POLITIK PEMBANGUNAN DESA PUNGGULAN PASCA UU DESA NO. 6 TAHUN 2014 (STUDI KASUS PEMBENTUKAN
BUMDES DI DESA PUNGGULAN KECAMATAN AIR JOMAN KABUPATEN ASAHAN)
SKRIPSI
Nova Frisca Manurung NIM: 150906030
Dosen Pembimbing: Muhammad Ardian, S.Sos., M.I.Pol
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan :
1. Karya tulis ilmiah ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Politik Pembangunan Desa Punggulan Pasca UU Desa No. 6 Tahun 2014 (Studi Kasus Pembentukan BUMDes di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan)” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar Akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di Perguruan Tinggi lain.
2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji.
3. Di dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau terdapat yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali dengan menyebutkan pengarang dan mencantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah di peroleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Medan, Agustus 2019 Yang menyatakan
Nova Frisca Manurung
NIM.150906030
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
NOVA FRISCA MANURUNG (150906030)
POLITIK PEMBANGUNAN DESA PUNGGULAN PASCA UU DESA NO. 6 TAHUN 2014 (STUDI KASUS PEMBENTUKAN BUMDES DI DESA
PUNGGULAN KECAMATAN AIR JOMAN KABUPATEN ASAHAN)
Rincian isi skripsi : 115 Halaman, 6 Tabel, 16 Buku, 2 Skripsi, 2 Jurnal, 5 Situs Internet.
ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan tentang Politik Pembangunan yang ada
di desa Punggulan pasca UU Desa No. 6 Tahun 2014. Salah satu lembaga yang
akan membangun dan menopang perekonomian masyarakat desa adalah Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes merupakan lembaga yang
memprioritaskan kepentingan masyarakat melalui partisipasi dalam penyediaan
pelayanan sosial masyarakat desa. Adapun tujuan utama dari BUMDes adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan implementasi BUMDes dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat di Desa Punggulan Air Joman. Mendeskripsikan efektivitas dari
hadirnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ada di Desa Punggulan
Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan. Untuk mencapai tujuan diatas
digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis teknik pengumpulan data yang
igunakan adalah observasi , wawancara, data, dan foto. Data dianalisis dan
mengevaluasi kinerja BUMDes lalu menarik dengan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa eksistensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di desa
Punggulan baik dalam kinerjanya. Hal ini didapati dari fakta bahwa hasil produksi
dari BUMDes di desa Punggulan ini sudah memiliki nama baik di mata
masyarakat. Selain itu BUMDes desa Punggulan juga sudah masuk dalam
pameran besar antar Kabupaten yaitu Asahan Expo. Yang menjadi masalah dalam
BUMDes ini adalah masyarakat yang dipekerjakan bukanlah masyarakat yang
kurang mampu melainkan masyarakat yang mampu, bukan hanya itu kurangnya
sumber daya manusia juga menjadi faktor orang yang bekerja di BUMdes
bukanlah masyarakat Punggulan. Selain itu sangat kurangnya sosialisasi BUMDes
ini baik pemerintah desa maupun pengurus BUMDes mengenai keberadaan
BUMDes.
UNIVERSIY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE
NOVA FRISCA MANURUNG (150906030)
POLITICAL DEVELOPMENT OF VILLAGE POST PUNGGULAN VILLAGE ACT NO. 6 IN 2014 (CASE STUDY FOR ESTABLISHMENT OF BUMDES IN PUNGGULAN VILLAGE, WATER DISTRICT, JOMAN ASAHAN DISTRICT)
Details of the script contents : 115 Pages, 6 Table, 16 Books, 2 Thesis, 2 Journals, 5 Internet Sites.
ABSTRACT
This study describes the Politics of Development in the post-Village Punggulan Village Law No. 6 of 2014. One of the institutions that will develop and sustain the economy of village communities is the Village-Owned Enterprises (BUMDes). BUMDes is an institution that prioritizes the interests of the community through participation in the provision of social services for rural communities. The main purpose of BUMDes is to improve the welfare of rural communities. The purpose of this study is to describe the implementation of BUMDes in improving the economy of the community in the Air Joman Village.
Describe the effectiveness of the presence of the Village-Owned Enterprises (BUMDes) in the village of Air City District of Excellence in Asahan Regency.
To achieve the above objectives a qualitative approach with the type of data
collection techniques used is observation, interviews, data, and photos. Data is
analyzed and evaluates BUMDes performance then draws conclusions. The
results showed that the existence of Village-Owned Enterprises (BUMDes) in the
village of Pellence good in its performance. This is evident from the fact that the
production of BUMDes in the village of Pairah already has a good name in the
eyes of the community. In addition, BUMDes of the village of Pellence also
entered into a large exhibition between the districts, namely Asahan Expo. The
problem in this BUMDes is that the people employed are not disadvantaged
people but capable people, not only is the lack of human resources also a factor of
people who work at BUMdes not the Favored community. In addition, the very
lack of BUMDes socialization both village government and BUMDes
management regarding the existence of BUMDes.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujuin untuk dipertahankan dan di perbanyak oleh:
Nama : Nova Frisca Manurung
NIM : 150906030
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Politik Pembangunan Desa Punggulan Pasca UU Desa No. 6 Tahun 2014 (Studi Kasus Pembentukan BUMDes di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman KabupatenAsahan)
Menyetujui:
Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing
(Warjio Ph.D) (Muhammad Ardian, S.Sos., M.I.Pol) NIP. 197408062006041003 NIP. 198502242017041001
Mengetahui:
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
(Dr. Muriyanto Amin, M.Si)
NIP. 197409302005011002
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dilaksanakan Pada
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Agustus 2019
Pukul : -
Tempat : RUANG SIDANG FISIP USU
Ketua Penguji
Warjio Ph.D ( )
NIP. 197408062006041003
Penguji Utama
Muhammad Ardian, S.Sos., M.I.Pol ( )
NIP.19850222017041001
Penguji Tamu
- ( )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Politik Pembangunan Desa Punggulan Pasca UU Desa No. 6 Tahun 2014 (Studi Kasus Pembentukan BUMDes di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan””. Adapun skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,
maka penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang dapat menjadi
perbaikan bagi penulis kedepannya. Terimakasih kepada semua pihak yang
membantu saya selama pengerjaan skripsi ini. Terlebih lagi kepada Ayah saya
Bestian Manurung dan ibunda saya Taropina Pardede atas segala semangat dan
kasih sayang yang begitu besar di curahkan kepadaku. Kubersyukur bisa
mempunyai Ayah dan Ibu seperti kalian yang selalu menyediakan segalanya
bagiku hingga saat ini. Dan kasih saying kalian selalu mengalir.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Warjio Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Muhammad Ardian, S.Sos, M..I.Pol sebagai Dosen Pembimbing saya, saya mengucapkan beribu-ribu terimakasih untuk kesabaran, kebaikan dan waktu yang diluangkan untuk membimbing skripsi saya dari awal hingga selesainya skripsi ini. Semoga Bapak selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa, sehat selalu dan dimurahkan rezekinya.
