• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perhatian Orang Tua

3. Hanya sedikit siswa yang memiliki ketertarikan pada mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep pada pelajaran PKn.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada tiga poin :

1. Perhatian orang tua kepada anaknya.

2. Motivasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas V semester II di

SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah penanaman jati diri ke dalam diri anak, yang menyangkut didalamnya menghargai, moral dan cinta tanah air yang kemudian ditanamkan dalam sikap dan

16

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah (Ibu Latifah) dan observasi langsung peneliti di SDN 05 PG, Kecamatan mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada tanggal 2 mei 2016.

perilaku hidupnya sehari-hari sehingga siswa menjadi senang dan mudah dalam memahami pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu : “Apakah Ada Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

F. Manfaat Penelitian

Tentunya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru, orang tua, siswa, maupun sekolah, manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

Dapat menambah informasi serta wawasan guru agar mengajak dan terus menghimbau kepada orang tua untuk memberikan banyak perhatian kepada anak sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Bagi orang tua

Agar orang tua lebih banyak memeberikan perhatian kepada anaknya, sehingga anak selalu mendapatkan perhatian, arahan, wawasan, dan sebagainya.

3. Bagi siswa

Dapat mendorong siswa menerapkan kandungan dan lebih memahami nilai-nilai dari Pendidikan Kewarganegaraan .

4. Bagi sekolah

9 A.Deskripsi Teoritik

1. Definisi Perhatian Orang tua a)Pengertian Perhatian

Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Jika seseorang sedang berjalan di jalan besar, ia sadar akan adanya lalu lintas di sekelilingnya, akan kendaraan dan orang-orang yang lewat, akan toko-toko yang ada di tepi jalan. Dalam keadaan seperti ini kita tidak mengatakan bahwa ia menaruh perhatian atau perhatiannya tertarik akan hal-hal di sekelilingnya. Tetapi jika kemudian kita lihat ia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya dan kemudian bercakap-cakap dengannya, maka kita dapat mengatakan bahwa orang tersebut berada dalam keadaan sedang memperhatikan, yaitu ia mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu, dalam hal ini tentang orang yang dikenalnya itu, dalam tingkat yang lebih terinci.17

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Pentingnya perhatian dalam menyerap pelbagai informasi tertera dalam Q.S Qaf : 37

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”.

17

Slamento, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. 5, h. 105

Para pendidik harus mengupayakan agar peserta didiknya dapat menyerap, memahami dan mempelajari pelajaran yang diberikan. Salah satu metode yang digunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan perhatian pada perintah, larangan dan anjuran adalah metode kisah. Selain itu, diantara hal-hal yang dapat membantu pemusatan perhatian dan memudahkan proses belajar dan pemahaman adalah penyampaian pengertian-pengertian yang abstrak dengan cara yang sederhana melalui perumpamaan yang riil dan dapat diindera (Najati dalam Fadhilah, 2005)18

b)Macam-macam Perhatian

Suryabrata menambahkan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi:19 1)Atas dasar intensitasnya:

Perhatian intensif

Perhatian tidak intensif 2)Atas dasar timbulnya:

Perhatian spontan (perhatian tak disengaja, perhatian sekehendak)

Perhatian disengaja (perhatian sekehendak), perhatian reflektif 3)Atas dasar luasnya obyek:

Perhatian terpencar (distributif)

Perhatian terpusat (konsentratif)

Dari macam-macam perhatian diatas, orang yang paling banyak memberikan perhatiannya adalah orang tua. Orang tua terdiri dari Ayah dan Ibu. Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang selalu memberikan makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan dengan, 1) Ayah dan Ibu kandung 2) Orang tua 3) Orang yang dianggap

18

Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 112.

19

tua (cerdik, pandai dan ahli dan sebagainya) 4) Orang yang dihormati (disegani) dikampung. 20

Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.21

Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.22 Berkenaan dengan hal tersebut, menurut John Locke bahwasanya ”manusia terlahir dalam keadaan bersih bagaikan secarik kertas kosong yang belum ditulisi apa-apa”.23 Kendatipun teori John Locke ini berbeda dalam implikasinya dengan konsep fitrah dalam Al-Quran, akan tetapi dari satu sisi memiliki kesamaan, yaitu bahwa manusia itu dapat dikembangkan baik ke arah positif maupun ke arah negatif.

ﻲﻠﻋ ﺪﻟﻮﯾ دﻮﻟﻮﻣ ﻞﻛ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﷲا لﻮﺳﺮﻟﺎﻗ لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ ﮫﻧﺎﺴﺠﻤﯾ وا ﮫﻧاﺮﺼﻨﯾوا ﮫﻧادﻮﮭﯾ هاﻮﺑﺎﻓ ةﺮﻄﻔﻟا

)

ﻲﻘﺤﯿﺒﻟا هاور

(

Dari Abu Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tualah yang menjadikan ia (anak tersebut) beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi “ (HR. Imam Baihaqi).

Hadis di atas menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir oleh anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang

20

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 629.

21

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 20, h. 82.

22

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 67 23

Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, (Bandung: Alfabeta), h. 47.

mungkin dapat dimodifikasikan atau dapat diubah secara drastis menakala lingkungannya tidak memungkinkan menjadikannya lebih baik.24

Manusia dalam proses pendidikan adalah inti utama sehingga pendidikan sangat berkepentingan mengarahkan manusia kepada tujuan tertentu. Seorang pendidik akan terbantu dalam profesinya jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah dasar manusia. Pendidikan bakal mengalami kegagalan, kecuali dibangun atas konsep yang jelas mengenai fitrah manusia, sebab kenyataannya hasil-hasil pendidikan banyak dipengaruhi konsep pendidik tentang fitrah manusia.25

Orang tua akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

ﻨﺋاﻮﻗاﻮﻨﻣاء ﻦﯾﺬﻟاﺎﮭﯾاﺎﯾ رﺎﻧ ﻢﻜﯿﻠھاو ﻢﻜﺴﻔ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S. At Tahrim: 6)

Pada ayat di atas mengandung makna, bahwa yang sangat berperan penting dalam mewujudkan anak yang beriman dan bertakwa adalah orang tua. Karena orang tua menjadi pelindung bagi anak-anaknya agar terhindar dari perbuatan dosa.

