• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar guna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar guna"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan. Perkembangan ekon omi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang maupun dapat berdampak kurang menguntungkan.

Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga sekarang sudah banyak terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang perbankan. Pembayaran melalui jasa perbankan mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penggunaan Cek dan Bilyet Giro setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Perkembangan sistem pembayaran dari masa ke masa semakin berkembang pesat, manusia pada awalnya menggunakan sistem barter terus mengalami peningkatan

(2)

perkembangan dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, sehingga proses tukar menukar barang menjadi semakin efektif. Uang merupakan alat penukar dan pembayaran transaksi komersial dan finansial, sehingga uang menjadi pendorong kemajuan perekonomian dan perdagangan nasional dan internasional. Uang dibedakan menjadi uang kartal dan uang giral. Uang kartal adalah alat penukar yang terdiri dari uang pecahan kertas dan logam yang nilai nominalnya telah ditentukan oleh pemerintah, sedangkan uang giral adalah uang kertas dan nilai nominalnya ditentukan oleh penariknya masing-masing. Inovasi dalam pembayaran terus dikembangkan oleh sistem perbankan untuk mengantisipasi besarnya resiko dalam pembayaran tunai dalam jumlah besar, sehingga dikenal pembayaran non tunai dalam bentuk surat berharga karena dinilai lebih efisien, cepat, dan aman.

Uang merupakan pembayaran yang sah telah ditetapkan oleh suatu negara yang melalui suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Indonesia menggunakan mata uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah, berdasarkan ketentuan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004. Uang rupiah wajib digunakan untuk penyelesaian kewajiban pembayaran di antara anggota masyarakat di wilayah Indonesia karena rupiah merupakan alat pembayaran yang sah.1

Dunia perbankan Indonesia yang berasaskan Demokrasi Ekonomi, yang mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, maka semua kegiatan yang dilakukan oleh lembaga perbankan diatur dalam Undang-Undang tersebut.

1 M. Bahsan, Cek dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2006, hal. 1.

(3)

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup.

Pertumbuhan aset bank, produk dan jasa perbankan yang mengalami peningkatan pada bentuk dan pelayanan. Pertumbuhan ini menyebabkan kalangan usaha maupun masyarakat untuk melakukan transaksi pembayaran. Bank mempunyai kegiatan operasional, diantaranya jasa perbankan dalam aktivitas pembayaran menggunakan alat-alat pembayaran yang berupa uang maupun surat-surat berharga.

Sistem pembayaran non tunai dalam perkembangannya berimplikasi luas terhadap berbagai aspek, antara lain : lembaga yang terlibat, aspek hukum pihak-pihak yang terkait, mekanisme pembayaran dan resiko. Dari berbagai aspek tersebut memberikan dampak terhadap sistem keuangan dan perekonomian sehingga memunculkan kebutuhan akan adanya suatu sistem pembayaran yang cepat, aman, dan mudah.

Pengertian surat berharga menurut Abdulkadir Muhammad 2:

Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang.

Pembayaran tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang di dalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga atau pernyataan sanggup, untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut

2 Abdulkadir, Muhammad, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, (PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung). 1998, hal. 5

(4)

Surat berharga dapat digunakan sebagai alat pembayaran tunai maupun alat pembayaran kredit, dimana para pihak tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar sebagai alat pembayaran melainkan cukup dengan mengantongi surat berharga saja. Ditinjau dari segi keamanan, surat berharga lebih terjaga karena tidak setiap orang berhak menggunakan surat berharga tersebut. Surat berharga memerlukan cara- cara tertentu sehingga hal ini berbeda apabila membawa uang dalam jumlah yang besar menjadi sasaran tindak pidana kejahatan, seperti perampokan, pencurian dengan kekerasan, dan penipuan.

Lembaga perbankan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan para nasabah, selain menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat, juga memberikan fasilitas buku formulir Cek, buku formulir Bilyet Giro, maupun buku-buku formulir surat berharga lainnya kepada para pemegang rekeningnya.

Cek dan Bilyet Giro merupakan bagian dari jasa perbankan di Indonesia yang dilakukan oleh bank umum konvensional. Bank umum konvensional sangat berkaitan dengan kegiatan perekonomian masyarakat. Penggunaan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran mulai dirasakan oleh kalangan usaha, sehingga pengenalan dan penggunaan Cek dan Bilyet Giro merupakan tanda dimana masyarakat mengetahui peranan penting Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral.

Cek adalah surat yang memuat kata cek, yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa, di tempat

(5)

tertentu. Penerbitan Cek berdasarkan pada latar belakang tertentu yang sering disebut perikatan dasar, di mana penerbit sebagai debitur, sedangkan pemegang atau pembawa sebagai kreditur.

Penggunaan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik dalam jumlah nominal maupun lembarnya yang terlihat dari perputaran kliring, sehingga membuktikan Bilyet Giro telah dikenal luas oleh masyarakat. Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang telah disebutkan namanya.

Terkait dengan penggunaan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral dalam transaksi perdagangan, PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Purwokerto, sebagai salah satu perbankan konvensional yang menyediakan jasa perbankan, telah memberikan jasa melalui penerbitan dan pemindahbukuan penggunaan Cek dan Bilyet Giro kepada nasabah pemegang rekening giro di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Purwokerto.

Hal ini yang menarik peneliti untuk mengadakan penelitian skripsi mengenai mekanisme penerbitan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka peneliti merumuskan untuk mengkaji lebih dalam tentang mekanisme penerbitan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral dalam aspek yang normatif yang dapat dirumuskan dalam judul skripsi : “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN CEK DAN

(6)

BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN GIRAL DI PT.BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. Cabang PURWOKERTO.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil suatu permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana mekanisme penerbitan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. cabang Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau pemahaman mengenai mekanisme penerbitan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral dalam transaksi perbankan,. Saat ini penggunaan Cek dan Bilyet Giro mengalami peningkatan karena dianggap lebih cepat, mudah, dan aman tanpa harus membawa uang dalam jumlah yang besar.

(7)

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis :

Memberikan manfaat sebagai bentuk sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangkan ilmu hukum perdata khususnya Surat-Surat Berharga dalam kaitannya mengenai penggunaan Cek dan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran giral dalam transaksi perbankan.

2. Manfaat Praktis :

Memberikan manfaat bagi seluruh puhak baik masyarakat, pemerintah, dan khususnya para pihak yang menggunakan Cek dan Bilyet Giro.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank dan Jasa Perbankan 1. Pengertian Bank

Lembaga keuangan dan lembaga perbankan pada umumnya mempunyai peranan yang semakin penting dan strategis dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Peranan yang penting dan strategis dari lembaga perbankan itu membuktikan bahwa lembaga perbankan merupakan salah satu pilar utama bagi pembangunan ekonomi nasional.