3. Terimakasih banyak kepada Bapak Kepala Desa Punggulan beserta staffnya untuk pembelajaran politiknya dan waktu luang yang diberikan.
Semoga kita semua dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa.
4. Terimakasih kepada Salvato Dalla Grazia (Abriani Siahaan, dan Ulina Manurung) yang selalu memberikan semangat bahkan mendoakan.
Terimakasih dan kubersyukur bisa mengenal kalian semua.
5. Terimakasih kepada Sangaltup SQUAD (Desi Yuliati Situmorang, Vebisani Kristin Sitorus dan juga Ulina Fransiska) yang selalu ada di setiap hari-hariku baik suka maupun duka selama 4 tahun ini. Big Thanks laft.
6. Terimakasih kepada Pengurus BUMDes Cinta Damai Desa Punggulan yang selalu membantu memproses data tanpa kata lelah sedikitpun ketika saya membutuhkannya.
7. Untuk adik saya Novita Sari Manurung yang selalu menyemangati saya
agar segera menyelesaikan pendidikan Starata-1. Kuucapkan banyak
terima kasih untuk waktunya yang selalu diberikan dan selalu memberikan dorongan bagi saya.
8. Untuk teman-teman terbaik saya Mustika Manurung, Hanna Siahaan, Putri Natalia Kuucapkan banyak terima kasih untuk dukungannya selama ini.
9. Terimakasih kepada senior saya di Ilmu Politik yang selalu mengarahkan saya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini, yang tak dapat saya sebutkan semuanya. Dan saya pun berharap skripsi ini dapat menambah ilmu serta pengetahuan bagi setiap pembaca.
Medan, Agustus 2019
(Nova Frisca Manurung)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Halaman Pengesahan ... iv
Halaman Persetujuan ... v
Pernyataan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel dan Gambar ... ix
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Batasan Masalah……… 11
1.4 Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
1.6 Kerangka Teori ... 13
1.6.1 Teori Politik Pembangunan ... 13
1.6.2 Teori Partisipasi ... 18
1.7 Defenisi Konsep ... 21
1.7.1 Desa ... 21
1.7.2 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 23
1.8. Metode Penelitian... 26
1.8.1 Jenis Penelitian ... 27
1.8.2 Lokasi Penelitian ... 27
1.8.3 Teknik Pengumpulan Data……….. 27
1.8.4 Teknis Analisis Data……… 28
1.8.5 Sistematika Penulisan………. 29
BAB II Gambaran Umum Desa Punggulan
2.1 Kondisi Geografis Desa ... 31
2.1.1 Letak dan Luas Desa……… 31
2.1.2 Peruntukan dan Manfaat Lahan………. 32
2.1.3 Keadaan Tanah………. 33
2.2 Kondisi Geografis ... 34
2.2.1 Jumlah Penduduk……….. ... 34
2.2.2 Komposisi Penduduk……….. .. 34
2.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi……… 35
2.2.4 Kondisi Sosial Budaya………... 36
2.2.5 Sarana dan Prasarana Desa……….. 37
2.2.6 Prasarana Air Bersih……… 38
BAB III Analisis Politik Pembangunan Desa Punggulan dalam Pembentukan BUMDes Cinta Damai 3.1 Pengelolaan BUMDes Cinta Damai... 43
3.2 Evaluasi Pengerjaan BUMDes Cinta Damai... 51
3.3 Faktor Penghambat dan Pendukung BUMDes Cinta Damai ... 66
BAB IV Penutup 4.1 Kesimpulan ... 76
4.2 Saran ... 8
Daftar Pustaka ... 82
Lampiran ... 85
Dokumentasi ... 106
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. ... 32
Tabel 2.2. ... 34
Tabel 2.3 ... 35
Tabel 2.4 ... 36
Tabel 2.5 ... 38
Tabel 2.6 ……… 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah yang menjadi perhatian saat ini adalah pembangunan yang tidak berjalan dengan semestinya dari apa yang di harapkan, seperti terhambatnya pembangunan, pengurangan kualitas hasil pembangunan, dan juga adanya konflik antara aparatur pemerintahan dengan masyarakat. Pembangunan pasti memiliki tantangan seperti ekonomi, politik, sosial budaya dan lain-lain dan tantangan tersebut pasti mempengaruhi keefektifan proses pembangunan. Pembangunan yang diartikan bukan hanya sekedar bangunan fisik akan tetapi adanya perubahan.
Perubahan masyarakat suatu Negara menuntut pemerintah negara untuk memiliki kualitas dalam mengatur dan melayani kebutuhan akan harapan dan tuntutan yang semakin lama semakin kritis, besar dan kompleks. Oleh sebab itu, seharusnya para aktor birokrat seharusnya mampu bekerja semaksimal mungkin dalam mengatasi masalah masyarakat di bidang sosial, budaya dan ekonomi.
