• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. Teknik Analisis Data

3. Data Normalized Gain (N-Gain)

Untuk mengetahui kategorisasi gain yang diperoleh pada kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II, maka

8

dilakukan analisis n-gain. Kategori tersebut diketahui dengan cara menghitung gain yang dinormalisasikan (n-gain) kemudian menginterpretasikannya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh Hake. Perbandingan persentase N-gain pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.7.9

Tabel 4.7. Perbandingan Persentase N-Gain Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II

Kategori N-gain Kelompok Eksperimen I

� = �,��

Kelompok Eksperimen II

� = �,��

Tinggi 9 orang (20 %) 5 orang (11,11 %)

Sedang 33 orang (73,33 %) 17 orang (37,78 %) Rendah 3 orang (6,67 %) 23 orang (51,11 %)

Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa n-gain pada kedua kelompok penelitian tergolong sedang. Siswa yang dikategorikan memiliki n-gain tinggi lebih banyak terdapat pada kelompok eksperimen I dengan jumlah 9 orang. Jika jumlah tersebut diubah dalam bentuk persen, maka akan diperoleh 20 %. Kategori n-gain sedang di kelompok eksperimen I terdapat 33 orang ( 73,33 %), sedangkan kategori tinggi di kelompok eksperimen II hanya terdapat 5 orang (11,11 %), kategori sedang di kelompok eksperimen II terdapat 17 orang (37,78 %). Kategori n-gain rendah yang terdapat pada kelompok eksperimen I sebanyak 3 orang (6,67 %), sedangkan pada kelompok eksperimen II sebanyak 23 orang dengan persentase 51,11 %.

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan pada data pretes dan posttes siswa dari kelompok eskperimen I dan kelompok eksperimen II. Uji hipotesis yang

9

digunakan adalah Uji-t’ karena berdasarkan hasil perhitungan secara statistik data pretes dan posttes memiliki distribusi frekuensi yang normal namun variansinya tidak homogen. Hasil perhitungan uji hipotesis data pretes, posttes, dan N-gain dapat dilihat pada Tabel 4.8.10

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretes, Posttes dan N-Gain Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II

Data Kelompok N Mean t’ t tabel Kesimpulan Pretes Eksperimen I 45 28 -1,60 2,02 (Ho diterima)

(Ha ditolak) Eksperimen II 45 34

Posttes Eksperimen I 45 68 2,83 2,02 (Ho ditolak) (Ha diterima) Eksperimen II 45 56

N-gain Eksperimen I 45 0,57 4,40 2,02 (Ho ditolak) (Ha diterima) Eksperimen II 45 0,35

Berdasarkan Tabel 4.8., pengujian hipotesis data pretes menunjukkan bahwa t hitung < t tabel sehingga hipotesis nol (Ho) diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains siswa pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II. Sedangkan pengujian hipotesis data posttes dan N-gain menunjukkan bahwa t hitung > t tabel sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains siswa pada kelompok eksperimen I yang diajar melalui metode praktikum dan kelompok eksperimen II dengan metode demonstrasi.

10

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat dikemukakan kembali bahwa rata-rata hasil pretes keterampilan generik sains siswa pada kelompok eksperimen I lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen II, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan awal siswa mengenai konsep yang akan dipelajari. Pengetahuan awal ini diperoleh berdasarkan pengalaman belajar yang terjadi di luar sekolah. Walaupun kelompok eksperimen II memiliki rata-rata yang lebih besar dari kelompok eksperimen I namun kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.

Setelah masing-masing kelompok diberi latihan keterampilan generik sains melalui penggunaan metode praktikum dan metode demonstrasi, diperoleh skor rata-rata kelompok eksperimen I lebih besar dibandingkan kelompok eksperimen II. Selain itu kedua kelompok juga menunjukkan perbedaan keterampilan generik sains yang berarti. Dengan kata lain, terdapat perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Sesuai dengan prinsip bahwa metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.11 Siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari dengan mengamati suatu objek secara langsung, menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu untuk membantu pengamatan objek, menggambarkan hasil pengamatan objek, menjelaskan karakteristik objek, kemudian menyimpulkan hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan.