Menurut Cicih Sukaesih, perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas.26

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa perhatian orang tua adalah segala bentuk energi psikis dan emosi

24

Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 62, cet. 2 25

Siti Nadirah, Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi,

LenteraPendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Vol. 16, 2013, h. 191 26

Cicih Sukaesih, “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di Sdn Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h.11.

yang diberikan seorang pembiming baik orangtua atau wali kepada anak atau anak didik dalam aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu . Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak di antaranya sebagai berikut:27

1) Konsep pendidikan anak dan tujuannya.

2) Mencari informasi tentang pendidikan anak sebanyak-banyaknya. 3) Memahami kiat mendidik anak secara praktis, sehingga setiap gejala

perkembangan anak dapat ditanggapi secara cepat.

4) Tanamkan nilai pada diri sendiri dulu sebelum ditransfer pada anak-anak.

5) Mengajarkan pada anak untuk mengenal dan menghafal Al-Qur’an sejak sedini mungkin agar dasar Agama tertanam kokoh dalam diri anak.

6) Ciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung keberhasilan penanaman nilai kepada anak.

c) Bentuk Perhatian Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut: 28

1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

27

Bunda Pathi, Mendidik Anak dengan Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Qasis), h. 48. 28

3. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

Keteladanan orang tua menjadi sangat penting dalam perkembangan jiwa anak. Jika orang tua selalu memberikan contoh dalam pelaksanaan ibadah, baik dalam bentuk perkataan, maupun perbuatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak anak akan memiliki akhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Sifat teladan bagaikan magnet yang dapat menarik anak mengikuti apa yang mereka lihat sendiri. Tidak ada yang meragukan betapa efektifnya sikap tauladan orang tua dalam mendidik anak.

Disinilah peran penting orang tua, mereka dituntut mampu memainkan peran edukatifnya dengan memberikan pendidikan terutama pendidikan keagamaan yang benar sekaligus sebagai figur identifikasi bagi anak-anaknya. Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai agama, baik melalui contoh, perbuatan, perlakuan, kata-kata dan sebaginya. Segala yang anak lihat dan anak rasakan di dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya, akan menjadi contoh dan panutan bagi anak.

d)Peranan Orang Tua Terhadap Anak

Menurut ST. Vembriarto, keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak; yaitu:29

1) Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.

29

2) Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman)

3) Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

4) Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat.

5) Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.

6) Fungsi keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama.

Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.

2. Definisi Motivasi Belajar a)Pengertian Motivasi

Menurut Purwa Atmaja Prawira, motivasi memiliki akar kata dari bahasa Latin movere, yang berarti bergerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi dapat diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat bergerak.30

30

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 319.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.31

Pemberian motivasi adalah salah satu teknik yang dapat meningkatkan semangat dan keinginan belajar siswa. Manusia pada hakikatnya selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Dorongan dan motivasi dari seorang guru terhadap siswanya akan dapat memompa semangat siswa untuk memiliki keinginan kuat guna mencari dan meneliti apa yang hendak diketahuinya.32

Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc Donald yang dikemukakan mengandung 3 elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysilogical” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia tapi

31

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 19, h.73-75.

32

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”, (Jakarta : Tazkia Publishing, 2011), cet. 2, jilid. 6, h. 112.

kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.33

Abraham Maslow (1943; 1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid. Manusia memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan tersebut dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan psikologis yang kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.34

Aktualisasi Diri Penghargaan

Sosial Keamanan

Fisiologis

Gambar 11.1 kebutuhan pokok manusia menurut Maslow

Kebutuhan pokok tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :35 a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya); b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari

bahaya);

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki);

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan);

33

SardimanA.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. 23, h. 73-74.

34

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 1, h. 314.

35

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku. Yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas prestasinya.

Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.36

b)Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.37

1) Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris of Learning (1975) menyatakan bahwa : ‘Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”

2) Gagne, The Conditions of Learning (1975) menyatakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

36

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 4, h. 8.

37

ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” 3) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978)

mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

4) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”

Perubahan yang dialami seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika tangan seseorang menjadi bengkok karena tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut. Padahal jika kita renungkan, sesungguhnya belajar adalah merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar

yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik, khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 38

Sementara itu, menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, di sini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut :39

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan

c) Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Menurut Winkel, “Dilihat dari sumbernya motivasi belajar ada dua jenis, yaitu: (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”.40

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik

38

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. 5, h. 2.

39

Abdul Rahman Shales, Psokologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 4, h. 206.

40

sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.41

d)Fungsi Motivasi dalam Belajar

Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat penting peranannya. Motivasi diartikan penting tidak hanya bagi pelajar, tetapi juga bagi pendidik, dosen, maupun karyawan sekolah, karyawan perusahaan.42

Menurut Sardiman, dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang akan dikehendaki akan tercapai.43

Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:44

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

41

John W. Santrock, “Psikologi Pendidikan”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 2, h. 510.

42

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 320.

43

Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 2, h. 156.

44

Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h. 156-157.

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk nelajar, tetapi karena

Dokumen terkait