• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Sifat Fisis Hand Krim

2. Daya sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan (lubricity) sediaan tersebut, yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan

karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan zat aktif atau obatnya, dan kemudahan penggunaannya (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

Untuk menilai daya sebar sediaan semisolid topikal, faktor-faktor yang penting dipertimbangkan meliputi karakteristik formulasi, waktu, dan kecepatan

shear selama pengolesan dan suhu tempat aplikasi. Kecepatan penyebaran juga bergantung pada viskositas formulasi, kecepatan penguapan solven dan kecepatan kenaikan viskositas karena evaporasi (Garg et al., 2002).

E. Analisis Droplet

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang sering disebut mikron. Dalam bidang farmasi ada informasi yang perlu diperoleh dari partikel yaitu (1) bentuk dan luas permukaan partikel dan (2) ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi diameter (ukuran) partikel, sedangkan bentuk partikel memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan teksturnya (kasar atau halus permukaan partikel) (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

Dalam metode mikroskopik digunakan alat yang sederhana dan tidak perlu penanganan khusus, yaitu mikroskop. Mikroskop elektron digunakan untuk ukuran partikel antara 10 Å hingga kira-kira 0,2 μm. Mikroskop optik digunakan

10

untuk ukuran partikel antara 0,2 μm hingga kira-kira 100 μm (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

Kerugian metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi (panjang dan lebar) dari tiga dimensi partikel yang umumnya terlihat. Selain itu, jumlah partikel yang harus diamati sekitar 300-500 partikel agar memperoleh suatu perkiraan distribusi yang baik, sehingga metode ini memerlukan ketelitian dan waktu yang lama. Pengujian mikromeritik dari suatu sampel harus tetap dilakukan bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel yang lain, karena adanya gumpalan dari masing-masing partikel lebih dari satu komponen sering kali dideteksi dengan metode mikroskopik (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

Analisis ukuran droplet dapat digambarkan melalui suatu nilai percentile

yaang didapatkan dengan mengurutkan data dari ukuran droplet dari yang terkecil sampai yang paling besar, dan kemudian dapat ditentukan nilai percentile sesuai dari suatu populasi data. Nilai percentile menunjukkan bahwa sejumlah tertentu droplet dari populasi droplet yang terukur memiliki nilai di bawah nilai percentile

tersebut. (De Muth, 1999).

F. Pembentukkan Droplet

Umumnya, droplet terbentuk akibat tekanan yang diberikan terhadap droplet awal yang berukuran besar sehingga menyebabkan pemanjangan droplet tersebut, diikuti dengan peningkatan tegangan permukaan dan mengarah pada ketidakstabilan, sehingga droplet yang awalnya berukuran besar terpecah menjadi droplet-droplet yang berukuran lebih kecil. Faktor penting dari proses

pembentukan droplet adalah sifat kental dan elastis dari fase dispers dan medium dispers; tegangan antarmuka; dan kondisi aliran (Peters, 1997).

Terdapat kesulitan dalam menguji peranan faktor-faktor tersebut baik secara eksperimental maupun secara teoritis. Inti dari kesulitan tersebut adalah bahwa secara prakteknya, emulsifikasi tidak terjadi pada kondisi yang tetap, tetapi di bawah kondisi yang dinamis yaitu dalam skala waktu satuan detik sampai 10-6 detik. Bagaimanapun, dapat diasumsikan bahwa arah efek yang timbul bergantung pada skala waktu. Kemudian, dapat digunakan kombinasi efek steady-state

dengan sebuah pemahaman tentang pengaruh skala waktu dalam memodifikasi besar droplet (Peters, 1997).

Dalam prakteknya, efek dinamik sangat penting, yaitu efeknya terhadap kecepatan perenggangan suatu droplet. Pada saat perenggangan droplet awal, tegangan antarmuka akan meningkat dikarenakan molekul surfaktan tidak dapat merespon secara spontan, kemudian setelah lapisan tunggal surfaktan teradsorbsi pada ukuran droplet yang lebih kecil akan terjadi penurunan tegangan permukaan, dan bergantung pada sifat serta konsentrasi surfaktan yang digunakan (Peters, 1997). Dengan sistem yang immobile, maka droplet-droplet akan sukar bergerak, sehingga kecenderungan untuk mendekat dan bergabung semakin kecil, diimbangi dengan kapasitas kerja emulsifying agent yang baik pada lapisan antarmuka fase minyak dengan fase air, dimana emulsifying agent membentuk struktur kaku yang berfungsi sebagai barrier yang mencegah droplet untuk bergabung (Nielloud dan Mestres, 2000)

12

Kecepatan putar mixer berperan dalam memberikan energi mekanik sehingga campuran dapat terdispersi satu sama lainnya. Kecepatan putar mixer

dapat mempengaruhi ukuran droplet, namun demikian kenaikan kecepatan putar tidak selalu menghasilkan ukuran droplet yang kecil (Peters, 1997). Berikut adalah grafik pengaruh lamanya waktu pencampuran pada kecepatan pencampuran yang berbeda terhadap rata-rata ukuran droplet:

Gambar 1. Grafik pengaruh lama pencampuran dan kecepatan pencampuran terhadap rata-rata ukuran droplet (Peters, 1997)

Emulsi yang digunakan dalam grafik di atas (gambar 1) adalah tipe O/W. Dari beberapa kecapatan putar yang digunakan dalam pembuatan emusi tersebut tampak bahwa pada menit-menit awal pencampuran akan menghasilkan penurunan diameter rata-rata ukuran droplet. Hal ini dapat dilihat dari penurunan grafik pada menit ke-0 sampai dengan menit ke-40. Namun selanjutnya penambahan waktu pencampuran setelah menit ke-40 dalam pembuatan emulsi ini tidak akan berpengaruh pada diameter rata-rata ukuran droplet. Berhubungan dengan grafik tersebut, penting dilakukannya pembatasan terhadap lamanya

waktu pencampuran yang digunakan dalam pembuatan suatu sediaan emulsi (Peters, 1997).

G. Mixer

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pemilihan mixer untuk pencampuran sediaan semipadat adalah viskositas sediaan tersebut (Lachman, Liebermann, dan Kanig, 1994). Sediaan semipadat pada umumnya memiliki viskositas yang cukup tinggi. Mixer yang sesuai adalah mixer yang elemen putarnya dapat menghasilkan gaya geser yang cukup tinggi. Permasalahan yang sering muncul pada pencampuran semisolid pada kenyataannya berbeda dengan pencampuran sediaan padat atau cair, sediaan semisolid akan lebih sukar mengalir, dimana akan ditemukan daerah ”dead spots”. Dua tipe mixer yang digunakan untuk memperoleh sediaan semipadat yang homogen adalah planetary mixer dan sigma blade mixer (Aulton, 2002).

Planetary mixer (Gambar 2), mixer tipe ini biasanya ditemukan pada dapur rumah tangga atau organisasi yang lebih besar dengan prinsip sama yang digunakan dalam industri. Pisau pencampur terletak di tengah dan terpasang pada lengan yang berputar. Pada mixer ini terjadi perputaran ganda yaitu perputaran pisau pada sumbunya dan perputaran lengan mengelilingi mangkuk yang digunakan untuk mencampur. Jadi seperti perputaran bumi pada porosnya sambil berputar mengelilingi matahari.

14

Gambar 2. Planetary mixer

Sigma blade mixer (Gambar 3), merupakan mixer yang kuat dan cocok digunakan pada sediaan pasta padat (stiff pastes) dan salep (Aulton, 2002).

H. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial tiga level berarti ada tiga faktor (misal A, B, dan C) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997).