Pembangunan di awal dapat dimulai dari wilayah paling kecil seperti Desa. Desa
adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam
mengenai pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
2
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat
1. Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan Desa bertujuan dalam mempertahankan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan
2. Di Indonesia ada 74.843 Desa dengan sekitar 24.000 Desa adat, selebihnya merupakan Desa administratif. Berdasarkan publikasi BPS 2016, wilayah geografis Indonesia terdiri dari 34 provinsi, 416 Kabupaten, 98 Kota, 7.071 Kecamatan dan 81.936 Desa (termasuk Kelurahan dan unit pemukiman transmigrasi/UPT).
Salah satu persoalan mendasar dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah bagaimana membangun atau menciptakan mekanisme Pemerintahan yang dapat merapkan misinya dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera secara berkeadilan. Pemerintah harus melaksanakan pembangunan berdasarkan aspirasi masyarakat dan memberikan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya. Solehkhan menyatakan bahwa hakekat keberadaan pemerintah dan birokrasi adalah dalam rangka dan menjalankan tugas memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Pemerintahan Desa sebagai unit lembaga pemerintah yang paling berdekatan dengan masyarakat posisi dan kedudukannya
3.
Pembangunan yang dikerjakan Pemerintah juga diharapkan akan mampu meretas kemiskinan dalam masyarakat. Pada bulan Maret 2018 jumlah penduduk miskin
1 HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonom Yang Asli, Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 3.
2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
3 Moch Solekhan, Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Malang: Setara Press, 2012), hlm. 3.
3
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen), berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26 persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018.
Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 persen, turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.
4Hal ini kita semua menyadari betapa urgennya gerakan tersebut untuk menyehatkan dan menertibkan kehidupan kemasyarakatan bangsa kita. Terutama untuk menanggulangi keterbelakangan baik sosial budaya maupun sosial ekonomi, yang antara lain guna meningkatkan penghasilan rakyat yang sebagian besar hidup di masyarakat pedesaan
5.
Perkembangan otonomi daerah telah mengalami kemajuan signifikan terutama peningkatan standar ekonomi daerah yang mengarah ke modernisasi.
Perkembangan tersebut memunculkan berbagai rekayasa sosial. Roscou Pound mengatakan hukum tidak boleh dibiarkan mengawang dalam konsep-konsep logis analisis ataupun tenggelam dalam ungkapan-ungkapan teknis yuridis yang terlampau eksklusif. Sebaliknya, hukum itu mesti didaratkan didunia nyata, yaitu dunia sosial yang penuh sesak dengan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang saling berkaitan
6. Pemerintahan Desa sebagai unit lembaga pemerintah yang paling berdekatan dengan masyarakat, posisi dan kedudukan hukumnya seperti
4 Menurut Badan Pusat Statistik
5 Sumber Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1979), hlm. 19.
6 Bernard L. Tanya, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang Dan Generasi (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm.154.
4
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang berimplikasi pada perubahan tata hubungan Desa dengan relasi kekuasaan antar kekuatan politik di level Desa.
Perubahan kearah interaksi yang demokratik itu terlihat dari beberapa fenomena, diantaranya: (1) Dominasi peran birokrasi mengalami pergeseran digantikan dengan menguatnya peran institusi adat dalam penyelenggaraan pemerintahan sehari-sehari; (2) Semangat mengadopsi demokrasi delegatif-liberatif cukup besar dalam Undang-Undang yang baru tentang Badan Permusyawaratan Desa berperan sebagai pengayom adat-istiadat, membuat Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa dan (3) semangat partisipasi masyarakat sengat ditonjolkan artinya proses politik, pemerintahan dan pembangunan di Desa yang tidak merata.
7Menyadari arti pentingnya Pembangunan Masyarakat Pedesaan atau Community Development, dalam era pembangunan ini Pemerintahan telah menjadikannya sebagai salah satu fokus yang utama dalam program pembangunan daerah
8.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melalui kewirausahaan Desa, dimana kewirausahaan Desa menjadi stategis dalam pengembangan dan pertumbuhan kesejahteraan. Kewirausahaan Desa ini dapat diwadahi dalam BUMDes yang dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat Desa.
BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
7Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat (Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan), (Jakarta:
CIDEAS, 1997), hlm.19.
8 Sumber Saparin, loc.cit.
5
oleh Desa melayani penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lain untuk sebesar- besarnya kesejahteraan mayarakat Desa. Desa secara administrasif sebagai satu kesatuan hukum yang di dalamnya bertempat tinggal suatu sekelompok masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau tidak tradisional yang diakui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan UU ini sebagai dasar untuk membuat BUMDes di masing- masing Desa, sebagai langkah dalam mengambil kebijakan yang tepat dan bermanfaat guna meningkatkan pendapatan Desa dan kesejahteraan masyarakat.
Sebelum diatur dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ini juga berdasarkan pada Permendagri nomor 39 tahun 2010 pada Bab II tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa. Pembentukan ini berasal dari pemerintah Kabupaten/Kota dengan menetapkan peraturan daerah tentang pedoman tata cara pembentukan dan pengelolaan BUMDes. Selanjutnya pemerintah Desa membentuk BUMDes dengan peraturan Desa yang berpedoman pada peraturan daerah.
9Substansi UU ini menegaskan tentang janji pemenuhan permintaan (demand compliance scenario) dalam konteks pembangunan tingkat
9 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo “Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa (Studi Di Desa Landungsari,Kecamatan Dau, Kabupaten Malang)”, Jurnal Administrasi Publik (Jap), Vol. 1, No. 6, Hal. 1068-1076| 1069
6
Desa. Logika pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi Desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif (user owned, user benefited and user controlled), transparansi, emansipatif, akuntabel, dan susitanabel dengan mekanisme member-base dan self- help. Sejarah pengaturan Desa telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
10.
