• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Definisi Konsep

Singarimbun (2008:33)Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian atau keadaankelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Konsep merupakan abstraksi tentang fenomena sosial yang dirumuskan melalui generalisasi dari sejumlah karakteristik peristiwa atau keadaan fenomena sosial tertentu. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi dari beberapa konsep ynag digunakan antara lain:

1. Strategi adalah penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Pengelolaan Sampah adalahkegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang cenderung mengasah kemampuan menganalisis, pengalaman dan kepekaan terhadap pengumpulan informasi dan wawancara sesuai realitas yang ada. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Penelitian kualitatif didefenisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Penelitian kualitatif menurut Meleong (2007:6)adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggiyang terletak di Jl.

Gunung Agung Kota Tebing Tinggi, Sumtera Utara.

2.3 Informan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan yang terdiri dari : 1. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki bebagai

informasi yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah kepala dinas dan kepala bidang Kebersihan di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi.

2. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun informasi utama dalam penelitian ini adalah Kasi Pengendalian Dan evaluasi Pengelolaan Persampahan di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian di lapangan. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caramelakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data.

Sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang terjadi di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpuln

data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

a. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumentasi-dokumentasi yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah dan pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan dan Bilken (Meleong, 2013: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerjanya memakai data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menarik dan menentukan pola, menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 246), terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengebstrakan, tranformasi, data kasar yang muncul dari catatan-catatan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dapat sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di reduksi adalah seluruh data mengenai permasalahan penelitian.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Sebelum penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiata sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data dan pengolahan data.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi 3.1.1 Sejarah Kota Tebing Tinggi

Kira-kira seratus tiga puluh enam tahun yang lalu Kota Tebing Tinggi sudah di diami suku bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari arsip lama, dimana dalam catatan tersebut dinyatakan Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada Tahun 1864. Dari cerita-cerita rakyat yang dikisahkan oleh orang tua, dari sebuah bandar di Simalungun berangkatlah seorang tua yang bergelar Datuk Bandar Kajum, meninggalkan kampung halamannya yang diikuti para penggawa dan inang pengasuhnya melalui kerajaan Padang menuju Asahan.

Dalam perjalanan ini tibalah beliau di sebuah desa yang pertama dikunjunginya yang bernama Tanjung Marulak yang sekarang menjadi perkebunan PN III Kebun Rambutan.

Gambar 3.1 Tanjung Marulak, Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi

Setelah beberapa Tahun Datuk Bandar Kajum tinggal di kampung Tanjung Marulak, karena kelihaian Kolonialis Belanda dengan politik pecah belahnya maka timbul sengketa dengan orang-orang dari Kerajaan Raya, yang berdekatan dengan Kerajaan Padang yang letaknya di sebelah Selatan, dan akhirnya meluas menjadi perang saudara.Untuk mempertahankan serangan ini Datuk Bandar Kajum berhasil mencari tempat di sebuah dataran tinggi di tepi sungai Padang, di sini dia membangun kampung yang dipagari dengan benteng-benteng pertahanan.Kampung itu sekarang di sebut kampung Tebing Tinggi Lama. Dari sinilah kampung itu berkembang menjadi tempat pemukiman sebagai asal usul kota Tebing Tinggi.

Zaman Penjajahan Belanda

Pada tahun 1887, oleh pemerintah Hindia Belanda, Tebing Tinggi ditetapkan sebagai kota pemerintahan dimana pada tahun tersebut juga dibangun perkebunan besar yang berlokasi di sekitar Kota Tebing Tinggi (hinterland).Menjelang persiapan Tebing Tinggi menjadi kota otonom, maka untuk melaksanakan roda pemerintahan pada tahun 1904 didirikan sebuah Badan Pemerintahan yang bernama Plaatselijkke Fonds oleh Cultuur Paad Soematera Timoer.Pada tanggal 23 Juli 1903 pemerintah

Hindia Belanda menetapkan daerah Otonom Kota kecil Tebing Tinggi menjadi pemerintahan kota Tebing Tinggi sebagai daerah otonom dengan sistim desentralisasi.Pada tahun 1910, sebelum di laksanakannya Zelf

Bestuur Padang (Kerajaan Padang), maka telah dibuat titik “Pole Gruth”

yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota sekitarnya.Patok Pole Gruth tersebut terletak di tengah-tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan maka diadakan kutipan-kutipan berupa Cukai Pekan, Iuran penerangan dan lain-lain yang berjalan dengan baik.