Black’s Law Dictionary merumuskan banking adalah “the business of banking, as dfined by law and customs, consist in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when the banks are issue, in receiving deposits payable on demand, in discouting commercial paper, making loans of money on collateral security, buying and selling bills of exchange, negotiating loans, and dealing in negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporation.”

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usahanya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa sistem perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank,

(9)

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.

Perbankan harus didasarkan kepada Demokrasi Ekonomi, yang berarti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan perbankan, sedangkan pemerintah bertindak memberikan pengarahan, dan bimbingan terhadap pertumbuhan dunia perbankan sekaligus menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangannya.

Menurut Prof. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik memberikan definisi mengenai bank, yaitu : bank adalah suatu badan usaha yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri maupun mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.3

Bank juga didefinisikan menurut Black Law Dictionary yaitu : an instituons usually incopated, whose business be receive money on deposit, cash, checks or drafts, discount commercial paper, make loans, and issue promissory notes payable to bears knows as bank notes.’

Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam ketentuan Pasal 1 huruf b yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya daalm rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

3 Hermansyah, Hukum Perbankan di Indonesia (EDISI REVISI), (Kencana, Jakarta), 2006, hal.18-19.

(10)

Pengertian diatas menjelaskan bahwa bank adalah suatu kegiatan yang menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (leading) merupakan kegiatan utama perbankan.

Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat (kegiatan funding). Pengertian kegiatan funding adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat seperti : giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka.

Pihak perbankan memberikan jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan.

Balas jasa dapat berupa bunga, bagi hasil, pelayanan, atau balas jasa lainnya.

Semakin tinggi balas jasa yang diberikan akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya.

2. Kegiatan Usaha Perbankan

Kegiatan usaha perbankan pada umumnya antara lain : mengumpulkan dana, pemberian kredit mempermudah sistem pembayaran dan penagihan, serta memberikan jasa keuangan lainnya. Kegiatan jasa perbankan dapat dilihat dari segi pendapatannya dikenal dengan jasa yang menghasilkan pendapatan berupa bunga

(11)

seperti pemberian kredit, dan pendapatan non bunga (fee besad income) seperti menyewakan safe deposit box, transakasi valuta asing, bank garansi, dan lain-lain.

Pelaksanaan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas daripada bank perkreditan rakyat, artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya, sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannya lebih sempit.

Kegiatan usaha perbankan di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Wilayah operasionalnya dapat dilakukan diseluruh wilayah Indonesia.

2. bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya kegiatan bank perkreditan rakyat jauh lebih sempit dibandingkan kegiatan bank umum

(12)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bank umum antara lain :

1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.

2. menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.

3. memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti transfer, inkaso, kliring, safe deposite box, cek wisata, jual beli surat berharga, bank card, bank valas, bank garansi, referensi bank, letter of credit, menerima setoran seperti pembayaran air, melayani pembayaran gaji pensiun, dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bank perkreditan rakyat antara lain : 1. menghimpun dana dari masyaarakat dalam bentuk tabungan dan simpanan

deposito.

2. menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.

3. larangan-larangan bagi bank perkreditan rakyat adalah menerima simpanan giro, mengikuti kliring, melakukan kegiatan valuta asing, dan melakukan kegiatan pengasuransian.

4. Sumber –Sumber Dana Bank

Sumber dana bank adalah usaha suatu bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasional bank tersebut, karena bank merupakan lembaga keuangan

(13)

yang kegiatan sehari-hari dalam jual beli uang. Dana untuk membiayai operasional bank dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana tergantung bank itu sendiri mungkin secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lain.

Membiayai operasionalnya bank dana dapat diperoleh dengan modal sendiri yaitu mengeluarkan atau menjual saham.

Dana yang dibutuhkan dalam pengelolaan bank tidak semata-mata hanya mengandalkan modal yang dimiliki oleh bank saja tapi harus dapat memobilisasi dan memotivasi masyarakat untuk menyimpan dana yang dimilikinya di bank, baik berupa simpanan maupun dalam bentuk lain, dan melalui kerjasama dengan lembaga- lembaga keuangan.

Dana untuk membiayai operasinal bank ada 3 (tiga) kemungkinan yaitu :4

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri,yaitu modal setoran dari para pemegang saham. Apabila ssham yang terdapat dalam protepel belum habis, sedangkan kebutuhan dana masih diperlukan maka pencairannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada para pemegang saham lama. Tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjualnya dipasar modal, dapat pula menggunakan cadangan-cadangan lama yang belum digunakan. Secara garis besar diperoleh dari :

a. setoran modal dari pemegang saham.

4 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Keenam), (Raja Grafindo Persada , Jakarta), 2005, hal.61-64

(14)

b. cadangan laba atau keuntungan yang tahun lalu tidak dibagikan kepada para pemegang saham yang sengaja digunakan untuk mengantisipasi laba atau keuntungan tahun yang akan datang.

c. laba/keuntungan yang belum dibagi pada tahun yang bersangkutan digunakan untuk sabagai modal sementara waktu.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas, yaitu sumber dana terpenting dari kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana itu. Pencarian sumber dana ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana sendiri. Bentuk sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dengan bentuk :

a. simpanan giro, b. simpanan tabungan, c. simpanan deposito

3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya, yaitu merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja, kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini dapat diperoleh antara lain :

a Kredit likuidasi dari Bank Indonesia merupakan kredit uang yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuidasi

(15)

b Pinjaman antar bank (Call Money) merupakan pinjaman yang diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring dalam lembaga kliring.

c Pinjaman dari bank-bank luar negeri.

d Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

4. Jasa Perbankan

Jasa perbankan disesuaikan dengan karakteristik sehingga bentuknya tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan atau melekat pada sumbernya, serta memiliki sifat keanekaragaman. Jasa perbankan merupakan reflesi dari kegiatan lembaga perbankan yang berupa financial intermediaty (lembaga perantara keuangan) sebagai bentuk kegiatan utamanya dan bidang delivery system sebagai bentuk kegiatan di bidang administrasi dan pelayanan. Dari kedua jenis kegiatan tersebut pendapatan yang diterima oleh setiap bank itu berbeda satu sama dengan yang lain, yaitu kegiatan perantara dana bank mendapatkan bunga dan kegiatan sistem dari layanan bank mendapatkan imbalan (fee).

Tujuan pemberian jasa bank adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan, maka semakin baik dalam arti nasabah hendak melakukan suatu transaksi perbankan cukup disatu bank saja. Lengkap atau tidaknya jasa bank yang diberikan

(16)

tergantung dari kemampuan bank tersebut, baik dari segi modal, perlengkapan fasilitas sampai kepada personel yang mengoperasikannya. Jenis bank juga menentukan apakah bank umum atau bank perkreditan rakyat, dapat juga dilihat dari segi status bank tersebut apakah bank devisa atau non devisa Jika bank tersebut berstatus bank devisa maka jenis jasa bank yang ditawarkan akan lebih lengkap dibandingkan dengan non devisa.

Peningkatan dari tahun ke tahun keuntungan dari transaksi jasa-jasa bank semakin meningkat, hal ini disebabkan keuntungan dari spread based (selisih bunga simpanan dengan bunga kredit atau bunga pinjaman) yang semakin kecil mengingat persaingan yang ketat. Perolehan keuntungan dari jasa-jasa bank relatif kecil, namun adanya suatu kepastian yang disebabkan resiko terhadap jasa-jasa bank lebih kecil dibandingkan dengan kredit.

Keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank antara lain :

1. Biaya administrasi, yaitu biaya yang dikenakan untuk jasa-jasa yang memerlukan administrasi khusus, pembebanan biaya dikenakan umtuk pengelolaan suatu fasilitas tertentu.

2. Biaya kirim, yaitu biaya yang diperoleh dari jasa pengiriman uang (transfer), baik jasa transfer dalam negeri maupun transfer ke luar negeri.

3. Biaya tagih, yaitu biaya yang dikenakan untuk menagihkan dokumen-dokumen milik nasabahnya seperti jasa kliring (penagihan dokumen dalam kota) dan jasa

(17)

inkaso (penagihan dokumen keluar kota), biaya ini dilakukan untuk tagihan dokumen dalam negeri maupun luar negeri.

4. Biaya provisi dan komisi, yaitu biaya yang dibebankan kepada jasa kredit dan jasa transfer serta jasa-jasa atas bantuan bank terhadap suatu fasilitas perbankan, besarnya tergantung dari jasa yang diberikan serta status nasabh yang bersangkutan.

5. Biaya iuran, yaitu biaya yang diperoleh dari jasa pelayanan credit card atau kartu kredit, di mana kepada setiap pemegang kartu dikenakan biaya iuran per tahun.

6. Biaya sewa, yaitu biaya yang dikenakan kepada nasabah yang menggunakan jasa safe deposit box, besarnya biaya tergantung dari ukuran box dan jangka waktu yang digunakan.

Bank Umum dalam kegiatannya dapat menawarkan dan melakukan seluruh jasa perbankan (full banking service), tetapi dapat juga hanya melakukan sebagian saja.

Masing-masing bank dapat memilih usaha (jasa) yang ingin dikembangkannya, dengan persyaratan tetap harus memenuhi peraturan yang berlaku sesuai dengan jenis kegiatan pemberian jasa yang dipilih. Bank umum memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jenis jasa perbankan dapat dipenuhi tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi.

Prinsip kesehatan dan efisiensi perbankan diatur dalam Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

(18)

Nomor 10 Tahun 1998. Ketentuan Pasal 29 ayat (2) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Jasa perbankan yang dilakukan oleh bank umum sesuai yang diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 antara lain :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

4. Jual beli surat berharga.

5. Pemindahan uang (transfer) untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah.

6. Penempatan dana pada bank lainnya, meminjamkan dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lainnya.

7. Penerimaan pembayaran tagihan surat berharga.

8. Penyimpanan barang dan surat berharga.

9. Menerima penitipan untuk kepentingan pihak lain.

(19)

10. Penempatan dan dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat oleh bursa efek.

11. Usaha anjak piutang (factoring), kartu kredit, dan kegiatan wali amanat (trust).

12. Pembiayaan dengan prinsip syariah.

13. Melakukan kegiatan dalam valuta asing.

14. Melakukan kegiatan peryertaan modal pada bank.

15. Pengurusan dan pendirian dana pensiun.

16. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank

Pelayanan jasa perbankan oleh bank perkreditan rakyat sangat dibatasi, karena kegiatan usaha bank perkreditan rakyat terutama ditujukan untuk melayani usaha- usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan yang belum banyak memerlukan berbagai jenis pelayanan perbankan.

Jasa perbankan yang dilakukan oleh bank perkreditan rakyat diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu :

1. Penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya dipersamakan dengan itu.

2. Pemberian kredit.

3. Pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.

4. Penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

(20)

B. Tinjauan Umum Surat Berharga 1. Pengertian Surat Berharga.

Kegiatan perdagangan, terutama dalam lalu lintas pembayaran bank mempunyai peranan penting. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perbankan adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.bank dalam menjalankan usahanya terutama dalam memperlancar lalu lintas pembayaran menerbitkan berbagai jenis surat-surat berharga dan warkat perbankan.

Surat berharga sebagai alat pembayaran dikenal dalam dunia perusahaan maupun perdagangan karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pembayaran menggunakan mata uang. Dalam dunia usaha dan perdagangan dikenal bermacam- macam surat berharga karena berdasarkan kenyataan bahwa surat itu mempunyai nilai uang atau dapat ditukar dengan uang.

Menurut hukum, fungsi pokok dari surat pada umumnya adalah fungsi sebagai alat pembuktian. Surat-surat itu diperlukan sebagai bukti dalam hal terjadi perselisihan. Di samping itu fungsi yang terutama dari surat-surat tersebut adalah sebagai alat legitimasi, karena surat-surat tersebut merupakan penunjuk seseorang tertentu, ialah pemegang surat itu yang dianggap sebagai orang yang dapat melaksanakan atau mempunyai hak tertentu, karena itu surat-surat tersebut merupakan surat-surat legitimasi.5

Lalu lintas perdagangan dan perusahaan saat ini khususnya lalu lintas pembayaran cenderung orang menginginkan segala sesuatu yang praktis dan aman yang berarti orang tidak harus lagi menggunakan alat pembayaran yang berupa uang melainkan

5 Achmad, Ichsan, Hukum Dagang, Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga, Aturan- Aturan Angkutan, (Pradnya Paramita, Jakarta), 1986, hal. 287.

(21)

cukup dengan menerbitkan surat berharga sebagai alat pembayaran tunai maupun alat pembayaran kredit.

Praktis artinya dalam setiap transaksi para pihak tidak perlu membawa mata uang dalam jumlah besar sebagai alat pembayaran melainkan cukup dengan mengantonngi surat berharga saja, sedangkan aman artinya tidak setiap orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat berharga memerlukan cara-cara tertentu.

Dua macam surat yang telah diatur dalam KUHD yaitu:

1. Surat berharga, terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda ”waarde papier”, di negara-negara Anglo Saxon dikenal dengan istilah ”negotiable instrumens.”

2. Surat yang mempunyai harga atau nilai, terjemahan dari istilah aslinya dalm bahasa Belanda ”papier van waarde”, dalam bahasa inggrisnya ”letter of value”.

Surat Berharga berasal dari Bahasa Belanda yaitu Waarde Papier. Yaitu surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksana pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang, tetapi pembayarannya tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan menggunakan alat bayar lain berupa surat yang di dalamnya mengandung perintah kepada pihak ketiga untuk menyatakan surat sanggup untuk membayar uang.

