• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

1.7 Defenisi Konsep

1.7.1 Desa

Desa didefinisikan sebagai masyarakat hukum yang tinggal disuatu wilayah dengan kegiatan utama pertanian serta berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat atau menyelenggarakan rumah tangganya sendiri 24. Secara umum Desa atau pedesaan berasal dari bahasa Sansekerta yang secara demotratif Desa berarti organisasi yang mandiri atau suatu kawasan pemukiman yang mengatur dirinya sendiri. Desa secara konotatif mengandung arti sebagai wilayah jajahan, dalam arti keberadaan Desa tidak terlepas dari organisasi yang lebih tinggi yakni negara, baik pada bentuk Negara modern maupun kerajaan/negara tradisional 25. Binarto mengatakan desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan

24 Gunawan Prayitno, Membangun Desa “Merencanakan Desa dengan Pendekatan Partisipatif dan Berkelanjutan”, (Malang: UB Press, 2018), hlm.2.

25 Sidik Permana, Antroplogi Pedesaan dan Pembangunan Berkelanjutan, (Yogykarta: Deepublish, 2016), hlm.7-8.

19

suatu perwujudan atau kemampakan geografis yang ditimbulkan oleh faktor-faktor alamiah maupun sosial seperti fisiografis, sosial ekonomi, politik dan budaya yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 mendefenisikan Desa adalah masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasrkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati daalam sitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia26. Dengan demikian dapat diartikan bahwa desa adalah sekelompok masyarakat dalam sebuah wilayah yang diatur dalam pemerintahan. Ada 3 unsur penting dalam Desa yaitu : Wilayah, dalam arti tanah yang produktif dan yang tidak serta penggunannya termasuk juga unsur lokasi, dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat. Kedua penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, persebaran, kepadatan, petambahan, dan mata pencaharian penduduk setempat. Ketiga tata kehidupan, ikatan-ikatan pergaulan waga Desa dan pola tata pergaulan. Sehingga menyangkut tentang kehidupan masyarakat Desa.

Sejak adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan pengertian Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

26 Berdasrkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014.

20

sistem NKRI. Dari pengertian tersebut, maka desa mempunyai kedudukan strategis sebagai ujung tombak serta sebagai tolak ukur dalam melaksanakan dan mengevaluasi pembangunan nasional secara integral. Dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa terdapat perangkat desa yang salah satunya yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan secara demokratis27.

1.7.2 BUMDes (Badan Usaha Milik Desa)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan pengertian Badan Usaha Milik Desa yaitu Badan Usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah Lembaga usaha Desa yang dikelola oleh mayarakat dan pemerintahan Desa dalam upaya memperkuat perekonomian Desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi Desa28. Lebih lanjut, pengaturan tentang BUMDes diatur dalam Pasal 87 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu: Ayat(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUMDes, Ayat(2) BUMDes dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan, Ayat(3) BUMDes dapat menjalankan usaha dibidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 88 Ayat(1) Pendirian BUMDes disepakati melalui Musyawarah

27 Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang dimaksud dengan peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa

28 Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa(Bumdes)(Departemen Pendidikan Nasional: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembanguna(Pkdsp) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya), 2007, hlm.4.

21

Desa Ayat(2) Pendirian BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Sebagai suatu Badan Usaha, perlu mengetahui bagaimana sifat dan karakter dari BUMDes tersebut. Dalam UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 213 ayat(1) disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Substansi UU ini menegaskan tentang janji pemenuhan permintaan (demand compliance scenario) dalam konteks pembangunan tingkat Desa. Logika pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi Desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif (user owned, user benefited and user controlled), transparansi, emansipatif, akuntabel, dan susitanabel dengan mekanisme member-base dan self-help. Dari semua itu yang terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri29.

Peran pemerintah Desa dalam pembangunan Desa dalam semangat pembaharuan Desa sangatlah penting, dimana secara langsung mendukung pemeritntah daerah dalam membangunan pondasi daerahnya di tingkat paling bawah. Desa sebagai sebuah kawasan yang otonom diberikan hak-hak istimewa, diantaranya adalah terkait pengelolaan keuangan dan dana Desa, pemilihan Kepala Desa serta proses-proses pembangunan. Desa sebagai pemerintahan tingkat terendah yang dapat menyentuh langsung dengan masyarakat diharapkan lebih berperan dalam peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes) agar dapat memberikan kontribusi

29 Panduan BUMDes Depdiknas, op.cit.

22

bagi terlaksananya pembangunan secara nasional. BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Ada pun yang dimaksud dengan kebutuhan dan potensi Desa adalah sebagai berikut:30

1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

2. Tersedia sumber daya Desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan Desa dan terdapat permintaan di pasar.

3. Tersedia sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat.

4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi.

5. Warga masyarakat yang dikelola secara persial dan kurang terakomodasi BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di Desa.

Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar BUMDes atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik dari dalam maupun luar Desa). Demikian pula, pemerintah Desa ikut berperan dalam pembentukan BUMDes sebagai badan hukum yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan yang terbangun dimasyarakat Desa. Menjadi tulang punggung pemerataan ekonomi BUMDes merupakan bentuk penguatan terhadap

30 Anom Saputra, Badan Usaha Milik Desa, (Jakarta: Kemendesa PDTT, 2015), hlm.7.

23

lembaga ekonomi Desa serta merupakan alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi yang ada di Desa31.

Dokumen terkait