Dari semua itu yang terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri
11. Dengan kehadiran BUMDes ini diharapkan Desa menjadi lebih mandiri dan masyarakatnya pun menjadi lebih sejahtera. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melalui kewirausahaan Desa, dimana kewirausahaan Desa menjadi strategis dalam
10 Penjelasan Menurut UU No. 6 Tahun 2014
11 Panduan BUMDes Depdiknas
7
pengembangan dan pertumbuhan kesejahteraan. Saat ini dengan diundangkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa, diharapkan pelaksanaan dan pembentukan BUMDes semakin menemukan coraknya dan eksistensinya.
Jika diperhatikan, karena UU ini masih baru, kemungkinan besar akan membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya. Tetapi karena sejak lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana telah dilakukan kajian-kajian mengenai Badan Usaha Milik Desa ini maka sejak diundangkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 ini pendirian BUMDes akan semakin nyata. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai dibentuknya BUMDes yang sesuai dengan langkah UU tentang Desa No.6 Tahun 2014 yang tentunya akan memberikan peluang untuk dapat membangun sendiri Desa dengan menetapkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat Desa. Dalam proses pembentukannya BUMDes termasuk hal yang baru untuk itu tak jarang kalau terdapat beberapa Desa terpencil di Indonesia yang belum menerapkan kebijakan pemerintah ini.
Desa punggulan merupakan bentuk desa terpusat di Kecamatan Air Joman
Kabupaten Asahan yang jumlah penduduknya mencapai 9.939 jiwa. Mayoritas
masyarakat punggulan berstatus sebagai petani hal ini desebabkan karena cukup
luas dan suburnya lahan yang di miliki oleh masyarkat setempat. Banyak
masyarakat yang bekerja sebagai ART (Asisten Rumah Tangga) hal ini
disebabkan kurangnya pendidikan yang mendominan dalam masyarakat
punggulan juga sebagai pemicu keterbelakangan mereka untuk dapat bekerja yang
berkaitan dengan instansi negara. Hal ini cukup membuat ketimpangan yang ada
dalam masyarakat punggulan oleh karena itu adalah alasan yang tepat ketika
8
menerapkan BUMDes sebagai kebijakan yang dianggap mampu mensejahterakan masyarakat. Hal ini terbukti dari adanya Badan Usaha di desa tersebut yang memproduksi pakaian batik sendiri. Batik hasil produksi buatan BUMDes karya bersama desa punggulan sudah menghiasi stand pameran pembangunan Asahan Expo ke 72 tahun 2018.
Hal ini cukup menarik untuk diteliti mengingat bahwa dikeluarkannya peraturan yang mengharuskan desa membentuk BUMDes adalah baru dan masih banyak desa yang belum mampu menjalankannya. Salah satu contohnya yaitu BUMDes yang ada di Air Lago Kecamatan Muara Siau Jambi, BUMDes dinyatakan mengalami kegagalan dalam meraih keuntungan disebabkan kurangnya pengawasan dan pembinaan dari Kepala Desa Air Lago tersebut. Selain itu di Dompu Nusa Tenggara Barat juga mengalami masalah BUMDes, dimana anggaran BUMDes dinyatakan hilang dan terjadi penyalahgunaan anggaran
12. Berbeda dengan desa punggulan yang mampu menjalankan BUMDes dengan baik. Dalam eksistensinya desa Punggulan Air Joman sudah sampai memperkenalkan hasil produksinya ke pameran seni yang di adakan di Kabupaten Asahan. Selain itu produksi BUMDes yang ada di desa punggulan juga sangat timpang dengan kondisi profesi masyarakat dan alam sekitar. Dan kondisi masyarakat desa punggulan tergolong salah satu desa yang mampu dalam menjalankan BUMDes dengan baik, meskipun dengan kondisi yang cukup timpang. Dan untuk menjadi acuan saya dalam mengerjakan penelitian ini saya juga melihat dari skripsi dari saudara Tedi Kusama dengan judul “Pembentukan
12http://www.intirakyat.com/masalah-bumdes-inspektorat-akan-tindak-tegas.html
9
dan Pengelolaan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Karya Mandiri Sejati”
13. Dimana dalam skripsi ini hanya berfokus pada pembentukan awal dan pengelolaan BUMDes Karya Mandiri Sejati saja. Perbedaannya dengan skripsi peneliti sendiri yaitu peneliti mengaitkan langsung dengan politik pembangunan pasca keluarnya kebijakan BUMDes dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014.
Selanjutnya peneliti juga menjadikan acuan skripsi dari saudara Mujiyono Semarang dengan judul “Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung”
14. Dimana skripsi ini membahas peran dan fungsi hadirnya BUMDes Sanggrahan di desa Sanggrahan. Perbedaannya dengan skripsi peneliti kembali lagi terletak pada politik pembangunannya yang terkait dengan pembentukan BUMDes.
Dengan kondisi yang telah dijelaskan diatas penulis sangat tertarik untuk melakukakan penelitian dengan berfokus melihat keefektivitasan dari BUMDes yang di terapkan di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman.Karena itulah penelitian skripsi ini dilakukan, dengan mengangkat judul “Politik Pembangunan Pasca Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 (Studi Kasus Pembentukan BUMDes di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan).”
13 Tedi Kusuma, (Skripsi), Pembentukan dan Pengelolaan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Karya Mandiri Sejati, (Lampung : UNILA, 2018), hal. 44.
14 Mujiyono, (Skripsi), Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Pemberdayaan Masyarakat desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, (Semarang : UNNES, 2017), hal. 23.
10 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana keefektivitasan Politik Pembangunan di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman dengan dibentuknya BUMDes Pasca Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 ?
1.3 Batasan Masalah
Untuk melakukan penelitian ini, penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas, supaya hasil penelitian yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu menjadi suatu karya tulis yang sistematis dan tidak tersebar. Oleh karena itu batasan masalah dalam penelitian ini penulis terfokus pada Keefektivitasan Politik Pembangunan di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman dengan dibentuknya Bumdes di Desa tersebut. Adapun efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan yang tepat dari serangkain alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Dengan demikian alasan penulis berfokus pada keefektivitasan adalah melihat tercapainya BUMDes sebagai salah satu tujuan mensejahterahakan masyarkat yang ada di Desa tersebut. Sejahterah yaitu kondisi manusia yang terlihat dalam keadaan sehat dan damai, sehat dalam hal ini adalah kesehahatan jasmani yang masih terlihat baik di kalangan masyarakat Air Joman.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep Politik Pembangunan dengan adanya BUMDes di
Desa Punggulan Kecamatan Air Joman.
11
2. Menganalisis keefektivitasan Politik Pembangunan di Desa Punggulan dengan dibentuknya BUMDes sesuai Undang-Undang No.6 Tahun 2014.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi mengenai pemahaman dan analisis Politik Pembangunan terutama dalam analisis politik pembangunan di Desa Punggulan sehubungan dengan dibentuknya BUMDes.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai langkah pengembangan kajian pembangunan Desa sejalan dengan adanya UU Desa No. 6 Tahun 2014. Dan juga menjadi referensi penelitian bagi Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan panduan/saran praktis terhadap pengoptimalan potensi Desa, khususnya di Desa Punggulan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan.
1.6 Kerangka Teori
Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada
bagian ini penulis mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan
menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut
Masri Singarimbun dan Sofian effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial
mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan
preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
12
merumuskan hubungan antar konsep.
15Di dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang merupakan landasan berpikir dari masalah-masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini.
1.6.1 Teori Politik Pembangunan
Politik pembangunan merupakan gabungan konsep dari konsep politik dan pembangunan. Menurut Miriam Budiardjo politik adalah usaha menggapai kehidupan yang lebih baik
16. Sementara itu Ginanjar Kartasasmita mengatakan bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa politik pembangunan merupakan sebuah upaya untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Warjio politik pembangunan merupakan suatu usaha atau aktivitas baik yang dilakukan oleh para aktor seperti individu atau kelompok/negara, baik lokal maupun Internasional, secara struktur atau tidak, dilakukan untuk melegitimasi program atau tujuan pembangunan sehingga kekuasaan dapat terus dipegang
17. Politik pembangunan bukan saja menganalisis latar belakang pembangunan siapa aktor atau kelompok kepentingan di balik itu, idea atau paham apa yang dikembangkan dalam pembangunan. Dari pemahaman tersebut, setidaaknya ada lima arti penting politik pembangunanan: Pertama, mengetahui aktor-aktor yang memainkan peran penting dalam pembangunaan yang dijalankan. Pendekatan aktor dalam politik pembangunan secar spesifik bisa individu ataupun lembaga.
Kedua, mengetahui sistem yang menjalankan politik pembangunan itu. Ketiga,
15 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1998) , hlm. 37.
16 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1972), hlm. 8.
17 Warjio, Politik Pembangunan Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm .99.
13
ideologi yang dikembangkan atau dijadikan dasar dalam pembangunan itu.
Kelima, mengetahui bagaimana proses yang terjadi dalam pembangunan tersebut.
Keenam, mengetahui strategi politik pembangunan yang dijalankan oleh aktor- aktor pembangunan.
Dengan begitu Warjio juga menjeaskan terdapatnya peran serta aktor-aktor yang berperan pada jalannya proses politik pembangunan. Warjio menyebutkan aktor- aktor politik pembangunan yang dimaksud yaitu
18:
1. Negara
Dalam kajian politik negara merupakan aktor yang terbentuk secara sistematik sebagai sebuah institusi dengan kekuasaanya yang besar. Dimana di dalamnya terdapat sub sistem yang saling berhubugan.
2. Swasta
Aktor ini berperan dalam pengalokasian sumber daya dan keputusan ekonomi lain, berdasarkan pertimbangan pasar, yaitu mengikuti kekuatan dinamika pasar.
Dalam pemahaman positif swasta dianggap sebagai pengusaha dan koorporasi dalam proses pembangunan.
3. Masyarakat Sipil
Menurut defenisi yang disampaikan Zubaedi mengemukakan bahwa LSM merupakan organisasi swasta yang secara umum bebas dari intervensi pemerintah.
Aktor pembangunan sebagai representasi masyarakat (civil society) yang bergerak untuk berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
18 Ibid., hlm.146.
14 4. Individu
Aktor politik pembangunan paling mendasar yang memiliki peran di setiap lapisan/stara sosial masyarakat, serta terdapat dalam berbagai institusi politik.
Politik pembangunan sebagai suatu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (Politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya. Karena aktor-aktor ini memiliki kepentingan dan perspektif dalam pembangunan, maka di dalam politik pembangunan terkandung ideologi politik pembangunan. Inilah yang disebut sebagai variabel-variabel politik pembangunan. Berdasarkan pemahaman seperti itu Warjio menyimpulkan bahwa variabel-variabel penting dalam politik pembangunan sebagai berikut :
191. Adanya Aktor-Aktor Pembangunan
Aktor-aktor pembangunan adalah syarat mutlak dari politik pembangunan. Aktor- aktor pembangunan adalah mereka yang mengambil peran sentral dan menentukan dalam proses pembangunan. Mereka ini merupakan individu, kelompok, atau Negara.
2. Adanya Kekuasaan
Adanya kekuasaan menjadi syarat penting dalam pembangunan. Tanpa kekuasan sulit bagi individu, kelompok atau Negara mengintervensi pembangunan. Dengan kekuasaan tujuan pembangunan dapat dilaksanakan. Kekuasaan adalah apa yang
19 Ibid., hlm.141.
15
dimiliki oleh aktor pembangunan untuk merealisasikan tujuan dari pembangunan itu baik dalam bentuk hard power maupun soft power.
3. Adanya Sistem
Adanya sistem diperlukan dalam pembangunan. Hal ini disebabkan sisem dapat menggerakan sebuah pola yang dikehendaki dalam pembangunan. Sebuah sistem atau lebih akan mempengaruhi bagaimana pembangunan dijalankan untuk mencapai tujuan. Sistem ini dapat dibentuk secara internasional atau juga bersifat nasional atau lokal. Sistem adalah mekanisme yang dimiliki oleh aktor pembangunan dalam merealisasikan tujuan pembangunan.
4. Adanya Ideologi
Ideologi menjadi syarat mutlak dalam politik pembangunan. Ideologi menggerakkan pembangunan karena di dalamnya terkandung semangat ataupun cita-cita. Ideologi adalah semangat yang menjadi penggerak aktor pembangunan untuk meraih tujuan. Ideologilah yang menjadi roh dari semua aktivitas yang dilakukan oleh aktor pembangunan dalam mencapai tujuan.
5. Intervensi Asing
Intervensi asing adalah syarat sentral dari bekerjanya politik pembangunan.
Intervensi asing adalah sesuatu intervensi yang berasal dari suatu kelompok,
sitem ataupun negara tertentuyang berfungsi untuk mengendalikan. Intervensi
asing atau pengaruh asing adalah aktor pembangunan yang berasal dari luar yang
mendukung rencana pembangunan yang oleh aktor pembanguan dari dalam dan
memiliki tujuan-tujuan tertentu.
16 1.6. 2 Teori Partasipasi
Soekanto menyatakan partisipasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk mengambil bagian atau peran dalam suatu kegiatan bersama
20. Dengan demikian partisipasi adalah suatu tindakan keikut sertaan baik individu maupun kelompok. Davis menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan
21. Tjokrowinoto menjelaskan bahwa partisipasi aktif dalam pembangunan di lingkungan masyarakat pedesaan sangat dibutuhkan bahkan sudah menjadi mitos dari pembangunan itu sendiri, sehingga hampir semua negara mengumumkan secara luas kebutuhan partisipasi dalam semua proses pembangunan
22Oleh karena itu berbicara mengenai partisipasi tidak terlepas dari adanya keikutsertaan yang merupakan tindakan dan dukungan masyarakat termasuk menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Conyers menyatakan bahwa ada tiga alasan utama mengapa partisipasi menjadi hal yang penting antara lain:
23a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa adanya ini maka program pembangunan dan proyek-proyek akan gagal.
20 Soejarno soekanto, Kamus Sosiolofi Edisi baru, (Jakarta: Raja Grafi Ndo Persada, 1983), hlm.19.
21 Davis keith, Human Reakition At Work, (Tokyo: Kogusutka Company LTD, 1962), hlm.27.
22 Tjokrowinoto Moelijarto, Pembangunan Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), hlm.17.
23 Conyers Diana, Perencanaan Sosial Di Dunia Ketiga: Siatu Pengantar, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press), hlm.32.
17
b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.
c. Adanya anggapan bahwa suatu hak demokrasi bila masyarakat yang dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri, yaitu masyarakat mempunyai hak dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah mereka.
Banyak faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi partisipasi
seseorang atau kelompok atau suatu masyarakat dalam kegiatan atau aktivitas
bersama. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal ini dapat dikelompokkan ke
dalam dua hal yaitu faktor eksternal terdiri dari aktor penggerak, wahana yang
tersedia, sumber dana kegiatan, pemilik dan manfaat langsung yang yang
langsung dapat dirasakan oleh warga atau masyarakat , sedangkan faktor internal
yaitu: Tingkat ekonomi warga atau masyarakat, tingkat pendidikan warga atau
masyarakat, tingkat pemahaman tahun warga atau masyarakat terhadap kegiatan
bersama, tingkat kepedulian warga, rasa ego, rasa memiliki warga, jenis kelamin,
dan tigkat umur. Partisipasi dalam pembangunan berarti mengambil langsung
peran ataupun tindakan dalam pembangunan, baik dalam bentuk penyertaan
mengikuti kegiatan, memberikan masukan berupa pemikiran, tenaga, waktu,
keahlihan modal dana atau materi serta ikut memanfaatkan dan menikmati
hasilnya.
18
Penyelenggaraan partisipasi masyarakat di indonesia kenyataannya masih terbatas pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan saja. Dalam implementasinya partisipasi mayarakat, seharunya masyarakat merasakan bahwa tidak hanya menjadi objek kebijakan dari pemerintah, tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai degan kepentingan mereka. Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan , baik secara individu ataupun kelompok secara spontan atau terorganisasi, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan cara-cara tertentu yang dapat dilakukan masyarakat guna berjalannya suatu kebijakan yang di inginkan.
1.7 Defenisi Konsep
1.7.1 Desa
Desa didefinisikan sebagai masyarakat hukum yang tinggal disuatu wilayah dengan kegiatan utama pertanian serta berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat atau menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
24. Secara umum Desa atau pedesaan berasal dari bahasa Sansekerta yang secara demotratif Desa berarti organisasi yang mandiri atau suatu kawasan pemukiman yang mengatur dirinya sendiri. Desa secara konotatif mengandung arti sebagai wilayah jajahan, dalam arti keberadaan Desa tidak terlepas dari organisasi yang lebih tinggi yakni negara, baik pada bentuk Negara modern maupun kerajaan/negara tradisional
25. Binarto mengatakan desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan
24 Gunawan Prayitno, Membangun Desa “Merencanakan Desa dengan Pendekatan Partisipatif dan Berkelanjutan”, (Malang: UB Press, 2018), hlm.2.
25 Sidik Permana, Antroplogi Pedesaan dan Pembangunan Berkelanjutan, (Yogykarta: Deepublish, 2016), hlm.7-8.
19
suatu perwujudan atau kemampakan geografis yang ditimbulkan oleh faktor- faktor alamiah maupun sosial seperti fisiografis, sosial ekonomi, politik dan budaya yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 mendefenisikan Desa adalah masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasrkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati daalam sitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
26. Dengan demikian dapat diartikan bahwa desa adalah sekelompok masyarakat dalam sebuah wilayah yang diatur dalam pemerintahan. Ada 3 unsur penting dalam Desa yaitu : Wilayah, dalam arti tanah yang produktif dan yang tidak serta penggunannya termasuk juga unsur lokasi, dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat. Kedua penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, persebaran, kepadatan, petambahan, dan mata pencaharian penduduk setempat. Ketiga tata kehidupan, ikatan-ikatan pergaulan waga Desa dan pola tata pergaulan. Sehingga menyangkut tentang kehidupan masyarakat Desa.
Sejak adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan pengertian Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
26 Berdasrkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014.
20
sistem NKRI. Dari pengertian tersebut, maka desa mempunyai kedudukan strategis sebagai ujung tombak serta sebagai tolak ukur dalam melaksanakan dan mengevaluasi pembangunan nasional secara integral. Dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa terdapat perangkat desa yang salah satunya yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan secara demokratis
27.
1.7.2 BUMDes (Badan Usaha Milik Desa)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan pengertian Badan Usaha Milik Desa yaitu Badan Usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah Lembaga usaha Desa yang dikelola oleh mayarakat dan pemerintahan Desa dalam upaya memperkuat perekonomian Desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi Desa
28. Lebih lanjut, pengaturan tentang BUMDes diatur dalam Pasal 87 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu: Ayat(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUMDes, Ayat(2) BUMDes dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan, Ayat(3) BUMDes dapat menjalankan usaha dibidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan Pasal 88 Ayat(1) Pendirian BUMDes disepakati melalui Musyawarah
27 Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang dimaksud dengan peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa
28 Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa(Bumdes)(Departemen Pendidikan Nasional: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembanguna(Pkdsp) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya), 2007, hlm.4.
21
Desa Ayat(2) Pendirian BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Sebagai suatu Badan Usaha, perlu mengetahui bagaimana sifat dan karakter dari BUMDes tersebut. Dalam UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 213 ayat(1) disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Substansi UU ini menegaskan tentang janji pemenuhan permintaan (demand compliance scenario) dalam konteks pembangunan tingkat Desa. Logika pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi Desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip- prinsip kooperatif, partisipatif (user owned, user benefited and user controlled), transparansi, emansipatif, akuntabel, dan susitanabel dengan mekanisme member- base dan self-help. Dari semua itu yang terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri
29.
Peran pemerintah Desa dalam pembangunan Desa dalam semangat pembaharuan Desa sangatlah penting, dimana secara langsung mendukung pemeritntah daerah dalam membangunan pondasi daerahnya di tingkat paling bawah. Desa sebagai sebuah kawasan yang otonom diberikan hak-hak istimewa, diantaranya adalah terkait pengelolaan keuangan dan dana Desa, pemilihan Kepala Desa serta proses- proses pembangunan. Desa sebagai pemerintahan tingkat terendah yang dapat menyentuh langsung dengan masyarakat diharapkan lebih berperan dalam peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes) agar dapat memberikan kontribusi
29 Panduan BUMDes Depdiknas, op.cit.
22
bagi terlaksananya pembangunan secara nasional. BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Ada pun yang dimaksud dengan kebutuhan dan potensi Desa adalah sebagai berikut:
301. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok.
2. Tersedia sumber daya Desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan Desa dan terdapat permintaan di pasar.
3. Tersedia sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat.
4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi.
5. Warga masyarakat yang dikelola secara persial dan kurang terakomodasi BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di Desa.
Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar BUMDes atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik dari dalam maupun luar Desa). Demikian pula, pemerintah Desa ikut berperan dalam pembentukan BUMDes sebagai badan hukum yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan yang terbangun dimasyarakat Desa. Menjadi tulang punggung pemerataan ekonomi BUMDes merupakan bentuk penguatan terhadap lembaga-
30 Anom Saputra, Badan Usaha Milik Desa, (Jakarta: Kemendesa PDTT, 2015), hlm.7.
23
lembaga ekonomi Desa serta merupakan alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi yang ada di Desa
31.
1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah,tujuan,dan kegunaan
32. 1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistika dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.
1.8.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun lokasi penelitian yang akan di ambil oleh penulis yaitu Desa punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.
1.8.3 Teknik Pengumpulan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
31 Sadono Sukirno, Pengantar Makro Ekonomi Edisi Kedua, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.37.
32 Sugioyona, Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.2.
24
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
33. Lofland mengatakan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
34. Teknik pengumpulan data terbagi atas dua yaitu:
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari tangan pertama. Pengumpulan data ini dilakukan melalui metode wawancara (interview).
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dalam dari narasumber yaitu Kepala Desa yaitu Bapak Suyatno, Ketua BUMDes yaitu bapak Muhammad Kosim, Pekerja di BUMDes (Dian Novitasari dan Masriani), dan empat orang Tokoh Masyarakat setempat di Desa Punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang ada.
Pengumpulan data ini di peroleh dari buku-buku, jurnal, artikel, peraturan perundang-undangan, dan peraturan pemerintah.
1.8. 4 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
33 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: AlfaBeta, 2012), hlm. 89
34 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.157.
25
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
35Menurut Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
Adapaun data yang digunakan berdasarkan data primer dan sekunder yang akan diteliti sehingga pada akhirnya dapat di tarik kesimpulan.
1.8.5 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,tujuan penelitin, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, teknik analisis data dan sistematika penulisan.
BAB II: GAMBARAN UMUM DESA PUNGGULAN KECAMATAN KABUPATEN ASAHAN
Bab ini akan menggambarkan mengenai penelitian yaitu profil Desa punggulan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.
BAB III: ANALISIS EFEKTIFVITAS POLITIK PEMBANGUNAN DESA PUNGGULAN KECAMATAN AIR JOMAN KABUPATEN ASAHAN PASCA UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2014 DENGAN ADANYA PEMBENTUKAN BUMDES DI DESA PUNGGULAN.
35 Sugiyono, op.cit.
26
Pada bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian dan dan fakta yang diperoleh dari hasil wawancara, buku, jurnal, peraturan perundang-undangan yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian.
BAB IV: PENUTUP
Pada bagian akhir ini peneliti akan menghasilkan rangkuman dari hasil penelitian
yang akan dilakukan. Dibagian ini juga akan menghasilkan saran-saran dari
analisis data yang ditemukan selama melakukan penelitian.
27
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA PUNGGULAN
2.1 Kondisi Geografis Desa 2.1.1 Letak dan Luas desa
Desa Punggulan terbentuk dari 8 (Delapan) dusun yang memiliki luas 700 Hektar dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.1
No. Nama Dusun Luas Wilayah
1. Dusun I 89 H
2. Dusun II 91 H
3. Dusun III 88 H
4. Dusun IV 86 H
5. Dusun V 82 H
6. Dusun VI 74 H
7. Dusun VII 93 H
8. Dusun VIII 97 H
Desa Punggulan dalam wilayah Kecamatan Air joman Kabupaten Asahan berjarak
lebih kurang 7 KM dari kecamatan dengan batas daerah seperti : Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Pasar Lembu Kecamatan Air Joman, sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Air Joman Kecamatan Air Joman, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kelurahan Binser Kecamatan Air Joman, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Subur Kecamatan Air Joman. Desa Punggulan berada
28
pada ketinggian 7 m-10 m diatas permukaan laut terletak pada jalur lintas antara Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Silau Laut.
2.1.2 Peruntukan Dan Mafaat lahan
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Punggulan dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan perkebunan, pertanian, dan permukiman dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.2
Luas lahan menurut peruntukan
No. Peruntukan Lahan Luas
1. Perkebunan 270,3 Ha
2. Persawahan 0 Ha
3. Tanah Perladangan 240,3 Ha
4. Perkuburan 4,8 Ha
5. Mesjid Dan Musholla 5,2 Ha
6. Lapangan Olahraga 1,0 Ha
7. Puskesmas, Pustu Dan Balai Desa 0,4 Ha
8. Jalan Desa Dan Jalan Dusun 6,0 Ha
9. Saluran Skunder Dan Pembuangan 0 Ha
10. Kolam Dan Sarana Sosial 0 Ha
11. Perumahan/Pemukiman 170 Ha
T O T A L 698 Ha
29
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah total luas lahan di desa Punggulan seluas 698 Ha. Dan dapat juga diketahui dengan jelas bahwa kebanyakan lahan yang dipergunakan oleh masyarakat sekitar diperuntukan di bidang perkebunan dan perladangan.
2.1.3 Keadaan Tanah
Tanah di desa Punggulan merupakan tanah lempung berwarna putih dan ada juga merupakan tanah pasir yang berada pada beberapa titik lokasi, seperti kultur tanah di Dusun II dan Dusun I . Kondisi kemiringan tanah di DesaPunggulan pada umumnya berada pada kondisi rata atau datar, sehingga sangat sesuai dijadikan areal perkebunan atau perladangan. Dikarenakan tanah seperti ini di Desa Punggulan sangat banyak terlihat perkebunan sawit, kelapa dan cacao. Oleh karena itu kebanyakan mata pencaharian masyarakat di sekitar desa punggulan adalah petani.
2.2 Kondisi Geografis 2.2.1 Jumlah Penduduk
Dari data tahun 2018 - 2019 tercatat jumlah penduduk di desa Punggulan berjumlah 9.939 jiwa yang terdiri dari 3.824 jiwa laki-laki dan 6.129 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga. Dari angka tersebut dapat dihitung tingkat kepadatan penduduk Punggulan sebagai berikut :
9.939/5,62 KM x 1 jiwa/Km = 704 jiwa/KM 2.2.2 Komposisi Penduduk
Data komposisi penduduk Punggulan menurut jenis kelamin dan agama sebagai
berikut :
30 Tabel 2.3
Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama
No. Dusun Lk Pr Total Islam
Kristen Protestan
1. I 389 670 1.059
2. II 932 1.057 1.989 -
3. III 802 1.005 1.807
4. IV 623 862 1.485 -
5. V 239 678 917 -
6. VI 232 512 744 -
7. VII 259 665 924 -
8. VIII 348 657 1.014 -
TOTAL 3.810 6.129 9.939
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk di desa punggulan
sebanyak 9.939 jiwa yang terdiri dari 3.810 jiwa laki-laki dan jumlah perempuan
sebanyak 6.129 jiwa. Faktanya jelas terlihat di data bahwa jumlah perempuan
lebih dominan dibandingkan dengan laki-laki di desa punggulan. Selain itu untuk
agama juga terlihat hanya ada dua agama di seluruh desa punggulan yaitu agama
Islam dan agama Kristen protestan. Untuk dusun yang memiliki penduduk agama
Islam dan Kristen Protestan hanya ada di dusun I dan III, selebihnya berdominan
agama Islam.
31 2.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi
Desa Punggulan adalah merupakan desa perkebunan, dilihat dari tabel 1 jelas terlihat bahwasanya 270,3 Ha adalah lahan perkebunan. Jika diambil persentase dari masing-masing jumlah kepala keluarga yang memiliki lahan lebih dari 1 Ha
S