• Tidak ada hasil yang ditemukan

NBP Nonmekanikal

6.9. Data Tahun 2004-2009

Proporsi penderita NPB berdasarkan rincian data tahun 2004-2009 yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan dapat dilihat pada gambar 6.1.

11.6 13.6 14.3 15.6 21.8 23.1 0 5 10 15 20 25 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun P ro p o rs i ( % )

Gambar 6.1. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Rincian Tahun Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.1 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan rincian tahun berada pada tahun 2009 dan proporsi terendah adalah pada tahun 2004.

Berdasarkan gambar 6.1 juga dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan setiap tahunnya mengalami peningkatan.

6.10. Sosiodemografi

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita NPB yang dirawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

6.10.1.Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita NPB berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.2.

1.4 2.0 4.8 6.8 6.1 12.9 7.5 16.3 5.4 6.8 4.1 10.2 6.1 6.8 0.7 1.4 0.0 0.7 10.0 5.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 Proporsi (%) 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 U m ur ( ta hun) Laki-laki Perempuan

Gambar 6.2. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.2. dapat dilihat proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan umur adalah kelompok umur 41-50 tahun (23,8%). Berdasarkan jenis kelamin, proporsi tertinggi penderita NPB adalah perempuan (63,9%) dengan sex ratio

Berdasarkan umur, NPB dapat dirasakan sejak usia remaja dan frekuensi NPB meningkat dengan bertambahnya umur dan mencapai puncaknya pada umur 30-50 tahun.26

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hincapie C., dkk (2008) di Saskadchewan, Kanada dengan desain cross sectional bahwa prevalensi penderita NPB berdasarkan umur lebih tinggi pada kelompok umur 40-49 tahun (29,3%).27

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan NPB sampai umur 60 tahun, artinya semua memiliki resiko untuk menderita NPB mengingat umur harapan hidup (UHH) saat ini adalah 67 tahun, namun pada wanita keluhan NPB lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, atau kehamilan demikian juga NPB sebagai akibat dari osteoporosis yang lebih umum dirasakan oleh wanita, karena pada wanita osteoporosis dirasakan lebih dini dan lebih hebat terjadi daripada yang dialami pria.28

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Altinel L., dkk (2006) di wilayah Afyon, Turki dengan desain cross sectional bahwa prevalensi penderita NPB berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan sebesar 63,2% sedangkan laki-laki 33,8%.29

6.10.2.Suku

Proporsi penderita NPB berdasarkan suku yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.3.

80.2 10.2 2.7 2 1.4 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Bat ak Jaw a Nias Minang Mel ayu Am bon Aceh Tamil Tiong hoa Sunda Suku P ro p o rs i ( % )

Gambar 6.3. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB berdasarkan suku tertinggi adalah suku Batak (80,2%).

Hal ini bukan berarti suku Batak beresiko tinggi terhadap NPB, hanya menunjukkan bahwa penderita yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada umumnya adalah suku Batak.

6.10.3.Agama

Proporsi penderita NPB berdasarkan agama yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.4.

61.2% 19.7% 18.4% 0.7% Kristen Protestan Kristen Katholik Islam Budha

Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB berdasarkan agama yang tertinggi adalah Kristen Protestan (61,2%).

Hal ini bukan berarti agama Kristen Protestan berisiko tinggi terhadap NPB, hanya menunjukkan bahwa penderita yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada umumnya beragama Kristen Protestan.

6.10.4.Pekerjaan

Proporsi penderita NPB berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.5.

32.0 30.6 15.0 8.8 6.1 6.1 1.4 0 5 10 15 20 25 30 35 IRT Peg. S wasta/ Wrsw sta Peg. Negr i Pen s. Peg awai/ ABRI Petan i Belum Bek erja Biaraw an/B iaraw ati Pekerjaan P ro p o rs i ( % )

Gambar 6.5. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah pekerjaan IRT (32%).

Jenis pekerjaan rumah yang dilakukan oleh ibu rumah tangga sudah mendukung mereka untuk menderita NPB dan juga perempuan memiliki beban berat terhadap pekerjaan domestik (rumah tangga) dibandingkan laki-laki.31

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Altinel L. Dkk (2006) di wilayah Afyon, Turki dengan desain cross sectional bahwa prevalensi penderita NPB berdasarkan pekerjaan lebih tinggi tinggi terjadi pada ibu rumah tangga yaitu sebesar 64,2%.29

6.10.5.Status Perkawinan

Proporsi penderita NPB berdasarkan status perkawinan yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.6.

