• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Manfaat penelitian

E.11. INTERAKSIONISME SIMBOLIS

E.11.1. Definisi Interaksionisme Simbolis

Dalam setiap penelitian, dibidang komunikasi atau disiplin ilmu lain harus didukung dengan teori. Karena teori lahir dari suatu penelitian, dan karena itu fenomena komunikasi tertentu akan dapat dianalisa atau dijelaskan melalui alur pikir teori komunikasi yang relevan. Dan teori tersebut bisa menjelaskan mengapa suatu peristiwa komunikasi tertentu bisa terjadi. (Hamidi, 2007:18)

Interaksionisme simbolis didefinisikan sebagai “cara kita menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan disekitar kita melalui cara kita berinteraksi dengan orang lain” teori ini berfokus pada cara orang berinterkasi melalui simbol yang berupa gerak tubuh, peraturan, dan peran.

Dalam hal ini teori (Interaksionisme Simbolik) yang mampu menjelaskan tentang pemaknaan pesan yang disampaikan orang terhadap orang lain maupun dirinya sendiri adalah teori dari seorang Gorge Herbet

29

Mead (Lynn H. Turner, 2008 Pengantar TEORI KOMUNIKASI) yang menyatakan bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena tidak bersifat instrinsik terhadap apa pun. Dibutuhkan konstruksi interpretative di antara orang – orang untuk menciptakan makna. Bahkan tujuan dari interaksi, adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal ini penting karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin.

Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu pula. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka. Asumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respon orang berkaitan dengan rangsangan tersebut.

Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia Mead menekankan dasar intersubjektif dari makna. Makna dapat ada, hanya ketika orang – orang memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi.

Interaksionisme Simbolik mengambil pendekatan ketiga terhadap makna, melihat makna sebagai sesuatu yang terjadi di antara orang – orang. Makna adalah “produk social” atau “ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi” (Blumer, 1969 : 5)

30

Dalam bentuknya yang paling mendasar, sebuah tindak social melibatkan sebuah hubungan dari tiga bagian: gerak tubuh awal dari salah satu individu, respon dari orang lain terhadap gerak tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Hasilnya adalah arti tindakan tersebut bagi pelaku komunikasi. Gerak tubuh sebagai simbol signifikan. Di sini, kata gerak tubuh (gesture)

mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Biasanya, hal ini bersifat verbal atau berhubungan dengan bahasa, tetapi dapat juga berupa gerak tubuh non verbal. (Little Jhon, 2009:231 - 232)

Perspektif interaksionisme simbolis mendasarkan pandangannya pada asumsi bahwa manusia mengembangkan satu set simbol yang komplek untuk member makna terhadap dunia. Karenanya makna muncul melalui interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan pertama yang mempengaruhi pembentukan makna adalah kelurga. Keluarga adalah kelompok social terkecil individu mengembangkan konsep diri identitas melalui interkasi social tersebut.

Berdasarkan premis tersebut, maka cara terbaik untuk memahami seseorang adalah dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya, yakni dimana ia tinggal dan dengan siapa ia berinteraksi.

Asumsi pokok interaksionisme simbolis:

a. Individu dilahirkan tanpa punya konsep diri. Konsep diri di bentuk dan berkembang melalui persepsi atas perilaku tersebut.

b. Konsep diri terbentuk ketika seseorang bereaksi terhadap orang lain dan melalui persepsi atas perilaku tersebut.

31

c. Konsep diri, setelah mengalami perubahan, menjadi motif dasar dari tingkah laku.

d. Manusia adalah makhluk yang unik karena kemampuan menggunakan dan mengembangkan simbol untuk keperluan hidupnya. Binatang menggunakan simbol dalam taraf terbatas, sedangkan manusia selain menggunakan simbol, juga menciptakan dan mengembangkan simbol. e. Manusia berintekasi terhadap segala sesuatu tergantung bagaimana ia

mendefinisikan sesuatu tersebut. Misalnya, bila kita sudah memandang si A sebagai pembohong, maka kita tidak akan percaya apa yang dikatakan si A walaupun benar.

f. Makna merupakan kesepakatan bersama di lingkungan social sebagai hasil interaksi. Sebagai contoh, suatu produk media tersebut didistribusikan dan dikonsumsi. Maka dengan demikian, bisa jadi suatu produk media dianggap porno di suatu kelompok masyarakat dan tidak porno bagi kelompok masyarakat lain.

