• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PANIMBANG DI KABUPATEN PANDEGLANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PANIMBANG DI KABUPATEN PANDEGLANG"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

DONI WINARNO 6661091421

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

“Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan

tetapi bernilai sesudah dikerjakan”

(6)

Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang di Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing 1: Drs. Oman Spriyadi, M.Si dan Pembimbing 2: Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si.

Latar belakang masalah penelitian yaitu tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengelola TPI, sarana yang buruk dan tidak adanya anggaran untuk TPI, sulit tercapainya target retribusi, kurangnya upaya pemerintah daerah untuk menertibkan TPI ilegal dan kurangnya upaya memberikan sanksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan TPI Panimbang di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini menggunakan teori Fungsi Manajemen dari G.R Terry terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dari Miles dan Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen pengelolaan TPI Panimbang di Kabupaten Pandeglang belum berjalan dengan baik. Kesimpulan penelitian tidak adanya SOP yang matang, kurangnya kerja sama antar lini dan sarana yang masih belum memadai, tidak tercapainya target retribusi dan lemahnya pengawasan serta tidak ada sanksi tegas kepada TPI ilegal. Saran peneliti TPI harus membuat SOP yang baik, perbaikan sarana dan prasarana harus ditingkatkan, TPI harus bekerjasama dengan instansi terkait Satpol PP dan Ditpolair untuk menutup TPI ilegal, serta perlu adanya sanksi tegas kepada TPI ilegal.

(7)

(TPI) Panimbang in Pandeglang. Study of Public Administration.Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Advisor: Drs. Oman Spriyadi, M.Si and2nd Advis0r: Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si.

Background research problem is the lack of standard operating procedures (SOP),

which specifically manage TPI, poor facilities and lack of budget for TPI, it is difficult to achieve the target of retribution, lack of local government efforts to curb illegal TPI and the lack of efforts to impose sanctions.The purpose of this study to determine how the management of TPI Panimbang in Pandeglang.This study uses the theory of GR Terry management function consists of Planning, Organizing, Actuating and Controlling. The method used is descriptive method with qualitative approach.Analysis of the data used in this study of Miles and Huberman, including data reduction, data display,conclusion and verification.The results showed that the management of TPI Panimbang in Pandeglang not run well.Research conclusions absence SOP mature, the lack of cooperation between lines and facilities are not sufficient, not achieving the target of retribution and a lack of oversight and there is no strict punishment to illegal TPI.Suggestions TPI researchers must make a good SOP, repair facilities and infrastructure should be improved, TPI must cooperate with relevant agenciesas Satpol PP and Ditpolair to close illegal TPI, as well as the need for strict punishment to illegal TPI.

(8)

i

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang".

Dengan selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti. Maka peneliti ingin mengucapkan terima kasihkepada:

1. Prof. Drs. Sholeh Hidayat, M.Pd Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus dosen pembimbing akademik, terimakasih atas kesabaran dan nasehat-nasehatnya selama ini.

(9)

i

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus Dosen Pembimbing II atas kebaikan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan SKRIPSI ini.

8. Drs. Oman Spriyadi, M.Si dosen pembimbing I atas kebaikan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan SKRIPSI ini.

9. Semua Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 10. Ibunda Sugiyah dan almarhum ayahanda Waluyo Sutopo, atas cinta

kasih yang tulus tak terhingga dan sekaligus merupakan motivator terbesar dalam menyelasaikan SKRIPSI ini.

11. Tempat pelelangaan ikan Panimbang yang telah membantu serta memberikan data untuk pengerjaan dan kelengkapan SKRIPSI ini. 12.Teman-teman satu kelas ANE C 2009, Ari Hardiawan, Bagus Pratama,

(10)
(11)

iii LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. ... 17

1.3 Batasan Masalah………... 17

1.4 Rumusan Masalah ... 18

1.5 Tujuan Penelitian ……….. ... 18

1.6 Manfaat Penelitian………. ... 18

1.6.1 Secara Teoritis ... 18

(12)

iii

2.1.1 Definisi Manajemen ... 20

2.1.2 Tujuan Manajemen... 23

2.1.3 Fungsi-fungsi Manajemen ... 27

2.1.4 Definisi Pengelolaan………. ... 33

2.1.5 Definisi Nelayan………... 35

2.1.6 Pengertian Tempat Pelelangan Ikan ... 37

2.2 Penelitian Terdahulu ……….. ... 38

2.3 Kerangka Berfikir ……….. ... 41

2.4 Asumsi Dasar Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ……… ... 46

3.3 Lokasi Penelitian ………. ... 47

3.4 Variabel Penelitian ………. ... 48

3.4.1Definisi Konsep……… ... 48

3.4.2 Definisi Oprasional……… ... 50

3.5 Instrumen Penelitian………... ... 51

(13)

iii

3.7.3 Uji Keabsahan Data ... 64

3.7.3.1 Trriangulasi ... 65

3.7.3.2 Member Check ... 67

3.8 Jadwal Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 70

4.1.1 Deskripsi Kabupaten Pandeglang ... 70

4.1.2 Deskripsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang .... 72

4.1.3 Potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pandeglang ... 74

4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang 75 4.1.5 Gambaran Umum UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan ... 76

