Penilaian terhadap potensi daya tarik obyek wisata hutan gambut JP tergolong rendah (Tabel 4). Unsur yang digunakan dalam penilaian kriteria potensi daya tarik obyek wisata hutan gambut JP yaitu keindahan alam, keunikan sumber daya alam, banyaknya sumber daya alam yang menonjol, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumber daya alam, jenis kegiatan wisata alam, kebersihan dan keamanan kawasan.
Keindahan alam kawasan hutan gambut JP yaitu kondisi lingkungan obyek yang masih utuh, sehingga membuat pemandangan sepanjang perjalanan menelusuri titian terlihat sangat alami. Flora khas Kalimantan Tengah yang beragam seperti gaharu, pasak bumi, ulin, jelutung, ramin, tumih, tanggaring dan berbagai jenis anggrek menjadi sumber daya alam yang unik dan menonjol di hutan gambut JP Keutuhan dan kepekaan sumber daya alam hutan gambut JP yaitu ekosistemnya.
Beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan hutan gambut JP yaitu: 1) Treking dapat dilakukan oleh pengunjung dengan menyusuri jalur titian yang sudah ada; 2) pendidikan dan penelitian meliputi pengenalan jenis flora, ekosistem gambut serta pendidikan pengembangan sumber daya masyarakat sekitar hutan gambut JP. Kegiatan penelitian akan menyediakan data dasar yang dapat dipergunakan oleh pihak pengelola dalam pengembangan ekowisata. Kebersihan lokasi hutan gambut JP tidak ada pengaruh dari sampah, industri, pemukiman penduduk, alam, dan corat-coret. keamanan kawasan hutan gambut JP dari kebakaran dan penebangan liar.
Elemen Institusi
Penilaian terhadap elemen institusi tergolong rendah (Tabel 4) karena status kawasan hutan gambut JP hutan hak milik, pemantapan kawasanpun masih belum ada, pengelolaan kawasan hutan gambut JP dilakukan masyarakat sendiri dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dokumen perencanan yang di miliki hutan gambut JP yaitu Rencana Pengelolaan Lima tahun (RPL). Pengelolaan kawasan hutan gambut JP masih difokuskan pada perlindungan dan perawatan terhadap ODTWA.
Potensi Pasar
Potensi pasar untuk kawasan hutan gambut JP masih tergolong rendah (Tabel 4) hal ini disebabkan kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah hanya + 36 jiwa/km2 . Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas 153.564 km2 dengan jumlah penduduk 2.439.858 jiwa. Dimasa mendatang peningkatan pendapat perkapita, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan tingkat kejenuhan penduduk yang tinggi akan mendorong perilaku masyarakat untuk berwisata, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke kawasan hutan gambut JP.
Keamanan
Kriteria potensi ODTWA di hutan gambut JP yang tergolong sedang yaitu kondisi masyarakat disekitar kawasan yang ikut mendukung pengembangan hutan gambut JP sebagai kawasan ekowisata. Mayarakat disekitar kawasan yang sebagian besar mata pencahriannya sebagai buruh bangunan dan sawit dengan tingkat pendidikan sebagian besar lulusan SLTP. Tingkat kesuburan tanah di kawasan hutan gambut JP tergolong sedang dan sumber daya alamnya cukup
potensial. Dalam pengelolaan dan pelayanan hutan gambut JP memiliki perencanaan, penggorganisasian, pelaksana dan penegendalian pemanfaatan terhadap obyek wisata, kemampuan berbahasa, keramahan dan kesiapan dalam pelayanan perlu ditingkatkan lagi. Dari segi sarana dan prasaran serta kualitas lingkungan hutan gambut JP perlu ditingkatkan lagi seperti penambahan sarana pelayanan, sarana interpretasi dan pengelolaan terkait permasalahan kunjungan dikawasan hutan gambut JP supaya tidak menimbulkan permasalahan lingkungan seperti sampah, penginjakan tanaman bawah, pemadatan tanah dan pencemaran air.