89.8% 10.2%

Kawin Belum kawin

Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah kawin (89,8%).

Hal ini disebabkan oleh karena umur penderita NPB pada umumnya berada pada usia perkawinan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Galukande M., Dkk, (2005) di Rumah Sakit Mulago, Uganda dengan desain case series juga menemukan proporsi tertinggi penderita NPB memiliki status kawin yaitu sebesar 82%.30

6.10.6.Daerah Asal

Proporsi penderita NPB berdasarkan daerah asal yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.7.

Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Daerah Asal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita NPB berdasarkan daerah asal lebih tinggi pada yang berasal dari dalam Kota Medan (70,1%).

Hal ini dikaitkan dengan lokasi Rumah Sakit Santa Elisabeth yang berada di kota Medan sehingga penderita NPB yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan, selain itu juga penderita yang datang dari luar kota Medan kemungkinan menggunakan alamat keluarga yang tinggal di kota Medan sehingga dicatat beralamat di Kota Medan.

70.1% 29.9%

Kota Medan Luar kota Medan

6.11. Riwayat Cedera/Trauma

Proporsi penderita NPB berdasarkan riwayat cedera punggung sebelumnya yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.8.

91.2% 8.8%

Tidak pernah Pernah

Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Riwayat Cedera/Trauma Punggung di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah yang tidak pernah mengalami riwayat cedera punggung sebelumnya (91,2%)

Disamping trauma/cedera yang dirasakan secara nyata, NPB dapat juga disebabkan oleh trauma/cedera yang tidak nyata dalam bentuk trauma kumulatif akibat aktivitas yang tidak ergonomis yang tidak disadari oleh penderita. Penderita yang tidak

mendapat trauma/cedera secara nyata kemungkinan mendapat trauma/cedera kumulatif dalam melaksanakan pekerjaannya.26

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widodo S., (1999) di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang menemukan proporsi tertinggi penderita NPB adalah yang tidak mendapat cedera/trauma sebelumnya sebesar 87,5%.31

6.12. Klasifikasi NPB

Proporsi penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.9.

26.5%

73.5%

NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal

Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.9 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita NPB berdasarkan klasifikasi NPB adalah NPB Mekanikal (73,5%). Untuk lebih jelasnya, rincian klasifikasi NPB dapat dilihat pada gambar 6.10 berikut ini :

51.8 44.5 3.7 77.0 12.8 7.7 2.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Degener asi Trauma & Gangg. M ekanik Gangg. M etabolik

Kel. Pada viser

a & retro

peritoneu

m

Problem p

sikoneur

otik Infeksi Radang

P ro p o rs i ( % )

Gambar 6.10. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Rincian Klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.10 dapat dilihat bahwa dari 147 penderita NPB, 73,5% adalah NPB Mekanikal dengan rincian proporsi tertinggi disebabkan oleh degenerasi (51,8%).

Penuaan adalah sebuah proses evolusi dan dinamis yang akan dialami oleh setiap manusia yang mengakibatkan perubahan degeneratif tidak hanya pada pada cakram antar vertebrata tetapi juga pada ligamen dan tulang. Bernick dkk menemukan bahwa perubahan fibrosus annulus akibat dari proses degeneratif terjadi pada usia 40-60 tahun dan akan bertambah parah sejalan dengan bertambahnya usia (60-83 tahun).22

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Miziawa M. Dkk, (2001) di Rumah Sakit Lomé, Togo dengan desain case series juga menemukan prevalens penyebab NPB tertinggi adalah akibat degenerasi yaitu sebesar 95,32%.32

6.13. Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita NPB berdasarkan penatalaksanaan medis yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 keseluruhan ditangani secara konservatif dapat dilihat pada gambar 6.11. berikut ini.

100.0 39.5 10.9 1.4 0.7 0 20 40 60 80 100 120

Medikamentosa Fisioterapi Korset Tirah Baring Traksi

Konservatif P ro p o rs i ( % )

Gambar 6.11. Diagram Batang Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Pelaksanaan Medis Konservatif di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.11. di atas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan penatalaksanaan medis penderita secara konservatif, proporsi tertinggi dilakukan dengan pemberian medikamentosa 100%.