4.1.5.1 Kedudukan Tugas Fungsi dan Rincian Tugas UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan ... 76

4.1.5.2 Susunan Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan ... 81

(14)

iii

4.3 Pembahasan ... 89

4.3.1 Planning (Perencanaan) ... 89

4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ... 102

4.3.3 Actuating (Pelaksanaan) ... 111

4.3.4 Controlling (Pengawasan) ... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 152

5.2 Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

iv

1.2 Tempat Pelelangan ikan di banten ... 8

1.3 Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang 2014 ... 14

1.4 Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang 2015 ... 15

2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen ... 27

3.1 Daftar Informan Penelitian ... 52

3.2 Jadwal Penelitian ... 67

4.1 Kecamatan, Desa Pantai dan Panjang Pantai ... 72

4.2 Jenis Kapal berdasarkan Gross Tonase (GT) ... 82

4.3 Daftar Informan ... 87

4.4 Target Retribusi TPI Panimbang Januari s/d Desember 2014 ... 112

4.5 Target Retribusi TPI Panimbang Januari s/d Juni 2015 ... 113

(16)

v

4.1 Peta Kabupaten Pandeglang ... 69 4.2 Struktur Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan

(17)

vi 2 Dokumentasi Poto Hasil Penelitian 3 Matrix Wawancara

4 Catatan Lapangan 5 Member Check 6 Surat Izin Penelitian

7 Laporan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan Januari s/d September

8 Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 11 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha

(18)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, Banten adalah salah satu Provinsi yang relatif masih muda. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun di pisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Sebagai Provinsi baru, Provinsi Banten akan menghadapi tantangan ketertinggalan dan permasalahan. Tetapi Provinsi Banten memiliki potensi yang dapat didayagunakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk di jadikan modal dalam mengatasinya.

Potensi yang dimiliki Provinsi Banten salah satunya adalah sumber daya kelautan yang melimpah diantaranya terumbu karang, rumput laut dan ikan laut. Ada juga yang disebut padang lamun, yaitu sejenis rerumputan laut yang amat penting sebagai habitat ikan-ikan laut. Terumbu karang sebagai sumber daya alam hayati kelautan merupakan suatu hasil proses pertumbuhan dari koral yang masih berlangsung di bawah permukaan air laut dengan temperatur sekitar 250oc dan

(19)

perkembangbiakan ikan laut. Karena itu pula, padang terumbu karang bisa di jadikan tempat wisata laut (penyelaman), atau menggunakan perahu beralas kaca, untuk menyaksikan keindahan dan keragaman ikan laut serta terumbu karangnya sendiri. Terumbu karang dengan kondisi alam yang sangat baik dengan ukuran yang relatif luas, di provinsi Banten terdapat beberapa daerah yaitu di pantai Labuan, Panimbang, di Selat Pulau Panaitan dan Pantai Selatan Pulau Jawa (Banten). Pemanfaatan lahan ini menuntut pengelolaan yang intensif dengan mempertimbangkan antara pengelola sektor pariwisata dengan sektor kelautan dan perikanan.

(20)

bagi pembiakan ikan laut ialah rumput lama yang karena luasnya biasa dsebut padang lama. Tumbuhan ini banyak di dapati terutama di sepanjang pantai utara Banten, misalnya di teluk Banten.

Sumber daya kelautan berikutnya yang ada di laut Banten yang tidak kalah penting ialah ikan laut. Sumber daya hayati ikan laut merupakan makanan dengan nilai gizi dan protein amat tinggi. Seluruh kawasan laut dari bagian utara, barat dan selatan Banten mempunyai potensi ikan laut yang cukup besar. Jenis-jenis ikan yang banyak di dapati hidup di laut Banten ialah ikan layang, ikan kerapu, bawal putih dan kakap putih. Jenis-jenis lain juga banyak didapati misalnya cumi, teri dan lain-lain, yang jumlahnya tidak sebesar ikan-ikan tersebut di atas. Daerah hidup dan tangkap ikan yang amat potensial ialah di daerah-daerah pantai Labuan, Panimbang dan Pantai Selatan Pulau Jawa.

(21)

Tabel 1.1

Luas Perairan Laut Banten

No Kabupaten/Kota

Luas Perairan (Km2) Samudera

Indonesia

Laut Jawa

Selat

Sunda Total

1 Kab. Lebak 676,51 - - 676,51

2 Kab. Pandeglang 349,28 - 1.352,72 1.702,00

3 Kab. Serang - 487,66 193,14 680,80

4 Kab. Tangerang - 377,40 - 377,40

5 Kota Tangerang - - - -

6 Kota Cilegon - - 185,00 185,00

7 Kota Serang - 18,75 - 74,00

8 Kota Tangerang Selatan - - - -

Provinsi 3.077,36 2.797,20 5.612,16 11.486,72

(Sumber: BPS, 2013)

(22)

menjadi penyebab kurang terserapnya semua hasil potensi kelautan yang dimiliki dan menyebabkan kerugian bagi pihak pengelola maupun daerah tersebut.

