DIMENSI FILOSOFIS INTEGRASI ILMU
A. Dimensi Ontologis Ilmu
3. Ilmu sebagai Sistem
Ilmu sebagai produk merupakan suatu sistem pengetahuan yang di dalamnya berisi penjelasan-penjelasan tentang berbagai fenomena yang menjadi objek kajiannya. Dengan demikian ilmu terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Saling hubungan di antara berbagai komponen tersebut merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah.
Menurut The Liang Gie (2010), sistem pengetahuan ilmiah (ilmu) mencakup lima kelompok unsur, yaitu: jenis-jenis sasaran, bentuk-bentuk pernyataan, ragam-ragam proposisi, ciri-ciri pokok, dan pembagian sistematis.
a. Jenis-jenis Sasaran
Sasaran yang akan dicapai ilmu tidak terlepas dari kedudukan objek material dan objek formalnya. Objek material suatu ilmu bisa saja sama dengan objek material ilmu yang lain, tetapi objek formalnya tidak akan sama. Apabila objek formalnya sama maka sebenarnya mereka merupakan ilmu yang sama tetapi diberi sebutan berbeda. Dengan kata lain, perbedaan antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu lainnya terletak pada perbedaan objek formalnya
Secara umum terdapat bermacam-macam fenomena yang ditelaah ilmu. Dari bermacam-macam tersebut The Liang Gie (2010: 139) telah mengidentifikasi enambentuk fenomena yang menjadi objek material ilmu, yaitu: 1) ide abstrak; 2) benda fisik; 3) jasad hidup; 4) gejala rohani; 5) peristiwa sosial; dan 6) proses tanda.
Keenam bentuk fenomena tersebut masih berlaku umum, atau dapat menjadi objek kajian bersama beberapa bidang ilmu. Sasaran yang ingin dicapai di dalam penyelidikan suatu bidang ilmu haruslah tertuju pada objek formal (sudut pandang) terhadap fenomena-fenomena tersebut. Sebagai contoh, antara bidang Ilmu Fisika dan Ilmu Kimia memiliki sudut pandang berbeda dalam mengkaji benda fisik, atau bidang Ilmu Psikologi berbeda dengan Antropologi dalam memaknai gejala-gejala rohani manusia. Demikian halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya, memiliki sudut pandang (objek formal) masing-masing.
b. Bentuk-bentuk Pernyataan
Berbagai fenomena yang dipelajari oleh ilmu-ilmu selanjutnya dijelaskan melalui pernyataan-pernyataan. Kumpulan pernyataan
yang merupakan penjelasan ilmiah terdiri dari empat bentuk, yaitu: deskripsi, preskripsi, eksposisi pola, dan rekonstruksi historis.
Deskripsi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal rinci lainnya dari fenomena yang dipelajari ilmu. Pernyataan dengan bentuk deskripsi terdapat antara lain dalam Ilmu Anatomi dan Geografi.
Berbeda dengan deskripsi, preskripsi merupakan bentuk pernyataan yang bersifat preskriptif, yaitu berupa petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan berkenaan dengan ojkek formal ilmu. Preskripsi dapat dijumpai antara lain dalam Ilmu Pendidikan dan Psikologi Pendidikan.
Adapun eksposisi pola, merupakan bentuk pernyataan yang merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang ditelaah. Pernyataan semacam ini dapat dijumpai misalnya pada Antropologi.
Sedangkan rekonstruksi historis merupakan pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan sesuatu secara kronologis. Pernyataan semacam ini di antaranya terdapat pada Historiografi dan Paleontologi.
c. Ragam-ragam Proposisi
Selain bentuk-bentuk pernyataan seperti tersebut di atas, ilmu juga memiliki keragaman proposisi, yaitu: asas ilmiah, kaidah ilmiah, dan teori ilmiah. Ketiga bentuk proposisi ini memiliki hubungan timbal balik dan saling mengandaikan satu sama lain. Pola hubungan antar ketiga proposisi tersebut sangat ditentukan oleh peran dan fungsinya masing-masing dalam mengungkapkan fakta-fakta atau fenomena yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu.
Asas ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati. Meskipun fakta-fakta dalam kenyataannya memiliki keragaman dan
perbedaan-perbedaan, namun di dalamnya juga terdapat suatu persamaan yang bersifat umum dan mengandung suatu kebenaran.
Kaidah ilmiah merupakan sebuah proposisi tentang suatu kaidah atau hukum yang berlaku dalam pengetahuan ilmiah. Kaidah atau hukum tersebut mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib antar fenomena yang dapat diuji kebenarannya.
Karena itu hukum tersebut juga dibangun dari hasil-hasil penyelidikan ilmiah, dari pengujian dan pembuktian teori-teori ilmiah. Jika di dalam proses penelitian ilmiah suatu teori semakin teruji dan terbukti dari waktu ke waktu, maka derajat teori ini semakin mendekati hukum, dan pada gilirannya diyakini sebagai suatu hukum. Sebagai contoh, hukum gravitasi dalam Ilmu Fisika pada mulanya merupakan sebuah teori. Namun karena teori gravitasi ini telah terbukti kebenarannya dalam berbagai penelitian (pengujian) yang bersifat akumulatif, teori gravitasi tersebut menjadi hukum gravitasi. Hukum gravitasi ini selanjutnya juga menjadi acuan dalam proses penelitian-penelitian berikutnya berkaitan dengan masalah-masalah gravitasi. Dengan kata lain, hukum gravitasi berfungsi sebagai landasan serta acuan bagi perluasan dan perkembangan teori-teori tentang gravitasi.
Teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena. Teori ilmiah merupakan unsur yang sangat penting dalam ilmu. Bobot kualitas suatu ilmu terutama ditentukan oleh teori ilmiah yang dimilikinya.
Pentingnya teori ilmiah dalam ilmu dapat dijelaskan dari fungsi atau kegunaannya. Fungsi teori ilmiah adalah:
1) Sebagai kerangka pedoman, bagan sistematisasi, atau sistem acuan dalam menyusun data maupun pemikiran tentang data sehingga tercapai hubungan yang logis antar data-data tersebut;
2) Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan (ranah) yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi;
3) Sebagai acuan dalam pengkajian suatu masalah;
4) Sebagai dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian;
5) Sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis;
6) Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis;
7) Untuk mendapatkan informasi historis dan perspektif permasalahan yang akan diteliti;
8) Memperkaya ide-ide baru; dan
9) Untuk mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang yang sama.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan ilmu pada dasarnya tidak terlepas dari keberadaan teori-teorinya (teori ilmiah). Demikian halnya perkembangan dan kemajuan ilmu, merupakan perkembangan dan kemajuan teori-teori ilmiah. Ilmu dibangun dari teori, dikembangkan dengan teori, yaitu dengan membuktikan teori yang ada dan/atau menghasilkan teori baru, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya.