• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

2 Data Primer

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rivana, Staf Bank BRI Cabang Purwokerto.bagian dana dan jasa, tanggal 19 Januari 2012 sebagai berikut :

2.1 Cek dan Bilyet Giro merupakan alat pembayaran giral, yang digunakan oleh masyarakat khususnya kalangan pedagang besar yang menggunakan transaksi dalam jumlah yang besar, penggunaan Cek dan Bilyet Giro mengalami peningkatan setiap tahunnya.

2.2 Penggunaan Cek maupun Bilyet Giro mengalami peningkatan disebabkan karena lebih prakris, aman dan dapat dipindahtangankan oleh pemegangnya.

2.3 Faktor-faktor pendorong nasabah BRI Cabang Purwokero menggunakan Cek dan Bilyet Giro, antara lain disebabkan karena lebih aman, kewajiban penyedia dana, samapai pada tujuannya, anjuran dari Bank Indonesia, dan lain-lain.

2.4 Mekanisme penerbitan Cek dan Bilyet Giro penarik maupun penarik harus mempunyai rekening giro terlebih dahulu sebelum menerbitkan Cek dan Bilyet Giro. Persyaratan pembukaan rekening giro di Bank BRI Cabang Purwokerto, antara lain : mengisi aplikasi pembukaan rekening giro, tidak termasuk dalm daftar hitam Bank Indonesia, mengisi setoran awal untuk nasabah perorangan sebesar Rp. 500.000,00. dan badan usaha sebesar Rp. 1.000.000,00 dan perusahaan sebesar Rp. 2.000.000,00.

2.5 Pemindahbukuan Cek dan Bilyet Giro dapat dilakukan oleh bank yang sama yaitu Bank BRI ke Bank BRI maupun dari Bank BRI ke Bank yang lain melalui kliring yang diadakan oleh Bank Indonesia.

2.6 Persoalan yang muncul dalam praktek di Bank BRI Cabang Purwokerto antara lain : pengisian yang tidak lengkap, adanya Cek dan Bilyet Giro kosong, penolakan pembayaran oleh bank, dan lain-lain.

B. PEMBAHASAN.

Perbankan merupakan prasarana di bidang pembangunan ekonomi. Setiap pembayaran yang dilakukan melalui Bank yang usaha pokok adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk

kredit, juga memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

Penggunaan sistem uang giral khususnya Cek dan Bilyet Giro di Indonesia sangat diperlukan sekali, berhubung Indonesia sekarang ini sedang dalam taraf pembangunan dan pemulihan di bidang ekonomi yang mengalami kelemahan yang diakibatkan karena krisis moneter yang menimpa Indonesia, sehingga untuk menambah gairah perdagangan dalam masyarakat maka perlu diadakan pembimbingan ke arah penggunaan uang giral, karena penggunaan uang giral itu merupakan suatu alat untuk mempermudah sistem pembayaran dalam dunia perdagangan, sehingga dengan berkembangnya perekonomian negara, maka harus dibarengi dengan perkembangan sistem pembayaran menggunakan uang giral.

Bank menciptakan beberapa jenis sarana dalam bentuk surat berharga yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran. Jenis-jenis sarana tersebut terdiri atas Cek, Wesel, Promes, Bilyet Giro dan Surat-Surat lainnya yang dikenal sebagai surat Warkat Bank. Warkat-warkat Bank itu yang berfungsi sebagai uang sedangkan uang yang berfungsi sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah, seperti uang logam dan uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Uang yang beredar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, peningkatan tersebut disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah adanya kenaikan

kegiatan usaha disektor perusahaan dan perdagangan, dan peranan uang giral pun semakin bertambah dari tahun ke tahun dibandingkan dengan penggunaan uang kartal. Bertambahnya uang giral ini merupakan akibat dari peningkatan penggunaan jasa-jasa Bank oleh masyarakat maupun dalam kegiatan usaha, dan pemerintah berusaha dalam melaksanakan kebijaksanaan di bidang perbankan. Untuk meningkatkan lalu lintas pembayaran secara giral, pemerintah mengambil tindakan-tindakan dalam rangka pembinaan perbankan, guna mendapatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, agar penyelenggaran lalu lintas pembayaran secara giral dapat terselenggara dengan baik.

Berdasarkan atas tuntutan masyarakat akan keamanan dan efisiensi dalam lalu lintas pembayaran, dan berhubung dengan salah satu tujuan dari bank yaitu mengatur siklus uang kartal yang beredar dalam masyarakat dan sebagai penarik dari masyarakat guna pembangunan serta berhubungan dengan fungsi suatu bank yang menjaga kestabilan ekonomi moneter dan keuangan, maka Cek dan Bilyet Giro sebagai wujud dari salah satu surat berharga merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengertian surat berharga menurut Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso sebagai berikut :11

Surat Berharga adalah surat yang diadakan oleh seseorang sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang merupakan pembayaran sejumlah harga uang.

Namun pembayaran tersebut tidak dilaksanakan dengan menggunakan mata uang melainkan dengan menggunakan alat pembayaran yang lain, yang mana adalah berupa surat yang didalamnya terdapat suatu pesan ataupun perintah kepada pihak

11 Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Op.Cit. hal. 30

ketiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut.

Cek maupun Bilyet Giro merupakan surat berharga yang paling umum digunakan di dunia perdagangan. Menurut ketentuan undang-undang Cek adalah surat berharga yang mempunyai sifat sebagai alat pembayaran, sehingga masyarakat khususnya para pedagang umumnya atau yang terlibat di dalam dunia usaha dapat merasakan manfaatnya dan sebagai uang tunai, dan bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.

Cek merupakan surat berharga yang diatur di dalam Pasal 178 KUHD, sedangkan Bilyet Giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam KUHD. Penggunaan Cek dan Bilyet Giro dalam dunia perdagangan dan perusahaan serta penggunaannya oleh masyarakat umum dirasakan sangat memberikan banyak kemudahan. Hal ini dimungkinkan sebagai dampak dari perkembangan teknologi, ekonomi, dan sosial, untuk memenuhi perkembangan alat pembayaran menggunakan Cek dan Bilyet Giro maka dibuat peraturan-peraturan yang berkaitan mengenai surat berharga khususnya yang belum diatur dalam KUHD.

Berdasarkan data sekunder 1.2. tentang jumlah nasabah Bank BRI Cabang Purwokerto yang menggunakan warkat Cek dan Bilyet Giro mengalami peningkatan karena nasabah khususnya nasabah pedagang besar dengan menggunakan warkat ini lebih aman, praktis dan dapat dipindahtangankan dalam melakukan transaksi untuk pembayaran dalam jumlah besar.

Penggunaan Cek dan Bilyet Giro lebih aman, artinya tidak setiap orang dapat menggunakan Cek maupun Bilyet Giro karena memerlukan syarat-syarat tertentu, dapat terhindar dari pencurian, perampokan maupun penipuan apabila mambawa uang dalam jumlah yang besar. Praktis, artinya setiap transaksi para pihak tidak perlu membawa uang dalam jumlah yang besar sebagai alat pembayaran melainkan cukup mengantongi surat Cek maupun Bilyet Giro. Mudah dipindahtangankan, artinya Cek tidak dapat dipindahtangankan oleh pemegang utama kepada pemegang berikutnya dengan cara menyerahkan surat kuasa atau surat penunjukan dengan klausul atas tunjuk (aan toonder) atau klausul atas poengganti (aan order), sedangkan Bilyet Giro dapat dipindahtangankan secara endosemen atau pun penyerahan dari tangan ke tangan, kecuali penyerahan dari penerbit kepada pemegang pertama atau penerima.

Bank Indonesia merupakan bank sentral mengeluarkan ketentuan mengenai Bilyet Giro, karena Bilyet Giro merupakan surat berharga yang belum diatur dalam KUHD.

Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengenai tata cara dan petunjuk tentang penggunaan Bilyet Giro, yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia (S.E.B.I) No. 4/670/UPPB/PbB pada tanggal 24 Januari 1972 yang ditunjukan kepada Bank Umum. Surat ini mencabut peraturan dalam S.E.B.I, tentang penolakan pembayaran atas Cek, Bilyet Giro yang diajukan Bank karena tidak adanya dana. Namun mengingat masih ada kelemahan di dalam SEBI tersebut, maka dikeluarkan 2 (dua) ketentuan mengenai Bilyet Giro yaitu :

1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tentang Bilyet

Giro tanggal 1 Juli 1995.

