• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Penyajian Data

4.3.1 Data Observasi

Dalam melakukan penelitian di Sekolah Baby Smile School, peneliti juga melakukan observasi pada masing-masing anak. Setelah melakukan 6 hari pengamatan di sekolah, maka peneliti memiliki hasil observasi dari hari pertama.

Di sini penyelesaian konflik antar anak dalam hubungan interpersonal yang terjadi pada Agnes, Luna, dan Giselle didukung oleh pengamatan peneliti ketika mengikuti kegiatan mereka di sekolah saat bermain bersama ataupun di dalam kelas.

1. Hari Pertama (14 April 2014)

Pukul 09.30 saatnya kelas TK B dan kelas Kids Smile 2 keluar kelas. Karena pada pukul tersebut anak-anak TK B dan Kids Smile 2 pulang sekolah. Biasanya anak-anak bermain bersama terlebih dahulu sebelum jemputan mereka datang. Dan pada waktu itu siswi TK B yang bernama Agnes, Luna, Jessica, dll sedang bermain bersama murid Kids Smile 2 juga. Tetapi hanya Giselle murid Kids Smile 2 yang tidak diajak bermain oleh teman-temannya. Sehingga membuat Giselle menangis karena tidak diajak bermain oleh teman-temannya.

2. Hari Kedua (15 April 2014)

Pada hari Selasa pukul 10.00 anak-anak kelas TK B dan kelas Kids Smile2 sedang bermain bersama, sambil menunggu jemputan masing-masing siswa. Pada saat itu mereka sedang bermain bola, tiba-tiba terdengar terjadi pertengkaran antara anak-anak. Dan saat itu yang terjadi pertengkaran antara siswa kelas TK B yang bernama Lionel Keefe dan siswi Kids Smile2 yang bernama Giselle Dyane Hosen. Pertengkaran terjadi akibat lionel keefe yang berebut mainan dengan giselle. Mereka berdua tidak mau saling mengalah dan akhirnya pun mereka saling memukul untuk mempertahankan mainan tersebut. Dan tidak hanya itu saja Giselle berusaha menarik baju lionel keefe sampai temannya tersebut jatuh. Karena giselle tidak mau mainan tersebut sampai jatuh ke tangan temannya. Dan salah satu dari mereka mengancam untuk melaporkan kepada orangtuanya.

Hal ini menurut peneliti dengan menggunakan metode penggunaan paksaan. Yang artinya, orang sering menggunakan kekeasaan atau kewenangan agar konflik dapat diredam atau dipadamkan.

Gambar 2. Giselle berebut mainan dengan temannya 3. Hari Ke Lima (21 Apr il 2014)

Tepatnya pada hari senin pukul 10.00. Pada saat itu sedang ada perayaan hari Kartini di sekolah Baby Smile School. Pada saat itu acara perayaan Kartini baru saja selesai. Seperti biasa sebagian murid sudah ada yang dijemput oleh orangtuanya masing-masing. Tetapi ada sebagian murid yang masih menunggu jemputan orangtuanya. Seperti biasa sambil menunggu jemputan, mereka bermain bersama. Pada saat itu murid TK A, TK B dan murid Kids Smile sedang bermain bersama. Pada saat itu

peneliti melihat salah satu murid TK A yang bernama Tasya sedang menangis. Setelah peneliti berusaha untuk mencari tahu sebab kenapa murid TK A ini menangis, pada saat itu peneliti mencari tahu dengan bertanya kepada murid-murid yang lain, ternyata saat itu Siswi yang bernama Tasya ini dipukul oleh murid TK B yang bernama Victorine Luna karena Tasya telah menempati tempat bermain yang sudah Luna temapati untuk bermain dengan temannya. Karena Luna tidak mau bermain dengan murid kelas lain. Sehingga Luna memukul Tasya hingga menangis. Tetapi tidak lama kemudian, Luna mau meminta maaf kepada tasya atas kesalahan yang dia lakukan. Dan Tasya pun akhirnya berhenti menangis. Dari data observasi ini peneliti menyimpulkan bahwa data observasi ini menggunakan metode pengahalusan. Yang artinya, Pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa kasih sayang, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang mengarah pada perdamaian.

4. Hari Ke Enam (22 April 2014)

Pada saat itu tepatnya hari selasa pukul 09.30. Seperti biasa setiap jam belajar selesai, anak-anak selalu menyempatkan bermain bersama temannya terlebih dahulu. Dan pada saat itu murid TK B yang bernama Elizabeth Agnecia sedang bermain bersama teman-temannya satu kelas. Salah satu dari mereka yang bernama jessica membagi-bagikan uang

mainan kepada teman-temannya. Termasuk membagikan kepada Agnes. Tetapi saat itu Agnes merasa kurang dengan uang yang dibagikan oleh Jessica. Lalu Agnes mengambil uang mainan temannya bernama Naomi yang diberi oleh Jessica. Saat itu Naomi sangat marah kepada Agnes. Karena Agnes telah mengambil barang miliknya. Padahal setiap anak sudah diberi oleh Jessica, hanya saja Agnes merasa kurang. Lalu mereka saling beradu mulut. Dan ketika Agnes merasa bahwa teman-temannya tidak ada yang membelanya, dengan kesadaran diri Agnes mau meminta maaf kepada Naomi atas kesalahan yang sudah dia buat. Mereka pun main bersama-sama lagi.

Dari hal ini peneliti juga menyimpulkan bahwa data observasi ini menggunakan metode penghalusan. Yang artinya pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa kasih sayang, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang mengarah pada perdamaian.

4.4 Analisis Data

Pada dasarnya hubungan interpersonal adalah ketika manusia selalu berinteraksi dengan sesama manusia tentunya dengan menggunakan komunikasi. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal communication). Komunikasi antarpribadi atau interpersonal communication, dalam kehidupan sehari-hari manusia, selalu ditemui dengan apa yang dimaksud

oleh komunikasi antarpribadi. Hubungan interpersonal yang dilakukan anak-anak dengan temannya adalah pada saat mereka sedang bermain bersama.

Dari hasil penelitian ini di dapat bahwa model komunikasi yang digunakan anak dengan temannya adalah model komunikasi interaksional dimana komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada suatu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. Komunikasi yang terjadi secara tatap muka (face to face). Komunikasi berbentuk verbal atau bahasa atau kata-kata, gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat. Proses feedback dan efek pun pada bentuk komunikasi ini dapat diterima secara langsung pula. Komunikasi langsung biasanya terjadi spontanitas, tidak terstruktur dan sering berakhir pada perubahan perilaku dan sikap.

Dari hasil penelitian di lapangan tentang penyelesaian konflik antar anak dalam hubungan interpersonal yang memiliki orang tua temperamental yang dilakukan oleh murid-murid baby smile school adalah hubungan interpersonal yang dilakukan anak-anak pada saat mereka bermain bersama.

Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada 3 informan yang menjadi narasumber yaitu orangtua murid dan 3 informan yang menjadi narasumber yaitu murid Baby Smile School. Yang 2 antaranya dari murid kelas TK B dan 1 diantaranya murid kelas Kids Smile 2.

Informan 1 sebagai ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu untuk anaknya. Dan jika anaknya melakukan sebuah kesalahan tidak segan-segan ia

akan memukul anaknya agar tidak melakukan kesalahan lagi. Dan anaknya yang bernama Elizabeth Agnecia ketika bermain bersama temannya dan terjadi konflik dengan temannya, ia mau untuk meminta maaf kepada temannya walaupun hanya pada saat takut teman-temannya tidak ada yang mau bermain bersamanya, dan dia memilih untuk berdamai. Hal ini dengan menggunakan metode penghalusan, dimana pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa kasih sayang, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang mengarah pada perdamaian.

Dan untuk informan ke 2 sebagai orangtua yang sangat sibuk, sehingga sulit sekali memiliki waktu untuk anaknya. Tetapi informan 2 ini juga tidak segan-segan memukul anaknya, ketika anaknya melakukan kesalahan. Dan Informan 2 ini juga selalu memberikan hukuman kepada anaknya, jika anaknya mulai nakal. Dan anaknya yang bernama Victorine Luna ini ketika bermain bersama temannya dan jika terjadi konflik dengan temannya, ia pun dengan kesadarannya mau meminta maaf kepada temannya untuk mencapai sebuah perdamaian. Hal ini juga menggunakan metode penghalusan, yang artinya pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa kasih sayang, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang mengarah pada perdamaian.

Sedangkan untuk informan 3 sebagai orangtua single parents cukup merasa kesulitan membesarkan anak seorang diri. Informan 3 ini sangat keras dalam mendidik anaknya. Jika anaknya melakukan sebuah kesalahan informan 3

kepada anaknya. Dan informan 3 ini setiap harinya selalu memberikan omelan-omelan kepada anaknya. Agar anaknya mau menurut kepadanya. Dan anaknya yang bernama Giselle Dyane Hosen ini pun ketika bermain bersama temannya selalu saja bertengkar dengan temannya. Sehingga teman-temannya pun tidak ada yang mau bermain bersama dengannya. Karena Giselle ini setiap bermain bersama temannya selalu saja menunjukkan sikap yang tidak baik dengan temannya. Dan ketika Giselle melakukan sebuah kesalahan ia tidak pernah mau meminta maaf kepada temannya. Dan giselle ini ketika bermain bersama teman-temannya tidak pernah mau mengalah dan tidak mau berbagi dengan temannya. Dan ketika terjadi konflik dengan temannya lebih menggunakan metode penggunaan paksaan, dimana orang sering menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredam atau dipadamkan.

Kesimpulannya bahwa peran orangtua, Guru, dan teman sangat berperan dalam pencapaian perkembangan emosi sosial yang baik pada masa kanak-kanak. Relasi awal dengan orangtua merupakan pondasi dicapainya kompetensi sosial dan hubungan dengan teman. Orangtua harus berinteraksi dengan menunjukkan kasih sayang, memahami perasaan anak, memahami keinginan dan kebutuhannya, mengekspresikan minat anak dalam aktivitas sehari-sehari, bangga atas pencapaian anak, memberi semangat dan dukungan saat anak mengalami masalah.

Guru, sama halnya dengan orangtua, harus menunjukkan relasi yang hangat dan responsif, keterikatan yang konsisten, terlebih anak mulai menghabiskan banyak waktunya dengan guru (Dalam kelompok bermain di

Teman juga sangat berperan penting melalui hubungan pertemanan yang baik dan bermain bersama, dan penerimaan sebagai teman karena anak akan belajar bagaimana bekerja dalam kelompok dan bekerja sama dengan teman lain. Anak-anak yang ditolak oleh teman-temannya akan berefek pada hambatan sosial dan prestasi belajar di sekolah. Dalam kondisi demikian, peran guru dan orangtua sangat penting untuk melakukan intervensi dalam rangka membantu anak-anak mengatasi hambatannya.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang dibahas pada hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan penelitian ini bahwa :

Dari ketiga informan 2 diantaranya dalam menyelesaikan sebuah konflik antar anak dengan menggunakan metode penghalusan yang artinya pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa kasih sayang, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang mengarah pada perdamaian. Seperti contoh pihak-pihak yang berkonflik mau meminta maaf dengan bahasa yang lembut dan dengan bahasa kasih sayang agar pihak yang berkonflik dapat berdamai kembali.

Dan satu dari ketiga informan dalam menyelesaikan sebuah konflik antar anak dengan menggunakan metode penggunaan paksaan. Yang memiliki arti orang sering menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredam atau dipadamkan. Seperti contoh pihak yang berkonflik lebih menggunakan kekuasaan untuk meredam sebuah konflik.

1.2 Sar an

Semoga dengan ditulisnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum dan secara khusus bagi penulis. Serta dapat mengetahui tentang seluk beluk strategi penyelesaian konflik antar anak yang memiliki orangtua temperamental dalam hubungan interpersonal.

Penulis menyampaikan saran kepada para orangtua dalam mendidik anak demi perkembangan sosial pada masa kanak-kanak.

1. Dalam hubungan interpersonal yang baik dengan anak, orangtua harus berinteraksi dengan menunjukkan kasih sayang, memahami perasaan anak, memahami keinginan dan kebutuhannya, mengekspresikan minta anak dalam aktivitas sehari-sehari, bangga atas pencapaian anak, memberi semangat dan dukungan saat anak mengalami masalah. 2. Guru sama halnya dengan orangtua, harus menunjukkan hubungan

yang hangat dan responsif,dan memiliki keterikatan yang konsisten. 3. Sebaiknya para orangtua menerapkan pola asuh otoritatif atau

demokratis. Gaya pengasuhan ini mendorong anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan anak. Jadi orangtua masih melakukan kontrol pada anak tetapi tidak terlalu ketat. Umumnya orangtua bersikap tegas tetapi mau memberikan penjelasan mengenai aturan yang diterapkan dan mau bermusyawarah atau berdiskusi. Efek pengasuhan otoritatif yaitu anak mempunyai kompetensi sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab

secara sosial, juga tampak ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, mempertahankan hubungan ramah dengan teman, dan mampu mengatasi stress dengan baik.

4. Orangtua juga harus bersikap hangat dan sayang terhadap anak, menunjukkan rasa senang dan dukungan sebagai respons terhadap perilaku anak.

5. Cara memperlakukan anak sebaiknya menyesuaikan dengan usia dan taraf perkembangan anak. Misalnya, perlakuan terhadap anak usia tiga tahun seharusnya tidak sama dengan anak usia lima tahun.

Demikian Saran yang penulis sampaikan. Semoga dapat diterima dan dapat dijadikan pertimbangan demi perkembangan sosial dan emosional anak dalam hubungan interpersonal menjadi lebih baik.

Devito, Joseph. 2007. The International Communication Book. Eleventh Edition New York Pearson Education, Inc.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori, Filsafat dan Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Effendy, Onong Uchjana. 1981. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung : Alumni Hardjana, Agus M, 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.

Yogyakarta : Kanisius

Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : DIVA Press

Hurlock, EB. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Monks, Knoers and S.R Haditono, 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Mulyana, Dedy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Schramm, Wilbur. 1961. “How Communication Works,” The Process and Effects

of Mass Communication. Urbana, III : The University of Illinois Press.

Soetjiningsih, Cristiana H. 2012. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : Prenada Media Group.

Dokumen terkait