• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

D. Definisi Belajar

1. Belajar

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar.

Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experiences

b. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

c. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice.24

Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalanya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

Disamping itu, definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.25

Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut:

a. Persiapan untuk belajar

b. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) c. Alih belajar

Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantic, pembangkitan kembali dan respons, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan memberlakukan secara umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran.26

Selain itu, belajar dapat dikemukakan dan disimpulkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut:

a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

24

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 20

25

Ibid, h. 20-21

26

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 12

b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupe memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku baik ataupun buruk.

d. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan ataupun pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.

e. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relative menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alcohol/minuman keras.

f. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya. g. Belajar itu dalam prakteknya, dapat dilakukan di sekolah atau

di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif.27 Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.28

Dengan demikian melihat beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan, penguasaan pada diri manusia atau siswa, seperti penguasaan pengetahuan, pemahaman, sikap tingkah laku, keterampilan, dan perubahan yang ada pada diri manusia atau siswa.

27

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 55-56

28

Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013,(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), h. 24

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah berupa faktor psikologis pada diri siswa.

a. Faktor Lingkungan Siswa

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lingkungan alam non sosial dan faktor lingkungan sosial

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor-Faktor Kondisi Internal Siswa

Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan diatas ada dua macam yaitu mondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa. Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intekegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan apersepsi) yang dimiliki siswa.29

Selain itu, menurut Arden N. Fardsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagi berikut: a. Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat-sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan

untuk selalu maju.

29

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi.

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.30

3. Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan31

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintetis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.32

30

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010),

h. 236-237

31

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 58

32

Tujuan belajar bagi para peserta didik diantaranya adalah, mampu menggali potensial kemampuan yang terdapat pada diri masing-masing siswa, mampu untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan potensial diri, selain itu dengan belajar, peserta didik mampu mengetahui banyak informasi atau pengetahuan yang sebelumnya tidak sama sekali dimengerti ataupun diketahui, dengan belajar peserta didik akan mampu menjadi lebih banyak lagi pengetahuan yang di dapat.

Dokumen terkait