• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

4.4 Sarana dan Prasarana Dusun Partukkoan

5.1.7 Data Jumlah Anak Responden

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

No. Jumlah Anak Frekuensi Persen (%)

1. 1 - 2 anak 27 45

2. 3 - 4 anak 17 28

3. 4 – 5 anak 12 20

4. Tidak/belum memiliki anak 4 7

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Warga yang tinggal di Desa maupun perkampungan biasanya akan memiliki anak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan warga yang tinggal di daerah perkotaan dengan aktivitas yang tinggi. Masih banyak warga Desa, yang

mempercayai mitos “banyak anak, banyak rezeki”.Sepertinya mitos tersebut memang dipercaya oleh beberapa warga Partukkoan.Berdasarkan data pada tabel 5.7 diketahui 27 responden (45%) memiliki 1 – 2 anak dalam rumah tangganya.Mereka yang memiliki 1-2 anak ini bisa dikatakan adalah keluarga muda yang baru membina rumah tangga. Sedangkan 17 responden (28%) diketahui memiliki 3 -4 anak dalam rumah tangganya, 12 responden (20%) memiliki 4 – 5 anak dan terdapat 4 responden (7%) tidak atau belum memiliki anak.

5.2 Analisis Data Responden Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT)

Analisis data terhadap program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT), diuraikan dari jawaban-jawaban responden melalui angket yang telah disebar kepada 60 kepala keluarga yang menerima bantuan program pemberdayaan KAT di Partukkoan.Karaktersistik jawaban responden terbagi atas partisipasi, sikap, dan persepsi. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan ditabulasi dengan menggunakan skala likert untuk dapat diketahui bagaimana persepsi, sikap, dan partisipasi responden terhadap program yang telah dilaksanakan.

5.2.1 Persepsi Warga Binaan Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagimanacara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Pareek (dalam Sobur, 2003, h. 446), persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,

mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data.

Tabel 5.8

Pengetahuan Responden Tentang Keberadaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Pernah 17 28

2. Tidak Pernah 21 35

3. Tidak Pernah Sama Sekali 22 37

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Salah satu bagian dari pengertian dari persepsi adalah tentang penglihatan seseorang terhadap sesuatu melalui panca indera mereka. Ketika ditanya mengenai program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, maka warga akan memutar kembali memori mereka tentang program ini dengan proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data. Tabel 5.8 diatas mengungkapkan bagaimana warga Partukkoan mengalami proses persepsi, yakni sebanyak 17 responden (28%) menjawab pernah mendengar program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sebelumnya. Sebanyak 21 responden (35%) menjawab tidak pernah mendengar tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sebelumnya. Sedangkan 22 responden (37%) menjawab tidak pernah sama sekali mendengar tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh warga binaan di Partukkoan tidak pernah

samasekali mendengar tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sebelumnya.

Tabel 5.9

Pengetahuan Responden Tentang Sumber Informasi Mengenai Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Pemerintah Setempat 9 15

2. Warga Lain 7 12

3. Tidak Tahu 44 73

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Persepsi warga tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil kali ini dilihat dari informasi yang warga terima melalui panca indera mereka. Jadi dengan demikian melalui data penelitian pada tabel 5.9 diatas, diketahui bahwa 9 responden (15%) mengetahui tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sebelumnya dari pemerintah setempat (desa, kecamatan, atau kabupaten). 7 responden (12%) mengetahui program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dari warga lain yang memang sebelumnya sudah mendengar mengenai program ini dari pemerintah setempat. Sedangkan 44 responden (73%) menjawab tidak tahu tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sebelumnya.

Tabel 5.10

Pengetahuan Responden Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Tahu 10 17

2. Kurang Tahu 43 71

3. Tidak Tahu 7 12

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Persepsi dalam arti sempit adalah tentang bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Setelah warga Partukkoan memakai panca indera mereka untuk menerima dan mengartikan tentang program ini, maka selanjutnya warga menguji dan memberikan reaksi terhadap apa yang mereka tahu tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Penjelasan tersebut diwakili oleh data pada tabel 5.10 bahwa 10 responden (17%) mengetahui tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.Sebanyak 43 responden (71%) menjawab kurang tahu mengenai program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sedangkan 7 responden (12%) menjawab tidak tahu apa itu program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden menjawab kurang tahu tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Tabel 5.11

Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Tahu 38 63

2. Kurang Tahu 22 37

3. Tidak Tahu 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Ini merupakan tahap bagi warga Partukkoan untuk menerima dan mengartikan apa yang telah mereka ketahui pada tabel hasil data penelitian sebelumnya. Warga sudah dapat mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan dari diadakannya program pemberdayaan seperti ini. Tabel 5.11 menunjukkan bahwa 38 responden (63%) menjawab tahu apa tujuan dari program pemberdayaan Komunitas

Adat Terpencil. “Untuk mengeluarkan kami dari tempat yang terpencil dan lebih

sejahtera”, ujar Ariston Sihotang (31 tahun). 22 responden (37%) menjawab kurang tahu apa yang menjadi tujuan dari program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Tidak ada satu pun responden yang menjawab tidak tahu apa yang menjadi tujuan dari program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden tahu apa yang menjadi tujuan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Tabel 5.12

Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Tahu 44 73

2. Kurang Tahu 16 27

3. Tidak Tahu 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Kemudian pengetahuan warga tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil diuji mengenai manfaat dari diadakannya program ini. Tabel 5.12 menunjukkan 44 responden (73%) menjawab tahu apa manfaat dari diadakannya program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Responden yang menjawab kurang tahu apa manfaat dari diadakannya program pemberdayaan Komunitas Adat

Terpencil sebanyak 16 responden (27%). “Untuk menyatukan warga yang

terpencil.Awalnya kami tinggal berjauhan, sekarang sudah lebih baik”, ujar Jerman Simbolon (37 tahun).Tidak ada satu pun responden yang menjawab tidak tahu manfaat dari diadakannya program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sehingga dapat dikatakan hampir seluruh responden sudah tahu apa yang menjadi manfaat dari diadakannya program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Tabel 5.13

Pengetahuan Responden Tentang Alasan Partukkoan Dijadikan Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Tahu 50 83

2 Kurang Tahu 10 17

3. Tidak Tahu 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Pengetahuan yang selanjutnya dimiliki oleh warga Partukkoan adalah mengenai pemilihan lokasi mereka sebagai lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.Warga mengaitkan tujuan dan manfaat pemberdayaan dengan keadaan tempat mereka tinggal kemudian mengorganisasikan semua informasi itu dan memberikan reaksi mereka. Sehingga dapat dikatakan sebanyak 50 responden (83%) menjawab tahu mengapa lokasi tempat tinggal mereka, yakni Dusun Partukkoan dijadikan sebagai lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Dari 50 responden yang menjawab tahu mengapa lokasi tempat tinggal mereka dijadikan lokasi pemberdayaan KAT, beberapa diantaranya memberikan alasan bahwa lokasi tempat tinggal warga binaan ini memang terpencil dan sulit untuk diakses.10 responden (17%) menjawab kurang tahu mengapa lokasi tempat tinggal mereka dijadikan sebagai lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.Pada tabel 5.13 ini dinyatakan bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak tahu mengapa lokasi tempat tinggal mereka dijadikan sebagai lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

5.2.2 Sikap Warga Binaan Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Sikap adalah derajat efek positif atau negatif yang dikaitkan dengan objek psikologis.Objek psikologis yang dimaksud adalah lambang-lambang, kalimat, semboyan, intuisi, pekerjaan, atau profesi, dan ide yang dapat dibedakan dalam perasaan positif atau negatif. Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam suka atau tidak suka terhadap suatu objek sikap yang merupakan emosi yang diarahkan oleh seseorang kepada orang lain, benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif atau negatif (Azwar, 2007, h. 25).

Tabel 5.14

Sikap Responden Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Setuju 60 100

2. Kurang Setuju 0 0

3. Tidak Setuju 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Menurut Louis Thursone, pengungkapan sikap dapat diketahui melalui :

1. Pengaruh atau penolakan

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

Terlihat disini bahwa seluruh responden, yakni 60 kepala keluarga (100%) menjawab setuju program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dilakukan di tempat tinggal mereka.Ini merupakan pengungkapan sikap yang baik, yakni karena adanya penilaian warga terhadap suka atau ketidaksukaan serta setuju atau ketidaksetujuan warga terhadap program yang dilakukan. Warga pada umumnya akan merasa senang dan terbuka apabila mendapatkan bantuan dan program pemberdayaan, karena ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk bisa keluar dari

keterpencilan yang selama ini mereka alami. “Kami sangat mendukung program

yang dilakukan di sini,” ujar Darwin Sitanggang (52 tahun).

