• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KOTA TEBING TINGGI SKRIPSI. Oleh: WIDYA ULFA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KOTA TEBING TINGGI SKRIPSI. Oleh: WIDYA ULFA"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN

KEBERSIHAN KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

WIDYA ULFA 130903065

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITASS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Nikmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Strategi Pengelolaan Sampah oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan”. Adapun penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara. Semoga Rahmat dan Karunia dari Allah SWT selalu mengalir dan menyertai penulis dalam menyempurnakan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis akan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Alm. Hotman Hadar dan Ibunda Aida Mina yang tiada henti untuk memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Terima kasih untuk doa, kasih sayang, nasehat, kerja keras yang kalian berikan untuk membesarkan dan mendidik penulis.

Sebagai suatu karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan dan pengalaman penulis dalam menyusun karya ilmiah. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan adanya kritik maupun saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan, bimbingan, dan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada kepada:

(3)

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Siselaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Asima Yanti S. Siahaan, MA, PhD selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, masukan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga sampai selesainya skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen-dosen dan staf pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

6. Terima Kasih kepada Kak Dian, Kak Mega dan Bang Rudi yang telah banyak membantu penulis mengurus berkas mulai dari awal perkuliahan hingga sampai saat ini

7. Abangda Dodi pegawai Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) yang telah banyak membantu mengurus surat masuk untuk penelitian ke dinas yang dituju.

8. Ibu Hj. Rusmiaty Harahap, S.T. Kepala dinas Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Kebersihan, Bapak Drs. H. Abd. Rahman Sitorus selaku Kepala bidang Kebersihan dan Persampahan, Bapak Muhammad Adharsyah S.Sos selaku kepala seksi Pengendalian dan Evaluasi Pengelolaan

(4)

Persampahan dan Kepegawaian yang telah banyak memberikan arahan, masukan, membantu dan membimbing penulis selama menghimpun data di Kantor Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dn Kebersihan Kota Tebing Tinggi.

9. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yakni Alm. Hotman Hadar dan Ibu Aida Mina yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh rasa kasih sayang dan kesabaran.

Semoga doa dan restu bapak dan ibu selalu mengiringi dalam setiap langkah penulis.

10. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kepada Ibu Hj. Lelawati dan Bapak Drs. H. Abdul Chalik selaku uwak juga orang tua kedua penulis yang selama ini turut membantu perkuliahan penulis.

11. Kepada abangda Novan Ivanda dan Abangda Arfan Syahputra selaku abang kandung penulis dan saudara-saudara penulis yang telah membantu dan mendukung penulis mulai dari awal perkuliahan hingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

12. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik selama perkuliahan –SURA-.

Laila Rahmi, Riski Rahmawati dan Sofia Ranti yang telah banyak mendengarkan curhatan, membantu, memotivasi, mengganggu, menemani dan mendukung penulis selama perkuliahan. Terima kasih sudah menjadi partner in crime dan juga partner bisnis “SURA BOUQUET”. Kita empat sekawan dari asal yang berbeda, mempunyai keunikan sifat masing-masing namun

(5)

tidak pernah meninggalkan satu sama lain. Semoga kita bisa mengejar apa yang kita inginkan dan sukses bareng-bareng.

13. Kepada kelompok 9 magang (Serdang Squad-Keluarga Besar Serdang) yaitu Laila Rahmi, Riski Rahmawati, Sofia Ranti Hasibuan, Erlin Afida Utami, Farhaini Putri, Ulfah Kahiryah, Elsa Yulisari Harahap, Rahmad Fajri, Febri Gunawan, Reza Sembiring Dan Ave Avrian terima kasih banyakkarena telah banyak menghibur, mendukung dan memberikan saran masukan kepada penulis.

14. Terima kasih juga buat Ade Wulandari yang juga sahabat penulis yang selama ini membantu, mengganggu, memotivasi, menghibur dan memberikan masukan kepada penulis.

15. Terima kasih kepada teman-teman stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih sudah menjadi teman terbaik dan membanutu penulis dalam perkuliahan

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Semoga Allah memberikan Rahmat dan Keridhoan-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 15 Maret 2017

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 kerangka Teori ... 5

1.5.1 Kebijakan ... 6

1.5.2 Strategi ... 9

1.5.2.1 Pengertian strategi ... 9

1.5.2.2 Manajemen Strategi ... 11

1.5.2.3 Tingkatan Strategi ... 12

1.5.2.4 Tipe-Tipe Strategi ... 13

1.5.2.5 Perumusan Strategi ... 14

1.5.3 Pengelolaan Sampah ... 16

1.5.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah ... 19

1.5.5 Analisis SWOT ... 21

(7)

1.6 Definisi Konsep ... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 25

2.1 Bentuk Penelitian ... 26

2.2 Lokasi Penelitian ... 26

2.3 Informan Penelitian ... 26

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 31

3.1 Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi ... 31

3.1.1 Sejarah Kota Tebing Tinggi ... 31

3.1.2 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi ... 37

3.2 Gambaran Umum Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan Tebing Tinggi ... 40

3.2.1 Struktur Organisasi ... 42

3.2.2 Tugas dan Fungsi Pokok ... 43

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 52

4.1 Pelaksanaan Wawancara ... 53

4.2 Informan Penelitian ... 53

4.3 Deskripsi Hasil Wawancara ... 54

4.3.1 Strengths (kekuatan) ... 55

4.3.2 Weaknesses (Kelemahan) ... 63

4.3.3 Opportunities (peluang) ... 66

4.3.4 Threats (Tantangan/Ancaman) ... 67

BAB V ANALISA DATA ... 70

(8)

5.2 Weaknesses (Kelemahan) ... 73

5.3 Opportunities (peluang) ... 76

5.4 Threats (Tantangan/Ancaman)... 78

BAB VI PENUTUP ... 81

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN DOKUMENTASI

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Matriks SWOT ... 33

Tabel 3.1 Batas Wilayah ... 48

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana bidang Kebersihan dan persampahan ... 65

Tabel 4.2 Lokasi Bank Sampah ... 71

Tabel 5.1 Matriks SWOT Analisis ... 90

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pembagian Wilayah Kota Tebing Tinggi ... 41 Gambar 3.2 Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara ... 46 Gambar 3.4 Kota Tebing Tinggi di dalam Kabupaten Serdang Bedagai ... 47

(11)

STRATEGI PENGELOLAAN SAAMPAH OLEH DINAS PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN KOTA TEBING

TINGGI

Nama : Widya Ulfa

NIM : 130903065

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP

ABSTRAK

Sampah bukan lagi merupakan masalah baru yang terjadi di Indonesia.

Permasalahan sampah ataupun kebersihan selalu hangat diperbincangkan dan selalu menjadi sorotan di setiap daerah di Indonesia. Setiap daerah harus memiliki komitmen untuk menyelesaikan masalah sampah. Permasalahan sampah tidak hanya bisa diselesaikan oleh hibah peralatan tetapi juga dibutuhkan kemauan daerah untuk mengelolanya. Maka sangat dibutuhkan strategi baru dalam pengelolaan sampah di setiap daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan sampah oleh Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan pengumpulan data primer berupa wawancara dan observasi dilapangan, dan pengumpulan data sekunder berupa dokumentasi dan studi kepustakaan. Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang yang terdiri dari Kabid dan Staf Kebersihan dan Persampahan, Kepala Seksi dan Staf di Perencanaan Bidang Kebersihan dan Persampahan di Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan oleh Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi sudah berjalan dengan baik, sudah adanya hasil-hasil dari pengelolaan sampah yang dapat dimanfaatkan dan dapat dijadikan peluang, hanya saja masih dibutuhkan adanya evaluasi terus menerus terhadap kelemahan-kelemahan dan ancaman-ancaman yang akan muncul dalam menjalankan strategi yang telah dirancang. Masih dibutuhkan perhatian pemerintah dan dukungan pemerintah Kota Tebing Tinggi terhadap program yang telah direncanakan oleh Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi dalam pengelolaan sampah Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci : Strategi, Pengelolaan Sampah, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah bukan lagi merupakan masalah baru yang terjadi di Indonesia. Permasalahan sampah ataupun kebersihan selalu hangat diperbincangkan dan selalu menjadi sorotan di setiap daerah di Indonesia.

Pembangunan yang dilaksanakan secara besar-besaran diperkotaan membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Sampah membuat pemandangan yang kurang baik terhadap kebersihan dan keindahan kota.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah yaitu sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yamg terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejeniis sampah rumah tangga.

Salah satu penyebab yang membuat sampah itu menjadi susah untuk dihilangkan adalah kurangnya kesadaran dari orang - orang untuk membuang sampah pada tempatnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan sampah tidak dapat dipisahkan. Manusialah yang menyebabkan adanya sampah dengan berbagai kepentingannya, mulai dari urusan rumah

(13)

tangga, kantor, pasar, maupun industri. Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan karena pengelolaan persampahan yang kurang memadai.

Setiap daerah harus memiliki komitmen untuk menyelesaikan masalah sampah. Permasalahan sampah tidak hanya bisa diselesaikan oleh hibah peralatan tetapi juga dibutuhkan kemauan daerah untuk mengelolanya. Persoalan sampah ternyata bukan hanya persoalan yang ada pada perkotaan atau ibukota saja namun hampir seluruh daerah perkotaan di Indonesia, tidak lepas dari masalah sampah tersebut, termasuk kota Tebing Tinggi. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu kota yang terletak di Sumatera Utara. Kota Tebing Tinggi juga tidak terlepas dari masalah persampahan.Tebing Tinggi pernah termasuk salah satu kota bersih didaerah Sumatera utara dan mendapatkan piala adipura. Namun saat ini, kota Tebing Tinggi tidak lagi terdengar menjadi kota yang bersih.

Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggitelah mengupayakan pengelolaan sampah meski adanya kendala-kendala seperti belum memadai nya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh dinas tersebut, belum memadainya lahan TPA dengan volume sampah Kota Tebing Tinggi yang terbilang cukup besar. Petugas kebersihan Kota Tebing Tinggi juga sudah memaksimalkan pengangkutan sampah di setiap sudut kota tebing tinggi yang telah disediakan TPS

(14)

(Tempat Pembuangan Sementara) yang selanjutnya dibuang, dipilah dan dilakukan proses akhir di TPA. Pada tahun 2016, dalam sehari Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi mengangkut sekitar 84,31 ton sampah yang dikumpulkan petugas kebersihan dari seluruh TPS dengan jadwal pengangkutan yang telah ditentukan setiap harinya dengan cakupan pelayanan 83,03%. Sedangkan perhitungan pada tahun 2015, dalam sehari Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi mengangkut sekitar 83,8 ton sampah dengan cakupan pelayanan 82.53%. Terjadi penaikan jumlah volume sampah dari tahun 2015 ke tahun 2016, dengan cakupan pelayanan yang meningkat dari tahun ke tahun, volume sampah yang dihasilkan tidak terjadi penurunan, dan sebaliknya menjadi meningkat. MakaDinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi harus memiliki strategi baru dalam mengurangi jumlah volume sampah agar tidak terjadi penaikan jumlahnya di tahun berikutnya.

(15)

Dilihat dari banyaknya jumlah sampah yang diangkut setiap harinya menjadikan kota Tebing Tinggi belum bebas dari persoalan sampah.Persoalan mengenai sarana dan prasarana yang belum cukup memadai, luas lahan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang belum memadai dengan banyaknya jumlah sampah yang masuk ke TPA setiap harinya, maka persoalan tersebut harus mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kota Tebing TinggiUntuk mengatasi persoalan sampah tersebut, oleh karena itu dibutuhkan satu cara, kebijakan atau strategi dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan dalam menangani masalah sampah tersebut. Penulis tertarik untuk membahas “Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengelolaan sampah oleh Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan sampah oleh Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk mengembangkan kemampuan penulis menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan ilmu yang didapat dalam perkuliahan.

2. Untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa serta dapat menjadi bahan masukan bagi fakultas dan diharapkan dapat menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa dimasa yang akan datang di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk memberikan masukan bagi Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi dalam melaksanakan rencana strategis dalam pengeloalaan sampah agar menjadikan Kota Tebing Tinggi menjadi Kota yang bersih.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Singarimbun (2008:37) teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan di antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu. Teori yang digunakan

(17)

untuk menjelaskan atau memprediksi gejala atau masalah tertentu dapat bersumber dari buku-buku teks, jurnal, abstrak, hasil penelitian, dan sumber referensi lainnya, atau mengalir secara logis dari berbagai dokumentasi dari penelitian sebelumnya dalam bidang masalah yang sama.

1.5.1 Kebijakan

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab (2008:40-50) mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :

(18)

a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi

c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan

e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik

eksplisit maupun implisit

g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjangwaktu

h. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antarorganisasi dan yang bersifat intra organisasi

i. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kuncilembaga-lembaga pemerintah

j. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Sedangkan menurut Raksastya dalam Lubis (2007:7), kebijakan adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, ada tiga (3) unsur dalam kebijakan menurut Amara, antara lain :

1. Identifikasi tujuan yang akan dicapai 2. Strategi untuk mencapainya

(19)

3. Penyediaan berbagai input atau masukan yang memungkinkan pelaksanaannya.

Kebijakan publik menurut Dye dalam Subarsono(2009:2) adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan.

Artinya bahwa maksud dari konsep tersebut sangatlah luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah disamping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah public, suatu contoh misalnya ketika pemerintah mengetahui ketika ada jalan raya yang rusak dan dia tidak membuat kebijakan untuk memperbaikinya, berarti sudah mengambil kebijakan.

Bridgman dan Davis dalam Suharto (2007:5) menjelaskan bahwa kebijakan publik pada umumnya memiliki pengertian “whatever government choose to do or not to do” artinya kebijakan publik adalah

“apa saja yang dipilih oleh pemerinhan untuk dilakukan atau tidak dilakukan.” Kadang-kadang, kebijakan pubik menunjuk pada istilah atau konsep untuk menjelaskan pilihan-pilian tindakan tertentu yang sangat khas atau spesifik, seperti kepada bidang –bidang tertentu dalam sector fasilitas umum, pendidikan, transportasi, kesehatan, perumahan atau kesejhateraan. Urusan-urusan yang menyangkut kelistrikan, jalan raya, rumah sakit, sekolah, air, perumahan rakyat, lembaga-lembaga rehabilitasi sosial adalah beberapa contoh yang termasuk dalam bidang kebijiakan publik.

(20)

1.5.2 Strategi

1.5.2.1 Pengertian Strategi

Michael (2002:34) mengatakan bahwa :”Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan. mencapai tujuan tertentu”. Strategi juga dapat diartikan jalan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut bukan saja dibutuhkan kemampuan untuk membangun jalan tersebut dengan baik, dan memberikan keselamatan kepada mereka yang melalauinya, tetapi juga patut melengkapi diri dengan pengetahuan yang akurat tentang route yang akan dilalui, atau posisi berdiri kita sendiri dan posisi berdiri dari kekuatan anti perubahan.

Chandler dalam Salusu (2003:35) mengatakan bahwa strategi dapat didefinisikan sebagai penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada 3 komponen penting dalam definisi Chandler, yaitu adanya tujuan dan sasaran, adanya cara bertindak, dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan itu. Kenneth Andrews merasa kurang puas dengan definisi itu, lantas menggabungkannya dengan ide Drucker dalam satu definisi baru yaitu strategi adalah pola tujuan dan sasaran, yang dinyatakan sedemikian rupa, yaitu yang menegaskan bisnis apa yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti, dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu (Cope, 1981).

(21)

Ohmae dalam buku Salusu (2003:38), yang sering dijuluki “Mr.

Strategy” di Jepang, ketika mengatakan bahwa strategi sebenarnya tidak lain dari suatu rencana kerja untuk memaksimalkan kekuatan suatu pihak dalam menghadapi berbagai kekuatan di lingkungan usaha. Lingkungan ekstern itu haruslah diteliti dengan seksama, yaitu dengan memilih peluang yang tersedia untuk dapat meningkatkan peran serta sambil memperkecil kerugian-kerugian yang timbul dan yang mungkin timbul.

Hitt salah seorang pendukung pandangan Chandler juga menegaskan bahwa strategi bertalian dengan alokasi dan penggunaan sumber daya organisasi. Dengan demikian, dalam membuat keputusan sebagai bagian dari perencanaan stratejik, kita harus memberi tempat kepada faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Bryson dalam Salusu (2003:40) beranggapan bahwa strategi harus dikaitkan dengan lingkungan, mengingat fungsi dari strategi adalah membuat jembatan antara misi organisasi dan dunia lingkungannya.

Bahkan strategi dapat dipikirkan sebagai suatu pola dari tujuan, kebijaksanaan, program, tindakan, keputusan, atau sumber daya yang menerangkan tentang organisasi itu, apa yang dibuatnya, dan mengapa ia berbuat begitu.

Pearce dan Robinson dalam Salusu (2003:43) mendefinisikan strategi sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih suatu tujuan sebuah organisasi. Menurut Coulter dalam

(22)

Kuncoro(2006:12)strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi.