(Muhammad Mufid, 2009:149 - 151)

Barbara Ballis Lal meringkas dasar – dasar pemikiran interaksionisme simbolis:

a. Manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka.

b. Kehidupan social terdiri dari proses – proses interaksi daripada susunan, sehingga terus berubah.

32

c. Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna – makna yang ditemukan dalam simbol – simbol dari kelompok utama mereka dan bahsa merupakan bagian penting dalam kehidupan social.

d. Dunia terbentuk dari objek – objek social yang memiliki nama dan makna yang ditemukan secara social.

e. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan tindakan yang berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkan dan diartikan

f. Diri seseorang merupakan objek yang signifikan dan layaknya semua objek social, dikenalkan melalui interaksi social dengan orang lain. George Herbet Mead dianggap sebagai pendiri gerakan interaksionisme simbolis. Tiga konsep utama tepri Mead yaitu pikiran, diri dan masyarakat.

a. Masyarakat (society) atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku – perilaku kooperatif anggotanya. Kerjasama manusia mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang kita lakukan selanjutnya. Jadi, kerjasama terdiri dari “membaca” tindakan dan maksud orang lain serta menanggapinya dengan cara yang tepat. Makna merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting. Pemaknaan kita merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting. Pemaknaan kita merupakan hasil dari interaksi dengan orang lain. Mead juga menyebutkan gerak tubuh sebagai simbol yang signifikan. Disini, kata gerak tubuh (gesture) mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Masyarakat ada karena simbol – simbol yang signifikan. Secara harfiah kita dapat mendengar diri kita sendiri dan meresponnya seperti

33

yang orang lain lakukan pada kita karena adanya kemampuan menyuarakan simbol. Kegiatan saling mempengaruhi antara merespon orang lain dn diri sendiri adalah sebuah konsep penting teori mead dan hal ini memberikan peralihan yang baik ke konsep keduanya.

b. Diri. Memiliki diri karena dapat merespon diri sendiri sebagai objek. Kadang – kadang berekasi dengan baik pada diri sendiri serta merasakan kebanggan, kebahagiaan dan keberanian. Namun, terkadang merasa jijik pada diri sendiri. Cara utama dalam melihat diri sendiri adalah melalui pengabilan peran atau menggunakan sudut pandang orang lain dan inilah yang kemudian menjadikan memiliki konsep diri. Istilah lain dari konsep diri adalah refleksi umum orang lain (generalized other), semacam gabungan yang memandang diri sendiri. Refleksi umum orang lain merupakan keseluruhan persepsi diri dari orang lain melihat kita. Diri memiliki dua sisi segi, masing – masing mejalankan fungsi yang penting. I adalah bagian diri yang menurut kata hati, tidak teratur, tidak terarah, dan tidak dapat ditebak.

Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola – pola yang terartur dan tetap, yang dibagi dengan orang lain. Setiap tindakan dimulai dengan sebuah dorongan dari I dan selanjutnya dikendalikan oleh Me. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan me

memberikan arah dan petunjuk. Mead menggunakan konsep me untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima secara social serta adaptif dan konsep I untuk menjelaskan gerak hati yang kreatif dan tidak dapat ditebak.

34

c. Pikiran, berpikir adalah konsep ketiga Mead atau disebut pikiran. Pikiran bukanlah sebuah benda, tetapi merupakan sebuah proses. Hal ini tidak lebih sekedar berinteraksi dengan diri sendiri. Kemampuan ini, berkembang sejalan dengan diri, sangat penting bagi kehidupan manusia karena merupakan bagian dari setiap tindakan manusia. Berfikir melibatkan keraguan (menunda tindakan yang jelas) ketika diri menafsirkan situasi. Disini, kita berfikir melalui situasi dan merencanakn tindakan selanjutnya. Kita membayangkan beragam hasil dan memilih serta menguji alternative – alternative yang mungkin ada. Manusia menggunakan simbol – simbol yang berbeda untuk menamai objek. Kita selalu mengartikan sesuatu berhubungan dengan bagaimana kita bertindak dengan hal tersebut. Objek menjadi objek melalui proses pemikiran simbolis kita, ketika kita membayangkan tindakan yang baru atau yang berbeda terhadap sebuah objek, objek itu sendiri berubah karena kita melihatnya melalui sudut pandang yang berbeda. (Little jhon, 231 - 235)

Dokumen terkait