Dalam penelitian ini faktor yang diuji ada tiga antara lain : kecepatan putar mixer, waktu pencampuran, dan suhu pencampuran. Masing-masing faktor akan diuji pada dua level. Untuk melihat pengaruh proses pembuatan dengan desain faktorial tiga faktor dua level dilakukan berdasarkan rumus:

y = bo + bA xA + bB xB + bc xC + bAB xA xB+ bAC xA xC+ bBC xB xC+ bABC xA xB xC...(1)

Dengan :

y = respon hasil atau sifat yang diamati

(xA)(xB)(xC) = level pada faktor A, faktor B, dan faktor C b0, bA, bB, bC = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Dari rumus (1) dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih kondisi campuran yang optimum. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1997).

16

Pada desain faktorial tiga faktor dan dua level dibutuhkan delapan formulasi (2n =8, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Rancangan desain faktorial tiga faktor dan dua level dapat dilihat pada table berikut :

Tabel I. Rancangan desain faktorial tiga faktor dua level

Eksperimen A Faktor B C AB AC Interaksi BC ABC

(1) - - - + + + - a + - - - - + + b - + - - + - + ab + + - + - - - c - - + + - - + ac + - + - + - - bc - + + - - + - abc + + + + + + +

(Armstrong dan James,1996). Keterangan tabel :

+ = level tinggi - = level rendah

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (De Muth 1999).

I. Landasan Teori

Dalam pembuatan suatu sediaan semipadat proses pencampuran merupakan salah satu kriteria penting untuk diperhatikan agar dapat memperoleh sediaan yang sesuai dengan sifat fisis dan stabilitas dari sediaan yang ditentukan.

Hand krim pada penelitian ini merupakan suatu sediaan semipadat yang terbentuk dari dua fase yang berbeda yang tidak saling campur satu sama lain tanpa adanya bantuan dari emulsifying agent.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pencampuran dalam pembuatan krim antara lain: suhu pencampuran, kecepatan geser, tegangan geser, dan lama pencampuran. Selama pencampuran, kecepatan putar dapat menyebabkan adanya gaya geser pada krim yang memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis krim seperti viskositas, dan selanjutnya berpengaruh pada kualitas sediaan yang terbentuk.

Kenaikan atau penurunan nilai viskositas dan daya sebar dapat mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas dari sediaan krim. Di samping itu suhu pemanasan dalam proses pencampuran juga berpengaruh dalam pembuatan suatu sediaan krim.Pengaturan suhu juga diperlukan selama proses pencampuran sebab hal ini dapat mengurangi pemadatan atau kristalisasi yang terlalu cepat dari bahan-bahan atau senyawa yang digunakan dalam proses pencampuran sediaan

hand krim. Oleh karena itu optimasi terhadap suhu pencampuran juga perlu dilakukan dalam proses pembuatan krim.

Tingkat pencampuran juga tergantung pada waktu pencampuran, meskipun demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak dapat menjamin

18

tercapainya homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap. Perlu dilakukan optimasi untuk memperoleh waktu pencampuran yang optimum. Optimasi kecepatan putar mixer dan waktu pencampuran, serta suhu pencampuran menjadi bagian penting dalam penelitian ini untuk mendapatkan kondisi proses pembuatan hand krim yang optimum.

Untuk mendapatkan kondisi yang optimum dari kecepatan putar mixer, waktu dan suhu pencampuran sehingga menghasilkan sifat fisis dan stabilitas yang memenuhi syarat dapat digunakan metode desain faktorial. Melalui desain faktorial dapat juga diketahui besar efek setiap faktor maupun interaksinya terhadap respon (sifat fisis dan stabilitas krim).

J. Hipotesis

Kecepatan putar mixer, waktu pencampuran, dan suhu pencampuran serta interaksinya berpengaruh terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis dalam pembuatan

19 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian desain faktorial.

B. Variabel dalam Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan putar mixer, waktu pencampuran, dan suhu pencampuran selama proses pembuatan.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis krim yang meliputi daya sebar, viskositas dan stabilitas krim yang meliputi pergeseran viskositas setelah pembuatan dan setelah penyimpanan selama 1 bulan.

3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah alat percobaan, wadah penyimpanan, lama penyimpanan, formula, dan kualitas bahan.

4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu, cahaya dan kelembaban lingkungan.

