• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian hipotesis 4 (sub-struktur 2 pada lag 3) adalah untuk mengetahui koefisien jalur pengaruh langsung DAU (X1), DAK (X2), BM (Z) terhadap PPAD3 (Y). Model persamaan analisis jalur sebagai berikut:

Y = PYX1 X1 + P YX2 X2 + PYZZ + PY

2

Tabel 5.28. Nilai F-Hitung Sub-Struktur 2 pada Lag Tiga Tahun ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.903E21 3 2.301E21 13.548 .000a Residual 1.291E22 76 1.698E20

Total 1.981E22 79

a. Predictors: (Constant), BM, DAU, DAK b. Dependent Variable: PPAD3

Hasil uji secara keseluruhan ditunjukkan oleh Tabel 5.28 hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:

Ha : PY =PYX1 = PYX2 = PYX3 # 0 Hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : DAU, DAK, BM tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap PPAD3

Ha : DAU, DAK, BM berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap PPAD3 Dari tabel Anova diperoleh nilai F pada lag 3 sebesar 13,548 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000 karena nilai sig lebih kecil < 0.05, maka keputusannya adalah Ha diterima. Artinya semua variabel DAU, DAK, BM berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap PPAD3.

Tabel 5.29. Nilai Koefisien Model 1 Sub-Struktur 2 pada Lag Tiga Tahun

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.176E9 3.994E9 .294 .769

DAU .121 .032 .580 3.784 .000

DAK -.516 .198 -.430 -2.608 .011

BM .093 .020 .500 4.763 .000

a. Dependent Variable: PPAD3 Sumber: Lampiran 17

Variabel DAU mempunyai nilai t-hitung sebesar 3,784, t-tabel (0,025:80) = 1,99 dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian, p = 0,000 <  = 0,05 (Ha

diterima). Maka dapat disimpulkan bahwa DAU berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap PPAD pada lag 3 tahun.

Variabel DAK mempunyai nilai t-hitung sebesar -2,608, t-tabel (0,025:80) = 1,99 dengan tingkat probabilitas 0,011. Dengan demikian, p = 0,011 <  = 0,05 (Ha

diterima). Maka dapat disimpulkan bahwa DAK berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap PPAD pada lag 3 tahun.

Variabel BM mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,763 t-tabel (0,025:80) = 1,99 dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian, p = 0,000 <  = 0,05 (Ha

diterima). Maka dapat disimpulkan bahwa BM berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap PPAD pada lag 3 tahun.

Pada analisis jalur model 1 sub-struktur 2, nilai beta untuk DAU adalah 0,580, nilai beta untuk DAK adalah -0,430 dan nilai beta untuk BM adalah 0,500. Hasil analisis membuktikan bahwa semua koefisien jalur signifikan.

Tabel 5.30. Model Summary Model 2 Sub-Struktur 2 pada Lag Tiga Tahun Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .590a .348 .323 1.30325E10 1.869

a. Predictors: (Constant), BM, DAU, DAK b. Dependent Variable: PPAD3

Sumber: Lampiran 17

Dari Tabel 5.30 diperoleh besarnya koefisien diterminan atau kontribusi X1, X2 dan Z terhadap Y (R square = R2 YZX1X2) adalah:

DAU DAK BM PPAD3 R2 YZX1X2 = (0,580) (0,385) + (-0,430) (0,258) + (0,500) (0,473) R2 YZX1X2 = 0,2233 – 0,1109 + 0,2365 R2 YZX1X2 = 0,349

Besar koefisien residu PYå2 = 1 – 0,349 =√0,651 = 0,8069

Berdasarkan hasil dari koefisien jalur pada sub-struktur 1 dan sub-struktur 2 maka dapat digambarkan secara keseluruhan sebagai berikut:

1 = 0,8905 2 = 0,8069

PYX1 = 0,580 PZX2 = 0,455 PYZ = 0,500 PYX2 = -0,430

Gambar 5.6. Kerangka Koefisien Jalur pada Lag Tiga Tahun

Hasil dari koefisien jalur pada sub-struktur 1 dan sub-struktur 2 berubah menjadi persamaan substruktur yaitu:

