Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
NUSAIBAH
NIM. 1112018300011
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada pendidikan kewarganegaraan. Penelitian menggunakan metode korelasi non-eksperimen dan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang berjumlah 28 orang yang diambil menggunakan sampel quota sampling. Variabel penelitiannya adalah perhatian orang tua dan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang sedang atau cukup antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa di SDN 05 Pagi Jakarta. Hal tersebut dibuktikan pada hasil skor angket yang di bagikan kepada siswa kelas V dengan perhitungan korelasi
product moment. Adapun hasil korelasi product moment yaitu 0,664 yang besarnya berkisar antara 0,41 – 0,70 berarti “Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang cukup”. Dengan demikian, “Hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tergolong cukup”.
ii
Parents With Citizenship Education Student Class V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan South Jakarta. Government Elementary School Teacher Education Programs. Tarbiyah and Teaching Faculty, State Islamic University of Jakarta.
The purpose of this study was to determine the relationship of parent's attention to the motivation of students in civic education. The study used a non-experimental correlation method and using questionnaire and interview as data collection techniques. The subjects were fifth grade students of SDN 05 Pagi South Jakarta totaling 28 people who were taken using a sample quota sampling. Research variables are the concern of parents and students' motivation. The results of this study is that a relationship is or quite the attention of parents with students' motivation in SDN 05 Pagi Jakarta. This is evidenced in the results of questionnaire scores were distributed to students of class V with product moment correlation calculations. The results of product moment correlation is 0.664 which amounts ranging from 0.41 to 0.70 means "Between the variables X and Y are enough correlation". Thus, "The relationship between parents 'attention to the students' motivation on the subjects of civic education is quite".
iii
ridho-Nya, serta memanjatkan untaian syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat dan karunianya kepada penulis, sehingga mempermudah
dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd).
Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan Baginda Nabi
Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga,
sahabat, dan ummatnya hingga akhir zaman.
Setelah bimbingan dan mendapat beberapa revisi oleh dosen, akhirnya
penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa” (Studi Penelitian di kelas V SDN 05 PG) telah selesai disusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak
terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah
SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu menyelesaian
skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Khalimi, M.Ag.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Penasehat
Akademik yang senantiasa sabar, memberikan arahan, semangat, dukungan,
masukan, serta memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan
iv
5. Hj. Latifah, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
6. Nur Silah, S.Pd., selaku Guru Kelas V SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang
telah memberikan kesempatan dan bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan
penelitian.
7. Seluruh staf guru dan karyawan Sekolah SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang
selalu membantu dan memberikan arahan selama penulis melakukan
penelitian.
8. Teruntuk Abiku Muhammad Sahal dan ibuku tersayang Fauziah, ku
persembahkan gelar ini untuk kalian. Terima kasih karena kalian sudah
menjadi penguatku, terima kasih atas do’a yang tiada henti kalian panjatkan
demi kebahagiaan serta kesuksesanku, terima kasih atas semangat serta
fasilitas yang kalian berikan untukku.
9. Teruntuk Kakakku Abdullah Azzam, S.Pd.I, yang telah membantu
meluangkan waktunya dalam membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi. Dan adik-adikku tercinta terima kasih atas do’a yang tiada henti
kalian panjatkan dan bantuan kalian selama penulis menyelesaikan skripsi.
10. Teruntuk suamiku tercinta Muhammad Rusdi, SE., yang selalu menemani
serta membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Teruntuk sahabatku Uswatun Hasanah, Ilma Amaliya, Rahmawati, Roayati
Maftuhatul Jannah, Irniyanti, dan sahabat-sahabat PGMI A 2012,
terimakasih atas motivasi, semangat, hiburan dan bantuan kecil hingga
bantuan besar kalian selama penulis menyelesaikan skripsi.
12. Teruntuk teman seperjuangan PGMI 2012, terima kasih atas
kenangan-kenangan terindah selama masih berada di bangku perkuliahan.
13. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas
v
kebaikan. Amin. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Amiin ya Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, 14 Oktober 2016
vi
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 7
C.Pembatasan Masalah ... 7
D.Perumusan Masalah ... 8
E.Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Landasan teoritis ... 9
1. Definisi Perhatian Orang Tua ... 9
a) Pengertian Perhatian ... 9
b) Macam-macam Perhatian ... 10
c) Bentuk Perhatian Orang Tua Dalam Pendidikan Anak... 13
d) Peranan Orang Tua Terhadap Anak ... 14
2. Definisi Motivasi Belajar ... 15
a) Pengertian Motivasi ... 15
b) Pengertian Belajar ... 18
c) Jenis-Jenis Motivasi Belajar ... 20
d) Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 21
vii
c) Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Semester 2 ... 25
B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 28
C.Kerangka Berpikir ... 29
D.Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 32
B.Metode Penelitian ... 32
C.Populasi Dan Sampel ... 33
1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 33
D.Teknik Pengumpulan Data ... 34
E.Teknik Analisa Data ... 35
1. Validitas ... 38
2. Reliabilitas ... 38
F. Hipotesis Statistik ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi data ... 41
B.Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 42
1. Uji Validitas ... 42
2. Uji Reliabilitas ... 44
C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 45
1. Perhatian Orang Tua ... 45
2. Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa ... 49
3. Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa... 56
viii
B.Implikasi ... 61
C.Saran ... 61
ix
Tabel 3.2 Bobot Skor Kuisioner Skala Likert ... 35
Tabel 3.3 Interpretasi “r” Product Moment ... 36
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba ... 37
Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas ... 39
Tabel 4.1 Hasil Persentase Tabulasi Angket ... 41
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Perhatian Orang Tua (X) ... 43
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Belajar (Y) ... 44
Tabel 4.4 Koefisien Reliabilitas ... 44
Tabel 4.5 Orang tua memberikan contoh hidup disiplin. ... 45
Tabel 4.6 Orang tua mengajarkan berkata bohong. ... 46
Tabel 4.7 Orang tua mengajak saya terlibat dalam setiap kegiatan keluarga dan masyarakat. ... 46
Tabel 4.8 Orang tua memberikan makanan menyehatkan dirumah. ... 47
Tabel 4.9 Orang tua mengantarkan saya ke sekolah. ... 47
Tabel 4.10 Orang tua membiarkan saya pergi ke sekolah sendiri. ... 48
Tabel 4.11 Orang tua menghargai perkataan saya. ... 48
x
Tabel 4.15 Saya mendapat sarapan pagi yang menyehatkan dari orang tua. ... 50
Tabel 4.16 Saya tidur larut setiap harinya. ... 51
Tabel 4.17 Saya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan berani ... 52
Tabel 4.18 Saya takut pergi ke sekolah sendiri.. ... 52
Tabel 4.19 Saya giat belajar PKn karena mendapat dorongan dari teman-teman. .. 53
Tabel 4.20 Saya malu maju ke depan kelas jika disuruh oleh guru. ... 53
Tabel 4.21 Saya belajar lebih giat jika memperoleh pujian dari orang lain. ... 54
Tabel 4.22 Guru mengabaikan keberhasilan saya pada pelajaran PKn.. ... 54
Tabel 4.23 Saya menjawab pertanyaan dari guru PKn dengan baik ... 55
Tabel 4.24 Saya lebih banyak diam ketika pembelajaran berlangsung. ... 55
xi Lampiran 1 : Profil Sekolah
Lampiran 2 : Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 3 : Hasil Skor Uji Coba Variabel X
Lampiran 4 : Hasil Skor Uji Coba Variabel Y
Lampiran 5 : Hasil Uji Validitas X
Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Y
Lampiran 7 : Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 8 : Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 9 : Angket Perhatian Orang tua
Lampiran 10 : Angket Motivasi Belajar
Lampiran 11 : Hasil Tabulasi Skor Angket Penelitian di Kelas V
Lampiran 12 : Rekapitulasi Data Penelitian Variabel X dan Variabel Y
Lampiran 13 : Wawancara Orang Tua Siswa
Lampiran 14 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 15 : Surat Izin Penelitian
1
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kita menghadapi situasi dilema yang sangat luar biasa.