C. Definisi Operasional

1. Hand krim dalam penelitian ini merupakan krim yang dibuat dari formula “Protective Hand Cream” dari salah satu jurnal pada International Journal of Pharmaceutical Compounding (Allen, L. V., 2001) yang telah dimodifikasi oleh peneliti.

20

2. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon dalam penelitian ini. Faktor dalam penelitian ini meliputi kecepatan putar mixer dan waktu pencampuran serta suhu pencampuran.

3. Level adalah tingkatan jumlah atau besarnya faktor, dalam penelitian ini terdapat dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah kecepatan putar mixer adalah 300 rpm dan level tinggi adalah 500 rpm, untuk waktu pencampuran level rendah adalah 5 menit dan level tinggi adalah 10 menit, serta level rendah suhu pencampuran adalah 60oC dan level tinggi adalah 70oC menit.

4. Suhu pencampuran adalah suhu dalam wadah pencampuran, yang digunakan saat mencampur fase minyak dan fase air dalam formulasi krim, dinyatakan dalam derajat Celcius.

5. Sifat fisis krim adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas dari fisis hand krim, dalam penelitian ini meliputi viskositas dan daya sebar krim.

6. Stabilitas fisis krim adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan krim dari sisi sifat fisis, yang meliputi pergeseran viskositas, dan pergeseran ukuran partikel (droplet) yang dilakukan dengan uji mikromeritik setelah penyimpanan selama satu bulan.

7. Viskositas optimal adalah tahanan krim untuk mengalir, diukur dengan Viscotester Rion seri VT-04 dengan waktu pendiaman sebelum pengukuran 5 menit. Kriteria viskositas yang optimal 120-170 d Pa.s

8. Daya sebar optimal adalah kemampuan krim untuk menyebar, diukur dengan kondisi percobaan massa krim 1 gram, dan ditekan dengan kaca dan ditambah beban hingga 125 gram selama 1 menit. Kriteria daya sebar yang optimal 5-7 cm.

9. Pergeseran viskositas (%) adalah selisih viskositas setelah disimpan 1 bulan dengan viskositas 48 jam setelah pembuatan dibagi viskositas 48 jam dikali 100%. Kriteria pergeseran viskositas yang optimal ≤ 15%.

10.Pergeseran ukuran droplet adalah perubahan ukuran droplet pada pengamatan 48 jam setelah pembuatan dengan penyimpanan 1 bulan secara kualitatif berdasarkan signifikansi percentile 90 antara waktu pengukuran tersebut. 11.Kondisi optimum adalah kondisi dari setiap faktor yang dapat menghasilkan

hand krim dengan daya sebar 5-7 cm, viskositas 120-170 d.Pas dan persen pergeseran viskositas (setelah penyimpanan 1 bulan) ≤ 15%. Kondisi optimum dapat dilihat dari point prediction hasil analisis statistik menggunakan Design Expert 7.0.0

D. Bahan dan Alat 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : stearic acid

(farmasetis), cetyl alcohol (farmasetis), triethanolamine (farmasetis), paraffin liquid (farmasetis), glycerine (farmasetis), metil paraben (farmasetis), dan

22

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glasswares (PYREX-GERMANY), cawan porselen, pengaduk, mixer (Philip yang telah dimodifikasi), termometer, timbangan analitik, waterbath, mikroskop (Motic, B3 Proffesional Series), viscotester Rion® seri VT-04 (Japan), Software Design Expert 7.0.0,

software SPSS. 17®, sofware Motic Image Plus 2.0, dan alat uji daya sebar (modifikasi Farmasi USD).

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula krim

Dalam penelitian ini digunakan formula hand krim yang telah dimodifikasi dari jurnal internasional, Allen, L. V., 2001, Protective Hand Cream,

International Journal of Pharmaceutical Compounding, 5 (3), 207.