1.5.2.2 Manajemen Strategi

Menurut Pearce & Robinson (2005:13) manajemen strategi dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan. Tahapan utama proses manajemen strategik pada umumnya yaitu :

1. Analisis lingkungan, meliputi deteksi dan evaluasi konteks organisasi, lingkungan eksternal dan internal organisasi

2. Formulasi strategi, mencakup desain dan pilihan strategi yang sesuai

3. lmplementasi strategi adalah proses bagaimana melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan tindakan nyata

4. Evaluasi strategi adalah proses mengevaluasi bagaimana strategi diimplementasikan dan sejauh mana mempengaruhi kinerja.

Pearce & Robinson (2005:55) mengemukakan manfaat manajemen strategi adalah sebagai berikut :

1. Formulasi strategi meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mencegah masalah

2. Keputusan strategi berbasis kelompok akan dapat ditarik dari berbagai alternatif yang terbaik

(23)

3. Dilibatkannya karyawan dalam formulasi strategi akan meningkatkan pemahaman mereka mengenai hubungan produktivitas dan bonus dalam setiap rencana strategi dan pada gilirannya meningkatkan motivasi mereka.

1.5.2.3 Tingkatan Strategi

Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985:56) menjelaskan adanya 4 tingkatan strategi, yaitu

1. Enterprise Strategy, strategi ini berkaitan dengan masyarakat.

Dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi ini juga terlihat sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

2. Corporate Strategy, strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi.

3. Business Strategy, strategi ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran ditengah masyarakat. Semua itu dimaksudkan untuk menperoleh keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.

(24)

4. Functional Strategy, strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi fungsional, yaitu strategi fungsional ekonomi, strategi fungsional manajemen, strategi isu stratejik

1.5.2.4 Tipe-tipe Strategi

Koteen (1991:28) menjelaskan tentang tipe-tipe strategi yang sering pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Corporate Strategy (strategi organisasi). Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru

2) Program Strategy (strategi program). Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu.

3) Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya). Strategi ini mrmusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi.

(25)

4) Institusional Strategy (strategi kelembagaan). Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.

1.5.2.5 Perumusan Strategi

Hariadi (2005:3)yang perlu dilakukan organisasi atau perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu:

1) Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh organisasi atau perusahaan di masa depan dan menentukan misi organisasi atau perusahaan untuk mencapai visi yang dicita- citakan dalam lingkungan tersebut.

2) Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untukmengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

3) Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4) Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5) Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan

(26)

Hatten dalam Salusu (2003:56) memberi beberapa petunjuk bagaimana suatu strategi dibuat sehingga ia bisa sukses.

1) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. Ikutikah arus perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

2) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi.

Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang.

3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain.

4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik titik yng justru adalah kelemahnnya.

5) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, anda harus membuat sesuatu yang memang layak dan dapat dilaksanakan.

6) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.

(27)

7) Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun strategi diatas kegagalan

8) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.

Donnelly (1996:109) mengemukakan ada enam informasi yang tidak boleh dilupakan dalam strategi suatu organisasi, yaitu:

1) Apa yang akan dilakukan.

2) Mengapa Demikian. Suatu uraian tentang alasan yang dipakai dalam menentukan “apa” diatas.

3) Siapa yang akan bertanggung jawab atau untuk mengoprasionalisasikan strategi.

4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi.

5) Berapa lama waktu diperlukan untuk operasionalisasi strategi tersebut.

6) Hasil apa yang diperoleh dari strategi itu.

1.5.3 Pengelolaan Sampah

Istilah “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan. Banyak orang yang mengartikan manajemen

(28)

sebagai pengaturan, pengelolaan, dan peng administrasian, dan memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatanmasyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampahsebagai sumber daya.

Tugas pemerintah dan pemerintah daerah dan wewenang Pemerintah kabupaten/Kota dalam pengelolaan sampah yang tertuang pada Undang-Undang No.18 tahun 2008 pasal 6 dan pasal 9 tentang Pengelolaan Sampah, yaitu:

Pasal 6 tugas pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah :

1) Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah;

2) Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah;

3) Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;

4) Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;

(29)

5) Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan

6) Melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Pasal 9 wewenang pemerintah kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah:

1. Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan a. Kabupaten/kota mempunyai kewenangan:

b. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;

c. Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;

e. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;

f. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat

(30)

pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan

g. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.

2. Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri.

1.5.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan sampah

Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah pada bab II tentang Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah, yaitu:

Pasal 4

1) Pemerintah menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah.

2) Pemerintah provinsi menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah.

3) Pemerintah kabupaten/kota menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah.

(31)

Pasal 5

1) Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 paling sedikit memuat:

a. arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah b. program pengurangan dan penanganan sampah.

2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memuat:

a. target pengurangan timbulan sampah dan prioritas jenis sampah secara bertahap; dan

b. target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu.

Pasal 8

1. Kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

2. Dalam menyusun kebijakan strategi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional serta kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah.

Pasal 9

1. Pemerintah kabupaten/kota selain menetapkan kebijakan dan strategi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), juga

(32)

menyusun dokumen rencana induk dan studi kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.

2. Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. pembatasan timbulan sampah b. pendauran ulang sampah c. pemanfaatan kembali sampah d. pemilahan sampah

e. pengumpulan sampah f. pengangkutan sampah g. pengolahan sampah h. pemrosesan akhir sampah i. pendanaan.

3. Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan untuk jangka waktu paling sedikit 10(sepuluh) tahun.

1.5.5 Analisis SWOT

Menurut Freddy Rangkuti (2009: 18) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan

(33)

ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakanperusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harusmenganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang, danancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Menurut Kotler (2009: 51) Analisis SWOT (Strenghts, Weakness,Opportunity, Threaths) merupakan cara untuk mengamati

lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Menurut Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT merupakan pendekatan dari Strenghts, Weakness, Opportunity, and Threats, yang dapat diterjemahkan menjadi : Kekuatan,

Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut sering disingkat menjadi “KEKEPAN”. Dalam metode atau pendekatan ini kita harus memikirkan tentang kekuatan apa saja yang kita miliki, kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau perusahaan kita kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau opportunity yang terbuka bagi kita dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, gangguan, hambatan serta tantangan (AGHT) yang menghadang di depan kita.

Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, maka perusahaan tentunya memikirkan bagaimana perusahaan menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi yang akan dilakukan.Untuk dapat membangun strategi yang mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks.Wheelen and Hunger, (2012:23) TOWS Matriks (TOWS

(34)

hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT) mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, sehingga hasil yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi. Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat:

Tabel 1.1 Matrik SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

Sumber : Luis et al (2011:64)

a) S-O strategi : Mengejar peluang dengan menggunakan kekuatan yang ada.

b) W-O strategi : Mengatasi kelemahan untuk mengejar peluang c) S-T strategi menggunakan kekuatan untuk

mengatasi/mengurangidampak dari ancaman.

d) W-T strategi menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar tidakrentan terhadap ancaman.

Dari hasil komposisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan strategi yang dapat dilakukan perusahaan. Tetapi, perusahaan harus berani memilih beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi kemajuan perusahaan. Perusahaan harus mempertimbangkan

pemilihan strategi yang sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan tanggung

(35)

jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar (social responsibility).

Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, maka akan diperoleh strategi yang diterima oleh karyawan dan masyarakat sekitar (Luis et al, 2011:64).

1.6 Definisi Konsep

Singarimbun (2008:33)Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian atau keadaankelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Konsep merupakan abstraksi tentang fenomena sosial yang dirumuskan melalui generalisasi dari sejumlah karakteristik peristiwa atau keadaan fenomena sosial tertentu. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi dari beberapa konsep ynag digunakan antara lain:

1. Strategi adalah penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Pengelolaan Sampah adalahkegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah

(36)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang cenderung mengasah kemampuan menganalisis, pengalaman dan kepekaan terhadap pengumpulan informasi dan wawancara sesuai realitas yang ada. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Penelitian kualitatif didefenisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Penelitian kualitatif menurut Meleong (2007:6)adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(37)

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggiyang terletak di Jl.

Gunung Agung Kota Tebing Tinggi, Sumtera Utara.

2.3 Informan penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan yang terdiri dari : 1. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki bebagai

informasi yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah kepala dinas dan kepala bidang Kebersihan di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi.

2. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun informasi utama dalam penelitian ini adalah Kasi Pengendalian Dan evaluasi Pengelolaan Persampahan di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

(38)

1. Teknik pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian di lapangan. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caramelakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data.

Sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang terjadi di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpuln

(39)

data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

a. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumentasi-dokumentasi yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah dan pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan dan Bilken (Meleong, 2013: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerjanya memakai data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menarik dan menentukan pola, menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(40)

Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 246), terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengebstrakan, tranformasi, data kasar yang muncul dari catatan-catatan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dapat sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di reduksi adalah seluruh data mengenai permasalahan penelitian.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

(41)

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Sebelum penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiata sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data dan pengolahan data.

(42)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi 3.1.1 Sejarah Kota Tebing Tinggi

Kira-kira seratus tiga puluh enam tahun yang lalu Kota Tebing Tinggi sudah di diami suku bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari arsip lama, dimana dalam catatan tersebut dinyatakan Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada Tahun 1864. Dari cerita- cerita rakyat yang dikisahkan oleh orang tua, dari sebuah bandar di Simalungun berangkatlah seorang tua yang bergelar Datuk Bandar Kajum, meninggalkan kampung halamannya yang diikuti para penggawa dan inang pengasuhnya melalui kerajaan Padang menuju Asahan.

Dalam perjalanan ini tibalah beliau di sebuah desa yang pertama dikunjunginya yang bernama Tanjung Marulak yang sekarang menjadi perkebunan PN III Kebun Rambutan.

Gambar 3.1 Tanjung Marulak, Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi

(43)

Setelah beberapa Tahun Datuk Bandar Kajum tinggal di kampung Tanjung Marulak, karena kelihaian Kolonialis Belanda dengan politik pecah belahnya maka timbul sengketa dengan orang-orang dari Kerajaan Raya, yang berdekatan dengan Kerajaan Padang yang letaknya di sebelah Selatan, dan akhirnya meluas menjadi perang saudara.Untuk mempertahankan serangan ini Datuk Bandar Kajum berhasil mencari tempat di sebuah dataran tinggi di tepi sungai Padang, di sini dia membangun kampung yang dipagari dengan benteng-benteng pertahanan.Kampung itu sekarang di sebut kampung Tebing Tinggi Lama. Dari sinilah kampung itu berkembang menjadi tempat pemukiman sebagai asal usul kota Tebing Tinggi.

Zaman Penjajahan Belanda

Pada tahun 1887, oleh pemerintah Hindia Belanda, Tebing Tinggi ditetapkan sebagai kota pemerintahan dimana pada tahun tersebut juga dibangun perkebunan besar yang berlokasi di sekitar Kota Tebing Tinggi (hinterland).Menjelang persiapan Tebing Tinggi menjadi kota otonom, maka untuk melaksanakan roda pemerintahan pada tahun 1904 didirikan sebuah Badan Pemerintahan yang bernama Plaatselijkke Fonds oleh Cultuur Paad Soematera Timoer.Pada tanggal 23 Juli 1903 pemerintah

Hindia Belanda menetapkan daerah Otonom Kota kecil Tebing Tinggi menjadi pemerintahan kota Tebing Tinggi sebagai daerah otonom dengan sistim desentralisasi.Pada tahun 1910, sebelum di laksanakannya Zelf

(44)

Bestuur Padang (Kerajaan Padang), maka telah dibuat titik “Pole Gruth”

yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota sekitarnya.Patok Pole Gruth tersebut terletak di tengah-tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan maka diadakan kutipan-kutipan berupa Cukai Pekan, Iuran penerangan dan lain-lain yang berjalan dengan baik.