Pada masa Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom maka untuk melaksanakan Pemerintahan, selanjutnya dibentuk Badan Gementeraad Tebing Tinggi, yang beranggotakan 9 orang dengan komposisinya 5 orang Bangsa Eropa, 3 orang Bumiputera, dan 1 orang Bangsa Timur Asing. Hal ini didasarkan kepada Akte Perjanjian Pemerintah Belanda dengan Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan Zelfbestuur didudukan orang asing Eropa dan yang dipersamakan dan ditambah dengan orang-orang Timur Asing. Pada masa itu, adanya perbedaan golongan penduduk, menyebabkan adanya perbedaan pengaturan penguasaan tanah.

Untuk mengadakan pengutipan-pengutipan yang disebut setoran Retribusi dan pajak daerah, diangkatlah pada waktu itu Penghulu Pekan.Tugas Penghulu Pekan ini juga termasuk menyampaikan perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban kepada Rakyat kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur.

Dalam perkembangan selanjutnya informasi Kota Tebing Tinggi sebagai kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J.MENDELAAR, dalam “NOTA BERTREFENDE DEGEMENTE TEBING TINGGI”

yang dibuatnya sekitar bulan Juli 1930.Dalam salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan bahwa setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan Desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gementee Tebing tinggi dengan Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917. Karenanya, tanggal 1 juli inilah yang menjadi Hari jadi Kota Tebing Tinggi.

Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, pelaksanaan pemerintah di Tebing Tinggi tidak lagi dilaksanakan oleh Dewan Kota yang bernama Gementeeraad. Pemerintah Jepang menggantikannya dengan nama Dewan Gementee Tebing Tinggi. Menjelang Proklamasi (masih pada masa Jepang) pemerintahan kota Tebing Tinggi tidak berjalan dengan baik. Pada tanggal 20 Nopember 1945 Dewan kota disusun kembali.

Dalam formasi keanggotaannya sudah mengalami kemajuan, yang para anggota Dewan Kota terdiri dari pemuka Masyarakat dan Anggota Komite Nasional Daerah. Dewan Kota ini juga tidak berjalan lama, karena pada tanggal 13 Desember 1945 terjadilah pertempuran dengan Militer Jepeng dan sampai sekarang terkenal dengan PERISTIWA

BERDARAH 13 DESEMBER 1945, yang diperingati setiap tahun.

Kemudian pada tanggal 17 Mei 1946, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan suatu keputusan No.103 tentang pembentukan Dewan Kota Tebing Tinggi, yang selanjutnya disempurnakan kembali dengan nama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, walaupun pada waktu itu ketua Dewan dirangkap Bupati Deli Serdang. Ketika Agresi pertama Belanda yang dilancarkan pada tanggal 21 Juli 1947, Dewan Kota Tebing Tinggi dibekukan, demikian pula keadaan pada waktu berdirinya Negara Sumatera Timur, Kota Tebing Tinggi tidak mempunyai Dewan Kota untuk melaksanakan tugas pemerintahan. Pada masa RIS, Dewan kota diadakan berdasarkan peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1950. Tetapi dalam proses pelaksanaannya, panitia pemilihan belum sempat menjalankan tugasnya, Peraturan Pemerintah No. 39 tersebut telah dibatalkan.

Menurut undang-undang No.1 tahun 1957, pemerintah di daerah ini menganut azas Otonomi daerah yang seluasnya. Walaupun dalam undang-undang tersebut ditetapkan bahwa daerah ini berhak mempunyai DPRD yang diambil dari hasil Pemilihan Umum 1955, tetapi berdasarkan undang-undang darurat 1956 DPRD PERALIHAN kota Tebing Tinggi hanya mempunyai 10 (Sepuluh) orang anggota. Setelah keluarnya Undang-Undang No. 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, pelaksanaan pemerintahan di Kota Tebing Tinggi sudah relatif lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Tetapi, walaupun

sudah memiliki perangkat yang cukup baik, namun karena terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang di butuhkan, roda pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan.

Pada tahun 1980 Presiden Republik Indonesia telah mengganugerakan tanda kehormatan “PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA” kepada Kotamadya Dati II Tebing Tinggi sebagai penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan pembangunan Lima Tahun Kedua, sehingga dinilai telah memberikan kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya.

Gambar 3.2 Pembagian Wilayah Kota Tebing Tinggi

3.1.2 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi

Kota Tebing Tinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, Negara Republik Indonesia. Merupakan salah satu pemerintahan kota dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Berjarak sekitar 78 km dari Kota Medan (Ibu kota Provinsi Sumatera Utara, 50 km dari Lubuk Pakam, 47 km dari Pematang Siantar dan 97 km dari Parapat. Kota Tebing Tinggi terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Balige dan Siborong-borong.

Dalam jangka panjang (20 tahun, 2006-2025), Kota Tebing Tinggi akan menjadi: “Kota Jasa dan Perdagangan dengan sumberdaya manusia yang berkualitas“. (Perda No 04 Thn 2006 ttg RPJPD Kota Tebing Tinggi)

Gambar 3.3 Kota Tebing Tinggi di Provinsi Sumatera Utara

Batas wilayah

Kota Tebing Tinggi merupakan kota di dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Batas wilayah adalah sbb:

Tabel 3.1 Batas Wilayah

Utara PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai

Selatan PTPN IV Kebun Pabatu dan perkebunan Paya Pinang,Kabupaten Serdang Bedagai

Barat PTPN III Kebun Gunung Pamela,

Kabupaten Serdang Bedagai

Timur PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber : www.tebingtinggikota.go.id

Iklim

Kota Tebing Tinggi beriklim tropis dataran rendah. Ketinggian 26 – 24 meter di atas permukaan laut dengan topografi mendatar dan bergelombang. Temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 25° – 27 °C. Sebagaimana kota di Sumatera Utara, curah hujan per tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dengan kelembaban udara 80%-90%.

Luas dan Pembagian Wilayah

Luas wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 38,438 km2 dan terbagi atas 5 (lima) Kecamatan, yaitu:

1. Padang Hilir, Ibukota Kecamatan Padang Hilir berkedudukan di Kelurahan Tebing Tinggi.

2. Padang Hulu, Ibukota Kecamatan Padang Hulu berkedudukan di Kelurahan Pabatu.

3. Rambutan, Ibukota Kecamatan Rambutan berkedudukan di Kelurahan Tanjung Marulak.

4. Tebing Tinggi Kota, Ibukota Kecamatan Tebing Tinggi Kota berkedudukan di Kelurahan Pasar Gambir.

5. Bajenis, Ibukota Kecamatan Bajenis berkedudukan di Kelurahan Teluk Karang.

Luas wilayah Kota Tebing Tinggi relatif kecil, yaitu hanya 0,05%

dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Tetapi masih lebih luas dibandingkan Kota Sibolga yang hanya 0,02% dari luas total Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Gambaran Umum Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi

Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman Dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi di bentuk berdasarkan Undang-undang, Peraturan pemerintah, Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yaitu:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah

3. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah Kota Tebing Tinggi 4. Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Susunan

Organisasi Perangkat Daerah Kota Tebing Tinggi

Tujuan :

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan, kawasan permukiman dan kebersihan

2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

hunian dan kawasan pemukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan

4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta

6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

3.2.2 Struktur Organisasi

KEPALA DINAS

HJ RUSMIATY HARAHAP ST

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS

KASUBBAG UMUM DAN KEPEGWAIAN KASUBBAG. KEUANGAN DAN PROGRAM

KABID. PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM

KABID. KEBERSIHAN DAN PERSAMPAHAN

KASI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

(LPJU), DEKORASI DAN REKLAME

KASI PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PEMAKAMAN

KASI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS

KASI KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN PERSAMPAHAN

KASI ANGKUTAN DAN TPA

KASI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

KABID PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PENDAPATAN DAN PERENCANAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PENYEDIAAN, PELAKSANAAN ADAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PEMANFAATAN, PEMANTAUAN, PENGENDALIAN DAN

3.2.2 Tugas Dan Fungsi Pokok

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan kebersihan Kota Tebing Tinggi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2016, tanggal 28 Desember 2016 tentang Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah Kota Tebing Tinggi dan di tegaskan dalam Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah, tanggal 30 Desember 2016 memiliki tugas menyelenggarakan pendataan, perencanaan, penyediaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di bidng rumah umum, rumah swadaya, kawasan permukiman, prasarana, sarana, utilitas umum serta kebersihan dan persampahan di Kota Tebing Tinggi.

