• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.3 Data Konsistensi Tinja

Gambar 4.2. Perbedaan konsistensi tinja antara kelompok yang memperoleh laktulosa dan sinbiotik dengan laktulosa dan plasebo

Dari hasil analisis menggunakan uji kai-kuadrat ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap konsistensi tinja pada kelompok intervensi (laktulosa dan sinbiotik) dengan kelompok kontrol (laktulosa dan plasebo) pada pengamatan hari ke-8, hari ke-10,dan hari ke-14 (P< 0.05).

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Normal Keras Tidak BAB hari ke-2 setelah terapi (b) hari ke-8 setelah terapi (d) hari ke-5 setelah terapi (c) hari ke-14 setelah terapi (f) hari ke-10 setelah terapi (e) K o n sis te n si t in ja, n (% ) (a) P= 0.797 (b) P= 0.057 (c) P= 0.153 (d) P= 0.0001 (e) P= 0.0001 (f) P= 0.0001

1: Kelompok Intervensi 2: Kelompok kontrol

Sebelum terapi (a)

Gambar 4.3. Perbedaan nyeri perut antara kelompok yang memperoleh laktulosa dan sinbiotik dengan laktulosa dan plasebo

Dari hasil analisis ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap nyeri perut pada kelompok intervensi (laktulosa dan sinbiotik) dengan kelompok kontrol (laktulosa dan plasebo) pada pengamatan hari 8, hari ke-10,dan hari ke-14 (P< 0.05).

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Nyeri sedang Nyeri ringan Tidak nyeri (a) P= 0.705 (b) P= 0.124 (c) P= 0.348 (d) P= 0.0001 (e) P= 0.0001 (f) P= 0.0001 N y e ri pe rut, n( % ) hari ke-2 setelah terapi (b) hari ke-8 setelah terapi (d) hari ke-5 setelah terapi (c) hari ke-14 setelah terapi (f) hari ke-10 setelah terapi (e) Sebelum terapi (a)

BAB 5 PEMBAHASAN

Sebagian besar konstipasi pada anak, yaitu sekitar 95%, merupakan konstipasi fungsional dimana tidak ditemukannya kelainan patologis atau penyebab organik yang mendasarinya.5 Penyebab tersering konstipasi fungsional pada anak adalah menahan defekasi akibat pengalaman nyeri pada defekasi sebelumnya karena konsistensi feses yang keras.6

Sistematik review dari 18 studi dilaporkan bahwa prevalensi konstipasi pada anak berkisar antara 0,7% sampai 29,6%.3 Studi longitudinal pada anak usia 9 sampai 11 tahun yang dilakukan di Amerika didapatkan prevalensi anak yang menderita konstipasi adalah sebesar 18%,17

Diagnosis konstipasi fungsional adalah menggunakan kriteria Rome III dengan menyingkirkan adanya kelainan organik dengan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang yang diduga mempunyai penyebab organik.

sedangkan penelitian kami pada SDN 1 Blangkejeren, SDN 2 Blangkejeren, dan SDN 3 Blangkejeren dengan usia rerata yang hampir sama mendapatkan prevalensi sebesar 7,5% (84 siswa yang memenuhi kriteria Rome III dari total 1112 siswa).

konstipasi fungsional dan menggunakan alarm symptoms untuk menyingkirkan konstipasi akibat kelainan organik.

Tatalaksana konstipasi fungsional meliputi faktor farmakologi dan non farmakologi. Penanganan lebih awal dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan total dari gejala konstipasi fungsional.4 Sistematik review dari 14 studi prospektif pada tahun 2009 didapatkan hasil bahwa onset konstipasi antara usia 1 sampai 4 tahun tidak berhubungan penyembuhan, sedangkan onset pada usia 4 tahun atau lebih memiliki hubungan yang baik pada penyembuhan konstipasi.21 Tatalaksana farmakologi konstipasi fungsional meliputi evakuasi feses dan terapi rumatan.1,4-6 Obat-obatan yang biasa diberikan pada terapi rumatan adalah laksansia, yang bertujuan agar anak dapat defekasi 1-2 kali sehari.1,5,6. Laktulosa adalah salah satu jenis laksansia osmotik yang aman diberikan pada anak dalam jangka panjang.2