Z = PZX2 X2 + PZ

1dan R2 ZX2 BM = 0,455 X2 + 0,8905

1 dan R2 ZX2 = 0,207 BM = 0,455 DAK+ 0,8905

1 dan R2 BM-DAK = 0,207 Y = PYX1 X1 + PYX2 X2 + PYZZ + PY

2 PPAD3 = 0,580 X1 - 0,430 X2 + 0,500 Z + 0,8069

2 dan R2 YZX1X2 = 0,348

PPAD3 = 0,580 DAU - 0,430 DAK + 0,500 BM + 0,8069

2 dan R2

YZX1X2 = 0,348 Kontribusi DAU dan BM terhadap peningkatan PAD adalah jika ada peningkatan DAU sebesar 1000 rupiah maka akan meningkatkan PAD 580 rupiah, jika DAK ditingkatkan sebesar 1000 rupiah maka akan berpengaruh negatif terhadap PAD sebesar 430 rupiah. Jika BM ditambah sebesar 1000 maka akan meningkatkan PAD sebesar 500 rupiah. Total Peningkatan PAD akibat penambahan DAU, DAK dan BM adalah 650 rupiah.

Tabel 5.31. Ringkasan Hasil Koefisien Jalur Lag Tiga Tahun

Variabel Koefisien Jalur Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung

Total Pengaruh bersama

X1 0,580 0,580 0,580 X2 X2 -0,430 0,455 -0,430 0,455 0,500 -0,430 0,228 Z 0,500 0,500 0,500

1 0,891 (0,891)2 = 79,2

2 0,706 (0,807)2 = 65,1 R2ZX1 0,348

Sumber: Data Hasil Olahan SPSS

5.4. Pembahasan

Adanya kebijakan desentralisasi sebenarnya ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah. Pemberian dana transfer dari pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh pemda untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Hal ini merupakan tantangan dan peluang bagi pemerintah daerah (Pemda) dengan

kewenangannya untuk mengelola sumber daya yang dimiliki. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya transparan dan akuntabel.

Tujuan dari dana transfer tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri. Maka pemerintah dituntut meningkatkan pelayanan publik dengan memberikan porsi belanja daerah yang lebih besar untuk sektor-sektor produktif.

Sehingga tuntutan pemerintah pusat kepada daerah untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dapat digali dari pembangunan sektor-sektor produktif tersebut dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

5.4.1. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa DAU, DAK berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap BM. Berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 1, koefisien jalur DAU secara statistik tidak signifikan terhadap BM. Sedangkan koefisien jalur DAK signifikan terhadap BM. BM berfungsi sebagai intervening dalam hubungan tidak langsung DAK terhadap Peningkatan PAD. Dengan demikian hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa DAK berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap BM. Besarnya kontribusi DAK terhadap BM sebesar (0,455)2 x 100% = 20,7% dan sisanya (0,8905)2 x 100% = 79,2% merupakan kontribusi dari variabel lain di luar variabel DAK.

5.4.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Hasil penelitian dengan koefisien jalur menunjukkan bahwa DAU tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Harianto (2007) dan Darwanto (2007) yang dilakukan di Pulau Jawa dan Bali, menyatakan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap BM.

DAU tidak berpengaruh terhadap BM. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rata-rata jumlah belanja modal adalah 21 milyar rupiah sedangkan dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana di Aceh mencapai 25 triliun rupiah lebih. Oleh karena itu, pengeluaran belanja modal kemungkinan dibiayai dari bantuan APBN dan bantuan luar negeri. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2010, pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, perumahan, sekolah-sekolah, kantor, pasar, mesjid, rumah sakit, bandar udara dan sarana publik lainnya di Provinsi Aceh yang merupakan pengeluaran belanja modal berasal dari bantuan/hibah dari luar negeri. Pembangunan tersebut ada yang langsung dibangun oleh negara donor seperti Uni Emirat Arab, Turki, Saudi Arabia, Cina, Jerman, Jepang, Australia, Amerika, Belanda, organisasi PBB (UNICEF, UNESCO, UNHCR, FAO, ILO, UNDP, UN-HABITAT, WHO) dan ada juga dibangun melalui Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh.

Menurut Keefer et.al (2003) dalam Abdullah (2006) pengalokasian sumberdaya ke dalam anggaran belanja modal (capital expenditure) merupakan sebuah proses yang sarat dengan kepentingan-kepentingan politis. Anggaran ini sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan

prasarana umum yang disediakan oleh pemerintah daerah. Namun, adanya kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan permasalahan di masyarakat. Peran DPRD sebagai prinsipal yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran oleh eksekutif terkadang kurang efektif.

5.4.3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Hasil pengujian dengan koefisien jalur diperoleh hasil bahwa DAK barpengaruh signifikan terhadap belanja Modal. Hasil ini sesuai dengan pengalokasian DAK di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. Dalam Kuncoro (2004), Kebutuhan khusus dalam DAK meliputi:

1) Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah terpencil yang tidak mempunyai akses yang memadai ke daerah lain.

2) Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah yang menampung transmigrasi.