Hal ini terjadi karena dalam penatalaksanaan medis secara konservatif terhadap penderita NPB ada beberapa terapi yang dapat dilakukan salah satunya adalah farmakoterapi (medikamentosa) bersifat simtomatis atau kausal, yang merupakan salah satu cara terapi konvensional yang biasanya paling awal dilakukan terhadap penderita NPB. Sedangkan untuk tindakan operatif sangat jarang dilakukan hal ini disebabkan, penatalaksanaan secara operatif dilakukan hanya bila penatalaksanaan secara konservatif

tidak memberikan hasil, menimbulkan kelumpuhan nyata terutama yang berkembang secara progresif dan adanya gangguan miksi.9

Pada kasus penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2004-2009, ada seorang penderita yang sebelumnya akan dilakukan tindakan operatif tetapi ditunda karena alasan biaya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Vukmir R., (1991) bahwa 91% pasien NPB dapat sembuh dengan respon pengobatan yang baik, 7% dengan terapi secara agresif dan hanya 2% yang membutuhkan tindakan pembedahan.33

6.14. Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan rata-rata penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 adalah 6,82 hari (7 hari) dengan Standard Deviasi

(SD) 5,105 hari dan Coefficient of variation 74,52% (>10%) yang menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita NPB bervariasi dengan lama rawatan paling singkat 1 hari dan lama rawatan paling lama 38 hari. Berdasarkan 95% Convidence Interval

didapatkan lama rawatan rata-rata 5,99-7,66 hari.

Karakteristik penderita NPB yang paling lama dirawat yaitu perempuan berumur 45 tahun, beragama Katholik, suku Batak, dan pekerjaan berwiraswasta. Penderita sebelumnya sudah pernah dirawat dan dilakukan operasi di rumah sakit yang berbeda karena mengalami kecelakaan sepeda motor pada tahun 1999 sehingga terjadi trauma, kemudian pada tahun 2002 dilakukan tindakan operasi.

Penderita kemudian dirawat kembali di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004 karena faktor kekambuhan selama 38 hari, ditangani secara konservatif antara

lain dengan pemberian medikamentosa, fisioterapi, tirah baring, dan pemakaian korset. Penderita kemudian pulang dengan keadaan berobat jalan (PBJ).

6.15. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.12

27.9% 25.8%

46.3% PBJ

PAPS Sembuh

Gambar 6.12. Diagram Pie Proporsi Penderita NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa proporsi keadaan sewaktu pulang penderita NPB yang tertinggi adalah pulang dengan berobat jalan dengan proporsi 46,3%.

Tingginya proporsi penderita NPB yang pulang berobat jalan (PBJ) kemungkinan disebabkan rasa nyeri yang sudah berkurang dan dapat beraktivitas, sehingga pasien berinisiatif untuk berobat jalan, dimana pengobatan berupa terapi fisik atau fisioterapi dapat dilakukan dari rumah, sekaligus mengurangi beban biaya karena rawat inap.

6.16. Analisa Statistik

6.16.1.Umur Berdasarkan Klasifikasi NPB

Proporsi umur penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 berdasarkan klasifikasi NPB dapat dilihat pada gambar 6.13.

36.1 53.8 35.2 30.8 28.7 15.4 0 10 20 30 40 50 60

NPB Mekanikal NPB Non mekanikal

Klasifikasi NPB P ro p o rs i ( % ) <45 46-65 >65

Gambar 6.13. Diagram Batang Proporsi Umur Penderita NPB Berdasarkan Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat pada klasifikasi NPB Mekanikal, proporsi tertinggi berada pada kelompok umur <45 tahun (37%). Pada klasifikasi NPB Nonmekanikal, proporsi tertinggi berada pada kelompok umur <45 tahun (53,8%).

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan klasifikasi NPB.

Tingginya NPB Mekanikal kategori umur <45 tahun dapat dikaitkan dengan aktivitas penderita yang membutuhkan mobilitas dan pergerakan yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaanya dimana umur <45 tahun merupakan usia produktif sehingga lebih sering mengalami trauma dan gangguan mekanik (50%) bila dibandingkan dengan

umur >45 tahun. Sedangkan tingginya proporsi NPB Nonmekanikal pada umur <45 tahun, terjadi karena kelainan alat viseral dan retroperitoneum yang tinggi (56,7%) pada umur <45 tahun. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingginya proporsi perempuan yang berisiko terhadap kelainan viseral dan retroperitoneum karena faktor menstruasi dan kehamilan.