Tempat pelelangan ikan memegang peranan penting dalam suatu pelabuhan perikanan dan perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar tercapai manfaat secara optimal. Tempat pelelangan ikan merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan, tujuan didirikanya tempat pelelangan ikan adalah untuk membantu memasarkan hasil tangkapan ikan secara cepat untuk menjaga kualitas ikan, serta melindungi nelayan dari permainan harga dari tengkulak, membantu nelayan mendapatkan harga ikan yang layak. Selain membantu nelayan memasarkan hasil tangkapannya tempat pelelangan ikan didirikan juga untuk menjadi sarana pemungutan retribusi oleh pemerintah daerah setempat.

(23)

asas manfaat, keadilan, kebersamaan, kemitraan, kemandirian, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efesiensi, kelestarian, dan pembangunan yang berkelanjutan.

Manajemen pengelolaan yang baik menjadi penting untuk di implementasikan, hal ini karena manajemen pengelolaan yang baik di perlukan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sehingga potensi kelautan yang dimiliki dapat terkelola dengan baik dan bermanfaat untuk semua. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan manusia dan sumber daya alam untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan, sedangkan mengelola pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan di perlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan tertentu. Dalam konsep manajemen ada enam unsur manajemen yang biasa digunakan untuk menentukan arah kebijakan organisasi yaitu;

1. Men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif; 2. Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan;

3. Method, cara-cara yang dipergunakan dalam usaha untuk menapai tujuan; 4. Materials, bahan-bahan yang diperuntukan untuk mencapai tujuan;

5. Machines, mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan guna mencapai tujuan; 6. Market, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan (Hasibuan,

(24)

Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah suatu seni untuk mengatur atau mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara bersama-sama. Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud merupakan pemerintah sebagai penanggung jawab dalam mengelola potensi kelautan.

Pemerintah bertanggung jawab juga memberdayakan nelayan kecil dan pembudidayaan ikan serta pengembangan SDM dengan adanya pembangunan Pelabuhan Perikanan, juga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai tempat pemasaran ikan. Seperti tertera pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan lainnya.

(25)

Tabel 1.2

Tempat Pelelangan ikan di Banten

No Kabupaten/Kota Nama TPI

1 Kabupaten Lebak 1. Binuangeun

2. Tanjung Panto

3 Kabupaten Serang 1. Pulomanuk

2. Bojonegara 5 Kabupaten Tangerang 1. Kronjo

2. Tanjung Pasir 3. Tanjung Kait 4. Dadap

(26)

Dari tabel 1.2 diatas dapat diketahui nama dan lokasi tempat pelelangan ikan yang ada di Provinsi Banten. Pada tabel diatas dapat diketahui Kabupaten yang memiliki tempat pelelangan ikan terbanyak berada di Kabupaten Pandeglang, banyaknya jumlah tempat pelelangan ikan ini diharapkan mampu memberi sumbangan besar bagi pemerintah daerah dalam menghasilkan PAD.

Kabupaten Pandeglang dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian ini karena memiliki luas perairan laut terbesar di Banten yaitu 1.702,00 km², karena memiliki perairan laut yang luas potensi perikanan di Kabupaten Pandeglang sangat besar, potensi ini dapat dijadikan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah yang besar apabila dikelola dengan baik. Salah cara untuk mengelola hasil kelautan itu Kabupaten Pandeglang mendirikan TPI untuk mengelola hasil ikan tangkap. Salah satu TPI yang berada di Pandeglang ialah TPI Panimbang yang berada dibawah UPT Kecamatan Labuan seperti tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan yang wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Labuan, Sidamukti, Panimbang, Citeurep, Carita, Sumur, Taman Jaya dan Cikeusik, Banyuasih, Sukanegara, Rancacecet.

(27)

Dinas Perikanan atau Pemerintahan Daerah. Tempat Pelelangan Ikan tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah);

2. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan; 3. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang atau penjualan;

4. Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan atau Pemerintah Daerah) (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan).

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan pusat dari seluruh kegiatan perikanan yang mengumpulkan semua hasil tangkapan untuk dijual melalui sistem lelang. Secara umum pelelangan ikan diartikan sebagai suatu metode transaksi di pusat produksi yang di selenggarakan di TPI antara nelayan dan bakul dengan tujuan agar dapat diperoleh harga yang wajar serta pembayaran secara tunai kepada nelayan.

(28)

Pada dasarnya sistem dari TPI adalah suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melalui penawaran umum dan yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang tersebut adalah penawar tertinggi. Tujuan pendirian TPI yang semula didirikan semata-mata hanya untuk kepentingan nelayan dan koperasi perikanan dengan tujuan untuk melepaskan dari kemiskinan, semakin berkembang menjadi sarana untuk memungut retribusi oleh Pemda Tingkat I, Tingkat II dan sebagainya. TPI sebagai salah satu unit kegiatan ekonomi yang potensial dalam menunjang PAD melalui sumbangan retribusinya. Besaran nilai retribusi tempat pelelangan ikan di atur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 11 tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha sebesar 4 % (empat perseratus) dari nilai transaksi lelang.

(29)

UPT Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan dalam wawancara peneliti pada hari Jum’at 10 Oktober 2014, pukul 14:00 yang menyatakan: untuk penarikan retribusi di Tempat Pelelangan Ikan sesuai dengan kesepakatan bersama antara tempat pelelangan ikan, nelayan dan bakul ikan. Ditempat pelelangan ikan Labuan 2 jumlah retribusi yang diambil sebesar 8 %, 4% di setorkan ke pemerintah daerah, 2% untuk operasional pegawai tempat pelelangan dan 2% untuk dana simpanan nelayan.