Kriteria penilaian terhadap potensi ODTWA tergolong tinggi Tabel 4. Aksebilitas yang mudah dijangkau pengunjung dan didukung dengan akomodasi. Akomodasi merupakan salah satu kriteria yang diperlukan dalam kegiatan berwisata bagi pengunjung yang berasal dari jauh. Kawasan hutan gambut JP tidak jauh dari ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, sehingga akomodasi yang digunakan yang berada di Palangka Raya. ketersediaan air yang cukup banyak sepanjang tahun bahkan disaat musim kemarau. JP merupakan satu-satunya kawasan ekowisata berupa hutan gambut dengan segala keunikannya di Kabupaten Pulang Pisau. Obyek wisata sejenis baru ditemukan dalam radius 51-150 km yang menyerupai hutan gambut JP, yaitu: 1) wisata Taman Nasional Sebangau; 2) wisata Arboretum Nyaru Menteng; 3) wisata Pulau Kaja; dan 4) wisata Hutan Ulin Mungku Baru. Disamping itu daya dukung kawasan dan pangasa pasar yang baik menjadikan hutan gambut JP layak untuk dikembangkan.
D. Daya Dukung Kawasan
Kemampuan daya dukung hutan gambut JP dengan panjang jalur yang dapat dimanfaatkan sebesar 604,38 m jumlah pengunjung yang dapat ditampung setiap hari 134 orang/hari dengan waktu kunjungan ± 4 jam per-kunjungan. Jalur wisata hutan gambut JP secara fisik mampu menampung pengunjung sebesar 134 orang/harinya. Apabila melebihi daya dukung kawasan maka dapat menimbulkan ancaman besar bagi ekosistemnya (Sari et al., 2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola, diketahui rata-rata jumlah kunjungan per hari sebesar 10 orang. Akan tetapi untuk hari tertentu jumlah pengunjung bisa mencapai 300 orang dalam sekali kunjungan saja. Hal ini dapat menimbulkan masalah bagi ekosistem gambut di JP. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya penambahan nilai daya dukung kawasan dengan memperpanjang jalur berupaboardwalk(Sariet al., 2015).
Daya dukung berkaitan dengan tingkat kunjungan dan kegiatan pengunjung (Sari et al., 2015) sehingga perlu diperhatikan agar dalam pengelolaan ekowisata sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima. Perhitungan daya dukung dapat digunakan untuk mencegah kerusakan kawasan obyek yang disebabkan oleh kunjungan pengunjung yang berlebihan (Purnomo, 2013). Daya dukung juga menentukan kenyaman dan kepuasan pengunjung dalam menikmati aktivitas wisata di area yang dikunjungi.
Pengelolaan kawasan hutan gambut JP harus memperhatikan daya dukung kawasan agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat kunjungan wisatawan yang berlebihan. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan hutan gambut JP yaitu kondisi lingkungan fisik, biologi, sosial dan
psikologis untuk mendukung aktivitas pengunjung tanpa mengurangi kualitas lingkungan dan kepuasan pengunjung (Muflihet al.,2015).
46 A. Kesimpulan
Pengunjung hutan gambut JP umumnya adalah pengunjung khusus dengan tujuan pendidikan lingkungan hidup seperti pelajar atau mahasiswa. Mereka melakukan kunjungan secara berombongan dengan durasi kurang lebih empat jam. Informasi hutan gambut JP diperoleh dari teman/kolega dan sekolah/kampus. Hutan gambut JP memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi baru ekowisata di Palangka Raya. Peningkatan daya tarik wisata dapat dilakukan melakukan penambahan sarana dan prasaran obyek wisata alam. Disamping itu, pengelola hutan gambut JP melakukan promosi yang lebih intensif tentang daya tarik hutn gambut JP. Daya dukung kawasan hutan gambut JP sebesar 134 orang/hari dengan panjang jalur yang dapat dimanfaatkan 604,38 m. Apabila melebihi daya dukung kawasan maka dapat menimbulkan masalah bagi ekosistem gambut di JP. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya penambahan nilai daya dukung kawasan dengan memperpanjang jalur berupa
boardwalk. B. Saran
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai prediksi tingkat kepuasan pengunjung obyek dan penelitian lebih lanjut terhadap daya dukung sosial dan pengembangan wilayah di hutan gambut JP.
47
lansakap Gunung Kapur Cibidak untuk ekowisata di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.Jurnal Ilmiah Pertanian Indonesia.Vol. 13 (3): 182-193. Agus, F. Subiksa, IGM. 2008.Lahan gambut: potensi untuk pertanian dan aspek
lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan world Angroforestry Center (ICRAF), Bogor.
Barchia, MF. 2006.Gambut agroekosistem dan transformasi karbin.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Deni. 2010. Kajian awal terhadap potensi Taman Burung Masigit Kareumbi Jawa Barat untuk pengembangan ekowisata.Jurnal Ilmiah Kehutanan.Vol. 4 (1): 1-11.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA). 2003. Pedoman analisis daerah operasional obyek dan daya tarik wisata.
Ditjen PHKA, Bogor.
Effendi, T.N. dan Sujali. 1989. Pengembangan kepariwisataan: sebuah pendekatan geografi.Majalah Geografi Indonesia.Vol. 2 (3): 1-9.
Hastari, B. 2005. Karakteristik obyek wisata dan persepsi masyarakat sebagai dasar dalam pengembangan wisata alam studi kasus: Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya.[Tesis]. SPS IPB, Bogor.
Kurniawati, H. 2012.Perencanaan lanskap kawasan ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang Kalimantan Barat.[Tesis]. SPS IPB, Bogor.
Muflih, A. Fahrudin, A. Wardiatno, Y. 2015.Kesesuaian dan daya dukung wisata Pesisir Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 20 (2): 141-149.
Nijayati S, Asmana A, Suryadiputran, INN. 2005. Pemberdayaan masyarakat lahan gambut. Wetlands Indonesia – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada, Bogor.
Noor, M. 2010. Lahan gambut pengembangan, konservasi, dan perubahan iklim.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Nugroho, I. 2011. Ekowista dan pembangunan berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Pramono, B.T. dan Kunarso, A. 2008. Pengaruh perilaku pengunjung terhadap jumlah kunjungan di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol. 5 (5); 423-433.
Purnomo, H. 2013.Kajian potensi dan daya dukung ekowisata di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu Jawa Timur[Tesis]. SPS IPB, Bogor.
Purwanto, S. 2014. Kajian potensi dan daya dukung Taman Wisata Alam Bukit Kalem untuk strategi pengembangan ekowisata[Tesis]. SPS IPB, Bogor. Purwanto, S. et al. 2014. Kajian potensi dan daya dukung Taman Wisata Alam
Bukit Kelam untuk strategi pengembangan ekowisata. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.Vol. 4 No. 2: 119–125.
Rianse, U, Abdi. 2009.Metodologi penelitian sosial dan ekonomi: teori dan apli-kasi. Alfabeta. Bandung.
Sari, Y. Yuwono, S.B. Rusita. 2015. Analisis dan daya dukung sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Lampung.Jurnal Sylva Lestari. Vol. 3 (3): 31-40.
Sarjono, H. dan Julianita, W. 2011. SPSS vs LISREL: sebuah pengantar, aplikasi untuk riset. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Suawantoro, G. 1997.Dasar-dasar pariwisata. Penerbit Andi, Yogyakarta. Supriatna J. 2008.Melestarika alam Indonesia. YOI, Jakarta.
Teguh, F. 2015. Tata kelola destinasi membangun ekosistem pariwisata. UGM Press. Yogyakarta.
Utama, IGBR, Mahadewi, NME. 2012. Metodologi penelitian pariwisata dan perhotelan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Utari, WD. 2014. Daya dukung ekologis dan psikologis ekowisata di kebun raya Cibodas[Tesis]. SPS IPB, Bogor.
Wibisono, ITC, Siboro L, Suryadiputra, INN. 2005. Panduan rehabilitas dan teknik silvikultur dilahan gambut. Wetlands Indonesia – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada, Bogor.
49
GAMBUT JUMPUN PEMBELOM, TUMBANG NUSA,