Pada masa Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom maka untuk melaksanakan Pemerintahan, selanjutnya dibentuk Badan Gementeraad Tebing Tinggi, yang beranggotakan 9 orang dengan komposisinya 5 orang Bangsa Eropa, 3 orang Bumiputera, dan 1 orang Bangsa Timur Asing. Hal ini didasarkan kepada Akte Perjanjian Pemerintah Belanda dengan Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan Zelfbestuur didudukan orang asing Eropa dan yang dipersamakan dan ditambah dengan orang- orang Timur Asing. Pada masa itu, adanya perbedaan golongan penduduk, menyebabkan adanya perbedaan pengaturan penguasaan tanah.

Untuk mengadakan pengutipan-pengutipan yang disebut setoran Retribusi dan pajak daerah, diangkatlah pada waktu itu Penghulu Pekan.Tugas Penghulu Pekan ini juga termasuk menyampaikan perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban kepada Rakyat kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur.

(45)

Dalam perkembangan selanjutnya informasi Kota Tebing Tinggi sebagai kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J.MENDELAAR, dalam “NOTA BERTREFENDE DEGEMENTE TEBING TINGGI”

yang dibuatnya sekitar bulan Juli 1930.Dalam salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan bahwa setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan Desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gementee Tebing tinggi dengan Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917. Karenanya, tanggal 1 juli inilah yang menjadi Hari jadi Kota Tebing Tinggi.

Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, pelaksanaan pemerintah di Tebing Tinggi tidak lagi dilaksanakan oleh Dewan Kota yang bernama Gementeeraad. Pemerintah Jepang menggantikannya dengan nama Dewan Gementee Tebing Tinggi. Menjelang Proklamasi (masih pada masa Jepang) pemerintahan kota Tebing Tinggi tidak berjalan dengan baik. Pada tanggal 20 Nopember 1945 Dewan kota disusun kembali.

Dalam formasi keanggotaannya sudah mengalami kemajuan, yang para anggota Dewan Kota terdiri dari pemuka Masyarakat dan Anggota Komite Nasional Daerah. Dewan Kota ini juga tidak berjalan lama, karena pada tanggal 13 Desember 1945 terjadilah pertempuran dengan Militer Jepeng dan sampai sekarang terkenal dengan PERISTIWA

(46)

BERDARAH 13 DESEMBER 1945, yang diperingati setiap tahun.

Kemudian pada tanggal 17 Mei 1946, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan suatu keputusan No.103 tentang pembentukan Dewan Kota Tebing Tinggi, yang selanjutnya disempurnakan kembali dengan nama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, walaupun pada waktu itu ketua Dewan dirangkap Bupati Deli Serdang. Ketika Agresi pertama Belanda yang dilancarkan pada tanggal 21 Juli 1947, Dewan Kota Tebing Tinggi dibekukan, demikian pula keadaan pada waktu berdirinya Negara Sumatera Timur, Kota Tebing Tinggi tidak mempunyai Dewan Kota untuk melaksanakan tugas pemerintahan. Pada masa RIS, Dewan kota diadakan berdasarkan peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1950. Tetapi dalam proses pelaksanaannya, panitia pemilihan belum sempat menjalankan tugasnya, Peraturan Pemerintah No. 39 tersebut telah dibatalkan.

Menurut undang-undang No.1 tahun 1957, pemerintah di daerah ini menganut azas Otonomi daerah yang seluasnya. Walaupun dalam undang-undang tersebut ditetapkan bahwa daerah ini berhak mempunyai DPRD yang diambil dari hasil Pemilihan Umum 1955, tetapi berdasarkan undang-undang darurat 1956 DPRD PERALIHAN kota Tebing Tinggi hanya mempunyai 10 (Sepuluh) orang anggota. Setelah keluarnya Undang-Undang No. 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, pelaksanaan pemerintahan di Kota Tebing Tinggi sudah relatif lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Tetapi, walaupun

(47)

sudah memiliki perangkat yang cukup baik, namun karena terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang di butuhkan, roda pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan.

Pada tahun 1980 Presiden Republik Indonesia telah mengganugerakan tanda kehormatan “PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA” kepada Kotamadya Dati II Tebing Tinggi sebagai penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan pembangunan Lima Tahun Kedua, sehingga dinilai telah memberikan kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya.

Gambar 3.2 Pembagian Wilayah Kota Tebing Tinggi

(48)

3.1.2 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi

Kota Tebing Tinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, Negara Republik Indonesia. Merupakan salah satu pemerintahan kota dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Berjarak sekitar 78 km dari Kota Medan (Ibu kota Provinsi Sumatera Utara, 50 km dari Lubuk Pakam, 47 km dari Pematang Siantar dan 97 km dari Parapat. Kota Tebing Tinggi terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Balige dan Siborong-borong.

Dalam jangka panjang (20 tahun, 2006-2025), Kota Tebing Tinggi akan menjadi: “Kota Jasa dan Perdagangan dengan sumberdaya manusia yang berkualitas“. (Perda No 04 Thn 2006 ttg RPJPD Kota Tebing Tinggi)

Gambar 3.3 Kota Tebing Tinggi di Provinsi Sumatera Utara

(49)

Batas wilayah

Kota Tebing Tinggi merupakan kota di dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Batas wilayah adalah sbb:

Tabel 3.1 Batas Wilayah

Utara PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai

Selatan PTPN IV Kebun Pabatu dan perkebunan Paya Pinang,Kabupaten Serdang Bedagai

Barat PTPN III Kebun Gunung Pamela,

Kabupaten Serdang Bedagai

Timur PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber : www.tebingtinggikota.go.id

(50)

Iklim

Kota Tebing Tinggi beriklim tropis dataran rendah. Ketinggian 26 – 24 meter di atas permukaan laut dengan topografi mendatar dan bergelombang. Temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 25° – 27 °C. Sebagaimana kota di Sumatera Utara, curah hujan per tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dengan kelembaban udara 80%-90%.

Luas dan Pembagian Wilayah

Luas wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 38,438 km2 dan terbagi atas 5 (lima) Kecamatan, yaitu:

1. Padang Hilir, Ibukota Kecamatan Padang Hilir berkedudukan di Kelurahan Tebing Tinggi.

2. Padang Hulu, Ibukota Kecamatan Padang Hulu berkedudukan di Kelurahan Pabatu.

3. Rambutan, Ibukota Kecamatan Rambutan berkedudukan di Kelurahan Tanjung Marulak.

4. Tebing Tinggi Kota, Ibukota Kecamatan Tebing Tinggi Kota berkedudukan di Kelurahan Pasar Gambir.

5. Bajenis, Ibukota Kecamatan Bajenis berkedudukan di Kelurahan Teluk Karang.

(51)

Luas wilayah Kota Tebing Tinggi relatif kecil, yaitu hanya 0,05%

dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Tetapi masih lebih luas dibandingkan Kota Sibolga yang hanya 0,02% dari luas total Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Gambaran Umum Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi

Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman Dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi di bentuk berdasarkan Undang-undang, Peraturan pemerintah, Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yaitu:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah

3. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah Kota Tebing Tinggi 4. Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Susunan

Organisasi Perangkat Daerah Kota Tebing Tinggi

Tujuan :

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan, kawasan permukiman dan kebersihan

2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

(52)

hunian dan kawasan pemukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan

4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta

6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

(53)

3.2.2 Struktur Organisasi

KEPALA DINAS

HJ RUSMIATY HARAHAP ST

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS

KASUBBAG UMUM DAN KEPEGWAIAN KASUBBAG. KEUANGAN DAN PROGRAM

KABID. PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM

KABID. KEBERSIHAN DAN PERSAMPAHAN

KASI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

(LPJU), DEKORASI DAN REKLAME

KASI PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PEMAKAMAN

KASI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS

KASI KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN PERSAMPAHAN

KASI ANGKUTAN DAN TPA

KASI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

KABID PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PENDAPATAN DAN PERENCANAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PENYEDIAAN, PELAKSANAAN ADAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PEMANFAATAN, PEMANTAUAN, PENGENDALIAN DAN

(54)

3.2.2 Tugas Dan Fungsi Pokok

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan kebersihan Kota Tebing Tinggi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2016, tanggal 28 Desember 2016 tentang Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah Kota Tebing Tinggi dan di tegaskan dalam Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah, tanggal 30 Desember 2016 memiliki tugas menyelenggarakan pendataan, perencanaan, penyediaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di bidng rumah umum, rumah swadaya, kawasan permukiman, prasarana, sarana, utilitas umum serta kebersihan dan persampahan di Kota Tebing Tinggi.

Dalam menjalankan tugas tersebut, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan menyelenggarakan fungsi:

1. Pendataan, perencanaan, penyediaan, pemantauan dan evaluasi penyediaan rumah umum dan swadaya

2. Pendataan dan perencanaan, pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh, pemanfaatan dan pengendalian kawasan permukiman

3. Perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan, serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman sesuai luasan wilayah yang ditetapkan

(55)

4. Pengembangan sistem dan pengelolaan kebersihan dan persampahan 5. Pelaksanaan administrasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman

dan Kebersihan, serta

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota bersama dengan Menteri Teknis

Kelompok fungsi

A. Fungsi Pendukung

1. Sekretariat Dinas dengan 2 Subbagian Sekretariat Dinas memiliki ttugas melaksanakan perencanaan umum, pemrogaman dan anggaran, pemantauan dan evaluasi, ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kearsipan, penataan organisasi dan tata laksana, koordinasi penyusunan perundangan, pengelolaan barang milik negara, dan kerumahtanggaan kantor. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Dinas menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi kegiatan Dinas

b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Dinas c. Pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,

kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Dinas

d. Penataan organisasi dan tata laksana

e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum

(56)

f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas struktur organisasi sekretariat dinas terdiri atas:

• Subbagian keuangan dan program

• Subbagian umum dan kepegawaian

2. Tugas Subbagian di lingkungan Sekretariat Dinas meliputi

a. Subbagian keuangan dan Program mempunyai tugas melakukan:

1) Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan administrasi anggaran

2) Pelaksanaan koordinasi dan fasilitas penganggaran infrastruktur

3) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan kinerja serta pelaksanaan anggaran

4) Pelaksanaan tata laksana keuangan dan perbendaharaan, satuan kerja, penatausahaan hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan keuangan dinas

5) Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pemrogaman, dan administrasi kerja sama

6) Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan kepala dinas

7) Penyusunan rencana pengelolaan, pengembangan, pengamanan, serta pengendalian mutu data

(57)

8) Penyiapan bahan pelaporan pimpinan dan koordinasi hubungan antar lembaga, dan

9) Pelaksanaan kegiatan strategis dinas.

b. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan:

1) Penyiapan pelaksanaan urusan perencanaan pegawai, pengelolaan, pembinaan, informasi dan arsip kepegawaian 2) Penyiapan penataan organisasi dan tata laksana

3) Pelaksanaan pengelolaan tata naskah dinas dan kearsipan Dinas

4) Pelaksanaan urusan kesehatan, keamanan dan ketertiban lingkungan serta urusan dalam pegawai

5) Pengelolaan dan pelayanan informasi publik, publikasi, dan penyebarluasan informasi Dinas

6) Pelaksanaan penatausahhaan, penyusunan rencana dan program pengelolaan, pengendalian, koordinasi pemantauan, evaluasi, dan penyusunan pelaporan barang milik negara Dinas

7) Pengelolaan perpustakaan dan dokumentasi kegiatan dinas B. Bidang

1. Perumahan dan kawasan permukiman

Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan pendataan, perencanaan, penyediaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di bidang perumahan dan