Data posttes menunjukkan keterampilan generik sains yang paling tinggi pada kelompok eksperimen I adalah keterampilan pengetahuan tentang skala. Hal ini disebabkan karena siswa telah memiliki kemampuan untuk menentukan perbesaran mikroskop yang digunakan ketika

11

Nuryani Rustaman et.al, Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi,

mengamati karakteristik morfologi jamur Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Pada kelompok eksperimen II, keterampilan pengetahuan tentang skala tergolong dalam kategori sedang. Kelompok eksperimen II menggunakan metode demonstrasi dimana siswa tidak terlibat langsung dalam pengamatan suatu objek, siswa hanya melihat objek berdasarkan kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga kemampuan dalam menentukan perbesaran mikroskop masih rendah.

Berdasarkan perhitungan diperoleh rata-rata N-Gain kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II termasuk kategori sedang. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi secara penuh dalam kegiatan praktikum maupun demonstrasi. Kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran menjadi kurang mendalam dan akibatnya siswa tidak memahami materi secara utuh, padahal pemahaman yang benar dalam sains menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan agar siswa tidak hanya sekedar tahu tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pada kelompok eksperimen II yang menggunakan metode demonstrasi, siswa tidak terlibat langsung dalam pengamatan suatu objek, siswa hanya melihat kegiatan pengamatan objek serta hasil pengamatan yang diperagakan oleh guru, sehingga pemahamannya pun kurang mendalam.

Walaupun terdapat peningkatan dalam keterampilan generik sains pada kedua kelompok, namun masih dalam kriteria rendah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Drury bahwa keterampilan atau kemampuan generik merupakan keterampilan yang dapat diterapkan pada beragam bidang studi dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang relatif lama.12 Sehingga diperlukan ketelatenan dan kesabaran untuk melatih keterampilan tersebut. Peran guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan

12

Taufik Rahman dkk., Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Educare Online, Vol.2 No. 2, 2008, h.2

penggunaan metode praktikum sangat besar peranannya bagi peningkatan keterampilan generik sains.

Hasil perbandingan posttesantara siswa yang diajar dengan metode praktikum dengan siswa diajar dengan metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa kelompok yang menerapkan metode praktikum lebih unggul dibandingkan kelompok yang menggunakan metode demonstrasi. Artinya terdapat perbedaan dalam keterampilan generik sains antara siswa yang diajar dengan metode praktikum dengan siswa diajar dengan metode demonstrasi pada konsep jamur.

61 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan metode demonstrasi pada konsep jamur. Keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum lebih unggul dibandingkan dengan metode demonstrasi.Perbedaan ini terlihat pada data hasil posttest dari kedua kelompok dengan perolehan nilai rata-rata posttes untuk kelompok eksperimen I sebesar 73,8 dan untuk kelompok ekperimen II sebesar 60,6. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t’ pada taraf signifikansi 5 % diperoleh harga t hitung > t tabel (3.79 > 2.02) sehingga dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, diantaranya sebagai berikut.

1. Dalam menerapkan metode praktikum dan demonstrasi hendaknya dilakukan persiapan yang lebih matang agar diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Kepada para guru sains, khususnya guru biologi dapat menggunakan metode praktikum dalam pembelajaran guna meningkatkan keterampilan generik sains siswa.

3. Untuk para peneliti berikutnya agar mengimplementasikan metode praktikum dalam rangka menjaring keterampilan generik sains pada level kelas yang lebih tinggi.

62

Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Byrnes, James P. (2009). Cognitive Development and Learning In Instructional Context. New York: Pearson Education, Inc.

Elizar. (2012). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi di Kelas XI IPA-1 pada Pealajaran Biologi. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Vol.1 No.2

Evans, Dennis. (2005). Taking Sides: Clashing Views on Controversial Issues in Teaching and Educational Practice. Lowa : McGraw-Hill Companies, Inc. Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. (2009). Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung : PT. Refika Aditama.

Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hassard, Jack and Dias, Michael. (2009). The Art of Teaching Science: Inquiry and Innovation in Middle School and High School. New York: Routledge Ikhsanuddin dan Widhiyanti, Tuszie. (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrolisis Garam Dan Sifat Koligatif Larutan, Artikel. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI

Jacobson, David et al. (1985). Methods For Teaching: A Skill Aproach. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company

Kadir. (2010). Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Rosemata Sampurna

Kemdikbud, ”Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan”, http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2012/08/PP-no-19-th-2005-ttg-standar-nasional

pendidikan.pdf [17 Februari 2013]

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta

63

Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Rekasi, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains,Vol. 3 No. 1

Pujiani, Ni Made dkk. (2011). ”Pembekalan Keterampilan Laboratorium Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains ....”, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011

Purwanto, M. Ngalim. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Rahman, Taufik dkk. (2008). ”Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru Dalam Membuat Perencanaan Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan”. http://educare.e-fkipunla.net, 23 Juni 2012

Raina Novianti, Nur. (2011). Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektifitas Proses Pembelajaran. Edisi Khusus No.1

R. Hake, Richard. “Analyzing Change/Gain Scores”. Tersedia Online : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

[21 Desember 2012]

Rozak, Abdul et.al. (2010). Standar Sarana Prasarana dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : FITK Press UIN Jakarta

Rustaman, Nuryani dkk. (2007). Materi Pokok Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Universitas Terbuka

---. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang Press

Sahandri, Mohd. dan Kumar, Saifuddin. (2009). Generic Skills in Personnel Development. European Journal Of Social Sciences Vol. 11 No. 4

Sanjaya, Wina. 2008a. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

---. 2008b. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

S.K, Joseph et.al., (2003). Teaching Science in Elementary and Middle School Classroom: A Project Based Approach, New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

64

Stasz, Cathleen et al. (1990). Teaching and Learning Generic Skills for the Workplace, California: National Center for Research in Vocational Education

Stone, Randi. (2007). Best Practices for Teaching Science: What Award-Winning Classroom Teachers Do. California: Corwin Press.

Sudarmin dan Dwi, Retno. (2006). “Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia Dan Implikasinya Pada Pembelajaran

Kimia”. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11093541.pdf [24

Februari 2012]

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito, Cet. 1.

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers --- (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. ALFABETA, Cet.12

Supriatna, Mamat. (2008). Studi Penelusuran Pengelolaan Laboratorium Sains SMA Sebagai Analisis Kebutuhan Untuk Program Diklat Pengelola Laboratorium”. Jurnal. Vol. VI No. 6

Syaodih, Nana. (2010). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Taufiq dan Wiyono, Ketang. (2009).The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Student’s Science Generic Skill On Rigid Body Equilibrium” Proceedings The 3th International Seminar On Science Education. 17 Oktober. Bandung : UPI.

Tim Penulis PEKERTI Bidang MIPA. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi. Jakarta : Universitas Terbuka

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : PT. Bumi Aksara

65

Zulfiani dkk. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

I

Kelompok Eksperimen II

Mata Pelajaran : IPA (Biologi) Kelas / Semester : X / 1

Pertemuan Ke- : 1

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup

Kompetensi Dasar :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi

kehidupan

Indikator :

2.5.1 Menjelaskan karakteristik jamur secara umum

2.5.2 Mendeskripsikan karakteristik divisi Zygomycota dan Ascomycota (morfologi, anatomi, cara hidup dan peranan)

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat :

1. Menjelaskan struktur tubuh, cara hidup, dan reproduksi jamur pada umumnya

2. Mengetahui struktur morfologi dan anatomi Zygomycota dan Ascomycota 3. Menjelaskan cara hidup dan peranan Zygomycota dan Ascomycota

berdasarkan fakta dan kajian literatur

4. Mengetahui perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek dengan mikroskop

meliputi

Karakteristik Divisi Zygomycota dan Ascomycota meliputi :

No. Karakteristik Zygomycota Ascomycota

1

Struktur tubuh Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang

membentuk alat reproduksi saja. Struktur tubuh Rhizopus stoloniferus terdiri atas stolon, hifa, sporangiofor, dan sporangium (kotak spora).

Tubuh jamur Ascomycota

tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Di antara

Ascomycota ada yang bersel tunggal (ex: Saccharomyces cerevisiae),bersel banyak membentuk miselium (ex:

Aspergillus oryzae, A. wentii, Penicillium notatum,

P.chrysogeum, dan

Neurospora crassa), dan ada pula yang membentuk tubuh buah (ex: Xylaria dan Nectaria).

Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk konidiospora

Karakteristik jamur

Struktur Tubuh a. Bersifat eukariotik b. Bersifat heterotrof

c. Multiseluler atau uniseluler d. Tersusun atas hifa yang akan

membentuk anyaman

(miselium)

e. Terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat (asepta) / senositik

f. Tidak memiliki akar dan daun sejati

g. Hidup pada kondisi lingkungan yang lembab

Sifat hidup a. Parasit b. Saprofit c. Bersimbiosis dengan organisme lain Reproduksi a. Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium, atau membentuk spora b. Secara seksual dilakukan dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual

3 Peranan

a. Menguntungkan

b.Merugikan

terjadi dengan cara

membentuk spora di dalam sporangium. Reproduksi ini lebih sering terjadi.

Reproduksi secara seksual jamur ini dilakukan dengan cara konjugasi. Proses konjugasi terjadi di ujung-ujung hifa yang berlainan jenis, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Reproduksi ini akan menghasilkan spora yang disebut zigospora.

Rhizopus stoloniferus ada yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) dan asam-asam organik yang berguna bagi kita.

Rhizopus stoloniferus hidup sebagai pengurai sisa organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. Ada pula yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti roti, nasi, wortel, jambu dan lain-lain.

terjadi dengan cara

membentuk askospora, yaitu spora seksual yang terbentuk di dalam askus.

Saccharomyces cerevisiae, dikenal sebagai ragi atau yeast. Aspergillus oryzae, untuk melunakkan adonan roti. A. wentii, bermanfaat dalam pembuatan kecap. Penicillium notatum, P.chrysogeum menghasilkan antibiotic penisilin. Neurospora crassa, diperoleh dari oncom merah atau tongkol jagung rebus, digunakan untuk penelitian sitogenetika.

Aspergillus flavus,

menghasilkan racun aflatoksin Þ hidup pada biji-bijian. Aflatoksin salah satu penyebab kanker hati. Aspergillus

fumigatus, parasit paru-paru burung. Aspergillus nidulans, penyebab

Langkah-langkah Pembelajaran

No. Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

I KEGIATAN AWAL (10 menit)

Apersepsi

Guru bertanya pada siswa ”Organisme apa yang berperan dalam proses pembuatan tempe dan oncom? ”

Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

Motivasi Untuk memotivasi siswa, guru bertanya, ”Bagaimana bentuk jamur? Apa yang membedakan jamur dengan organisme lainnya?”

II KEGIATAN INTI a. Eksplorasi (15

menit)

Agar siswa lebih memahami materi, guru memerintahkan kepada seluruh siswa untuk membentuk kelompok (5 siswa per kelompok) dan berdiskusi terkait

karakteristik jamur secara umum, ciri-ciri divisi Zygomycota, dan divisi Ascomycota. Selain itu, setiap kelompok diperintahkan untuk

membuat 1 buah pertanyaan singkat.

Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menemukan struktur tubuh, sifat hidup, dan peranan jamur. Kemudian setiap kelompok membuat 1 buah pertanyaan.

b. Elaborasi (15 menit)

Guru mengumpulkan pertanyaan dari siswa kemudian secara acak guru menawarkannya kepada seluruh siswa. Bagi siswa yang telah berani menjawab dengan benar maka akan diberikan poin.

Siswa menjawab pertanyaan yang ditawarkan oleh guru. Demikian seterusnya hingga seluruh pertanyaan terjawab.

menit) materi yang akan dipelajari, memperagakan cara

penggunaan mikroskop dengan perbesaran tertentu, mengevaluasi setiap

pertanyaan yang telah dijawab oleh siswa serta penjelasan tambahan dan penguatan konsep mengenai karakteristik jamur divisi Zygomycota dan

Ascomycota.

mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru.

III

KEGIATAN

PENUTUP (10 menit)

Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya.

Siswa menanyakan hal yang belum dipahaminya.

Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

Alat dan Sumber Belajar : 1. Buku Paket Biologi kelas X 2. Alat peraga demonstrasi dan LCD Penilaian : sikap, dan tes tertulis (evaluasi)

Pertanyaan Evaluasi :

1) Sebutkan 6 karakteristik umum jamur !

2) Sebutkan tiga peranan divisi Ascomycota yang menguntungkan ! 3) Bagaimana bentuk tubuh buah dari divisi Ascomycota ?

4) Pada divisi Zygomycota, dimanakah tempat terbentuknya spora ?

5) Pada divisi Ascomycota, dimanakah tempat terbentuknya konidiospora ? 6) Apa nama spora seksual dan aseksual dari :

a. Divisi Zygomycota b. Divisi Ascomycota

1) a.Bersifat eukariotik b.Bersifat heterotrof

c.Dinding sel terbuat dari bahan kitin d.Multiseluler atau uniseluler

e.Tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium) f.Terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat (asepta) / senositik

g.Tidak memiliki akar dan daun sejati h.Hidup pada kondisi lingkungan yang lemb 2)

a.Neurospora crassa berperan dalam pembuatan oncom

b.Penicillium notatum berperan dalam pembuatan antibiotik penisilin c.Aspergillus wentii berperan dalam pembuatan kecap, tauco

3) seperti mangkuk / botol 4) kotak spora (sporangium)

5) ujung hifa khusus yang tumbuh tegak (konidiofor) 6) zygospora, askospora

II

Kelompok Eksperimen II

Mata Pelajaran : IPA (Biologi) Kelas / Semester : X / 1

Pertemuan Ke- : 2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup

Kompetensi Dasar :2.5.Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan

Indikator :

2.5.3 Mendeskripsikan karakteristik morfologi divisi Basidiomycota, misalnya struktur tubuh, cara hidup, dan peranan

2.5.4 Menjelaskan ciri-ciri dan peranan divisi Deuteromycota bagi kehidupan 2.5.5 Menjelaskan simbiosis jamur dengan organisme lain

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat :

1. Mengetahui struktur tubuh Basidiomycota beserta bagian-bagiannya 2. Menjelaskan cara hidup dan peranan Basidiomycota berdasarkan fakta dan

kajian literatur

3. Menjelaskan hal yang menyebabkan terbaginya jamur menjadi 4 divisi (Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota, Deuteroycota)

4. Menjelaskan alasan divisi Deuteromycota disebut fungi imperfecti

5. Menjelaskan cara hidup dan peranan Deuteromycota berdasarkan fakta yang ada dan kajian literatur

meliputi

Karakteristik Divisi Basidiomycota

Struktur tubuh

Nama Basidiomycota

berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup

Basidiomycota yang berbentuk seperti gada. Pada umumnya jamur ini merupakan saproba yang penting. Ciri umum jamur ini adalah hifa bersepta

Reproduksi Fase aseksual Basidiomycota ditandai dengan pembentukan konidium, sedangkan fase seksualnya ditandai dengan membentuk basidiospora. Spora pada konidium maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai tumbuh

membentuk hifa

bersekat melintang yang berinti

satu (monokariotik). Selanjutnya , hifa akan tumbuh membentuk miselium.

Peranan

Beberapa contoh Basidiomycota yang penting adalah sebagai berikut.

1) Volvariella volvacea dan Agaricus bisporus, jamur yang

dibudidayakan untuk dimasak sebagai bahan makanan. Jamur ini ditanam pada medium yang mengandung selulosa (misalnya jerami) dengan kelembapan tinggi.

2) Auricularia polytrica (jamur kuping), jamur ini enak dimakan, hidup pada batang tumbuhan yang telah mati.

Beberapa contoh Basidiomycota yang

merugikan adalah sebagai berikut. 1) Puccinia graminis, jamur ini

hidup parasit pada rumput. 2) Ustilago maydis, jamur ini parasit

pada tanaman jagung, menyerang sukam daun , tongkol, jumbai dan tangkai.

3) Ganoderma pseudoferreum, jamur ini penyebab busuk akar pada tanaman coklat, kopi, teh, karet dan tanaman perkebunan lain. 4) Ganoderma applanatum, jamur

ini menyebabkan kerusakan pada kayu.

meliputi

meliputi

dibedakan menjadi

Reproduksi

Disebut juga Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif (seksual). Reproduksi jamur ini secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut konidiofor.

Peranan

Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik, sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias.

Contoh :

1. Alternaria, penyebab busuk pada tanaman budidaya, tomat dan kentang.

2. Curvularia, parasit pada rerumputan. 3. Epidermophyton, penyebab penyakit

kurap.

4. Fusarium, menyerang tanaman kubis, tomat, padi, pisang, dll.

5. Helminthosporium oryzae, merusak kecambah dan menyerang buah-buahan sehingga menimbulkan noda-noda pada daun inang dan buah yang terserang berwarna hitam.

Karakteristik Divisi Deuteromycota

Simbiosis Jamur dengan Organisme Lain

Simbiosis antara jamur Ascomycota, Basidiomycota atau Zygomycota dengan akar tumbuhan membentuk hubungan yang disebut Mikoriza

Simbiosis mutualisme antara jamur Ascomycota dan Basidiomycota dengan ganggang membentuk struktur yang disebut Lumut Kerak atau liken (Lichen)

Langkah-langkah pengajaran

No.

Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

I KEGIATAN AWAL (10 menit) Apersepsi

Pada pertemuan sebelumnya kalian telah mempelajari jamur pada divisi Zygomycota dan Ascomycota. Apa nama divisi jamur yang struktur tubuhnya bersifat makroskopis ?

Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Motivasi Guru bertanya pada siswa, apa saja

Dokumen terkait