengan kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1);

“Untuk mengelolannya memanfaatkan potensi SDM yang ada melalui seleksi pegawai baik tenaga kerja sukarela maupun PNS, di SK-kan oleh Kepala Dinas kemudian dikukuhkan oleh Bupati Pandeglang”

Dari hasil wawancara di atas dapat di analisis rencana yang dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang adalah menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam hal kelautan dan perikanan guna menjalankan Tempat Pelelangan Ikan, kemudian pernyataan ini ditambahkan oleh kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1) pada wawancara penelitian;

“Rencana mengelola Tempat Pelelangan Ikan adalah menyiapkan sumber daya manusia (manajer dan staf) melalui penyeleksian yang kemudian di SK-kan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan”

Karena tujuan utama didirikannya Tempat Pelelangan Ikan adalah untuk mengelola seluruh potensi perikanan laut yang ada di sekitar daerah tempat pelelangan tersebut maka menjadi penting untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi untuk mengatur dan mengelola Tempat Pelelangan Ikan. Selain sumber daya manusia seharusnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang matang untuk mengelola seluruh potensi kelautan yang ada, standar operasional prosedur adalah serangkaian intruksi kerja tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.

Dilapangan peneliti menemukan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang memiliki rencana atau program sendiri untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan hal ini dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1) pada wawancara penelitian;

“Rencana kita ini ingin TPI Panimbang hidup seperti dulu saat saya menjadi karyawan (juru lelang). Dulu saat saya jadi juru lelang TPI disini ramai terus, kegiatan pelelangan ikan dari jam 9 malam sampai jam 9 pagi tidak berhenti, sekarang kondisinya seperti ini, sepi, perahu kecil saja itu juga hanya beberapa”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program dari Tempat Pelelangan Ikan adalah ingin mengembalikan kegiatan pelelangan ikan menjadi ramai kembali seperti pada awal didirikannya. Kemudian pernyataan ini diperkuat oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2) pada wawancara penelitian;

“Rencana manajer ingin mengembalikan fungsi TPI seperti dulu lagi aktivitas pelelangan ikan di Panimbang itu semuanya dilakukan disini, kalau dari Dinas tidak ada rencana yang diberikan untuk TPI disini”.

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis, dalam hal ini Tempat Pelelangan Ikan memiliki inisiatif sendiri untuk membuat rencana dalam mengelola Tempat Pelelangan Ikan, hal ini dikarenakan kondisi pelelangan ikan yang semakin hari semakin sepi, aktivitas bongkar muat dan lelang ikan mulai berkurang namun rencana kerja yang dibuat oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan tidak tertulis atau dibakukan (terdokumentasi) sehingga mengakibatkan rencana yang di buat oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan tidak berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa rencana yang dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dan UPT PPI/TPI Kecamatan Labuan adalah menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi tinggi di bidang kelautan dan perikanan guna menjalankan kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Namun UPT PPI/TPI Labuan serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang tidak memiliki standar operasional (SOP) sehingga mengakibatkan kurang optimalnya proses penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Namun dilapangan peneliti menemukan program untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan dibuat oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, yaitu: Tempat Pelelangan Ikan Panimbang ingin mengembalikan aktivitas pelelangan ikan menjadi ramai kembali seperti pada awal didirikannya, namun program yang dibuat ini tidak

tertulis atu dibakukan sehingga program atau rencana yang telah dibuat menjadi tidak efektiv.

Kemudian peneliti menanyakan kenapa Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sepi tidak ramai seperti dulu, dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);

“Sudah beberapa tahun belakangan TPI sepi karena nelayan ada yang menjual ikan di tengah laut dan di Panimbang itu banyak TPI-TPI bayangan yang dibangun oleh juragan nelayan, jadi nelayan melelangkan ikannya tidak disini”

Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa penyebab sepinya aktivitas pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang disebabkan oleh aktivitas jual beli ikan yang dilakukan di tengah laut kemudian banyak bermunculan Tempat Pelelangan Ikan bayangan di Panimbang yang dibangun oleh para juragan nelayan Panimbang. Hal ini mengakibatkan kebocoran penerimaan retribusi yang diterima oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang. Kemudian pernyataan di atas di pertegas oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);

“Sulit untuk melaksanakan program dari manajer karena di Panimbang sendiri nelayannya kurang kesadaran untuk melelangkan hasil tangkapannya di sini, nelayannya tidak mau membayar retribusi kemudian banyak TPI-TPI bayangan di Panimbang”

Dari hasil wawancara di atas dapat di analisis bahwa sepinya aktivitas lelang ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran nelayan yang kurang dalam hal membayar retribusi yang mengakibatkan nelayan enggan untuk melelangkan hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, hal ini kemudian di perparah oleh

munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan yang dibangun oleh juragan nelayan Panimbang.

Kemudian peneliti menanyakan apa yang sudah dilakukan untuk mengembalikan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang agar menjadi ramai kembali, dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);

“Saya sudah sering mengajak nelayan-nelayan untuk menjual ikannya di TPI Panimbang, himbauan serta arahan untuk membayar retribusi sudah sering saya lakukan tapi sulit nelayannya tidak mau sadar dengan retribusi. Kalau saya mau keras-keras ini sudah bukan zamanya nanti malah pada tidak mau sama sekali, dihalusin juga sama saja seperti ini. Jadi susah juga ini mengembalikan TPI Panimbang seperti dulu lagi kalau hanya saya yang memberi himbauan harusnya pemerintah daerah turun langsung”

Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa upaya-upaya pemberian himbauan dan arahan untuk melakukan pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sudah diupayakan oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan Panimbang namun himbauan dan pengarahan yang diberikan tidak membuat nelayan panimbang tergerak untuk menjual ikannya di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang karena tingkat kesadaran nelayan untuk membayar retribusi rendah. Kemudian kendala yang di hadapi untuk membuat Tempat Pelelangan Ikan Panimbang ramai kembali terkendala karena kurangnya dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Kemudian selain tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, pemerintah Kabupaten Pandeglang sendiri pun tidak memiliki peraturan khusus untuk mengelola atau mengatur Tempat Pelelangan Ikan, dalam hal

ini aturan yang ada hanya aturan terkait besaran pemungutan retribusi sedang peraturan terkait teknis pengelolaan perikanan atau Tempat Pelelangan Ikan tidak ada, hal ini dijabarkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1).

“Diatur oleh PERDA Nomor 11 tahun 2011 tentang Pendapatan Asli Daerah, tentang PAD. Retribusi dipungut 4% dari nelayan kemudian 2% untuk pengelola”.

Namun dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang tentang Retribusi Jasa Usaha No. 11 tahun 2011 pada Paragraf 3 (tiga) mengenai struktur dan besarnya tarif retribusi pelelangan ditetapkan sebesar 4% (empat perseratus) dari nilai transaksi lelang, dalam peraturan daerah ini tidak ada aturan mengenai penarikan retribusi sebesar 2% untuk pengelola Tempat Pelelangan Ikan. Kemudian pernyataan berbeda dikemukakan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1).

“Perda tahun 2011 tentang retribusi jasa usaha untuk disetor ke kas daerah sebesar 4%, kalau diluar itu ada kesepakatan bersama antara nelayan dan bakul ikan yang kemudian dibuat berita acara”.

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa penarikan retribusi Tempat Pelelangan Ikan sebesar 4% hal ini tertulis pada Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 11 Tahun 2011 tentang Retribusi jasa Usaha. Namun dalam pelaksanaanya penarikan retribusi bisa mencapai 8% atas kesepakatan yang dilakukan oleh nelayan, juragan nelayan dan pihak Tempat Pelelangan Ikan. Kemudian hal ini di perjelas oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1).

“Tidak ada, kalau retribusi ada diatur dulu sama Perda tahun 2011, tapi dalam pelaksanaanya bisa berbeda, kalau retribusi sesuai dengan kesapakatan antara bakul ikan dan nelayan, karena kalau tidak seperti itu tempat pelelangan ikan tidak punya biaya operasional”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa peraturan mengenai pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di kabupaten Pandeglang belum ada. Kabupaten Pandeglang hanya memiliki peraturan mengenai besarnya tarif retribusi jasa usaha. Hal ini kemudian diperjelas oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);

“Peraturan retribusi saja paling, perda yang khusus mengatur atau mengelola Tempat Pelelangan Ikan tidak ada”

Dari wawancara di atas,dapat dianalisis seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang memiliki peraturan khusus yang spesifik mengenai pengelolaan perikanan laut serta peraturan mengenai Tempat Pelelangan Ikan dikarenakan oleh luasnya wilayah perairan laut yang ada di Kabupaten Pandeglang, guna meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar laut juga bagi Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pandeglang.

Kemudian peneliti menanyakan peraturan yang secara spesifik mengatur aktivitas jual beli ikan dan pembangunan Tempat Pelelangan Ikan.menurut Kepala Dinas Kelautan (I1-1)pada wawancara penelitian.

“Ada di peraturan menteri, semua ikan harus dijual di Tempat Pelelangan Ikan yang di bangun oleh pemerintah. TPI harus dibangun di tanah negara dan dibangun oleh pemerintah”

Dari hasil wawancara di atas informan mengemukakan bahwa peraturan yang secara spesifik mengatur aktivitas jual beli ikan dan pembangunan

Tempat Pelelangan Ikan ada dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan. Peraturan ini tertulis dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan pada pasal bab V Pasal 6 Pembangunan Pelabuhan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), sekurang-kurangnya wajib memenuhi persyaratan:

a. penetapan lokasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat; b. persetujuan pembangunan dari Menteri.

Pernyataan ini kemudian diperkuat oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1)pada wawancara penelitian:

“Ada misalkan ikan aturannya harus dilelang di TPI, aturannya ada di Peraturan Menteri, nelayan tidak boleh menjual ikannya di tengah laut, kadang yang namanya di daerah kadang-kadang suka ada yang di plele (= aktivitas jual beli ikan ditengah laut), sebetulnya tidak boleh itu, harus di lelang di TPI tidak boleh jual ikan di laut, kenapa karena pemerintah sudah membangun TPI. Pemerintah membangunkan TPI untuk memudahkan nelayan sebetulnya”

Dari hasil wawancara dianalisis bahwa nelayan di Panimbang masih ada yang melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut dalam hal ini nelayan tidak boleh melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut karena ketika melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut tidak ada retribusi yang diterima oleh Tempat Pelelangan Ikan, oleh karena itu pemerintah daerah mengalami kebocoran dalam hal penerimaan retribusi.

Dari beberapa hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat disimpulkan seharusnya peraturan mengenai pengelolaan perikanan laut dan peraturan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dibuat oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang atau dibuat Dinas Kelautan dan Perikanan

yang mengetahui kondisi alam dan juga armada kelautan yang ada di wilayahnya tersebut guna mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Jika pemerintah daerah maupun Dinas Kelautan dan Perikanan memiliki peraturan yang khusus secara spesifik menegenai pengelolaan perikanan laut juga pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan bukan tidak mungkin Penerimaan Asli Daerah akan meningkat juga kesejahteraan nelayan pun akan meningkat ketaraf hidup yang lebih baik.

Selanjutnya untuk melakukan manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang juga UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan membutuhkan manajer Tempat Pelelangan Ikan yang baik dan berwawasan luas mengenai kenelayanan dan ikan guna memperoleh hasil maksimal dalam pengelolaan perikanan laut, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk menentukan manajer yang baik dan berwawasan luas. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1)dalam wawancara penelitian;

“Misalnya ketrampilannya ada keberanian, ada semacam wawasan tentang pengetahuan kenelayanan, kemudian tentang pengetahuan tentang jenis ikan, ini berkaitan dengan jenis ikan yang dijual dan dilelang, jadi manajer harus tau mana ikan yang mahal, mana ikan yang murah”

Menurut hasil wawancara di atas dapat dianalisis yang harus dimiliki oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan adalah mengenai wawasan tentang jenis-jenis ikan laut, menurut informan penelitian sangatlah penting untuk

mengetahui jenis-jenis ikan agar tidak terjadi salah harga ikan juga tidak merugikan bagi nelayan.

Hal lain untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan kemudian dijelaskan oleh Kpala UPT PPI/TPI (I2-1)dalam wawancara penelitian;

“Yang diperlukan untuk mengelola TPI itu misalkan karcis lelang (=resi). Surat jalan, yang dimaksudkan ikan yang sudah dilelang ini mau berangkat ke Jakarta harus memakai surat jalan misalkan mau berangkat ke Jakarta berapa blong, ikan apa. Nanti ada petugas yang di Sidamukti ada petugas pemeriksaan hasil laut, nanti yang lewat DISHUB itu ada dipinggir jalan. Sarana prasana lain itu blong (=wadah ikan besar), trais (=wadah ikan), terus timbangan, freezer (=tempat pengawet ikan)kalau ga ada freezer

es,cool box (=wadah pendingin ikan) dan kendaraan operasional” Untuk manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan manajer yang berwawasan luas juga mempunyai etos kerja yang tinggi harus dimiliki oleh Tempat Pelelangan Ikan agar mampu menciptakan manajemen yang baik juga menciptakan iklim kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan, sarana pendukung lain juga harus disediakan agar kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dapat berjalan dengan baik, cepat dan maksimal.

Selain menyediakan manajer yang berwawasan tinggi juga mempunyai etos kerja yang baik Tempat Pelelangan Ikan juga harus mempunyai program-program dan standar operasional prosedur yang harus dilakukan dalam periode tertentu agar tujuan utama di dirikannya Tempat Pelelangan Ikan dapat tercapai. Dalam hal ini program pengelolaan perikanan maupun pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan yang menyediakan adalah Dinas Kelautan dan Perikanan juga UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan

Labuan karena tugas pokok dan fungsi membuat rencana ada di Dinas Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan sedangkan Tempat Pelelangan Ikan yang melaksanakan program-program yang telah ditetapkan tersebut. Program yang telah dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dijelaskan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1 ) pada wawancara penelitan;

“Programnya dari DKP sendiri itu membentuk 14 TPI di Kabupaten Pandeglang, memberikan/membagi target retribusi ke masing-masing TPI yang ada di Kabupaten Pandeglang. target retribusinya ditentukan oleh pemerintah daerah”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program dari Dinas Kelautan dan Perikanan adalah membentuk 14 (empat belas) tempat pelelangan ikan, program pembentukan 14 (empat belas) tempat pelelangan itu merupakan program pengelolaan sumber daya kelautan, selain membangun 14 (empat belas) Tempat Pelelangan IkanDinas Kelautan dan Perikanan juga memeberikan target retribusi kepada masing-masing Tempat Pelelangan Ikan yang sudah dibangun tersebut. Dari hasil wawancara di atas juga dapat dianalisis bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan tidak memiliki program yang secara khusus dibuat untuk mengelolaTempat Pelelangan Ikan.

Selanjutnya pernyataan berbeda dinyatakan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);

“Kalau sifatnya yang dari UPT program tidak ada, programnya dari Dinas Kelautan. Kalau dari UPT cuma sesuai dengan tupoksi UPT mengevaluasi takut ada terjadinya monopoli harga, selanjutnya monitoring, pembinaan ke nelayan. Kalau program ada di masing-masing bidang. TPI itu ada dibidang perairan tangkap programnya”.

Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa tidak ada program yang secara spesifik untuk mengatur kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Sedangkan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan tidak mempunyai program kerja untuk kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan sedangkan dalam Bab X Pasal 63-66 Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang UPT PPI/TPI diantaranya mempunyai tugas Penyusunan bahan kebijakan operasional UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan, menyusun rencana kerja UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan.

Selanjutnya peneliti menanyakan hal yang serupa kepada pihak pelelangan ikan Panimbang, adakah program khusus yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan maupun UPT PPI/TPI kepada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1):

“Programnya itu memberikan target retribusi saja, kalau program yang untuk penegelolaan tidak ada. Mengelola TPI bagaimana kita aja sebagai petugas TPI”.

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan maupun dari UPT PPI/TPI hanya memberikan target retribusi sedangkan program-program yang secara khusus untuk pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan tidak ada. Kemudian pernyataan di atas ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2):

“Tidak ada program khusus yang diberikan oleh Dinas maupun UPT, programnya itu saja ada target retribusi yang diberikan ke TPI. Jadi kita berinisiatif sendiri membuat programnya untuk memenuhi beban retribusi yang sudah diberikan”.

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak mempunyai program yang secara khuusus untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan selain memeberikan target retribusi kepada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, untuk pengelolaanya Tempat Pelelangan Ikan harus memiliki inisiatif sendiri agar bisa memenuhi target retribusi yang telah diberikan.

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa program yang diberikan adalah memberikan target retribusi kepada Tempat Pelelangan Ikan, namun Dinas Kelautan dan Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak memiliki program yang secara khusus mengatur jalannya pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan agar bisa memenuhi beban retribusi yang telah diberikan kepada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sehingga masalah-masalah yang muncul di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang terkait masalah retribusi belum bisa ditanggulangi.

4.3.2 Organizing (pengorganisasian)

Organizing mencakup: membagi komponen-komponen kegiatan yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan kedalam kelompok-kelompok, membagi

Dokumen terkait