(22)

Abdulkadir Muhammad mengatakan bahwa, surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaaan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang.6

Adanya penerbitan yang dilakukan oleh penerbit tersebut maka pemegang akan diberikan hak untuk memperoleh pembayaran dengan cara menunjukkan dan menyerahkan surat tersebut kepada pihak ketiga atau orang yang menyanggupi itu.

Oleh karena itu dengan surat berharga.

Purwosutjipto mengatakan, surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang yang sukar diperjualbelikan. Surat berharga yang mudah diperjualbelikan dibuat dalam bentuk ”kepada pengganti atau kepada pembawa” maka sebaiknya surat berharga itu bersifat sukar diperjualbelikan sehingga mempunyai akibat hukum sukar diperjualbelikan.7

Munir Fuady, merumuskan surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat pembayaran yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, bagi pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya atau pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut telah dialihkan.

6 Abdulkadir, Muhammad, 1998, Op. Cit. hal. 3

7 H. M. N. Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia jilid 7 Hukum Surat Berharga. (Djambatan. Jakarta). 2000. hal. 6-7.

(23)

Tujuan adanya penerbitan surat berharga adalah sebagai pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang.

Secara yuridis Surat Berharga mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu : a. Sebagai alat pembayaran (alat tukar).

b. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah atau sederhana).

c. Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi).

Berdasarkan isi perikatan dasarnya, Scheltema menggolongkan surat atas tunjuk dan atas pengganti menjadi tiga golongan yaitu :

1. Zakenrechttelijke papieren (surat-surat yang berisi hukum kebendaan), isi perikatan dasarnya adalah untuk menyerahkan barang yang tersebut di dalam surat itu, akibat hukum kepada pihak laln penyerahan barang tersebut di dalamnya merupakan sifat hukum kebendaan dari surat golongan ini, yang termasuk dalam golongan ini adalah konosemen (bill of leading), ceel (warrent).

2. Lidmaatschapspapieren (surat-surat tanda keanggotaan dari suatu persekutuan), isi perikatan dasarnya adalah hak-hak tertentu yang diberikan oleh persekutuan kepada pemegangnya, misalnya hak suara dalam rapat, hak untuk memperoleh keuntungan atau deviden, termasuk dalam golongan ini adalah surat saham perseroan terbatas, perseroan komanditer, surat keanggotaan koperasi.

(24)

3. Schuldvorderingspapieren (surat-surat tagihan hutang), isi perikatan dasarnya adalah untuk membayar sejumlah uang artinya, pemegang surat itu berhak mendapatkan pembayaran sejumlah uang yang tersebut di dalamnya dari penanda tangan, termasuk golongan surat ini adalah surat wesel dan surat sanggup (buku I titel 6 KUHD), surat cek, surat promise atas tunjuk dan kwitansi atas tunjuk (buku I titel 7 KUHD).

Pemegang Surat Berharga itu mempunyai hak tagihan, yaitu suatu hak untuk memperoleh pembayaran dari pihak ketiga atau pihak yang telah menyatakan kesanggupannya tersebut dengan cara menunjukkan dan menyerahkan Surat Berharga tersebut. Dengan kata lain, surat tersebut merupakan alat bukti bagi pemegangnya bahwa ialah sebagai orang yang mempunyai hak tagihan atas sejumlah uang tersebut.

Besarnya hak tagihan yang dimaksud adalah sejumlah uang yang tercantum atau tertulis di dalam Surat Berharga tersebut. Di samping itu, hak tagihan itu selalu mengikuti suratnya. Hal ini mengakibatkan hak tagihan tersebut dapat dipindahtangankan dari pemegang yang satu dengan pemegang yang lainnya. Cara pemindah tanganan tersebut bisa dengan penyerahan dari tangan ke tangan, atau dengan jalan membuat suatu pernyataan pada surat tersebut, bahwa hak tagihannya dipindahtangankan kepada orang lain. Cara pemindahtanganan Surat Berharga tersebut dapat diketahui dari klausula yang terdapat dalam Surat Berharga tersebut.

(25)

Macam-macam klausula yang terdapat dalam surat-surat berharga yaitu :

a Klausula atas tunjuk (Aan Toonder), yaitu pemegang surat berharga yang mempunyai klausula atas tunjuk maka pemindahtangannya atau peralihan dengan cara menyerahkan surat tersebut kepada tersangkut. Yang termasuk jenis surat berharga ini adalah cek, kwitansi dan promes.

b Klausula atas pengganti (Aan Order), yaitu pemegang surat berharga yang mempunyai klausula atas pengganti maka pemindahtangannya atau peralihan dapat dilakukan dengan jalan endosemen. Yang termasuk jenis surat berharga ini adalah wesel, surat sanggup, dan cek.

2. Jenis-jenis Surat Berharga.

Secara garis besar apabila ditinjau dari segi pengaturan, maka Surat Berharga dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu :

a Surat Berharga yang diatur dalam KUHD.

b Surat Berharga yang diatur di luar KUHD

a. Surat Berharga yang diatur dalam KUHD antara lain : 1. Surat wesel.

Istilah wesel dalam bahasa Belanda disebut wisselbrief, bill of exchange dalam bahasa Inggris, letter de charge Dalam bahasa Perancis, dan wechsel dalam bahasa Jerman

(26)

Pengertiannya adalah surat yang memuat kata wesel, diterbitkan pada tanggal dan tepat tertentu dimana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya.

Menurut H. M. N. Purwosutjipto yang dimaksud dengan wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel di dalamnya, ditanggali dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana penerbit (tekker) memberi perintah tak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayara sejumlah uang pada hari bayar (vervaldag) kepada orang yang di tunjuk oleh penerbit yang disebuut penerima (nemer) atau penggantinya di suatu tempat tertentu.

Menurut ketentuan Pasal 100 KUHD, setiap surat wesel harus memuat syarat- syarat formal, yaitu :

1. Istilah “wesel” harus dimuatkan dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam bahasa surat itu.

2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

3. Nama orang yang harus membayarnya (tersangkut).

4. Penetapan hari bayarnya (hari jatuh).

5. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

6. Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan.

7. Tanggal dan tempat surat wesel harus diterbitkan.

8. Tanda tangan orang yang menerbitkan.

(27)

2. Surat sanggup.

Istilah surat sanggup berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda orderbriefie, bahasa Perancisnya billet a ordre, bahasa Inggrisnya promissory note.

Pengertiannya adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya para hari tertentu.

Undang-undang tidak memberikan rumusan atau definisi surat sanggup, dalam ketentuan Pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk surat sanggup.

Syarat-syarat formal tersebut dapat dirumuskan atau definisi surat sanggup adalah sebagai surat yang memuat kata surat sangup atau promesse aan order, yang ditandatangani pada tangal dan tempat tertentu, dengan mana penandatangan menyanggupip tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan tempat tertentu.

3. Surat cek

Pada mulanya istilah “Cek” berasal dari kata “cheque” (bahasa Perancis), istilah tersebut juga digunakan Belanda dan Inggris. Definisi tentang cek sebenarnya tidak dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan ketentuan mengenai syarat-syarat formal cek terdapat di dalam Pasal 178 KUHD

Pengertiannya adalah surat yang memuat kata cek, diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu dimana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada bankir untuk

(28)

membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa di tempat tertentu.

Penerbitan cek harus memenuhi syarat-syarat formal dalam Pasal 178 KUHD, yaitu :

1. Istilah cek harus dimuatkan dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam bahasa surat itu sendiri.

2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

3. Nama orang yang harus membayar (tersangkut).

4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

5. Tanggal dan tempat surat cek diterbitkan.

6. Tanda tangan orang yang menerbitkan.

4. Kwitansi dan Promes atas tunjuk.

Kata kwitansi berasal dari kata bahasa Belanda yaitu kwitantie, artinya tanda pemabayaran, bahasa Inggrisnya yaitu receipt. Pengaturan kwItansi atas tunjuk dalam ketentuan Pasal 229f, 229g, dan 229h KUHD.

Pengertian Kwitansi adalah surat yang diterbitkan oleh penanda tangan pada tanggal dan tempat tertentu yang berisi perintah membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang pada saat diperlihatkan.

(29)

Kata promes berasal dari kata bahasa Perancis promesse artinya sanggup atau janjji, yaitu sanggup membayar atau janji membayar. Pengaturan promes atas tunjuk dalam ketentuan Pasal 229i KUHD.

Pengertian Promis Atas Tunjuk adalah surat yang diterbitkan oleh penanda tangan pada tanggal tertentu yang berisi janji atau kesanggupan membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang pada saat diperlihatkan.

b. Surat Berharga yang diatur di luar KUHD

Dalam perkembangannya terdapat suatu jenis Surat Berharga yang pengaturannya terdapat di luar KUHD yaitu Bilyet Giro yang diatur dalam SEBI No.

4/670/UPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972. Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.

Istilah Bilyet Giro berasal dari bahasa Belanda, bilyet artinya surat, dan giro artinya simpanan nasabah pada bank yang pengambilannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau dengan pemindahbukuan.

Mengingat masih adanya kelemahan pada ketentuan Bilyet Giro yang termuat dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 4/670/UPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972, maka dikeluarkan 2 (dua) ketentuan mengenai Bilyet Giro yaitu:

a Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tentang Bilyet Giro, tanggal 1 Juli 1995.

(30)

b Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/32/UPG, tanggal 4 Juli 1995.

Syarat-syarat penerbitan Bilyet Giro harus memenuhi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tahun 1995 yaitu :

1. Nama dan nomor Bilyet Giro yang bersangkutan.

2. Nama tertarik.

3. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening penarik.

4. Nama dan nomor rekening pemegang.

5. Nama bank pemerima.

6. Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun huruf selengkap-lengkapnya.

7. Tempat dan tanggal penarikan.

8. Tanda tangan, nama jelas, dan atau dilengkapi dengan cap / stempel sesuai dengan persyaratan pembukuan rekening.

C. Tinjauan tentang Cek

1. Pengertian Cek.dan Pengaturan.

Cek merupakan warkat yang sepenuhnya berkaitan dengan bank, Cek dikategorikan sebagai surat berharga karena merupakan surat tagihan utang yang memuat perintah untuk membayar sejumlah uang oleh Bank Umum sebagai pihak

(31)

tertarik. Di Indonesia penggunaannya berkaitan dengan Giro, pengaturan Cek diatur dalam Pasal 178 KUHD mengenai syarat-syarat formal surat cek.

Pada mulanya istilah “Cek” berasal dari kata “cheque” (bahasa Perancis), istilah tersebut juga digunakan Belanda dan Inggris. Definisi tentang cek sebenarnya tidak dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan ketentuan mengenai syarat-syarat formal cek terdapat di dalam Pasal 178 KUHD. Surat cek adalah surat yang memuat kata cek, diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu dimana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa di tempat tertentu.8

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cek adalah perintah tertulis pemegang rekening kepada bank yang ditunjuknya supaya membayar sejumlah uang pemegangnya.

Menurut Munir Fuady, cek adalah surat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang merupakan perintah tanpa syarat oleh penarik (penerbit) untuk membayar kepada pihak pemegang atau pembawanya, pembayaran mana yang dilakukan oleh pihak pembayar, yaitu bank dari pihak penerbit atau penarik.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan , cek adalah salah satu cara untuk melakukan penarikan terhadap simpanan dalam bentuk giro yang dapat dilakukan setiap saat.

8 Djoko Prakoso dan Imam Prayogo Suryohadibroto,. Surat Berharga (Alat pembayaran dalam masyarakat modern). (PT Bina Prakasa. Jakarta). 1987. Hal.191

(32)

Pihak-pihak yang terlibat dalam Cek.yaitu :

1. penerbit (trekker, drawer) adalah orang yang mengeluarkan surat cek.

2. tersangkut (betrokkene, drawee) adalah bankir yang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

3. pemegang (nemer, holder) adalah orang yang diberi hak untuk memperoleh pembayaran yang namanya tercantum dalam surat cek.

4. pembawa (toonder, bearer) adalah orang yang ditunjuk untuk menerima pembayaran tanpa menyebutkan namanya dalam surat cek.

5. pengganti (order) adalah orang yang menggantikan kedudukan pemegang surat cek dengan jalan endosemen.

2. Syarat-syarat formal penerbitan cek

Dalam menerbitkan suatu Cek harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam undang-undang .menurut ketentuan Pasal 178 KUHD, setiap surat Cek harus memuat syarat-syarat formal sebagai berikut ini :

1. Istilah cek harus dimuatkan dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam bahasa surat itu sendiri.

2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

3. Nama orang yang harus membayar (tersangkut).

4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

5. Tanggal dan tempat surat cek diterbitkan.

(33)

6. Tanda tangan orang yang menerbitkan.

Berkaitan dengan itu, ketentuan Pasal 178 KUHD, apabila surat cek tidak memuat salah satu hal yang dipersyaratkan sebagaimana telah disebutkan diatas, maka ia tidak berlaku sebagai surat cek, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Hal tidak adanya penetapan khusus, maka yang tertulis di samping nama tertarik dianggap sebagai tempat pembayaran, dan apabila di samping nama tertarik tersebut lebih dari satu tempat yang disebut, maka cek itu harus dibayar di tempat drsebut yang pertama.

2. Hal tidak ada penunjukkan, maka cek itu harus dibayar di tempat kantor pusat tertarik (bankir).

3. Tiap-tiap cek yang tidak menerangkan tempat tertariknya, maka ia dianggap ditandatangani di tempat yang tertulis di samping nama penarik.

3. Jenis-jenis Cek Jenis-jenis Cek itu adalah :

a. Cek atas nama atau aan order adalah cek yang diterbitkan yang tertulis jelas di dalam cek tersebut, atas nama orang atau badan tertentu, maka bank hanya akan membayar kepada orang yang namanya tertera pada cek.

b. Cek atas tunjuk atau pembawa atau aan toonder adalah cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu di dalam cek tersebut, bank akan membayarkan kepada siapa saja yang dating untuk menguangkan cek kepadanya.

(34)

c. Cek silang (crossed cheque) adalah cek yang diberi 2 garis miring yang sejajar pada bagian mukanya, tanda silang ini memberi petunjuk kepada bank pembayar bahwa cek tersebut hanya dapat dibayar kepada suatu bank yang disebut diantara kedua garis silang untuk disetorkan dalam rekening, dapat dilakukan kliring sehingga boleh disetor ke bank lain yang mengikuti kliring.

Diatur daalm Buku I Bab VII Bagian V Pasal 214 dan 215 KUHD. Ada 2 jenis yaitu : cek silang umum (general crossing) dan cek silang khusus (specialis crossing).

d. Cek mundur (postdated cheque) adalah cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal yang seharusnya,

e. Cek fiat adalah cek yang difiat oleh bank dengan maksud agar terjamin pembayarannya pada saat penunjukkan, dilakukan bank dengan jalan mendebet rekening giro penarik dan mengkreditir ke dalam rekening khusus yang berfungsi sebagai cadangan atas pembayaran cek yang difiat. Ada 3 syarat pemberian cek fiat yaitu: saldo harus cukup, bank mendapat kuasa untuk menyisihkan secara administratif dana dari nasabah yang bersangkutan guna disediakan untuk pembayaran cek sewaktu-waktu, dan nasabah menyetujui pembukuan administrasi terbut. Cek fiat sudah tidak berlaku di Indonesia.

(35)

Di dalam Cek terdapat bentuk Cek khusus sebagaimana halnya dalam surat wesel.

Bentuk-bentuk Cek khusus itu adalah :

a Cek atas pengganti penerbit (pasal 183 ayat 1 KUHD), yaitu surat cek dapt diterbitkan atas pengganti penerbit (aan de order van de trekker). Kekhususan dalam bentuk ini terletak pada nama pemegang pertama (penerima) tidak disebutkan sehingga penerbit sama dengan pemegang pertama (penerima).

Bentuk ini lebih aman karena pemegang baru berhak apabila ia memperolehnya dengan endosemen.

b Cek atas penerbit sendiri (pasal 183 ayat 3 KUHD), yaitu surat cek dapat diterbitkan atas penerbit sendiri (op de trekker zelf). Kekhususan dalam bentuk ini penerbit sama dengan tersangkut sehingga perintah membayar itu dari bankir ke bankir.

c Cek untuk perhitungan orang ketiga (pasal 183 ayat 2 KUHD, yaitu surat cek dapat diterbitkan atas perhitungan orang ketiga. Kekhususan dalam bentuk ini adanya hubungan hukum antar penerbit dan pihak ketiga, pihak ketiga dan bankir, antara penerbit dan bankir.

d Cek inkaso (pasal 183a ayat 1 KUHD). Kekhususan dalam bentuk cek ini terletak dalam cek penerbit memuat kata-kata ”harga untuk dipungut atau inkaso atau pemberian kuasa” sehingga penerima boleh melaksanakan segala hak yang timbul dari cek tersebut tetapi tidak bisa mengendosemenkan kepada orang lain kecuali pemberian kuasa.

(36)

e Cek domisili (pasal 185 KUHD). Kekhususan dalam bentuk cek ini terletak cek dapat dinyatakan dibayar ditempat orang ketiga baik di tempat tersangkut berdomisili atau di tempat lain.

4. Pembayaran dan tenggang waktu penawaran.

Suatu cek yang dikeluarkan harus ditunjukkan untuk pembayarannya dalam tenggang waktu 70 hari terhitung sejak tanggal pengeluarannya (penarikannya) sesuai dengan ketentuan Pasal 206 KUHD. Tenggang waktu penawaran tersebut akan memberikan kepastian hukum tentang penggunaan cek kepada pihak-pihak yang berkaitan.

Menurut keentuan Pasal 206 KUHD, suatu cek yang diterbitkan atau harus dibayar di Indonesia, harus diperlihatkan untuk pembayarannya daalm tenggang waktu 70 hari. Tenggang waktu ini berjalan mulai hari tanggal penerbitannya.

Apabila dihubungkan dengan penerbitan surat cek bertanggal mundur maksudnya ialah untuk memperpanjang waktu beredarnya sehingga melebihi jangka waktu 70 hari itu, mungkin disebabkan saat cek diserahkan dananya belum cukup tersedia, sehingga untuk menyakinkan penerimanya maka cek dibuat bertanggal mundur.

Menurut ketentuan Pasal 211 KUHD, pembayaran surat cek itu tersangkut (bankir) dapat menuntut supaya surat ceknya diserahkan kepadanya, disertai dengan tanda lunas yang sah dari pemegangnya, kecuali surat cek hilang. Surat cek hilang pemegang masih dapat memperoleh pembayaran dengan memberikan jaminan untuk waktu selama 30 tahun (Pasal 227a KUHD), maka pemegang dilarang menolak

(37)

pembayaran sebagian, jika terjadi pembayaran sebagian tersangkut (bankir) boleh menuntut supaya pembayaran itu dicatat dalam surat cek dan kepadanya diberiakn tanda pelunasannya, surat cek tetap dikuasai pemegang sebagai alat bukti untuk menuntut pembayaran yang sebagiannya.

D. Tinjauan tentang Bilyet Giro.

1. Pengertian Bilyet Giro dan Pengaturan.

Istilah Bilyet Giro berasal dari bahasa Belanda, bilyet artinya surat, dan giro artinya simpanan nasabah pada bank yang pengambilannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau dengan pemindahbukuan. Pengambilan dengan pemindahbukuan itu menggunakan Bilyet Giro.

Menurut H. M. N. Purwosutjipto, bilyet giro adalah surat perintah tak bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang sebutkan namanya, kepada bank yang sama, atau bank lainnya.

Munir Fuady merumuskan definisi bilyet giro sebagai suatu perintah tanpa syarat dari penerbitnya untuk memindahbukukan sejumlah uang yang ada pada bank dimana penerbit memiliki rekening giro dan dana dalam jumlah yang cukup, dana tersebut dipindahbukukan atau ditransfer ke rekening (baik kepada bank yang sama atau bank yang lain) milik pihak yang namanya tersebut dalam bilyet giro tersebut.

(38)

Surat Edaran Bank Indonesia NO.4/670/HPPB /PbB tanggal 24 Januari 1972 tentang Bilyet Giro, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah yang telah distandardisir bentuknya kepada penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.

Pengertian bilyet giro menurut ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia NO.4/670/HPPB /PbB tanggal 24 Januari 1972 tentang Bilyet Giro telah mengalami perubahan seiring dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/32/UPG.

Mengingat masih adanya kelemahan pada ketentuan Bilyet Giro yang termuat dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 4/670/UPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972, maka dikeluarkan 2 (dua) ketentuan mengenai Bilyet Giro yaitu:

1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tentang Bilyet Giro, tanggal 1 Juli 1995.

2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/32/UPG, tanggal 4 Juli 1995.

Bilyet Giro merupakan warkat pembayaran atau alat pembayaran giral. Bilyet Giro adalah surat berharga yang tidak diatur dalam KUHD, karena kebutuhan dalam lalu lintas pembayaran secara giral maka cara penggunaan Bilyet Giro diatur oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral. Pengaturan Bilyet Giro Tahun 1995 diatur dalam ketentuan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/32/UPG.

(39)

Menurut ketentuan Pasal 1 huruf (d) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tahun 1995, pengertian mengenai Bilyet Giro sebagai berikut

“Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekenng pemegang yang disebutkan namanya.”

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bilyet giro adalah salah satu cara untuk melakukan pemindahbukuan terhadap simpanan dalam bentuk giro yang dapat dilakukan oleh setiap nasabah yang bersangkutan.

Berbagai pengertian bilyet giro diatas mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1. Surat perintah.

2. Dari nasabah penyimpan kepada bank.

3. Pemindahbukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan.

4. Sejumlah uang tersebut ditujukan kepada penerima yang disebutkan namanya.

2. Syarat-syarat formal penerbitan Bilyet Giro.

Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam KUHD, tetapi timbul dalam praktek karena kebutuhan dalam lalu lintas pembayaran di dalam dunia perbankan. Berkaitan bahwa bilyet giro merupakan salah satu sarana dalam lalu lintas utamanya sebagai instrumen pembayaran. Di Indonesia ketentuan mengenai bilyet giro dalam Surat Edaran Bank Indonesia NO.4/670/HPPB /PbB tanggal 24 Januari

(40)

1972 tentang Bilyet Giro yang telah diganti dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tahun 1995.

Syarat-syarat penerbitan Bilyet Giro harus memenuhi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tahun 1995 yaitu :

1. Nama dan nomor Bilyet Giro yang bersangkutan.

2. Nama tertarik.

3. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening penarik.

4. Nama dan nomor rekening pemegang.

5. Nama bank pemerima.

6. Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun huruf selengkap-lengkapnya.

7. Tempat dan tanggal penarikan.

8. Tanda tangan, nama jelas, dan atau dilengkapi dengan cap / stempel sesuai dengan persyaratan pembukuan rekening.

Berdasarkan uraian tersebut Bilyet Giro merupakan alat pembayaran sehingga termasuk juga sebagai surat berharga. Sebagai surat perintah pemindahbukuan, Bilyet Giro tidak dapat dilakukan pembayarannya dengan uang tunai. Dalam hal ini ada persamaan dengan cek perhitungan yang juga tidak dapat dibayar dengan uang tunai karena cek perhitungan adalah pembayaran dengan pemindahbukuan.

(41)

Penerbitan suatu bilyet giro atas nama seorang penerima berarti melakukan suatu pembayaran dari transaksi perdagangan yang sebelumnya telah ada diantara penerbit dan penerima. Penerbitan bilyet giro karena suatu sebab adanya transaksi antara kedua belah pihak yang bersangkutan itu telah disepakati bersama antara para pihak bahwa pembayaran atas transaksi akan dilakukan dengan bilyet giro.

Bilyet giro merupakan alat perintah pemindahbukuan yang tidak dapat dilakukan pembayarannya dengan uang tunai. Bilyet giro sebagai alat pembayaran mempunyai dua macam tanggal, yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif. Sebelum tanggal efektifnya berlaku, bilyet giro dapat diedarkan tetapi hanya sebagai alat pembayaran kredit. Bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen, karena didalamnya tidak mengatur cara pemindahannya.

3. Pembayaran dan tenggang waktu penawaran.

Lalu lintas pembayaran menggunakan bilyet giro, dimana pihak penerbit adalah nasabah bank yang mempunyai rekening giro, sedangkan pihak tersangkut adalah bank dimana penerbit mempunyai rekening giro. Pihak pemegang atau penerbit adalah bank juga, baik bank yang sama maupun bank bank lain, karena sam-sam nasabah bank maka pembayaran menggunakan bilyet giro dapat dilakukan.

Perintah bilyet giro tidak berlaku terus-menerus sehingga menyulitkan pemprosesannya, maka perlu ditetapkan tanggang waktu penawaran untuk bilyet giro.

Menurut ketentuan Pasal 6 ayat 1 Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

(42)

28/32/KEP/DIR tahun 1995 tenggang waktu penawaran bilyet giro ditetapkan 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak tanggal penarikan. Setiap saat bilyet giro ditawarkan kepada bank tertarik dalam tenggang waktu tersebut, maka bank akan memindahbukukan dana ke rekening pemegangnya, kecuali jika dana itu tidak cukup atau tidak ada (kosong).

Masa penawaran Bilyet Giro diatur dalam Pasal 6 ayat 1 Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tahun 1995 yaitu tenggang waktu yang diberikan adalah 70 hai terhitung sejak tanggal penarikan, apabila sebelum tanggal efektif atau tanggal penarikan harus ditolak oleh bank yang bersangkutan

Tenggang waktu penawaran selama 70 hari mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu:

a. Untuk membatasi penetapan tanggal efektif.

b. Untuk batas waktu tidak diperkenankannya penarik membatalkan Bilyet Giro yang bersangkutan.

Bilyet giro ditawarkan setelah berkahirnya tenggang waktu penawaran dapat dipindahbukukan, menurut ketentuan Pasal 6 ayar 3 Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tahun 1995 bahawa bilyet giro yang diterima oleh bank setelah tanggal berakhirnya tenggang waktu penawaran dapat dilaksanakan perintahnya sepanjang dananya tersedia dan tidak dibatalkan oleh penarik.

Syarat mengenai tanggal efektif berkaitan dengan kadaluwarsanya (batas waktunya) serta batas waktu penyediaan dana bagi penarik, namun demikian hal

(43)

tersebut tidak jelas diatur dan merupakan kelemahan dari peraturan mengenai bilyet giro.

Suatu transaksi perdagangan yang pembayarannya menggunakan bilyet giro sebagai alat pembayaran, maka kemudahan-kemudahan yang akan diperoleh nasabah sebagai berikut :

1. Bebas bea materai.

Tenggang waktu penawaran adalah 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak tanggal penerbitannya. Bilyet giro merupakn alat pemindahbukuan yang tidak dapat dibayar secara tunai, maka dibebaskan dari beban bea materai. Pembebasan bea materai tercantum dalam klausul tertulis pada bilyet giro (bebas bea materai).

2. Lebih aman penggunaannya.

Bilyet giro yang telah diisi lengkap dengan nama dan bank penerima dana sehingga tidak dapat digunakan oleh orang lain apabila hilang, dicuri, atau lepas dari kekuasaan pemeiliknya.

3. Kewajiban penyedia dana.

Bilyet giro penyedia dana oleh penerbit baru timbul pada saat tanggal efektifnya tiba. Oleh karena itu, masih ada kesempatan bagi penerbit untuk mencari dana, dan bilyet giro dapat diedarkan sebagai alat pembayaran atau pemindahbukuan.

(44)

4. Pelaksanaan amanat sampai pada tujuannya.

Bilyet giro yang telah diisi lengkap oleh penerbit tidak dapat diedarkan kembali dan penerbit dapat mengetahui segera bahwa dananya sudah dipindahbukukan ke dalam rekening uang yang menjadi tujuannya

5. Dapat dibatalkan.

Selama amanat dalam bilyet giro belum dilaksanakan oleh bank yang bersangkutan, maka bilyet giro tersebut dapat dibatalkan oleh penerbitnya. Faktor ini merupakan penolong yang sangat tepat bagi penerbit yang berhubungan dengan pihak yang tidak jujur, beritikad buruk, maupun wanprestasi.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pendekatan Yuridis Normatif adalah pendekatan yang menggunakan konsepsi legis positivis yang menyatakan bahwa hukum identik dengan norma tertulis yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini melihat hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom terlepas dari kehidupan masyarakat.9

B. Spesifikasi penelitian

Metode penelitian merupakan faktor yang penting bagi penelitian itu sendiri, disamping untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian juga akan mempermudah guna kelancaran suatu penelitian. Penelitian yang akan dilakukan penulis merupakan bentuk penelitian hukum. Menurut Soeryono Soekanto yang dimaksud dengan penelitian hukum ialah :

“Suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan penalaran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisa dan juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk

9 Ronny Hanintijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Ghalia Indonesia, Jakarta),1988, halaman 13-14.

(46)

kemudian mengadakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul didalam suatu gejala yang bersangkutan.”

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi penelitian deskriptif, adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.10

Jenis penelitian ini diambil untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai sejauh mana Cek dan Bilyet Giro berperan dalam lalu lintas pembayaran dan masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaan Cek dan Bilyet Giro.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman dan PT. Bank Rakyat Indonesisa (Persero) Tbk.Cabang Purwokerto.

10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI Press, Jakarta), 1981, hal 10

(47)

D. Sumber Data 1. Data Sekunder.

Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, keputusan-keputusan, maupun surat-surat resmi yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

2. Data Primer.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang berupa keterangan-keterangan hasil interview atau wawancara dengan salah satu pihak terkait (staf Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Purwokerto bagian dana dan jasa) dengan masalah yang diteliti untuk melengkapi data sekunder.

3. Metode Pengumpulan Data 1. Data sekunder

Data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, literatur dan dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti

2. Data Primer

Data yang diperoleh dari interview atau wawancara dengan salah satu pihak yang terkait (staf Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Purwokerto

(48)

bagian dana dan jasa) dengan masalah yang diteliti .untuk melengkapi data sekunder.

4. Metode Penyajian Data.

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk uraian yang disusun secara siatematis, logis, rasional, dalam arti data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.

5. Metode Analisis Data.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Pendapat Soejono S. berkaitan dengan analisis data kualitatif adalah:

Analisis yang bertujuan untuk mengungkapkan apa yang menjadi latar belakang kebenaran. Dengan demikian jumlah (kuantitas) data sekunder tidak diutamakan melainkan kualitas data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

Dalam metode ini akan adanya penjabaran dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang didasarkan pada kaidah-kaidah hukum yang relevan dengan pokok permasalahan dan doktrin hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Bank BRI Cabang Purwokerto diperoleh data sebagai berikut :

1. Data Sekunder.

1.1. Kondisi umum Bank BRI Cabang Purwokerto .

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmaja dengan nama Hulp-en Spaarbank de Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmaja pada periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946. Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai bank pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti sementara waktu dan baru muylai aktif kembali setelah Perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui Perpu No.41 Tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) dan Nederlansche

(50)

Maatschappij (NHM), kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (PENPRES) No.9 Tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Ketentuan baru ini, Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang rular, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang ekspor-impor.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Thun 1967 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan Bank Negara Indonesia unit II bidang rular dan ekpor-impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia , selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.

Kegiatan Bank Rakyat Indonesia menekankan pada lima orintasi dan area bisnis yang berdasarkan segmen pasar yang menjadi usahanya ke lima segmen pasar tersebut dinamakan urusan bisnis yaitu : urusan bisnis unit desa, urusan bisnis kecil, urusan bisnis komersial, urusan bisnis pertanian, urusan bisnis korporasi dan internasional. selain kelima area atau segmen diatas BRI juga memiliki urusan bisnis

(51)

dana dan jasa yang khusus diarahkan dalam rangka pengerahan dana maupun jasa- jasa lainnya.

Sejak tanggal 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Thaun 1992 tentang Perbankan yang telah diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 status BRI menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikan masih 100% ditangan pemerintah.

1.1.1. Yisi dan Misi BRI.

a. Visi BRI adalah menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepentingan nasabah.

b. Misi BRI adalah

1) melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usah mikro, kecil dan meemngah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

2) memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praketk good corporate governance.

3) memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihka yang berkepentingan.

1.1.2. Produk dan Jasa yang diberikan.

Untuk memnuhi kebutuhan para nasabah Bank Rakyat Indonesia menawarkan berbagai jenis produk perbankan dan pelayanan yang memudahkan para nasabah

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengkapi salah satu syarat guna menyelesaikan program studi Strata 1 Jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah Institut Agama

dengan negara-negara/daerah lain. Artinya, jika semua negara atau daerah mengalami peningkatan pada tingkat tertimbang yang sama, maka negara-negara miskin/daerah- daerah miskin

Kutampi Mengajar adalah salah satu program yang dilakukan oleh peserta Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN – PPM) Periode VII, Universitas

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan keaktifan dalam kegiatan ekstrakurikuler, minat baca, dan kedisiplinan belajar secara

Adanya peningkatan tekanan darah baik tekanan darah sistolik maupun diastolik pada tenaga kerja di Unit Circular Loom PT Xterjadi setelah tenaga kerja bekerja dan

Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor yang penting untuk syarat tumbuhnya berbagai tanaman paku ata yang menjadi bahan baku industri kerajinan rumah

(1) Dalam setiap proses penyelesaian sengketa konsumen dengan cara Konsiliasi atau Mediasi atau Arbitrase, saksi dapat dihadirkan oleh Majelis dan/atau atas saran atau permintaan

cences mostly terminal, with occasional axilliary inflorescences, prophyll absent on terminal inflorescences but found on axillary inflorescences, 3 to 6. The last group is