(30)

menjadi masalah adalah pemerintah daerah tidak memberikan anggaran untuk kegiatan pelelangan ikan, tempat pelelangan ikan mencari sendiri anggaran yang akan digunakan sebagai modal membeli ikan juga biaya operasional tempat pelelangan ikan. Anggaran tempat pelelangan ikan didapat dari pemungutan retribusi pelelangan ikan sebesar 2%.

(31)

Tabel 1.3

Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan

TPI Panimbang 2014

No Bulan Produksi (kg) Raman (Rp) Retribusi 4% Penerimaan

(Rp) BOP 2% (Rp) 1 Januari 10.241,5 50.583.000 2.023.320 1.011.660 2 Februari 10.377,8 68.266.700 2.730.668 1.365.334 3 Maret 31.500 175.000.000 7.000.000 3.500.000 4 April 29.932,6 114.898.900 4.595.956 2.297.978 5 Mei 29.811,8 150.042.800 6.001.712 3.000.856 6 Juni 25.740,6 150.861.440 6.354.440 3.177.220 7 Juli 14.073,3 64.060.000 2.562.400 1.281.200 8 Agustus 21.940 73.960.000 2.958.400 1.479.200 9 September 17.661,3 76.642.000 3.065.680 1.532.840 10 Oktober 10.399 42.899.000 1.715.960 857.980 11 November 12.374 36.074.000 1.442.960 721.480 12 Desember 4.413 16.913.000 675.520 338.260 Jumlah 218.478,6 836.872.800 41.127.016 20.564.008

(Sumber: laporan penyelenggaraan pelelangan ikan panimbang 2014)

(32)

Tabel 1.4

Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan

TPI Panimbang 2015

No Bulan Produksi (kg) Raman (Rp) Retribusi 4% Penerimaan

(Rp) BOP 2% (Rp)

1 Januari - - - -

2 Februari 6.316 41.665.000 1.665.600 833.300 3 Maret 11.718,3 83.072.450 3.322.900 1.661.450 4 April 4.307 33.410.500 1.336.426 668.213 5 Mei 11.988 63.732.000 2.509.280 1.254.640 6 Juni 22.316 80.474.000 3.218.960 1.609.480 Jumlah 56.645,3 302.353.950 12.053.166 6.027.083

(Sumber: laporan penyelenggaraan pelelangan ikan panimbang 2015)

Dari tabel 1.4 diatas dapat diketahui rincian penerimaan pungutan retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang dari bulan Januari sampai dengan bulan juni 2015. Pemungutn retribusi tempat pelelangan ikan panimbang pada bulan Januari sampai dengan Juli 2015 masih jauh dari target yang telah diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang, penerimaan retribusi tempat pelelangan ikan penimbang baru mencapai Rp. 12.053.166 sedangkan target retribusi tempat pelelangan ikan Panimbang Rp. 115,775,000.

(33)

karena nelayan tidak melakukan kewajiban membayar retribusi sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4% dari hasil raman (=nilai transaksi lelang) melainkan hanya Rp.150.000 per sekali bongkar ikan. Nilai Rp.150.000 muncul dari proses musyawarah antara juragan nelayan dengan pihak pengelola tempat pelelangan ikan yang resmi. Hal ini di jelaskan oleh Kepala UPT Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan dalam wawancara peneliti pada hari Jum’at 10 Oktober 20014, pukul 14:00 yang menyatakan: Retribusi ditentukan dari kesepakatan bersama antara tempat pelelangan ikan bersama juragan nelayan, nelayan dan bakul ikan. Dalam hal ini pemerintah daerah kurang berupaya untuk menertibkan tempat pelelangan ikan yang dibangun oleh juragan nelayan (ilegal) atau memberikan sanksi kepada nelayan yang tidak membayar kewajiban retribusinya.

(34)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat pelelangn ikan panimbang yang berjudul Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya identifikasi masalah, dari hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengelola tempat pelelangan ikan;

2. Sarana dan prasarana yang buruk, tidak adanya anggaran untuk tempat pelelangan ikan dari pemerintah setempat;

3. Sulit tercapainya target retribusi yang ditetapkan;

4. Kurangnya upaya pemerintah daerah untuk menertibkan TPI yang tidak resmi dan kurangnya upaya memberikan sanksi.

1.3 Batasan Masalah

(35)

1.4 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut “Bagaimana Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan tempat pelelangan ikan panimbang Kabupaten Pandeglang.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan saran untuk: 1.6.1 Secara teoritis

(36)

1.6.2 Secara praktis: 1) Bagi Peneliti

Seluruh rangkaian kegiatan dari hasil penelitian diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2) Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan sebagai acuan bagi civitas akademika.

3) Bagi Pengelola Tempat Pelelangan Ikan Panimbang

(37)

20 2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang mendukung masalah penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, Pandeglang diantaranya adalah teori manajemen, pengelolaan dan yang berhubungan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

2.1.1 Definisi Manajemen

Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan sebagai “manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agree (melakukan), yang setelah digabung menjadi kata manage (bahasa Inggris) berarti mengurus atau

(38)

Menurut Stoner dalam Handoko (2003:2), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan Terry (2008:85) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sementara menurut Koontz dan O’Donnel dalam Amirullah (2004:7) sebagai berikut:

Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities other people”

yang dapat diterjemahkan bahwa manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atau sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.

