• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli

FILSAFAT ILMU

B. Definisi Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli

Apabila kita berbicara mengenai Filsafat Ilmu, maka tidak terlepas dari dua kata, yaitu “Filsafat” dan “Ilmu”. Rangkaian kata seperti itu dalam Bahasa Arab disebut dengan tarkib idlaf, dan dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kata majemuk.

Apakah filsafat itu? Untuk menjawab pertanyaan seperti itu tidak semudah yang diduga, karena filsafat bukanlah sesuatu yang dapat digambarkan secara jelas, utuh, dan memuaskan, sehingga menjadi suatu hal yang sangat sulit. Namun sesulit apapun untuk menjelaskan arti filsafat, harus dibuat suatu definisi sebagai pegangan.

Para ahli telah banyak mengemukakan definisi atau pengertian tentang filsafat dan Filsafat Ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing. Setiap sudut pandang tersebut sangat penting untuk pemahaman yang komprehensif. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi Filsafat Ilmu menurut pendapat para ahli.

1. The philosophy of science is a part of philosophy which attempts to do

for science what philosophy in general does for the whole of human experience (Peter Caws, 1999).

2. The philosophy of science attemt, first, to elucidate the elements involved

in the process of scientific inquiry-observational procedures, patterns of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presupposition, and so on, and then to evaluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology anf metaphysics (Steven R. Toulmin, 1972).

3. Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific

thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole (L. White Beck, 1960).

Pengertian-pengertian di atas menggambarkan variasi pandangan beberapa ahli tentang makna Filsafat Ilmu. Peter Caws (1999) memberikan makna Filsafat Ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu dalam konteks keseluruhan pengalaman manusia, dan Steven R. Toulmin (1972) memaknai Filsafat Ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta metafisika. Sementara itu L. White Beck (1960) lebih melihat Filsafat Ilmu sebagai kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat dipahami makna ilmu itu sendiri secara keseluruhan.

Menurut The Liang Gie (2010), Filsafat Ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk dipahami bahwa Filsafat Ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dan bukan kajian di dalam struktur ilmu itu sendiri.

Terdapat beberapa istilah yang dipadankan dengan Filsafat Ilmu, seperti: Theory of Science, Meta Science, Methodology, dan Science of Science. Semua istilah tersebut menunjukkan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun semua itu pada dasarnya tercakup dalam pengertian Filsafat Ilmu.

Sementara itu Donny Gahral Adian (2002), mendefinisikan Filsafat Ilmu sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya. Filsafat Ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar (radikal) terhadap ilmu seperti tentang apa ciri-ciri spesifik yang menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji asumsi-asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (taken for granted).

Dengan demikian Filsafat Ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu, atau Filsafat Ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu. Apabila digambarkan hubungan tersebut nampak sebagai berikut:

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut, sementara ilmu terus mengembangkan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap di kritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu. Oleh karena itu Filsafat Ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

Filsafat Ilmu merupakan pendalaman dari Filsafat Pengetahuan, yang secara etimologis dikenal sebagai Philosophy of Science, Wissen Schaft

Lebre dan Westen Shaps Leer. Secara terminologi Filsafat Ilmu adalah

refleksi filosofis yang tidak pernah mengalami titik henti dalam meneliti hakikat ilmu untuk menuju pada sasarannya, yaitu apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran, sasaran yang memang tidak pernah akan habis dipikirkan dan tidak akan selesai diterangkan.

Dari definisi di atas, maka menjadi jelaslah bahwa sasaran Filsafat Ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan dan selalu mempertanyakan mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu pengetahuan. Will Durant (1926), mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai. Setelah pantai berhasil direbut,

pasukan infanteri baru dapat mendarat. Yang diibaratkan sebagai pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, di antaranya adalah ilmu. Dengan kiasan tersebut, maka jelaslah bahwa filsafatlah yang “memenangkan” tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Sesudah mendapatkan tempat berpijak, maka ilmulah yang berperan “membelah gunung” dan “menebas hutan”. Setelah sasaran dicapai, maka “pergilah” filsafat (atau marinir) itu dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada ilmu untuk meneruskan kegiatannya.

Dari penjelasan di atas, maka Filsafat Ilmu dapat juga diartikan dalam dua pengertian, yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, Filsafat Ilmu menampung permasalahan yang menyangkut hubungan-hubungan keluar dari kegiatan ilmiah seperti implikasi-implikasi ontologis atau metafisis dari citra dunia yang bersifat ilmiah, dan tata susila yang menjadi pegangan penyelenggaraan ilmu, serta konsekuensi-konsekuensi pragmatis-etis pengembangan ilmu dan sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit, Filsafat Ilmu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan-hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu menyangkut sifat pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

Dilihat dari segi perkataannya, Filsafat Ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat Ilmu merupakan bagian dari Filsafat Pengetahuan secara umum, dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus. Namun demikian, untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.