3) Kebutuhan prasarana dan sarana fisik yang terletak di daerah pesisir/kepulauan dan tidak mempunyai prasarana dan sarana yang memadai. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan bahwa Dana Alokasi Khusus untuk mendanai kegiatan khusus yang

menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas ke pemerintahan di bidang tertentu khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat. Dana alokasi khusus pada dasarnya untuk mendanai pembangunan fisik sarana dan prasarana dengan arah kebijakan peningkatan, perluasan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

5.4.4. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Hasil penelitian dari pengujian koefisien jalur pada lag satu tahun, lag dua tahun, lag tiga tahun menunjukkan bahwa DAU, DAK dan BM berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap peningkatan PAD. Berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 2, pada lag satu tahun dan lag dua tahun diperoleh hasil bahwa variabel DAU berpengaruh langsung terhadap PPAD. Variabel DAK berpengaruh tidak langsung terhadap PPAD melalui BM. Tetapi pada lag tiga tahun variabel DAU berpengaruh langsung terhadap PPAD, variabel DAK berpengaruh secara langsung terhadap PPAD dan variabel DAK juga berpengaruh tidak langsung terhadap PPAD melalui BM.

Pada lag satu tahun, besarnya kontribusi DAU yang secara langsung mempengaruhi PPAD adalah (0,188)2 x 100% = 3,5% artinya DAU hanya berpengaruh sebesar 3,5% terhadap peningkatan PAD. Besarnya kontribusi DAK secara tidak langsung mempengaruhi PPAD1 melalui BM adalah (0,455) x (0,663) =

0,302. Dengan demikian pengaruh total DAK terhadap PPAD1 melalui BM sebesar 30,2%.

Pada lag dua tahun, besarnya kontribusi DAU yang secara langsung mempengaruhi PPAD2 adalah (0,194)2 x 100% = 3,8%. Artinya terjadi kenaikan peningkatan PAD sebesar 0,3% dari tahun sebelumnya. Besarnya kontribusi DAK secara tidak langsung mempengaruhi PPAD2 melalui BM adalah (0,455) x (0,627) = 0,285. Dengan demikian pengaruh total DAK terhadap PPAD2 sebesar 28,5%. Hal ini dapat diartikan besarnya kontribusi DAK terhadap peningkatan PAD melalui belanja modal menurun dari tahun sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan DAK diperuntukkan untuk prioritas khusus yang lainnya.

Pada lag tiga tahun, besarnya kontribusi DAU yang secara langsung mempengaruhi PPAD3 adalah (0,580)2 x 100% = 33,6%. Peningkatan ini semakin naik di tahun ketiga. Artinya, secara jangka panjang dana transfer dari pusat memberi dampak terhadap peningkatan PAD. Besarnya kontribusi DAK yang secara langsung mempengaruhi PPAD3 adalah (-0,430)2 x 100% = 18,5%. Artinya DAK berpengaruh terhadap PAD namun pengaruhnya negatif. Hal ini kemungkinan disebabkan DAK selalu diperuntukkan untuk pembangunan sarana dan prasarana dibandingkan langsung terhadap peningkatan PAD. Sedangkan besarnya kontribusi DAK secara tidak langsung mempengaruhi PPAD3 melalui BM adalah (0,455) x (0,500) = 0,228. Artinya terjadi penurunan kontribusi DAK terhadap belanja modal sebesar 5,7%. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian DAK yaitu sebagai specific grant, yang dapat berubah pemberiannya kepada daerah-daerah tertentu.

5.4.5. Pengaruh Langsung Dana Alokasi Umum terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengujian pada lag 1 tahun, lag 2 tahun, dan lag 3 tahun diperoleh bahwa DAU berpengaruh langsung terhadap PPAD1. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2007 bahwa DAU diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan pegawai, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.Artinya DAU yang diberikan oleh pusat melalui anggaran APBD hampir seluruhnya untuk belanja pegawai yaitu membayar gaji pegawai. Hasil tersebut menurut Brodjonegoro (2002) dalam Adi (2006) kemungkinan disebabkan oleh adanya mutasi pegawai pemerintah pusat ke daerah yang berlangsung sangat drastis dan adanya perintah dari pemerintah pusat untuk menaikkan gaji pegawai negeri sipil. Ditambah setelah musibah gempa alam tsunami, banyak pegawai negeri yang berkurang. Akibatnya terjadi penambahan formasi jumlah pegawai negeri sipil di Provinsi Aceh yang begitu drastis, sehingga jumlah DAU terserap hampir seluruhnya untuk membayar gaji pegawai negeri sipil di daerah. Berdasarkan data gaji pegawai tahun 2005 adalah sebesar 1.514.411.730.000 rupiah. Tahun 2006 adalah 2.363.435.730.000, tahun 2007 adalah 2.781.510.520.992. Tahun 2008 adalah 1.941.565.000.000. Tahun 2009 menjadi

4.618.832.000.000. Terlihat bahwa terjadi penambahan jumlah belanja gaji pegawai setiap tahunnya.

Pegawai membelanjakan gajinya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Semakin besar pendapatan, semakin besar konsumsi yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Teori Keynes (Keynesian Consumption Model) bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel. Dari kegiatan konsumsi tersebut, terjadi pengenaan pajak berdasarkan objek pajaknya. Menurut Adriani, pajak objektif dilihat pada objeknya (benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak) kemudian baru dicari subjeknya baik yang berkediaman di Indonesia maupun tidak. Golongan pajak objektif diantaranya: (a) Pajak yang dipungut karena keadaan diantaranya pajak kekayaan, pajak pendapatan, pajak karena menggunakan benda yang kena pajak; (b) Pajak yang dipungut karena perbuatan diantaranya pajak lalu lintas kekayaan, pajak lalu lintas hukum, pajak lalu lintas barang, serta pajak atas pemakaian; (c) Pajak yang dipungut karena peristiwa diantaranya bea pemindahan di Indonesia contohnya pemindahan harta warisan. Misalkan pegawai membeli kendaraan bermotor, maka terkena pajak kendaraan bermotor, pajak bea balik nama kendaraan bermotor. Belanja ke pasar terkena retribusi parkir, menginap di hotel dan makan di restoran terkena pajak hotel dan pajak restoran, yang semuanya merupakan komponen pendapatan asli daerah.

5.4.6. Pengaruh Langsung Dana Alokasi Khusus terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengujian pada lag 3 tahun diperoleh bahwa DAK berpengaruh langsung negatif terhadap PPAD3, artinya setiap terjadi penambahan DAK maka terjadi penurunan pada PAD atau sebaliknya jika terjadi pengurangan DAK maka terjadi peningkatan pada PAD. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, penggunaan dana perimbangan untuk Dana Alokasi Khusus agar dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program kegiatan pendidikan dan kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari peraturan tersebut dimungkinkan pengalokasian DAK pada lag tiga tahun berdampak signifikan negatif terhadap peningkatan PAD karena DAK dialokasikan untuk mendanai kebutuhan dasar masyarakat seperti kegiatan pendidikan dan kesehatan. Karena untuk kebutuhan dasar masyarakat, maka tidak dikenakan pungutan pajak atau retribusi atas objek tersebut. Kalaupun ada penetapan tarif pajak dan retribusi, sifatnya sangat kecil dan sedikit setelah diberikan subsidi oleh pemerintah.

Pengalokasian DAK baru memberikan dampak terhadap peningkatan PAD pada tahun ketiga. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur fisik biasanya dilakukan secara bertahap. Misalkan pembangunan rumah sakit. Tahun pertama pembangunan bangunan fisik rumah sakit. Tahun kedua, penyediaan sarana prasarana rumah sakit

berupa fasilitas mobiler, alat-alat kesehatan dan pada tahun ketiga telah tersedia kelengkapan rumah sakit seluruhnya sehingga rumah sakit telah berfungsi dalam memberikan fasilitas kesehatan kepada masyarakat. Melalui pelayanan kesehatan, ada retribusi pelayanan kesehatan yang merupakan sumber dari PAD. Jumlahnya tidak terlalu besar dibandingkan retribusi yang lain.

5.4.7. Pengaruh Belanja Modal terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Hasil penelitian pada lag satu, lag dua dan lag tiga tahun menunjukkan bahwa terdapat pengaruh BM terhadap peningkatan PAD. Hasil ini sesuai dengan penelitian Adi (2006) yang dilakukan di Pulau Jawa dan Bali, menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan belanja modal dengan penerimaan PAD. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BM setiap tahunnya dari tahun 2004 sampai 2007. Belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah benar-benar ditujukan pada sektor-sektor produktif seperti pembangunan jalan dan jembatan; gedung dan bangunan; irigasi dan jaringan; peralatan dan mesin dan sarana prasarana publik lainnya, sehingga manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Dari hasil pembangunan tersebut, muncul sumber-sumber pengenaan pajak dan retribusi daerah dari sektor-sektor perekonomian, perdagangan, transportasi dan industri. Menurut Wong (2004) dalam Adi (2006), pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah yang merupakan komponen PAD terbesar selain retribusi.

BAB VI

Dokumen terkait