(39)

Siagian (2007:1) mendefinisikan manajemen dari dua sudut pandang berbeda, yaitu; ”sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. Penekanan yang disampaikan Sondang lebih menekankan pada bagaimana seorang manajemen merupakan inti dari administrasi karena memang manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi.

Dari pengertian di atas maka penekanan pengertian manajemen adalah pada dua kategori yaitu ilmu dan seni dalam mengatur berbagai macam sumberdaya sehingga dapat di manfaatkan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Model penerapan ilmu dan seni dalam manajemen merupakan suatu model yang menyangkut bagaimana seorang pemimpin dapat mengoptimalkan kemampuan mengelolanya.

Dari beberapa pengertian tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dapat di uraikan menjadi beberapa unsur pokok yaitu:

(40)

2. Bahwa manajemen senantiasa memanfaatkan segenap sumber-sumber yang ada dalam proses kegiatannya;

3. Bahwa manajemen terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan;

4. Bahwa di dalam manajemen senantiasa terdapat adanya tujuan yang ingin dicapai atau diwujudkan.

2.1.2 Tujuan Manajemen

Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang ingin dicapai (Hasibuan, 2011:17-20). Tujuan individu adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan non materi dari hasl kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba (business organization) atau pelayanan/pengabdian (public organization) melalui proses manajemen itu. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu hendaknya ditetapkan “jelas, realistis dan cukup menantang” untuk di perjuangkan berdasarkan potensi yang dimiliki. Jika tujuannya jelas, realistis dan cukup menantang maka usaha-usaha untuk mencapainya cukup besar. Sebaliknya, jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi, semangat kerja karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas, realistis dan cukup menantang untuk dicapainya.

(41)

Anggaran Rumah Tangga (ART)-nya. Tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari fungsi beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:

1. Menurut tipenya, tujuan dibagi atas:

a. Profit objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi pemiliknya; b. Service objective, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik

bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen;

c. Social objective, bertujuan meningkatkan nilai guna yang diciptakan perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat;

d. Personal objective, bertujuan agar para karyawan secara individual economic, social psychological mendapatkan kepuasan di bidang pekerjaannya dalam perusahaan.

2. Menurut prioritasnya, tujuan dibagi atas: a. Tujuan primer;

b. Tujuan sekunder; c. Tujuan individual, dan; d. Tujuan sosial.

3. Menurut jangka waktunya, tujuan dibagi atas: a. Tujuan jangka panjang;

b. Tujuan jangka menengah, dan; c. Tujuan jangka pendek.

(42)

a. Management objective, tujuan dari segi efektif yang harus ditimbulkan oleh manajer;

b. Managerial objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya atau kreativitas-kreativitas yang bersifat manajerial;

c. Administrative objectives, tujuan-tujuan yang pencapaiannya memenuhi administrasi;

d. Economic objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efisiensi untuk pencapaiannya; e. Social objectives, tujuan suatu tanggung jawab , terutama tanggung

jawab moral;

f. Technical objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja, dan detail karya;

g. Work objectives, yaitu tujuan-tujuan yang merupakan kondisi kerampungan suatu pekerjaan.

5. Menurut tingkatnya, tujuan dibagi atas:

a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta (generalis) yang harus dicapai oleh badan usaha secara keseluruhan;

b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap divisi;

c. Departemental objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh setiap masing-masing bagian;

(43)

e. Group objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh setiap kelompok urusan;

f. Individual objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh masing-masing individu.

6. Menurut bidangnya, tujuan dibagi atas:

a. Top level objectives, adalah tujuan-tujuan umum, menyeluruh dan menyangkut berbagai bidang sekaligus;

b. Finance objectives, adalah tujuan-tujuan tentang modal; c. Production objectives, adalah tujuan-tujuan tentang produksi;

d. Marketing objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang pemasaran barang dan jasa-jasa;

e. Office objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang ketatausahaan dan administrasinya.

7. Menurut motifnya, tujuan dibagi atas:

a. Public objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang Negara;

b. Organizational objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai berdasarkan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan status organisasi yang bersifat nyata dan impersonal (tidak boleh berdasarkan pertimbangan perasaan atau selera pribadi) daam upaya pencapaiannya;

(44)

pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh selera ataupun pandangan pribadi.

Dari hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan hal terjadinya proses manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam tetapi harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi dan pemilihan alternatif-alternatif yang ada. Kecakapan manajer dalam menetapkan tujuan dan kemampuannya memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.

2.1.3 Fungsi-fungsi Manajemen

Hasibuan (2001:37) Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi. Pembagian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

a. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur;

b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam; c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer.

(45)

Tabel 2.1

Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli

G. R. TERRY

Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi Manajemen menurut para ahli :

(46)

Organizing (pengorganisasian)merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh komponen-komponen yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sukses. Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui pengorganisasian manusia dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan (Terry, 2008:73). Organizing

mencakup: membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya ke dalam unit-unit organisasis dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak berpendapat demikian, dan memasukan staffing sebagai fungsi utama. Di dalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama (Terry, 2008:17).