(58)

kawasan permukiman kota sesuai dengan ketentuan perundangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Perumahan menyelenggarakan fungsi:

a. Pendataan dan perencanaan bidang perumahan dan kawasan permukiman

b. Penyediaan, pelaksanaan dan peningkatan kualitas bidang perumahan dan kawasan permukiman, serta

c. Pemanfaatan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi bidang perumahan dan kawasan permukiman Struktur organisasi Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman terdiri atas:

• Seksi Pendataan dan Perencanaan Perumahan dan Kawasan Permukiman

• Seksi Penyediaan, Pelaksanaan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta

• Seksi pemanfaatan, Pemantauan, Pengendalian dan Evaluasi Perumahan dan Kawasan Permukiman. Tugas Seksi di lingkungan Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi:

1) Seksi Pendataan dan Perencanan mempunyai tugas melakukan pendataan dan perencanaan bidang perumahan (rumah umum, rumah khusus, rumah negara dan rumah komersil serta rumah swadaya) dan kawasan permukiman

(59)

2) Seksi Penyediaan, Pelaksanaan dan Peningkatan kualitas mempunyai tugas melakukan penyediaan (fasilitas rumah umum, ruumah khusus, rumah negara dan rumah komersil serta pemberdayaan dan perencanaan bantuan rumah swadaya ) serta pelaksanaan bidang perumahan dan kawasan permukiman serta penyelenggaraan pola-pola penanganan perumahan dan kawasan permukiman kumuh 3) Seksi Pemanfaatan, Pemantauan, Pengendalian dan

Evaluasi mempunyai tugas melakukan pemantauan dan evaluasi bidang perumahan dan kawasan permukiman serta melakukan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh

2. Bidang Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU)

Bidang PSU mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan penyusunan di bidang PSU perumahan dan kawasan permukiman, perencanaan teknik, penyusunan standar dan pedoman, pelaksanaan bantuan di bidang PSU perumahan dan kawasan permukiman, serta pemantauan dan evaluasi di bidang PSU perumahan dan kawasan permukiman. Dalam melaksanakan tersebut, Bidang Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyediaan PSU Perumahan dan Kawasam Permukiman

(60)

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyediaan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman

c. Penyususnan rencana teknik di bidang penyediaan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman

d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman

e. Failitasi penyediaan laha PSU perumahan dan Kawasan Permukiman

f. Pelaksanaan pemanfaatan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi di bidang Penyediaan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman. Struktur Organisasi Bidang Prasarana dan Sarana Umum terdiri atas:

• Seksi LPJU, Dekorasi dan Reklame

• Seksi Pengelolaan rth dan Pemakaman

• Seksi Pengendalian dan Evaluasi Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum.

3. Bidang kebersihan dan persampahan

Bidang Kebersihan dan Persampahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan kebersihan, persampahan, sarana dan prasarana serta pengelolaan dan pengembangan TPA. Dalam melaksanakan tugas tersebut. Bidang Kebersihan dan Persampahan menyelenggarakan fungsi:

(61)

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kebersihan dan persampahan (sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga)

c. Penyusunan rencana teknik di bidang kebersihan dan persampahan

d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria Pengelolaan kebersihan dan persampahan

e. Fasilitas sarana dan Prasarana pengelolaan kebersihan dan persampahan

f. Fasilitas penyediaan lahan serta pengembangan teknologi TPA g. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang persampahan.

Struktur Organisasi Bidang Persampahan terdiri atas:

• Seksi Kebersihan Lingkungan dan Persampahan

• Seksi Angkutan dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

• Seksi Pengendalian dan Evaluasi Pengelolaan Persampahan.

Tuga Seksi di lingkungan Bidang Persampahan meliputi:

1) Seksi Kebersihan Lingkungan dan Persampahan mempunyai tugas melaksanakan dan meningkatkan pelayanan kebersihan, pengurangan dan pemanfaatan sampah

(62)

2) Seksi Angkutan dan TPA mempunyai tugas melakukan pengangkutan sampah dan pengelolaan TPA serta penyiapan pengembangan teknologi tepat guna dalam pengelolaan TPA

3) Seksi Pengendalian dan Evaluasi Pengelolaan Persampahan mempunyai tugas melakukan pengendalian terhadap pengelolaan kebersihan dan persampahan

(63)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang di teliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer.

4.1 Pelaksanaan Wawancara

Pelaksanaan wawancara dilakukan di Kantor Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada pegawai Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Kebersihan Kota Tebing Tinggi yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan daalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara ini ada beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti yaitu yang pertama membuat perjanjian dengan informan untuk melakukan wawancara. Pada tahapan wawancara ini membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. Hal ini disebabkan oleh

Gambar

Tabel 1.1 Matrik SWOT
Gambar 3.1 Tanjung Marulak, Kelurahan Tebing Tinggi Lama,  Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi
Gambar 3.2 Pembagian Wilayah Kota Tebing Tinggi
Gambar 3.3 Kota Tebing Tinggi di Provinsi Sumatera Utara
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sebagai Pengurus Provinsi PASI DIY masa bakti 2006-2010 Jabatan : ANGGOTA KOMttK.

3.4 Mengemukakan  makna bersatu  dalam  keberagaman di  lingkungan sekitar 4.4 Berperilaku sesuai  dengan makna  bersatu dalam  keberagaman di  lingkungan sekitar

[r]

Dengan bantuan komputer dan pemanfaatan fungsi Applet yang telah disediakan oleh bahasa pemrograman Java serta Microsoft Access, MapInfo Professional 7.0 ini dapat memberi

seluruh pesefia dengan ini diumumkan Daftar Pendek Calon Pesefta Seleksi Sederhana yang memenuhi syarat.. Bagi Konsultan yang lulus prakualifikasi akan diundang

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Nomor: }27ll}lPokja 5lPTOl20l2 Tanggal 19 April 2012, maka dengan ini diumumkan Pemenang Pelelangan untuk

[r]

Ruang Milik Jalan adalah ruang manfaat, Jalan dan sejalur tana tertentu diluar Ruang manfaat Jalan, yang merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh