• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep konsep dan defenisi 1 Kesejahteraan

2.1.3.1 Defenisi Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut Merriam Webster dan

Oxford English Dictionary dalam Hutomo (2000), kata empower mengandung dua pengertian, yaitu:

1)To give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain

2) To give ability to atau enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keperdayaan.

Menurut Pranaka dan Moeljarto (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan atau dikenal dengan empowerment adalah sebuah konsep yang lahir dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat khususnya Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara tepat, memerlukan upaya pemahaman latar belakang konstekstual yang melahirkannya. Pemberdayaan (empowerment) pada dasarnya mengacu pada usaha menumbuhkan keinginan kepada seseorang dan pemberian peluang serta kesempatan bagi bawahan untuk mengaktualisasikan diri, meningkatkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, serta memberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang merasa berdaya

Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil memberikan defenisi tentang pemberdayaan sebagai berikut : “ pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah,dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk

penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Pemberdayaan masyarakat seharusnya mempunyai nilai kesetaraan, bahwa masyarakat juga harus diberi kesempatan dalam proses pengambilan keputusan mulai dari tahap identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat dapat memelihara keberlanjutan kegiatan dan dapat mempertanggungjawabkan secara terbuka apa yang telah diputuskan bersama.

Shardlow (1998) mengatakan pada intinya : “pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan

sesuai dengan keinginan mereka” Pemberdayaan dapat diartikan sebagai usaha untuk memberi atau meningkatkan kemampuan seseorang, kelompok atau masyarakat. Konsep ini sering ditafsirkan berbeda oleh tiap orang, karena perbedaan sudut pandang Simanjuntak (1985) menerangkan bahwa perlunya memberdayakan sumber daya manusia dilatar belakangi oleh empat hal, yaitu: 1) Melalui upaya pembangunan, potensi sumber daya manusia diarahkan

menjadi kekuatan di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki kemampuan , memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen.

2) Sumber daya manusia dipandang sebagai unsur yang sangat menentukan dalam proses pembangunan, terutama di negara-negara yang sedang

berkembang. Hal ini berkaitan dengan pengalaman Negara industri baru menunjukkan bahwa pertumbuhan bersumber dari pertumbuhan masyarakat (efisiensi) yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

3) Adanya anggapan bahwa sumber daya manusia lebih penting daripada sumber daya alam. Menurut pendapat ini, negara yang miskin sumber daya alamnya, tetapi tinggi tingkat kualitas sumber daya manusianya sehingga lebih maju daripada negara yang kaya sumber daya alamnya akan tetapi kurang mementingkan sumber daya manusianya.

4) Pada pembangunan jangka panjang I pembangunan lebih dititik beratkan pada pemanfaatan sumber daya alam, sedangkan dalam pembangunan jangka panjang II perlu diadakan penyempurnaan.

Menurut Randy dan Riant Nugroho (2007) pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan dengan kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat sebagai sumber daya pembangunan agar mampu mengenali permasalahan yang dihadapai dalam mengembangkan dan monolong diri menuju keadaaan yang lebih baik , mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk kepentingan diri dan kelompoknya, serta mampu mengekseistensikan diri secara jelas dengan mendapatkan manfaat darinya. Pemberdayaan adalah sebuah "proses menjadi", bukanlah sebuah "proses instan". Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengkapasitasa, dan pendayaan lebih lanjut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Tahapan Pemberdayaan

Sumber: Randy Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto (2007)

1)Tahap Penyadaran:

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi "pencerahan" dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai "sesuatu". Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun"demand") diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari diri mereka sendiri. Pada tahap ini pelaku UMKM dibuat mengerti bahwa pemberdayaan itu berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar pelaku UMKM ini mendapat cukup informasi. Melalui sosialisasi (pengenalan) maka informasi yang aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara ilmiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirnya upaya pendampingan dari pemerintah atau pihak lainnya.

Pendayaan Pengkapasitasan

2)Tahap Pengkapasitasan.

Disebut "capacity building" atau memampukan. Untuk diberikan daya atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Misalnya, sebelum memberikan otonomi daerah, seharusnya daerah-daerah yang hendak otonomkan diberi program kemampuan atau capacity building untuk membuat mereka cakap dalam mengelola otonomi yang diberikan. Proses capacity building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistim nilai. Tujuan dari tahap ini adalah memampukan pelaku UMKM sehingga mereka memiliki ketrampilan untuk mengelola peluang yang diberikan. Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pelatihan, lokakarya dan kegiatan yang sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan life skill peserta UMKM. Dalam tahap ini sekalikus diperkenalkan dan dibukakan akses kepada sumber kunci yang berada diluar komunitasnya sebagai jembatan mewujudkan harapan dan eksistensi dirinya. Selain memampukan peserta UMKM baik secara individual maupun kelompok proses memampukan juga menyangkut organisasi dan sisitem nilai. Pengkapasitasan melalui restrukturisasi organisasi pelaksana sedangakan

pengkapasitasan sistem nilai terkait dengan” aturan main” yang akan digunakan dalam

mengelola peluang

3)Tahap Pendayaan atau "empowerment" dalam makna sempit.

Pada tahap ini, kepada pelaku UMKM diberikan pelatihan, daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar secara bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasinya serta dituntun untuk melakukan self

evolution terhadap pilihan dan hail pelaksanaan atas pilihan. Pemberian pelatihan ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki.

Dokumen terkait