6.16.2.Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi NPB

Proporsi jenis kelamin penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 berdasarkan klasifikasi NPB dapat dilihat pada gambar 6.14. 33.3 43.6 66.7 56.4 0 10 20 30 40 50 60 70 80

NPB Mekanikal NPB Non mekanikal

Klasifikasi NPB P ro p o rs i ( % ) Laki-laki Perempuan

Gambar 6.14. Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin Penderita NPB Berdasarkan Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat pada klasifikasi NPB Mekanikal, proporsi tertinggi adalah yang perempuan (66,7%). Demikian juga pada klasifikasi NPB Nonmekanikal, proporsi tertinggi adalah yang perempuan (56,4%).

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi NPB.

Tingginya NPB Mekanikal dan Nonmekanikal pada perempuan terjadi karena tingginya proporsi perempuan pada semua kategori penyebab NPB antara lain degenerasi (66,1%), trauma dan gangguan mekanik (64,6%), gangguan metabolik (100%), kelainan alat visera dan retroperitoneum (53,3%), problem psikoneurotik (100%) dan radang (100%).

6.16.3.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Klasifikasi NPB

Proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB yang dirawat inap berdasarkan klasifikasi NPB di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.15. 5.82 7.19 0 2 4 6 8 NPB Non mekanikal NPB Mekanikal K lasi fi kasi N P B

Lam a raw atan rata-rata (hari)

Gambar 6.15. Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita NPB Berdasarkan Klasifikasi NPB Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.15 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita NPB dengan klasifikasi NPB Mekanikal adalah 7,19 hari, lama rawatan rata-rata penderita NPB dengan klasifikasi NPB Nonmekanikal adalah 5,82 hari (6 hari).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p>0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi NPB. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan klasifikasi NPB tidak menentukan lamanya penderita dirawat di rumah sakit.

Lamanya waktu perawatan yang dibutuhkan oleh penderita NPB dipengaruhi oleh ada tidaknya ketidakstabilan anatomik penderita. NPB pada penderita dengan jaringan normal, dapat sembuh dalam kurun waktu 6-12 minggu, jika terjadi ketidakstabilan patoanatomik maka NPB membutuhkan waktu lebih 3 bulan untuk sembuh.34

6.16.4.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi lama rawatan rata-rata penderita NPB yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 6.16.

5.12 6.24 8.18 0 2 4 6 8 10 PAPS Sembuh PBJ

Lama Raw atan rata-rata

Gambar 6.16. Diagram Batang Lama Rawatan Rata-rata Penderita NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita NPB dengan keadaan pulang berobat jalan (PBJ) adalah 8,18 hari (8 hari), lama rawatan

6,24 hari (6 hari), dan lama rawatan rata-rata penderita NPB dengan keadaan pulang sembuh adalah 5,12 hari (5 hari).

Berdasarkan hasil test of homogenecity of variance diperoleh nilai p<0,05 yang berarti memiliki varians yang berbeda sehingga tidak dapat dilakukan uji Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p<0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita NPB yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Hal ini menunjukkan lama rawatan rata-rata penderita NPB yang pulang berobat jalan (PBJ) relatif lebih lama dibandingkan Pulang Sembuh dan yang Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS).

Sebagian besar pasien NPB dapat sembuh dengan cepat. Secara keseluruhan, 60-70% sembuh dalam 6 minggu, 80-90% sembuh dalam 12 minggu. Setelah 12 minggu penyembuhan menjadi lambat dan tidak dapat dipastikan.8

6.8.6. Klasifikasi NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi klasifikasi penderita NPB yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar 6.17. 73.5 80.5 65.8 26.5 19.5 34.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 PBJ PAPS Sembuh

Keadaan Sewaktu Pulang

P ro p o rs i ( % ) NPB Mekanikal NPB Nonmekanikal

Gambar 6.17. Diagram Batang Proporsi Klasifikasi NPB Penderita NPB Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2009

Berdasarkan gambar 6.17 dapat dilihat pada penderita NPB dengan keadaan pulang berobat jalan (PBJ), pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dan yang pulang sembuh, masing –masing proporsi tertinggi disebabkan oleh NPB Mekanikal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi klasifikasi NPB berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Proporsi pulang sembuh untuk penderita NPB Nonmekanikal pada umumnya lebih tinggi daripada penderita NPB Mekanikal. Hal ini terjadi karena tidak adanya gangguan struktur anatomik seperti halnya NPB Mekanik yang membutuhkan waktu

BAB 7

Dokumen terkait