(47)

dan kelompoknya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 2008:138).

Controlling (Pengendalian) ialah suatu usaha untuk meneiliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18). Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan di evaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak di inginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang, tetapi seluruh perubahan dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang tidak di inginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry, 2008:166).

(48)

Motivating (Motivasi) berasal dari bahasa latin, Mavare yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya di berikan kepada manusia, khususnya di berikan kepada bawahan atau pengikut. Menurut Hasibuan dalam (Hasibuan, 2001:219) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan

Budgeting (Anggaran) adalah laporan-laporan formal sumber daya keuangan yang disisihkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu selama periode waktu yang ditetapkan. Anggaran menunjukkan pengeluaran, penerimaan, atau laba yang direncanakan di waktu yang akan datang. Anggaran mencerminkan sasaran, rencana dan program-program organisasi yang dinyatakan dalam bentuk bilangan. Angka-angka perencanaan ini menjadi standar dimana pelaksanaan di waktu yang akan datang diukur (Handoko, 2003:377).

System (sistem) menurut Davis dalam Hasibuan (2001:253) adalah sebagai berikut:

“System can be abstract or physical. An abstract system is an orderly arrangement of interdependent ideas or constructs. For example, a system of theology is an orderly arrangement of ideas about God, man, etc. A physical system is a set of elements which operate together to accomplish an objective”. Artinya: sistem dapat abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi-konsepsi yang saling bergantungan. Misalnya, sistem teologi adalah sistem yang teratur dari gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusia dan sebagainya. Sistem yang bersifat fisis adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

(49)

dalam (Hasibuan, 2001:96) Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Definisi Terry ini berarti bahwa koordinasi adalah pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri sebagai berikut:

1. Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif; 2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini;

3. Pengarahan usaha-usaha ini.

Evaluating (Penilaian) adalah proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil-hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Penilaian itu sendiri mengandung tujuan-tujuan motivatif. Apabila para manajer mengevaluasikan hasil-hasil pekerjaan dan potensi bawahan mereka, maka mereka mengetahui hal-hal yang telah dikerjakan oleh bawahan dan mereka sendiri juga harus meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka (Terry, 2008:160).

(50)

Forecasting(Peramalan) merupakan usaha untuk meramal melalui studi dan analisa terhadap data yang tersedia, potensi operasional dan kondisi kondisi dimasa yang akan datang. Forecasting juga mencoba untuk mengetahui lebih dahulu situasi dari lingkungan sosial di masa yang akan datang dimana perusahaan akan melakukan kegiatannya (Terry, 2008:52).

Facilitating, fungsi fasilitas meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide dari bawahan diakomodir dan kalau memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat dilaksanakan.

2.1.4 Definisi Pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.

(51)

prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama (http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html).

Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa pemahaman, yaitu: Proses mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan pembangunan yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut. Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara rasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan,)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah (1) proses, cara, perbuatan mengelola; (2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; (3) proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

(52)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

2.1.5 Definisi Nelayan

Nelayan menurut Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencaharianya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).

Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi teknologi canggih (http://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan).

(53)

ataupun budi daya. Mereka pada umumnya bermukim di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003:68).

Sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilihan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Mulyadi, 2005:7).

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu atau kapal, tidak dimasukan sebagai nelayan, tetapi ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkapan dikatakan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan;

(54)

Disamping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain;

3. Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan, pemeliharaan ikan, binatang lainnya dan tanaman air (DKP Provinsi Banten, 2012).

2.1.6 Pengertian Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan atau yang sering disingkat TPI yaitu pasar yang biasanya terletak di dalam pelabuhan atau pengkalan pendaratan ikan dan di tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan hasil laut baik secara lelang atau tidak. Biasanya TPI ini dikordinasi oleh dinas perikanan, koperasi atau pemerintah daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut; memiliki tempat tetap (tidak berpindah-pindah), mempunyai bangunan tempat transaksi jual beli ikan, ada yang mengkoordinasi prosedur lelang dan mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah) (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan).

(55)

ingin membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu, diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai, sehingga masing-masing pihak tidak merasa dirugikan.

Pelelangan ikan merupakan suatu kegiatan dimana penjual dan pembeli bertemu dalam satu tempat (gedung TPI), didalamnya terjadi proses tawar-menawar harga ikan sehingga diperoleh harga yang mereka sepakati bersama. Dalam proses tawar menawar ini, kualitas ikan akan memegang peranan penting dalam penentuan harga. Pembeli akan memberikan penawaran yang lebih tinggi terhadap ikan yang memiliki kualitas lebih baik. Meskipun pada awalnya nelayan yang akan mengajukan harga terlebih dahulu “melalui” petugas lelang.

Aktivitas pelelangan ikan di TPI merupakan salah satu aktivitas di suatu pelabuhan perikanan yang termasuk dalam kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pendaratan dan pemasaran ikan. Pelelangan ikan memiliki peran yang cukup penting untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pemasaran ikan. Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan di tempat pelelangan ikan guna mempertemukan penjual dan pembeli sehingga terjadi tawar-menawar harga ikan yang disepakati bersama. Pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai tata niaga ikan.