Dimana pendidikan kita seperti terjajah oleh situasi atau keadaan yang
sangat kompleks. Gempuran-gempuran ini menjadi paradox bagi dunia
pendidikan kita. Seperti halnya teknologi informasi yang mebutuhkan
kemampuan daya saring yang pada akhirnya akan memberikan efek
positif bagi dunia pendidikan. Hal ini memerlukan peranan kerjasama
seluruh komponen terutama pemerintah. Agar proses penyerapan
pendidikan menjadi sempurna.
Memberikan perhatian khusus terhadap dunia pendidikan. Kemudian
memperhatikan kebutuhan dari setiap klasifikasi yang harus diberikan
secara proporsional akan memberikan dampak positif.
Seluruh komponen masyarakat yang berperan seperti orang tua, guru,
media, serta lainnya. Baik secara langsung ataupun tidak haruslah
menyadari batapa komponen-komponen ini akan sangat mempengaruhi
dunia pendidikan kita. Dengan harapan, kita dapat bersinergi sehingga
seluruh prosesnya berjalan dengan sangat baik.
Perhatian orang tua menjadi salah satu peran yang sangat penting.
Untuk memberikan pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak.
Kesadaran, kemampuan internal pribadi orang tua tidak boleh dinafikkan.
Sehingga orangtua secara khusus dapat dan ikut belajar sehinnga mampu
untuk memberikan pengajaran bagi anak-anak.
Pendidikan dimulai dalam keluarga atas anak (infant) yang belum
mandiri, kemudian diperluas di lingkungan tetangga atau komunitas
sekitar (millieu), lembaga prasekolah, persekolahan formal dan lain-lain
besar (lingkup makro) dengan pendidikan dimulai dari guru
rombongan/kelas yang mendidik secara mikro dan menjadi pengganti
orang tua (Rasyidin, 2007:36)1
Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar
budaya bangsa Indonesia terdapat 1 dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu UU No. 29 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 29
Tahun 2003 tersebut, dikatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.”2
Sarlito Wirawan Sarwono dalam makalahnya Remaja dalam Era
Industri dan Komunikasi menjelaskan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan nilai-nilai manusia.
Perubahan ini semakin memudarkan nilai-nilai moral dalam masyarakat,
yang pada gilirannya menuntut masyarakat menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang sedang berlangsung, atau tidak sama sekali. Untuk
kemudian dilindas dan tertinggal (Sarlito Wirawan, 1988: 2)3
Pendidikan anak merupakan kewajiban serta tanggung jawab orang
tua, dan bermula dari rumah. Setiap rumah tangga berbeda dengan yang
lainnya, masing-masing mempunyai ciri khas, dan di setiap rumah tangga
orang tua adalah pemimpin.4
Sebagai pemimpin, orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan,
mengawasi, mempengaruhi, dan menggerakkan si anak agar mau belajar
dengan penuh gairah. Untuk memotivasi anak sebaiknya orang tua harus
1
Sukardjo dan Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h. 9.
2
Ibid., h. 14.
3
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan
Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka setia, 2013), h. 235.
4
Ali Samil H., Panduan Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih
mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik
dengan anak.5
Memiliki kepribadian yang mantap dalam nuansa moralitas bagi orang
tua (ayah dan ibu) dalam suatu rumah tangga, tampaknya bukan sesuatu
hal yang mudah. Nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip kemerdekaan,
persamaan, dan saling terima tidak gampang diterapkan dalam cara
berpikir dan bertindak pada suatu keluarga.6
Banyak orang tua yang melupakan bahwa hal yang paling penting
bagi anak adalah perhatian orang tuanya. Anak ingin mendapat
tanggapan, ingin dihargai, ingin mengutarakan isi hati. Menghargai anak
sangatlah penting, karena bisa jadi nilai rendah pada saat ulangan adalah
bentuk protes dirinya dan anak akan bersikap “Masa bodo”.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang labil, naik-turun, tidak
mantap dan mudah berubah. Sementara, masa ini diyakini sebagai masa
yang sangat penting bagi warna hidup seseorang kelak. Para psikolog
aliran Freudian berpandangan bahwa manusia ditentukan oleh masa lima
tahun pertama dalam kehidupannya. Pepatah yang terkenal di dunia
Islam mengatakan, “Belajar di waktu kecil bagai melukis di atas batu,
sedangkan belajar di waktu besar bagai melukis di atas air.”7
Ibnul Jauzi mengatakan, “Pembentukan yang utama ialah pada masa
kanak-kanak. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang
kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya, maka akan
sukarlah untuk meluruskannya. Pendidikan budi pekerti anak wajib
dimulai dari rumah dalam keluarga sejak masa kanak-kanak. Jangan
dibiarkan anak-anak tanpa pendidikan. Jika anak dibiarkan saja tanpa
diperhatikan dan tidak dibimbing, ia akan melakukan kebiasaan yang
5 Ibid. 6
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Intelektual, Emosional,
dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006), cet. 1, h. 78-79.
7
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai
kurang baik, dan kelak akan sukar baginya meninggalkan kebiasaan
buruk tersebut.8
Masa pendidikan di sekolah dasar, merupakan kesempatan pertama
yang sangat baik, untuk membina pribadi anak setelah orang tua.
Seandainya guru-guru (baik guru umum, maupun guru agama), di
sekolah dasar itu memiliki persyaratan kepribadian dan kemampuan
untuk membina pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai
bertumbuh ke arah yang kurang baik, dapat segera diperbaiki. Dan anak
yang dari semula telah mempunyai dasar yang baik dari rumah dapat
dilanjutkan pembinaannya dengan cara yang leih sempurna lagi.9
Marvin Bekowitz dari University of Missouri-Louis, dalam buletin
Character Educator, yang diterbitkan Character Educator Partnership
menjelaskan bahwa ada peningkatan motivasi siswa sekolah dalam
meraih prestasi akademik sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan
karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam
pendidikan karakter menunjukkan adanya Emotional Intellegence and
School Success drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.10
Dalam islam, konsep pendidikan adalah menyeluruh yang tercermin
dari manusia yang holistik. Kepribadian yang holistik terimplementasi
dari dari mendayaupayakan semua potensi yang telah dianugerahkan
Allah SWT. Adapun potensi diri yang diberikan Allah kepada manusia
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), cet. 17, h. 68.
10
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan
6. Potensi sosial (Ahmad Fikri, 2010: 5)
Apabila semua potensi di atas diimplementasikan dalam kehidupan,
karakter atau akhlak mulia pada anak didik akan terbentuk. Hal itu akan
tercapai apabila orang tua di rumah, guru di sekolah, masyarakat di
lingkungan sosial mendidik dan mengarahkan anak untuk
mengembangkan potensi tersebut dalam kehidupan nyata. Apabila hal
tersebut diabaikan, kepribadian anak akan terpecah.11
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal
tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari
kondisi internal tersebut adalah “motivasi”.12
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas
motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.13
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi yang sama
pentingnya, yakni sisi proses dan sisi hasil belajar. Proses belajar
berkaitan dengan pola perilaku siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran; sedangkan hasil belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Hasil belajar
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan proses belajar.14
Dengan kata lain, bagaimana seharusnya siswa belajar, akan sangat
ditentukan oleh apa hasil yang ingin diperoleh oleh siswa. Manakala
kriteria keberhasilan belajar siswa diukur dari seberapa banyak materi
pelajaran dapat dikuasai siswa, akan berbeda proses belajar yang
dilakukan dengan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana
11
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Loc. Cit, h. 248-249.