Tabel 5.15

Sikap Responden Tentang Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Baik 45 75

2. Kurang Baik 15 25

3. Tidak Baik 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam suka atau tidak suka terhadap suatu objek sikap yang merupakan emosi yang diarahkan oleh seseorang kepada orang lain, benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Penilaian warga Partukkoan terhadap program pemberdayaan KAT yang telah berlangsung dapat dilihat dari pengetahuan atau informasi yang dimiliki warga binaan tentang program tersebut. Ketika ada aksi, maka akan ada reaksi, begitulah yang tersaji pada tabel

5.15 sebanyak 45 responden (75%) menjawab pelaksanaan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Partukkoan berjalan dengan baik. Sisanya, yakni 15 responden (25%) menjawab pelaksanaan program pemberdayaan Komunitas Adat

Terpencil kurang baik.“Bantuan air dan listrik yang masih lama prosesnya

diberikan kepada kami”, ujar Anfuran Sihombing (38 tahun).Tidak ada satu pun responden yang menjawab bahwa pelaksanaan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Partukkoan tidak baik.

Tabel 5.16

Sikap Responden Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1, Membantu 43 72

2. Kurang Membantu 17 28

3. Tidak Membantu 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Pengungkapan sikap menurut Louis Thursone yang tersaji pada tabel 5.16 menunjukkan kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi (dalam hal ini program pemberdayaan KAT).Sebanyak 43 responden (72%) menjawab program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sudah membantu kehidupan mereka.Responden yang menjawab program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil kurang membantu kehidupan mereka adalah sebanyak 17 responden (28%).Salah satu responden mengungkapkan alasannya mengapa menjawab program

ini kurang membantu kehidupan mereka.“Karena tidak dibarengi dengan kesediaan

Tabel 5.17

Sikap Responden Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Baik 46 77

2. Kurang Baik 14 23

3. Tidak Baik 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Ini merupakan bagian dari pengungkapan sikap yang diketahui melalui penilaian warga terhadap program yang sudah dilaksanakan.Data pada tabel 5.17 menunjukkan bahwa menurut 46 responden (77%) program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sudah terlaksana dengan baik.Namun menurut 14 responden (23%) program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil pelaksanaannya

masih kurang baik.“Jalan untuk menuju ke sini masih belum dibangun, sudah

lebih baik memang tapi masih rusak.Maunya ada juga bantuan untuk perbaiki jalan”, ujar Rihat Sitanggang (48 tahun).Tidak ada responden yang menjawab pelaksanaan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil tidak baik.

Tabel 5.18

Sikap Responden Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Mengharapkan 60 100

2. Kurang Mengharapkan 0 0

3. Tidak Mengharapkan 0 0

Jumlah : 60 100

Warga yang akan diberdayakan juga perlu diketahui bagaimana kesiapan mereka untuk menerima atau menjalankan bantuan yang diterima. Jadi dapat dilihat apakah warga memang mengharapkan terjadinya perubahan melalui program pemberdayaan atau warga malah menghindar dan menutup diri terhadap program dan usaha pemerintah.Diketahui bahwa seluruh responden, yakni 60 kepala keluarga (100%) memang mengharapkan adanya program bantuan maupun pemberdayaan di lokasi mereka.Dapat disimpulkan bahwa seluruh warga di Partukkoan ingin lokasi tempat tinggal dan keadaan mereka bisa jauh lebih baik dengan adanya bantuan maupun program pemberdayaan.

5.2.3 Partisipasi Warga Binaan Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses yang ada dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi (Adi, 2000, h. 27). Dapat dikatakan partisipasi tersebut sama dengan peran serta. Peran serta merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan terus menerus guna meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab.

Tabel 5.19

Partisipasi Responden Tentang Rapat/Musyawarah Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Pernah 57 95

2. Tidak Pernah 0 0

3. Tidak Tahu 3 5

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Partisipasi dapat dikatakan sebagai peran serta, peran serta warga dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang melaksanaak program pemberdayaan KAT. Data pada tabel 5.19 mengungkapkan 57 responden (95%) menjawab pihak Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara pernah mengadakan rapat/musyawarah dengan warga binaan terkait dengan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di lokasi Partukkoan. Sedangkan 3 responden (5%) menjawab tidak tahu apakah Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara pernah mengadakan rapat/musyawarah dengan warga binaan terkait dengan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di lokasi Partukkoan. 5% responden yang menjawab tidak tahu ini adalah merupakan warga Partukkoan yang sudah lansia dan berstatus sebagai janda/duda, sehingga mereka tidak begitu tahu dan tidak terlalu terlibat dalam kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Tabel 5.20

Keaktifan Responden Dalam Kegiatan Rapat/Musyawarah Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Sekali 0 0

2. Lebih dari satu kali 57 95

3. Tidak Tahu 3 5

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, tabel 5.20 mengungkapkan ada sebanyak 57 responden (95%) menjawab kegiatan rapat/musyawarah yang diadakan oleh pihak Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan lebih dari satu kali pertemuan. Responden yang menjawab tidak tahu tentang kegiatan rapat/musyawarah ada sebanyak 3 responden (5%).5% responden yang menjawab tidak tahu ini adalah merupakan warga Partukkoan yang sudah lansia dan berstatus sebagai janda/duda, sehingga mereka tidak begitu tahu dan tidak terlalu terlibat dalam kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Tabel 5.21

Keaktifan Responden Mengikuti Rapat/Musyawarah Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Menghadiri 42 70

2. Jarang Hadir 0 0

3. Tidak Menghadiri 18 30

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Peran serta warga binaan di Partukkoan dalam program pemberdayaan KAT bisa dilihat dari seberapa seringnya mereka menghadiri kegiatan pemberdayaan yang langsung mellibatkan warga, salah satu contohnya adalah mengadakan kegiatan rapat/musyawarah.Ini merupakan wadah bagi pemerintah dan warga untuk melakukan komunikasi dua arah.Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, ada sebanyak 42 responden (70%) menghadiri rapat/musyawarah tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.Responden yang tidak menghadiri rapat/musyawarah tersebut ada sebanyak 18 responden (30%).Dapat disimpulkan hampir seluruh warga binaan di Partukkoan menghadiri rapat/musyawarah tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.

Tabel 5.22

Keaktifan Responden Dalam Kegiatan Rapat/Musyawarah Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Selalu Hadir 25 42

2. Pernah Hadir 30 50

3. Tidak Menghadiri 5 8

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Data diatas merupakan intensitas kedatangan dan keikutsertaan warga terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Dari tabel 5.22 diatas terlihat bahwa 25 responden (42%) selalu hadir pada setiap pertemuan rapat/musyawarah tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, sedangkan yang pernah hadir pada setiap pertemuan rapat/musyawarah tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ada sebanyak 30 responden (50%), dan yang tidak menghadiri rapat/musyawarah tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ada sebanyak 5 responden (8%).

Tabel 5.23

Partisipasi Responden Tentang Sosialisasi/Penyuluhan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Pernah 57 95

2. Tidak Pernah 0 0

3. Tidak Tahu 3 5

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Data pada tabel 5.23 menunjukkan ada sebanyak 57 responden (95%) yang menjawab pihak Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara pernah melakukan sosialisasi/penyuluhan tentang program pemberdayaan Komunitas Adat terpencil di Partukkoan. Sedangkan sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak tahu tentang kegiatan sosialisasi/penyuluhan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Partukkoan.

Tabel 5.24

Keaktifan Responden Dalam Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Satu kali 1 2

2. Lebih dari satu kali 56 93

3. Tidak tahu 3 5

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Keikutsertaan dan keaktifan warga dalam melaksanakan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dapat dilihat pada tabel 5.24. Berdasarkan data pada tabel 5.24 ada sebanyak 1 responden (2%) yang menjawab kegiatan sosialisasi/penyuluhan diadakan hanya satu kali., sedangkan 56 responden (93%) menjawab kegiatan sosialisasi/penyuluhan tersebut diadakan lebih dari satu kali dan 3 responden (5%) menjawab tidak tahu tentang kegiatan sosialisasi/penyuluhan tersebut diadakan.

Tabel 5.25

Keaktifan Responden Mengikuti Sosialisasi/Penyuluhan Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Mengikuti 43 72

2. Jarang Ikut 0 0

3. Tidak Mengikuti 17 28

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Tabel 5.25 menunjukkan data keaktifan responden mengikuti sosialisasi/penyuluhan tentang program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Ada sebanyak 43 responden (72%) menjawab mengikuti kegiatan sosialisasi/penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, sedangkan 17 responden (28%) menjawab tidak mengikuti kegiatan sosialisasi/penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 5.26

Keaktifan Responden Dalam Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Tentang Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Selalu Ikut 25 42

2. Pernah Ikut 33 55

3. Tidak Mengikuti 2 3

Jumlah : 60 100

Partisipasi sebagai cara menurut Oakley et al : (1) Berimplikasi pada penggunaan partisipasi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. (2) Merupakan suatu upaya pemanfaatan

mencapai tujua

program

masyarakat dan melibatkan mereka dalam meningkatkan

efisiensi

sebagai cara merupakan bentuk pasif dari partisipasi (Wikipedia, 2014).

