• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP TASAWUF AKHLAQI DAN INSAN KAMIL

A. Definisi dan Esensi Tasawuf

Sebelum membahas lebih jauh tentang definisi dan esensi tasawuf, peneliti akan mengemukakan tentang asal-usul istilah tasawuf. Sebab istilah ini belum dikenal pada masa Nabi Muhammad Saw dan khulafaur rasyidin. Dengan demikian, istilah tasawuf baru dikenal setelah periode tersebut.

Secara Etimologis Sebagaimana disampaikan di atas, secara bahasa para ahli berselisih pendapat tentang asal kata tasawuf, di antaranya ada yang berpendapat bahwa sufi hanyalah semacam gelar, sebab dalam bahasa Arab sendiri tidak terdapat akar katanya. Akan tetapi, pendapat tersebut jelas tidak memuaskan, maka di sini perlu peneliti sampaikan berbagai teori yang diajukan untuk melacak asal-usul kata kata tasawuf, antara lain: 38

1) Tasawuf berasal dari kata shaf yang artinya barisan dalam shalat berjamaah. Alasannya, seorang sufi mempunyai iman yang kuat, jiwa yang bersih dan selalu memilih saf terdepan dalam salat berjamaah. Di samping alasan itu mereka juga memandang bahwa seorang sufi akan berada di baris pertama di depan Allah SWT.

2) Tasawuf berasal dari kata saufanah, yaitu sejenis buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di gurun pasir Arab Saudi. Pengambilan kata

38 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 5, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), Cet. I, h. 73-74.

ini karena melihat orang-orang sufi banyak memakai pakaian berbulu dan mereka hidup dalam kegersangan fisik, tetapi subur batinnya.

3) Tasawuf berasal dari kata suffah yang artinya pelana yang dipergunakan oleh para sahabat Nabi Saw yang miskin untuk bantal tidur di atas bangku batu di samping Masjid Nabawi di Madinah. Versi lain dikatakan bahwa suffah artinya suatu kamar di samping Masjid Nabawi yang disediakan untuk para sahabat Nabi Saw dari golongan muhajirin yang miskin. Penghuni suffah ini disebut ahl as-suffah. Mereka mempunyai sifat-sifat teguh dalam pendirian, takwa, wara’ (taat kepada Allah), zuhud dan tekun beribadah. Adapun pengambilan kata suffah karena kemiripan tabiat nereka dengan sifat-sifat ahl as-suffah.

4) Tasawuf (sufi) merujuk pada kata safwah yang berarti sesuatu yang terpilih atau terbaik. Dikatakan demikian, karena seorang sufi biasa memandang diri mereka sebagai orang pilihan atau orang terbaik.

5) Tasawuf merujuk pada kata safa atau safw yang artinya bersih atau suci. Maksudnya, kehidupan seorang sufi lebih banyak diarahkan pada penyucian batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang maha Suci, sebab Tuhan tidak bisa didekati kecuali oleh orang yang suci. 6) Tasawuf berasal dari bahasa Yunani, yaitu theosophi (theo=Tuhan;

sophos=hikmat), yang berarti hikmat ketuhanan. Mereka merujuk pada bahasa Yu6nani karena ajaran tasawuf banyak membicarakan masalah ketuhanan.

7) Tasawuf berasal dari kata suf yang artinya wol atau kain bulu kasar. Disebut demikian, karena orang-orang sufi banyak yang suka memakai pakaian yang terbuat dari bulu binatang sebagai lambang kemiskinan dan kesederhanaan, berlawanan dengan pakaian sutera yang biasa dipakai oleh orang-orang kaya.

Di antara semua pendapat itu, pendapat terakhir banyak diterima sebagai asal kata tasawuf, jadi sufi adalah orang yang memakai wol kasar untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatiannya pada alam rohani. Konon yang pertama kali memakai istilah ini adalah Abu Hasyim al-Kufi di Irak (wafat 250 H), dengan meletakkan as-shufi di belakang namanya.

Dengan demikian dari segi kebahasaan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia di sisi Allah, sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan.

Sedangkan secara Terminologis, Seperti halnya menurut bahasa, pengertian tasawuf secara istilah juga diartikan bervariatif oleh para ahli. Hal ini menunjukkan betapa sulit menentukan sebuah definisi, menurut Ibnu Khaldun sebagaimana yang dikutip Hamka, Tasawuf itu adalah semacam ilmu syariah yang timbul kemudian di dalam agama. Asalnya ialah bertekun, beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang

selalu memperdaya orang banyak, kelezatan harta-benda dan kemegahan. Dengan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah.39

Namun secara umum menurut Ibrahim Basyuni, seperti dikutip Abuddin Nata, pengertian tasawuf bisa diklasifikasikan menjadi tiga sudut pandang, yaitu:

Pertama, al-Bidayah (tasawuf dalam tataran elementer), yaitu menurut sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, maka tasawuf didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.

Kedua, al-Mujahadah (tasawuf dalam tataran intermediate), yaitu menurut sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ketiga, al-Madzaqat (tasawuf dalam tataran advance), yaitu menurut sudut pandang manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepada Tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.40

Jika ketiga definisi tasawuf tersebut, satu dan lainnya dihubungkan, maka segera nampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak mulia.

39Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), h. 2.

Pada hakikatnya tasawuf itu dapat diartikan mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani. Tasawuf menyangkut masalah ruhani dan batin manusia yang tidak dapat dilihat, karena itu amat sulit menetapkan definisi tasawuf. Pemahaman terhadap istilah ini bukan terletak pada hakikatnya, melainkan pada gejala-gejala yang tampak dalam ucapan, cara dan sikap hidup para sufi.

Sekalipun demikian, para ahli tasawuf tetap ada yang membuat definisi meski saling berbeda sesuai dengan pengalaman empirik masing-masing dalam mengamalkan tasawuf. Tasawuf sering disamakan dengan mysticism. Namun para pakar sepakat bahwa tasawuf/sufisme adalah khusus bagi Islam. Ilmu tasawuf membahas tingkah laku manusia yang bersifat amalan terpuji maupun tercela, agar hatinya menjadi benar dan lurus dalam menuju Allah SWT sehingga ia dapat sedekat-dekatnya di hadirat-Nya.41

Seseorang tidak dapat memahami tasawuf kecuali sesudah ruh dan jiwanya menjadi kuat, demikian kuatnya sehingga ia dapat melepaskan dirinya daripada keindahan lahir, keindahan yang dapat diraba dengan pancaindera itu. Tatkala roh dan jiwa itu sudah matang, sudah meningkat lebih tinggi dan lebih sempurna dalam menilai, maka semua keindahan lahir itu menjadi kecil dan remeh, mereka melepaskan dunia yang kasar itu maju memikirkan suatu keindahan yang sesuai dengan perkembangan kekuatan dan kebersihan roh dan jiwa.

41M. Ardhani, “Nilai-nilai Spiritualitas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah”, dalam Haidar Bagir, (ed.), op. cit., h. 23.