2.2 Penelitian Terdahulu

(56)
(57)

selanjutnya pada jurnal ilmiah ini tidak ada uji keabsahan data sedangkan peneliti menggunakan uji keabsahan data (triangulasi dan member chek).

(58)

pembangunannya serta meningkatkan kepuasan pengguna pelelangan. Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu ingin mengetahui atau mendeskripsikan pengeloalaan tempat pelelangan ikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah pada teori, pada penelitian yang dilakukan oleh Fifi Dewi Resti ada tiga teori yang digunakan dalam penelitiannya (menggabungkan beberapa teori) sedangkan penelitian yang sedang peneliti lakukan hanya menggunakan satu teori saja yaitu teori fungsi manajemen POAC (planning, organizing, actuating, controlling) dari G.R. Terry.

2.3 Kerangka Berpikir

(59)

pelelangan ikan diharapkan mampu mensejahterakan nelayan serta menjadikan tempat pelelangan ikan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah.

Untuk mengetahui sejauh mana manajemen pengelolaan tempat pelelangan ikan panimbang Kabupaten Pandeglang peneliti menggunakan teori POAC G.R. Terry dalam Terry (2008:17): Planning, Organizing, Actuating, Controlling.

Karena untuk menjadikan sebuah tempat pelelangan ikan yang ideal diperlukan Planning (rencana) yang baik untuk dijadikan penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang teraik dari alternatif-alternatif yang ada. Kemudian Organizing (pengorganisasian) menentukan, mengelompokan, dan mengatur bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Actuating

(pengarahan) mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dalam mengelola tempat pelelangan ikan dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

(60)

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian tentang Manajemen Pengelolaan Hasil Pada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Pandeglang belum berjalan dengan baik.

Permasalahan:

1. Tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengelola tempat pelelangan ikan;

2. Mendangkalnya muara sungai Ciliman menyebabkan akses menuju TPI menjadi terhambat dan tidak adanya anggaraan untuk tempat pelelangan ikan dari pemerintah setempat. 3. Sulit tercapainya target

(61)

44

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metodologi penelitan merupakan studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip dasar yang mengarahkan penelitian. Menurut Arikunto (2002:136) metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam arti umum dan awam, metodologi biasa digunakan dalam konteks apa saja, misalnya berpikir, metodologi pendidikan, atau metodologi pengajaran. Menurut Garna (2009:21) Metoda penelitian ialah suatu upaya untuk memperoleh tambahan pemahaman tentang gejala-gejala melalui (1) mendefinisikan masalah sebagai cara membentuk pengetahuan yang ada; (2) memperoleh informasi penting berkenaan dengan masalah atau gejala itu; (3) analisis dan interpretasi data yang jelas dalam kaitan dengan masalah yang didentifikasi; dan (4) melakukan komunikasi hasil upaya itu kepada yang lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode ilmiah yaitu: a way of collceting, processing, and communicating information, based on activities

(62)

Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif. Baik substansial maupun materiil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tidak terbatas. Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang, berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, sedangkan bentuknya yaitu dengan menggunakan penelitian kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu anatara suatu gejala dan gejala lainya dalam masyarakat. Itulah alasan mengapa peneliti mengambil penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif ini berusaha untuk mencari atau menggali informasi mengenai permasalahan yang ada dalam kaitannya dengan Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang.

(63)

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Selanjutnya menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Moleong dalam bukunya

Metodologi Penelitian Kualitatif (2006:6) mendefinisiskan bahwa Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

(64)

3.3. Lokasi Penelitian

(65)

guna memberi solusi yang berguna untuk perbaikan mutu pengelolaan tempat pelelangan ikan di daerah peneliti yaitu di Panimbang.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Pada peneitian ini variabelnya adalah Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan yang akan diteliti menggunakan teori fungsi manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating,Controlling) dari G.R. Terry.

1. Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapi tujuan yang digariskan, planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan laternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang (Terry, 2008:17). Planning

merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunaka asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan kegiatan yang diuslukan dan memang perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Terry, 2008:46).

(66)

dengan sukses. Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui pengorganisasian manusia dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan (Terry, 2008:73). Organizing mencakup: membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kedalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya kedalam unit-unit organisasis dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak berpendapat demikian, dan memasukan stafing sebagai fungsi utama. Di dalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama (Terry, 2008:17).

(67)

kelompok, sehingga melalui ugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan pribadi dan kelomponya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 2008:138).

4. Controlling (pengendalian) ialah suatu usaha untuk meneiliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18).

Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuanya, mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang, tetapi seluruh perubahan dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas penyimpagan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry, 2008:166).

3.4.2. Definisi Operasional

(68)

nilai guna yang diciptakan organisasi untuk kesejahteraan masyarakat, berhubungan dengan itu masalah yang terjadi dilapangan yakni;

1. Tidak adanya standar oprasional pelayanan (SOP) yang secara spesifik mengelola tempat pelelangan ikan;

2. Sarana dan prasarana yang buruk, Tidak adanya anggaraan untuk tempat pelelangan ikan dari pemerintah setempat;

3. Sulit tercapainya target retribusi yang ditetapkan;

4. Kurangnya upaya pemerintah daerah untuk menertibkan TPI yang tidak resmi dan kurangnya upaya memberikan sanksi tegas.

Permasalahan tersebut dapat terjawab dengan menggunakan teori Fungsi Manajemen POAC (Planning,Organizing, Actuating, Controlling)

dari G.R. Terry. Yang peneliti simpulkan sementara bahwa proses manajemen di tempat pelelangan ikan belum berjalan dengan baik.