Ada beberapa kemungkinan mengapa probiotik mungkin memiliki potensial terapi pada pengobatan konstipasi.Pertama terdapat laporan yang menjelaskan perbedaan pada mikrobiota usus antara orang sehat dan pasien dengan konstipasi kronis. Kedua, penelitian yang dilakukan pada pemberian B lactis pada populasi sehat dan pada pasien konstipasi terdapat penurunan masa transit usus. Probiotik juga akan menurunkan

Pada penelitian ini kami menggunakan laktulosa sebagai terapi rumatan pada semua anak dengan konstipasi fungsional yang diberikan selama satu minggu.

literatur yang menerangkan secara jelas bagaimana prebiotik dapat mengatasi konstipasi, tetapi melalui proses fermentasi prebiotik, maka akan terjadi stimulasi terhadap pertumbuhan bakteri probiotik dan hasil akhir fermentasi akan menghasilkan short-chain fatty acids (SCFA), gas H2, dan CH4 yang akan mengurangi masa transit hasil pencernaan di usus.8 Hanya sedikit penelitian mengenai peran sinbiotik terhadap konstipasi pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Amenta pada orang dewasa sebanyak 297 orang yang menderita konstipasi dengan pemberian Bifidobacteriumlongum W11 dan FOS Actilight selama 60 hari pengamatan diperoleh hasil bahwa pemberian sinbiotik efektif terhadap pengobatan konstipasi.

Pada penelitian sebelumnya, pada 40 jam pengamatan yang dilakukan pada anak 6 bulan sampai dengan 14 tahun sebanyak 41 anak yang menderita konstipasi yang diberikan FOS dan 1x10

35

9 CFU probiotik yang terdiri dari Lactobacillus, Bifidobacterium dan

Streptococcusthermophilus (n=22) dibandingkan dengan plasebo (n=19), diperoleh hasil bahwa kelompok sinbiotik memperoleh hasil 15 jam lebih cepat terjadinya defekasi dibandingkan dengan kelompok kontrol.13 Penelitian yang dilakukan oleh Banaszkiewicz dihasilkan bahwa pemberian L. rhamnosus GG sebagai tambahan terapi terhadap laktulosa pada konstipasi anak tidaklah efektif.36 Bu dkk pada penelitiannya membandingkan efek L. casei rhamnosus Lcr35 dengan magnesium

perbedaan signifikan terhadap frekuensi dan konsistensi feses, tetapi nyeri perut lebih sedikit pada kelompok Lcr35.37

Pada penelitian yang dilakukan oleh Coccorullo dkk mengenai efek pemberian bakteri L. reuteri pada bayi dengan konstipasi fungsional diperoleh hasil bahwa pemberian L. reuteri akan meningkatkan frekuensi tetapi tidak memperbaiki konsistensi dan nyeri.38 Penelitian yang dilakukan oleh Ribeiro pada anak dihasilkan bahwa dengan pemberian polydextrose

dan galactooligosaccharides yang ditambahkan pada susu formula lanjutan akan meningkatkan frekuensi defekasi dibandingkan dengan kelompok kontrol.11 Pengamatan pada 7 hari pemberian

short-chain-fructo-oligosaccharide didapatkan hasil bahwa meningkatnya

bifidobakteria feses secara signifikan terjadi pada hari ke-8.

Penelitian kami adalah uji klinis acak tersamar ganda pada anak dengan konstipasi fungsional. Penelitian kami menggunakan sinbiotik yang terdiri dari 2 jenis probiotik yaitu Lactobacillus acidophilus dan

Bifidobacterium longumdan prebiotik FOS 15% yang diberikan selama satu minggu sebagai terapi tambahan pada terapi rumatan konstipasi fungsional anak untuk meningkatkan efek laksatif dimana diperoleh hasil adanya perbedaan yang signifikan pada frekuensi BAB, konsistensi feses, dan nyeri perut pada tiap pengamatan di minggu kedua antara kelompok sinbiotik dan kelompok kontrol. Belum ada penelitian yang membandingkan jumlah jenis probiotik dalam penanganan konstipasi.

pada dosis dan pH lambung.40 Penelitian ini menggunakan probiotik dosis yang cukup untuk berkolonisasi di kolon dan pemberiannya bersamaan dengan prebiotik yang selain berfungsi sebagai bahan fermentasi bakteri probiotik juga sebagai pelindung bakteri probiotik saat melewati saluran pencernaan.8

Kelemahan penelitian ini adalah pada kriteria eksklusi dimana ada atau tidaknya kelainan organik hanya dinilai dari anamnesa dan gejala klinis saja, tidak dengan pemeriksaan penunjang lainnya.

BAB 6

Dokumen terkait