2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995.

Cek kosong adalah cek yang diajukan kepada bank namun dana nasabah pada bank tidak mencukupi untuk membayar surat cek yang bersangkutan (Surat Edaran Bank Indonesia, 16 Mei 1975 No SE 8/7 UPPB).

Pertimbangan-pertimbangan pemerintah untuk menetapkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 1964 dalam pelarangan penerbitan cek kosong yang berkaitan dengan perlindungan pemegang cek (kreditur) terhadap penerbitan cek kosong meliputi :

1. sering terjadi tidak tersedia dana pada bank atas nama cek diterbitkan.

2. perbuatan penarikan cek kosong dapat berkenbang menjadi manipulasi sehingga mengacaukan dan menggagalkan usaha-usaha pemerintah dalam peningkatan bidang perekonomian serta perbaikan-perbaikan stabilitas moneter.

3. penerbitan cek kosong akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lalu lintas pembayaran menggunakan cek dan perbankan pada umumnya.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 1964 ini tidak mencapai harapan karena penerbitan cek kosong semakin bertambah, hukuman ancaman tidak membuat jera para pelakunya, dan pihak yang dirugikan tetap merugi. Tahun 1971 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 1971 yang

diubah menjadi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1971, Undang-Undang Nomor 17 tahun 1964 dicabut.

Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran kepada bank umum dan bank pembangunan di Indonesia tanggal 16 Mei 1975 No.SE 8/7 UPPB yaitu memberikan petunjuk tentang tata cara pembukuan rekening giro, penolakan cek atau bilyet giro kosong oleh bank, sanksi administratif, penutupan rekening, perhitungan frekuensi pelanggaran penarikan cek kosong, masa sanksi administratif, syarat-syarat rehabilitasi dan ketentuan-ketentuan lain. Sanksi-sanksi, dan perhitungan antara kantor dan antar bank.

Pada tanggal 25 Juli tahun 2006, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No.

8/17/DASP yang menggantikan S.E.B.I No. 02/10/DASP tangal 8 Juni 2000 Perihal Tata Usaha Penarikan Cek/ Bilyet Giro kosong. Pada tanggal 20 April tahun 2000 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai. Dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa Cek dan Bilyet Giro dikenakan bea Meterai dengan tarif sebesat Rp. 3000,00 (tiga ribu rupiah). Kenyataan dan praktek perbankan tentang tata cara, penggunaan, syarat dan larangan yang mengatur mengenai Bilyet Giro mengacu pada apa yang menjadi peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia atau S.E.B.I, hal ini dikarenakan belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Bilyet Giro sebagai surat berharga.

Manfaat dan efektif pengguna Cek dan Bilyet Giro di kalangan masyarakat khususnya masyarakat pedagang dibagi dalam 2 segi yaitu :

1. Segi Ekonomi :

a Penundaan pembayaran yang berkaitan dengan beban bunga.

b Sebagai barang atau jaminan akan tersedianya dan pada waktu yang telah ditentukan.

c Sebagai alat kelancaran lalu lintas perdagangan.

2. Segi Praktis :

a Mudah dan praktis dalam membawa dan menyimpannya.

b Menghemat waktu dan tidak memerlukan perhitungan lama.

c Dapat dipindahtangankan dengan orang lain dengan cara peralihan.

d Lebih aman dari resiko kehilangan..

e. Dapat langsung diuangkan sesuai dengan klausul perjanjian

Berdasarkan data primer 2.3 mengenai faktor-faktor pendorong penggunaan Cek dan Bilyet Giro di Bank BRI Cabang Purwokerto,:

1. Lebih aman.

Apabila terjadi kehilangan, pencurian atau pun lepas dari kekuasaan pemiliknya, Cek dan Bilyet Giro yang telah diisi lengkap nama dan Bank penerima dana, maka Cek dan Bilyet Giro itu tidak dapat digunakan oleh orang lain. Cek dan Bilyet Giro juga tidak dapat dibayar dengan uang tunai, Cek dapat dipindahtangankan oleh pemegang utama kepada pemegang berikutnya dengan

cara menyerahkan surat kuasa atau surat penunjukan dengan klausul atas tunjuk (aan toonder) atau klausul atas poengganti (aan order), sedangkan Bilyet Giro tidak dapat dipidah tangankan secara endosemen atau pun penyerahan dari tangan ke tangan, kecuali penyerahan dari penerbit kepada pemegang pertama atau penerima. Dengan demikian penggunaan Cek dan Bilyet Giro adalah lebih aman.

2. Kewajiban penyediaan dana.

Cek dan Bilyet Giro penyediaan dana oleh penerbit baru timbul pada saat tanggal efektif tiba (jatuh tempo). Sebelumnya itu masih ada kesempatan bagi penerbit untuk berusaha mencari dana. Pengajuan Cek dan Bilyet Giro sebelum tanggal efektif tiba (jatuh tempo) maka akan ditolak oleh Bank tanpa memperhatikan apakah dananya cukup atau tidak.

3. Sampai pada tujuannya.

Cek dan Bilyet Giro yang telah diisi lengkap oleh penerbit, maka tidak dapat beredar lagi dan penerbit dapat mengetahui segera bahwa dananya sudah dipindahbukukan ke dalam rekening orang yang ditujunya atau penerima.

4. Dapat dibatalkan.

Selama amanat dalam Bilyet Giro belum dilaksanakan oleh Bank yang bersangkutan, maka Bilyet Giro tersebut dapat dibatalkan oleh penerbitnya.

Faktor ini merupakan penolong yang sangat tepat bagi penerbit yang kebetulan berhubungan dengan pihak yang tidak jujur, beritikat buruk atau wanprestasi.

5. Anjuran Bank Indonesia

Karena pengaruh peredaran uang kartal, Bank Indonesia menganjurkan kepada para nasabah Bank atau pemilik rekening Giro agar supaya selain menggunakan surat Cek, juga menggunakan Bilyet Giro yaitu alat pembayaran dengan cara pemindahbukuan. Hal ini ada pengaruhnya terhadap peredaran uang kartal.

6. Kepastian Hukum.

Bilyet Giro maupun Cek tidak dapat dibatalkan selama tenggang waktu penawaran, sehingga pemegang merasa terjamin kepastian haknya memperoleh pembayaran dengan pemindahbukuan melalui Bilyet Giro dan Cek yang ditawarkan oleh bank tertarik.

Berdasarkan data sekunder 1.7. dan 1.8. yang dihubungkan dengan data sekunder 1.9. dan 1.10. dimana para pihak yang terlibat yaitu penerbit dan pemegang kemungkinan bisa dibuka pada Bank yang sama atau pada Bank yang berbeda. Oleh karena itu, apabila seseorang tidak mempunyai rekening Giro pada suatu Bank, maka pemegang mungkin bertindak sebagai penerima Cek, akan tetapi untuk Bilyet Giro pemegang harus mempunyai rekening giro terlebih dahulu. Rekening Giro dalam pembayaran melalui pemindahbukuan dana bukan merupakan syarat mutlak. Perintah pembayaran akan dilaksanakan oleh tersangkut apabila rekening Giro penerbit mempunyai saldo efektif yang cukup

Berdasarkan blangko atau formulir pembukaan rekening Giro perlu adanya permohonan dari calon nasabah yang ditujukan kepada pimpinan Bank yang bersangkutan. Selain itu ada beberapa syarat yang harus di penuhi, antara lain yaitu :

1. Kepada nasabah harus diminta data berupa :

Tanda bukti diri (Kartu Penduduk, Pas Por, SIM,). Tanda tangan calon nasabah pada daftar isian harus sama dengan tanda tangan yang tercantum dalam kartu identitas diri tersebut.

2. Terhadap calon nasabah harus dilakukan penelitian, apakah nama yang bersangkutan tercantum dalam daftar hitam yang berlaku. Jika masih tercantum, maka calon nasabah tersebut harus ditolak.

3. Apabila syarat-syarat tesebut diatas telah dipenuhi, maka yang bersangkutan termaksud nama aliasnya dan alamat nasabah tersebut, seyogyanya dilakukan pengecekan oleh Bank.

4. Kepada calon nasabah yang besangkutan harus dimintai untuk menandatangani surat perjanjian pembukaan rekening, antara lain harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a) Apabila Cek/ Bilyet Giro yang ditarik nasabah kepada Bank dan ternyata dananya tidak mencukupi, maka Bilyet Giro tersebut ditolak oleh Bank sebagai Cek/Bilyet Giro kosong.

b) Penarikan Cek/Bilyet Giro oleh nasabah dimana Bilyet Giro itu belum efektif tanggalnya (jatuh tempo) dan ditolak pembayaran oleh Bank diperlakukan pula sebagai penarikan Cek/ Bilyet Giro kosong.

c) Apabila dalam jangka waktu 6 bulan nasabah menarik Cek/ Bilyet Giro kosong termaksud penarikan pada Bank lain, maka rekening yang bersangkutan segera ditutup oleh Bank dan akan dimasukan dalam daftar hitam penarik Cek/ Bilyet Giro kosong oleh Bank Indonesia.

d) Apabila terhadap nasabah yang ditutup rekeningnya, maka yang bersangkutan wajib mengembalikan sisa buku Cek/ Bilyet Giro.

e) Setelah rekening ditutup, maka nasabah tidak diperkenankan menarik sisa dana yang ada pada Bank dengan menggunakan Cek/ Bilyet Giro.

5. Foto Copy perjanjian pembukaan rekening yang antara lain memuat hal-hal tersebut, pada angka 4 harus diberikan kepada nasabah yang bersangkutan.

6. Dalam penyediaan buku formulir Cek/ Bilyet Giro pada nasabah, hendaknya diperhatikan bonafiditas nasabah yang bersangkutan. Sekiranya hal ini belum diketahui, hendaknya diberikan buku formulir Cek/ Bilyet Giro yang lembarannya minimal saja (misalnya culup 5 lembar saja). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan penyalahgunaan formulir-formulir tersebut oleh nasabah yang tidak bertanggung jawab.

Mempergunakan dan memperoleh buku Cek dan Bilyet Giro, setiap nasabah harus mempunyai rekening giro terlebih dahulu. Berdasarkan data sekunder 1.3. yang

dihubungkan dengan pendukung data sekunder dalam praktek penggunaan Cek dan Biilyet Giro di BRI cabang Purwokerto, bahwa setiap nasabah harus membuka rekening giro terlebiih dahulu di BRI cabang Purwokerto. Setelah mendapat persetujuan dari pihak Bank BRI cabang Purwokerto, maka kepada calon nasabah diminta menyetorkan setoran pertama yang besarnya :

1. Badan Usaha yang berupa CV, PT, setoran pertama sebesar Rp. 2.000.000, 00 2. Badan Usaha yang berupa UD, PB, setoran pertama sebesar Rp. 1.000.000,00 3. Perseorangan sebesar Rp. 500.000,00.

Apabila syarat-syarat tersebut sudah dipenuhi, maka setelah menyetorkan setoran pertama, calon nasabah menjadi nasabah Giro di BRI Cabang Purwokerto. Setiap nasabah yang mempunyai rekening Giro, maka nasabah akan mendapat 3 buku formulir yaitu : Bukti setoran, Cek, Bilyet Giro, sehingga setiap saat dapat melakukan kegiatan pengisian formulir untuk melakukan pembayaran. Untuk mengisi formulir Bilyet Giro tidak ditentukan harus diisi oleh nasabah penarik yang sah. Dengan demikian pengisian tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh nasabah penarik sendiri maupun orang lain yang ditunjuk oleh nasabah penarik dengan surat kuasa. Namun demikian meskipun pengisian itu dapat dilakukan oleh siapa saja, hendaknya dilakukan dengan jelas, lengkap dan benar. Sedangkan penandatanganan formulir Bilyet Giro harus dilakukan sendiri oleh penerbit atau nasabah yang sah.

Setiap nasabah akan dikenai biaya materai sebesar Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu) untuk 25 materai, karena setiap buku formulir Cek atau Bilyet Giro

terdapat 25 lembar, dan biaya administrasi buku formulir sebesar Rp. 50.000,00 (llima puluh ribu) berdasarkan data sekunder 1.11. mengenai Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai

Berdasarkan data sekunder 1.4. tentang pengisian formulir Cek dan Bilyet Giro di Bank BRI Cabang Purwokerto yaitu :

Pengisian formulir penggunaan Cek dan Bilyet Giro tersebut terdiri dari:

1. Tanggal dan tempat penarikan

Tanggal yang akan diisi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Tanggal penarikan atau penerbitan

b. Tanggal efektif berlakunya Cek atau Bilyet Giro (jatuh tempo)

2. Nama orang atau Badan Usaha (apabila berbentuk perusahaan) dan nama Bank yang akan menerima pemindahbukuan tersebut. Apabila nama pihak yang akan menerima pemindahbukuan tersebut tidak disebutkan namanya dalam Cek atau Bilyet Giro tersebut, maka Bank akan menolak amanat dalam Cek atau Bilyet Giro itu. Sedangkan apabila nama Bank penerima juga tidak dicantumkan, maka diasumsikan bahwa dana tersebut dapat dipindahbukukan ke Bank mana saja atas nama pemegang rekening.

3. Jumlah dana yang akan dipindahbukukan.

Jumlah dana tersebut harus sama antara yang ditulis dengan angka dan huruf.

4. Tanda tangan penarik yang sah.

Apabila penarik merupakan suatu perusahaan berbentuk Badan Usaha, maka selain tanda tangan, juga harus dicantumkan csp atau stempel. Apabila terdapat perubahan atau penambahan amanat atas suatu Bilyet Giro, maka perubahan tersebut harus disahkan oleh penarik atau penerbit yang bersangkutan. Bank tertarik yang menerima formulir yang telah diisi dengan lengkap dan terdapat tanda tangan penarik yang sah, tidak perlu memeriksa apakah pengisian itu dilakukan oleh penarik sendiri

Apabila terdapat perubahan atau penambahan amanat atas suatu Cek maupun Bilyet Giro, maka perubahan tersebut harus disahkan oleh penarik atau penerbit yang bersangkutan. Bank tertarik yang menerima formulir yang telah diisi dengan lengkap dan terdapat tanda tangan penarik yang sah, tidak perlu memeriksa apakah pengisian itu dilakukan oleh penarik sendiri.

Setiap buku formulir Cek maupun Bilyet Giro yang dimiliki oleh nasabah BRI, dilampiri juga dengan formulir resmi penerimaan formulir Cek maupun Bilyet Giro,dan formulir permintaan Cek maupun Bilyet Giro baru. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari nasabah kehabisan formulir, yang dikarenakan kesibukannya.

Kadang-kadang nasabah sampai tidak tahu persediaan formulir yang dimilikiya.

Dengan adanya formulir permintaan tersebut, maka diharapkan nasabah tidak sampai kehabisan persediaan formulir tersebut.

Berdasarkan data sekunder 1.5. prosedur yang harus dilakukan agar seseorang nasabah BRI Cabang Purwokerto untuk dapat memperoleh formulir Cek maupun

Bilyet Giro yang baru, maka nasabah tersebut harus melakukan prosedur sebagai berikut :

1. Mengisi dengan lengkap, jelas dan benar formulir permintaan Cek maupun Bilyet Giro baru. Kemudian menandatangani serta membubuhi stempel perusahaan.

2. Menyerahkan kepada Bank dimana ia menjadi nasabah.

3. Membayar dengan uang tunai atau menyatakan kesediaannya, bahwa rekening Gironya dapat dibebani dengan jumlah harga formulir Cek atau Bilyet Giro baru yang akan diterima.

4. Mengisi alamat dan tanda tangan pada tanda terima sebagai bukti bahwa ia telah memperoleh formulir Cek atau Bilyet Giro baru yang dimaksud.

5. Menyerahkan kembali tanda tangan.

Karena Cek maupun Bilyet Giro itu merupakan salah satu jenis surat berharga, maka agar tidak disalahgunakan oleh orang lain, maka harus disimpan dan dikelola secara aman dan baik. Agar pemiliknya dapat mengawasi secara baik terhadap pemakaian formulir, maka setiap lembar formulir Cek dan Bilyet Giro mencantumkan kode dan nomor urut.

Pengawasan ini dilakukan dengan cara meneliti nomor urutan tersebut.

Mempermudah pengontrolan pemakaian Bilyet Giro dapat dilakukan dengan

Mempermudah pengontrolan pemakaian Bilyet Giro dapat dilakukan dengan

Dokumen terkait