3.5. Instrumen Penelitian

(69)

dapat mencapainya.Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri antara lain:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument

berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Jadi, untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

(70)

7. Dalam manusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan menyimpang diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan, bahwa satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (2006:15). Dan pendapat yang sama juga dikatakan Moleong (2005:19), bahwa pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi dalam rangka mempermudah proses pengumpulan dan analisis data. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.

3.6. Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian mengenai manajemen pengelolaan ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan.

(71)

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian

Kode Informan Informan

I1-1 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Pandeglang

I2-1 Kepala UPT pangkalan pendaratan dan

pelelangan ikan Kecamatan Labuan I3-1 Manajer Tempat Pelelangan Ikan Lelang

Panimbang

I4-1 Juragan Nelayan

I5-1 Masyarakat Nelayan Panimbang

(nelayan buruh dan perorangan)

I6-1 dan I6-2 Instansi terkait (Satpol PP dan Ditpolair

Polres Pandeglang)

(Sumber : Peneliti 2014)

Dri tabel 3.1 di atas peneliti akan menjelaskan peran informan pada penelitian ini:

1. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang adalah pembuat kebijakan pengelolaan perikanan di Kabupaten Pandeglang. Dalam tingkat manajemen disebut top mangement (manajemen puncak) Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan merumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.

(72)

memastikan tercapainya suatu tujuan. Dalam tingkat manajemen disebut

middle management (manajemen menengah) oran yang memiliki keahlian interpersonal/manusiawi artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerja sama dan memotivasi orang lain.

3. Manajer Tempat Pelelangan Ikan Lelang Panimbang adalah orang yang bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yng telah ditetapkan oleh manajer yang lebih tinggi. Dalam tingkat manajemen disebut low management (manajemen tingkat bawah) pada tingkatan ini manajer memiliki keahlian di bidang teknis artinya keahlian yang mencakup prosedur, teknik dan pengetahuan lapangan.

4. Masyarakat Nelayan Panimbang (nelayan buruh dan perorangan) adalah sasaran dari target rencana manjemen pengelolaan tempat pelelangan ikan. 5. Juragan nelayan adalah orang yang membiayai kegiatan-kegiatan para

nelayan dalam melakuka aktivitas mencari ikan.

6. Instansi terkait adalah instansi yang menurut peneliti memeiliki hubungan dengan pengelolaan tempat pelelangan ikan Panimbang.

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

(73)

C. Marshall, Gretchen B. Rossman, menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information

are, participation in the setting, direct observation, in–depth interviewing,

document review (Sugiyono, 2009:63)”. 1. Sumber data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:

A. Pengamatan/Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan-pencatatan data-data yang di peroleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian.

(74)

a. Observasi berpartisipasi (participant observation)

b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and convert observation), dan

c. Observasi yang tidak terstruktur (unstructured observation)).

Maka, observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan, dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat lengkap, tajam dan terpercaya.

B. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2009:72) mendefinisikan interview atau wawancara sebagai berikut.

a meeting of two person to exchange information and idea through question in respond, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Artinya: wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

(75)

mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.

Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2002:72) menyatakan bahwa:

interviewing is at the heartof social research. If you look trough almost any socialogical journal, you will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Artinya intreview merupakan hatiny peneliti sosial, bila anda lihat jurnal dalam ilmu sosial, maka akan anda temui semua penelitian sosial didasarkan pada interview baik yang standar maupun yangdalam.

Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancaa mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Esteberg mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu, wawancara terstruktur, semitersturktur dan tidak terstruktur.

1. Wawancara terstruktur (structured interview)

(76)

2. Wawancara semi terstruktur (semistructure interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam palaksanaannya lebih bebas bila di bandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh nforman. 3. Wawancara tak berstruktur (unstructured inerview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun scara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Selanjutnya Lincon and Guba dalam Sugiyono (2009:76), mengemukakan ada tujuh langkah dalam pengunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

Gambar

Tabel 1.1 Luas Perairan Laut Banten
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Grafik laju konsumsi bahan bakar (Lt/jam). Dari Gambar 8 grafik perbandingan konsumsi bahan bakar diatas dapat diketahui bahwa jumlah bahan bakar Premium yang dikonsumsi

India, sebagai negara non-ASEAN, bahkan sanggup mengalahkan Indonesia dalam hal daya saing udang bekunya di pasar ASEAN yang dibuktikan dengan perolehan nilai RCA udang beku

Hasil kajian Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah (PPKOD) tahun 2012 menemukan (1) Belum semua pemerintah desa menyusun dokumen-dokumen perencanaan, hanya beberapa

Sebagaimana kita ketahui zat-zat asing berbahaya yang dihisap oleh perokok tersebut adalah zat yang terkandung dalam dalam asap rokok dan ada 4000 zat kimia yang terdapat

Adapun tahapan proses analisis data menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi (1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999) adalah sebagai berikut : 1) Memiliki

pembahasan, koordinasi dan konsultasi serta penetapan rancangan peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan