• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA PERKEMBANGAN IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Dalam dokumen BAB III TINJAUAN KASUS (Halaman 28-32)

Tanggal : 27 Mei 2021 Pukul : 11.10 WIB

S : Ibu mengatakan bahwa ASI belum keluar lancar, bayi sudah menyusu Ibu sudah BAK 3 kali, belum BAB dan nyeri luka jahitan jalan lahir

1. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual:

a. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayi

Ibu terlihat begitu senang dengan kelahiran anaknya ini. Hal tersebut terlihat dari cara ibu merawat bayinya. Sebisa mungkin Ibu berusaha untuk merawat bayinya sendiri dengan mengingat pengalaman pada anak pertamanya, dan didampingi oleh ibu kandung Ny. D.

b. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi

Suami dan keluarga juga sangat juga sangat senang atas kelahiran bayi. Hal itu dapat dilihat dari dukungan dan bantuan suami dalam merawat bayi. Terutama bekerja sama dalam begadang di malam hari untuk menjaga bayi Ny.D.

c. Tanggapan ibu terhadap masa nifas

Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan pulih kembali meskipun ibu khawatir tentang ASInya yang tidak lancar dan takut apabila jumlah ketersediaan ASInya tidak mencukupi kebutuhan bayi.

d. Orang yang tinggal serumah dengan ibu

Ibu tinggal di rumah bersama suami dan anaknya, serta orang tua dari Ny. D.

2. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi

Ibu mengetahui tentang masa nifas dan cara merawat bayi dari pengalaman sebelumnya, cerita atau pengalaman dari orang-orang sekitarnya serta dari penjelasan bidan.

O : a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis c) Tekanan darah : 110/70 mmHg d) Nadi : 85 x/menit e) Respirasi : 23 x/menit f) Suhu : 36.6 0C g) Dada (payudara):

Simetris, tidak ada retraksi kulit payudara, puting susu menonjol.

Tidak ada massa/ benjolan. ASI tidak lancar (produksi sedikit).

h) Abdomen

Inspeksi: Bentuk bulat, tidak ada bekas luka operasi, ada striae gravidarum dan terdapat linea nigra.

Palpasi: TFU 2 jari di bawah pusat, Kontraksi keras. Kandung kemih kosong

7) Genetalia Eksterna.

Vulva tidak oedem dan tidak ada varises, perineum ada luka jahitan, lokea rubra, PPV ± 10 cc.

8) Terapi yang didapat

Ibu telah mendapat terapi berupa Amoxcilin, tablet zat besi, vitamin C dan vitamin A 200.000 unit satu jam setelah lahir dan 24 jam setelah minum vitamin A pertama

A : Ny. D 23 tahun P2A0 post partum 6 jam P :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik.

Rasionalisasi: Memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak pasien (Depkes RI, 2012).

Evaluasi: Ibu mengerti.

2. Menganjurkan ibu untuk membasuh daerah kewanitaannya dengan air bersih dari arah depan ke belakang, membasuh daerah luka jahitan dengan seksama setiap kali BAK dan BAB dan mengganti pembalut apabila sudah penuh atau dirasa sudah tidak nyaman

Rasionalisasi : agar kondisi luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi kuman dari anus ke vagina

Hasil : ibu mengetahui dan bersedia mempraktekkan setiap kali BAB dan BAK

3. Mengajarkan ibu cara mempercepat penyembuhan luka perineum

Rasionalisasi : Mempercepat luka perineum bertujuan agar ibu dapat lebih nyaman beraktivitas dan menghindari terjadi infeksi pada luka jahitan. Salah satu cara untuk mempercepat luka perineum yaitu dengan melakukan latihan kegel. Latihan kegel akan mengakibatkan kontraksi dan relaksasi otot-otot panggul sehingga membantu meredakan ketidaknyamanan perineum serta meningkatkan sirkulasi lokal, mengurangi edema dan mempercepat penyembuhan lukaperineum 4. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi dan minum yang cukup

Rasionalisasi : makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu sangat penting untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu selama masa nifas dan untuk memperbanyak produksi ASI sehingga bayi dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Evaluasi : ibu telah makan dan minum dengan cukup 5. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup

Rasionalisasi : istirahat yang cukup sangat penting karena untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu di masa nifas dan mencegah terjadinya gangguan pada psikologi ibu yang menyebabkan ibu tidak mau merawat bayinya.

Evaluasi : ibu telah istirahat yang cukup

6. Memotivasi ibu untuk terus menyusui bayinya meskipun produksi ASI-nya sedikit atau tidak lancar.

Rasionalisasi: Keinginan yang kuat untuk menyusui bayinya akan mendorong ibu untuk selalu berusaha menyusui bayinya dalam kondisi apapun. Dengan motivasi yang kuat, seorang ibu tidak akan mudah menyerah meskipun ada masalah dalam proses menyusui bayinya.

Dengan demikian maka ibu akan selalu menyusui bayinya sehingga

rangsangan pada putting akan mempengaruhi let-down reflex sehingga aliran ASI menjadi lancar (Suradi dan Tobing, 2004). Isapan bayi juga akan merangsang produksi hormon lain yaitu oksitosin, yang membuat sel otot disekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi semakin bayi mengisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan

Evaluasi: Ibu bersedia untuk terus menyusui bayinya.

7. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu pastikan posisi ibu ada dalam posisi yang nyaman, kepala dan badan bayi berada dalam garis lurus, wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting, ibu memeluk badan bayi dekat dengan badannya, ibu menyangga seluruh badan bayi, ibu mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada putting susu dan areola sekitarnya, sebagian besar areola (bagian hitam disekitar putting) masuk ke dalam mulut bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi melengkung ke luar dan dagu bayi menyentuh payudara ibu. Susui bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8 kali sehari, jika bayi tidur lebih dari 3 jam bangunkan dan susui.

Rasionalisasi : agar ibu dapat memberikan ASI yang cukup untuk bayinya dan mencegah terjadinya puting susu lecet

Evaluasi : ibu dapat mengulang kembali teknik menyusui yang benar 8. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja tanpa selama 6 bulan.

Rasionalisasi : Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Evaluasi : Ibu merencanakan untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan.

Dalam dokumen BAB III TINJAUAN KASUS (Halaman 28-32)

Dokumen terkait