Tabel II. Formula asli dan formula modifikasi

Formula Asli

(gram) Formula Modifikasi (gram) Dimethicone 4 Stearic acid 18

Stearic acid 6 Cetyl alcohol 4,5

Cetyl alcohol 1,5 Paraffin Liquid 18,6 Mineral oil 2,2 Triethanolamine (TEA) 4,5

Triethanolamine (TEA) 1,5 Glycerine 5,4

Glycerine 1,8 Metil Paraben 0,6 Metil Paraben 0,2 Aquadest 248,4

Aquadest 82,8

Tabel III. Percobaan desain faktorial

Percobaan Pencampuran Suhu Pencampuran Waktu Putar Kecepatan Mixer

Level Rendah 60 oC 5 Menit 300 rpm Level Tinggi 70 oC 10 Menit 500 rpm

2. Pembuatan krim

Pertama-tama fase minyak dan fase air masing-masing dipanaskan pada suhu yang sama (60oC). Fase minyak (stearic acid, cetyl alcohol, dan paraffin liquid) dimasukkan ke dalam wadah pencampuran. Lalu fase air (TEA, glycerine, dan 2/3 aquadest) yang telah dipanaskan dicampurkan ke dalam fase minyak. Kemudian campuran diaduk hingga merata pada suhu (60oC-70oC), kecepatan putar (300rpm-500rpm), dan waktu (5-10 menit) yang sesuai dengan level pada tiap-tiap formula di atas waterbath, kemudian sisa air ditambahkan secara perlahan-lahan selama proses pencampuran tersebut. Setelah itu campuran dipindahkan dari waterbath lalu diaduk kembali hingga campuran dingin ± 5 menit, dan terbentuk massa krim yang homogen. Metil paraben ditambahkan saat pendinginan 5 menit tersebut.

3. Pengambilan sampel

Dalam penelitian ini dibuat 3 kali replikasi pada tiap setiap formula percobaan (1), a, b, ab, c, ac, bc, dan abc. Masing-masing replikasi tersebut kemudian diuji dan diamati viskositas krim, daya sebar krim, dan mikromeritik. 4. Pengujian tipe krim

a. Metode warna. Sebanyak 0,5 g hand krim dimasukkan ke dalam beaker glass dan diencerkan dengan 2 ml aquades. Campuran diaduk kemudian ditambah 2 tetes methylene blue. Warna campuran diamati. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase air sedangkan bagian yang tidak berwarna merupakan fase minyak (Voigt, 1994).

24

b. Metode pengenceran. Sedikit air diberikan ke dalam contoh kecil emulsi dan setelah dikocok atau diaduk diperoleh kembali suatu emulsi homogen, maka terdapat tipe M/A. Pada tipe A/M terjadi sebaliknya (Voigt, 1994).

5. Pengujian viskositas

Hand krim dimasukkan kedalam wadah dan dipasang pada viscotester Rion VT-04. Nilai viskositas krim ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viscotester dinyalakan. Hasilnya dicatat. Pengujian dilakukan setelah 48 jam krim selesai dibuat dan setelah disimpan selama satu bulan (Hariyadi, Purwanti, dan Soeratri, 2005).

6. Pengujian daya sebar

Hand krim ditimbang sebanyak 1 g dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Kaca bulat lain diletakkan diatasnya dan ditambahkan beban hingga 125 gram selama 1 menit, kemudian diukur diameter penyebaran yang terbentuk (Garg et al., 2002). Pengujian dilakukan pada krim setelah 48 jam selesai dibuat. 7. Pengujian mikromeritik

Hand krim diletakkan di atas gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Diameter partikel yang ada diukur sebanyak 500 partikel. Pengujian dilakukan pada krim setelah 48 jam selesai dibuat dan setelah disimpan selama satu bulan.

F. Analisis Hasil

Data yang dihasilkan adalah data uji viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program

Design Expert 7.0.0. Dengan menggunakan rancangan penelitian desain faktorial ini dapat diketahui nilai efek dan juga interaksi antara 3 faktor yaitu kecepatan putar mixer, waktu pencampuran, dan suhu pencampuran sehingga dapat diketahui efek mana yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas. Kondisi optimum dari kecepatan putar mixer, waktu, dan suhu pencampuran dapat dilihat contour plot masing-masing respon. Kondisi optimum yang didapatkan terbatas pada level yang diteliti dan dapat dilihat pada point prediction.

Dalam penelitian ini analisis statistik untuk melihat signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon dapat diperoleh dari hasil pengolahan data menggunakan Design Expert 7.0.0. Dengan menggunakan analisis statistik ini dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan antara setiap faktor dan interaksi yang terjadi terhadap respon.

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Krim

Pembuatan hand krim ini didasarkan pada formula standar hand krim yang diambil dari International Journal of Pharmaceutical Compounding (Allen, 2001) dan telah dimodifikasi oleh penulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah

stearic acid, cetyl alcohol, paraffin liquid, triethanolamine, glycerine, metil paraben, aquadest.Stearic acid dalam formula ini berfungsi sebagai fase minyak.

Triethanolamine (TEA) berfungsi sebagai basa kuat yang bersama stearic acid

akan bereaksi saponifikasi membentuk emulgator sabun monovalen (Anief, 2000) sering disebut dengan sabun trietanolamin stearat dengan produk samping gliserol, cetyl alcohol dapat berfungsi sebagai emulsifying agent, peningkat konsistensi dan stabilitas krim. Paraffin liquid berfungsi sebagai fase minyak yang juga bersifat sebagai emollient, sehingga dapat mencegah dehidrasi pada kulit (Anonim, 1983). Glycerine pada formula hand krim ini digunakan sebagai humektan, yang berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit. Metil paraben digunakan sebagai pengawet sediaan hand krim.

Dalam formula ini terdapat 2 fase, yaitu fase minyak (fase A) yang terdiri dari stearic acid, cetyl alcohol, dan paraffin liquid. Fase air (fase B) yang terdiri dari glycerin, TEA, metil paraben, dan aquadest. Pada proses pembuatan

hand krim dilakukan pencampuran antara fase minyak dan air. Pertama-tama fase minyak dan fase air masing-masing dipanaskan pada suhu yang sama (60oC). Pemanasan bertujuan untuk mempermudah pencampuran karena tidak semua

bahan awal berbentuk cairan, dimana mencampurkan bahan yang berupa cairan akan lebih mudah dan homogen daripada bahan yang berupa semipadat sehingga proses emulsifikasi dapat terjadi secara optimum.

Faktor yang dioptimasi dalam penelitian ini adalah kecepatan putar

mixer, waktu, dan suhu pada saat pencampuran. Untuk optimasi suhu pencampuran dipilih suhu 60oC sebagai level bawah dan 70oC sebagai level atas, hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa sebaiknya emulsifikasi dilakukan pada suhu 5-10oC di atas titik leleh dari senyawanya yang memiliki titik leleh tertinggi (Liebermann, Rieger, dan Banker G.S., 1996). Dalam hal ini bahan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan titik leleh adalah stearic acid

sehingga dalam proses pencampurannya perlu diperhatikan suhu pelelehannya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pemadatan atau kristalisasi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dari senyawa yang memiliki titik leleh tinggi selama proses pencampuran. Titik leleh stearic acid adalah ≥ 54oC (Anonim, 1983), sehingga digunakan suhu pencampuran 60oC dan 70oC. Berdasarkan hasil orientasi, ketika digunakan suhu pencampuran 50oC diperoleh krim yang tidak memenuhi sifat fisis yang optimal. Kecepatan putar mixer yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 rpm untuk level rendah dan 500 rpm untuk level tinggi. Pemilihan kecepatan putar mixer pada penelitian ini didasarkan pada orientasi yang dilakukan sebelumnya, dimana diperoleh hasil bahwa pada kecepatan 300 rpm dan kecepatan 500 rpm dapat terbentuk krim yang memiliki sifat fisis dan stabilitas fisis yang dikehendaki. Pemilihan waktu pencampuran dalam penelitian ini untuk level rendah dan level tinggi adalah 5 menit dan 10 menit, didasarkan

28

pada orientasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, dimana diperoleh hasil bahwa pada waktu pencampuran 5 menit sudah terbentuk massa krim yang

Dokumen terkait