Tabel 5.26 menunjukkan bagaimana pasrtisipasi responden dalam kegiatan sosialisasi/penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Dalam tabel ini terlihat sebanyak 25 responden (42%) menjawab selalu ikut dalam kegiatan sosialisasi/penyuluhan tersebut, sedangkan 33 responden (55%) menyatakan pernah ikut dalam kegiatan sosialisasi/penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, dan 2 responden (3%) menyatakan tidak mengikuti kegaitan sosialisasi/penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Ketika ditanya bagaimana keaktifan salah satu responden ini dalam kegiatan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, Ariston Sihotang (31 tahun) dia menjawab diikutsertakan dalam

pembangunan rumah baru bagi warga.“Ikut, seperti kegiatan membangun rumah

Tabel 5.27

Tanggapan Responden Tentang Hasil Dari Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Sangat Menikmati 8 13

2. Menikmati 52 87

3. Tidak Menikmati 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Partisipasi sebagai tujuan menurut Oakley et al adalah : (1) Berupaya untuk memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi dalam membangun mereka sendiri secara lebih berarti. (2) Berupaya untuk menjamin peningkatan peran rakyat dalam inisiatif-inisiatif pembangunan. (3) Fokus pada peningkatan kemampuan rakyat untuk berpartisipasi bukan sekedar mencapai tujuan-tujuan proyek yang sudah ditetapkan sebelumnya. (4) Pandangan ini relatif kurang disukai oleh badan-badan

pemerintah. (5) Pada prinsipnya

dianggap sebagai suatu proses jangka panjang. (7) Partisipasi sebagai tujuan relatif lebih aktif dan dinamis (Wikipedia, 2014).

Teori diatas menjelaskan hubungan partisipasi sebagai tujuan dari program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.Partisipasi warga dinilai dari bagaimana mereka menikmati hasil dari pemberdayaan yang sudah dilakukan. Berdasarkan data pada tabel 5.27 terlihat ada sebanyak 8 responden (13%) menyatakan sangat menikmati hasil dari program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, sedangkan 52 responden (87%) menyatakan menikmati hasil dari program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Sehingga dapat disimpulkan responden menikmati segala hasil dari program pemberdayaan ini karena tidak ada satu pun responden yang tidak menikmatinya.

Tabel 5.28

Tindakan Responden Terhadap Fasilitas Yang Dibuat Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara Melalui Program

pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Selalu Merawat 18 30

2. Berusaha Merawat 42 70

3. Tidak Merawat 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Partisipasi sebagai tujuan dapat dilihat dari poin ke enam yang dikemukakan oleh Oakley et al, “Partisipasi dianggap sebagai suatu proses jangka panjang”.Maksunya disini adalah tentang bagaimana warga mampu menjaga dan merawat dalam jangka panjang segala bantuan fisik yang diberikan.Dari tabel 5.28 terlihat bagaimana partisipasi responden dalam merawat fasilitas yang telah diberikan kepada responden melalui program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sebanyak 18 responden (30%) menyatakan selalu merawat fasilitas yang telah diberikan kepada responden melalui program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, sedangkan 42 responden (70%) menyatakan berusaha merawat fasilitas yang telah diberikan kepada responden melalui program pemberdayaan Komunitas

Adat Terpencil. Dapat disimpulkan 100% responden sangat menjaga dan berusaha untuk merawat fasilitas yang telah diberikan.

Tabel 5.29

Tindakan Responden Terhadap Fasilitas Yang Dibuat Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara Mengalami Kerusakan

No. Jawaban Frekuensi Persen (%)

1. Melaporkan kepada pihak

Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

0 0

2. Berusaha memperbaiki

dengan bergotong-royong bersama warga lain

60 100

3. Tidak melakukan apa-apa 0 0

Jumlah : 60 100

Sumber : Kuesioner, Maret 2015

Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan seluruh responden menjawab mereka berusaha memperbaiki dengan bergotong-royong apabila ada fasilitas yang

Dokumen terkait