Dalam menjalankan tugas tersebut, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan menyelenggarakan fungsi:

1. Pendataan, perencanaan, penyediaan, pemantauan dan evaluasi penyediaan rumah umum dan swadaya

2. Pendataan dan perencanaan, pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh, pemanfaatan dan pengendalian kawasan permukiman

3. Perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan, serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman sesuai luasan wilayah yang ditetapkan

4. Pengembangan sistem dan pengelolaan kebersihan dan persampahan 5. Pelaksanaan administrasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Kebersihan, serta

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota bersama dengan Menteri Teknis

Kelompok fungsi

A. Fungsi Pendukung

1. Sekretariat Dinas dengan 2 Subbagian Sekretariat Dinas memiliki ttugas melaksanakan perencanaan umum, pemrogaman dan anggaran, pemantauan dan evaluasi, ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kearsipan, penataan organisasi dan tata laksana, koordinasi penyusunan perundangan, pengelolaan barang milik negara, dan kerumahtanggaan kantor. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Dinas menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi kegiatan Dinas

b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Dinas c. Pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,

kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Dinas

d. Penataan organisasi dan tata laksana

e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum

f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas struktur organisasi sekretariat dinas terdiri atas:

• Subbagian keuangan dan program

• Subbagian umum dan kepegawaian

2. Tugas Subbagian di lingkungan Sekretariat Dinas meliputi

a. Subbagian keuangan dan Program mempunyai tugas melakukan:

1) Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan administrasi anggaran

2) Pelaksanaan koordinasi dan fasilitas penganggaran infrastruktur

3) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan kinerja serta pelaksanaan anggaran

4) Pelaksanaan tata laksana keuangan dan perbendaharaan, satuan kerja, penatausahaan hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan keuangan dinas

5) Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pemrogaman, dan administrasi kerja sama

6) Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan kepala dinas

7) Penyusunan rencana pengelolaan, pengembangan, pengamanan, serta pengendalian mutu data

8) Penyiapan bahan pelaporan pimpinan dan koordinasi hubungan antar lembaga, dan

9) Pelaksanaan kegiatan strategis dinas.

b. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan:

1) Penyiapan pelaksanaan urusan perencanaan pegawai, pengelolaan, pembinaan, informasi dan arsip kepegawaian 2) Penyiapan penataan organisasi dan tata laksana

3) Pelaksanaan pengelolaan tata naskah dinas dan kearsipan Dinas

4) Pelaksanaan urusan kesehatan, keamanan dan ketertiban lingkungan serta urusan dalam pegawai

5) Pengelolaan dan pelayanan informasi publik, publikasi, dan penyebarluasan informasi Dinas

6) Pelaksanaan penatausahhaan, penyusunan rencana dan program pengelolaan, pengendalian, koordinasi pemantauan, evaluasi, dan penyusunan pelaporan barang milik negara Dinas

7) Pengelolaan perpustakaan dan dokumentasi kegiatan dinas B. Bidang

1. Perumahan dan kawasan permukiman

Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan pendataan, perencanaan, penyediaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di bidang perumahan dan

kawasan permukiman kota sesuai dengan ketentuan perundangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Perumahan menyelenggarakan fungsi:

a. Pendataan dan perencanaan bidang perumahan dan kawasan permukiman

b. Penyediaan, pelaksanaan dan peningkatan kualitas bidang perumahan dan kawasan permukiman, serta

c. Pemanfaatan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi bidang perumahan dan kawasan permukiman Struktur organisasi Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman terdiri atas:

• Seksi Pendataan dan Perencanaan Perumahan dan Kawasan Permukiman

• Seksi Penyediaan, Pelaksanaan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta

• Seksi pemanfaatan, Pemantauan, Pengendalian dan Evaluasi Perumahan dan Kawasan Permukiman. Tugas Seksi di lingkungan Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi:

1) Seksi Pendataan dan Perencanan mempunyai tugas melakukan pendataan dan perencanaan bidang perumahan (rumah umum, rumah khusus, rumah negara dan rumah komersil serta rumah swadaya) dan kawasan permukiman

2) Seksi Penyediaan, Pelaksanaan dan Peningkatan kualitas mempunyai tugas melakukan penyediaan (fasilitas rumah umum, ruumah khusus, rumah negara dan rumah komersil serta pemberdayaan dan perencanaan bantuan rumah swadaya ) serta pelaksanaan bidang perumahan dan kawasan permukiman serta penyelenggaraan pola-pola penanganan perumahan dan kawasan permukiman kumuh 3) Seksi Pemanfaatan, Pemantauan, Pengendalian dan

Evaluasi mempunyai tugas melakukan pemantauan dan evaluasi bidang perumahan dan kawasan permukiman serta melakukan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh

2. Bidang Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU)

2. Bidang Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU)

Dokumen terkait