12
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 4, h.1.
13 Ibid. 14
siswa dapat memanfaatkan potensi otaknya untuk memecahkan suatu
persoalan.15
Setiap Orang tua dan Guru pasti menginginkan anak atau peserta
didiknya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Motivasi akan
muncul jika adanya suatu dorongan. Dorongan yang paling kuat adalah
dorongan dari keluarga sendiri terutama Orang tua. Motivasi yang
didapati anak dari orang tuanya tidak selalu berupa perkataan ataupun
nasihat. Namun bisa juga berupa pembiasaan yang selalu dicontohkan
orang tua mereka terhadap dirinya.
Dari perhatian yang selalu dilakukan orang tua di rumah terhadap
anaknya, akan tertanam pada jiwa anak rasa senang. Rasa senang itu
menjadi motivasi bagi anak untuk belajar giat manakala orang tua
menyuruhnya untuk belajar ataupun yang lainnya.
Fakta yang ditemukan dilapangan, dalam kegiatan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas banyak siswa yang bergurau
dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan di depan kelas. Beberapa siswa ada yang izin kekamar
mandi, tapi kenyataannya mereka berkeliaran diluar kelas bercanda
dengan temannya. Dan ada juga siswa yang duduk dengan wajah
bertopang tangan.
Kondisi ekonomi orang tua siswa di sekolah ini tergolong menengah
kebawah. Sebagian rumah yang mereka huni terbilang sempit. Mayoritas
latar belakang orang tua bekerja sebagai buruh, wiraswasta, satpam, dan
karyawan. Banyak orang tua dari siswa di sekolah ini yang ibu dan
ayahnya sama-sama bekerja untuk menambah pemasukan keluarga.
Karena terlalu sibuknya mereka diluar, seorang anakpun kurang
diperhatikan bagaimana nilai yang ia dapat di sekolah, bagaimana
kondisi anaknya ketika di sekolah, berkelahikah dengan temannya atau
terlalu pasifkah ia di kelas. Motivasi yang didapatkan dirumah sangat
minim sekali. Pemahaman orang tua terhadap pendidikan anak belum
sepenuhnya dipahami.16
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara
Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa” (Studi penelitian di kelas V SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan-permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan, yaitu :
1. Perhatian Orang tua terhadap belajar anak masih rendah.
2. Siswa kurang mendapat motivasi belajar dari Orang tua.
3. Hanya sedikit siswa yang memiliki ketertarikan pada mata pelajaran
pendidikan Kewarganegaraan.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep pada pelajaran
PKn.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah
pada tiga poin :
1. Perhatian orang tua kepada anaknya.
2. Motivasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas V semester II di
SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah penanaman
jati diri ke dalam diri anak, yang menyangkut didalamnya menghargai,
moral dan cinta tanah air yang kemudian ditanamkan dalam sikap dan
16
perilaku hidupnya sehari-hari sehingga siswa menjadi senang dan mudah
dalam memahami pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah
penelitian yaitu : “Apakah Ada Hubungan Antara Perhatian Orang Tua
Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
F. Manfaat Penelitian
Tentunya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru,
orang tua, siswa, maupun sekolah, manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi guru
Dapat menambah informasi serta wawasan guru agar mengajak dan
terus menghimbau kepada orang tua untuk memberikan banyak
perhatian kepada anak sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Bagi orang tua
Agar orang tua lebih banyak memeberikan perhatian kepada anaknya,
sehingga anak selalu mendapatkan perhatian, arahan, wawasan, dan
sebagainya.
3. Bagi siswa
Dapat mendorong siswa menerapkan kandungan dan lebih memahami
nilai-nilai dari Pendidikan Kewarganegaraan .
4. Bagi sekolah
9 A.Deskripsi Teoritik
1. Definisi Perhatian Orang tua a)Pengertian Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Jika seseorang sedang berjalan di jalan besar, ia sadar akan adanya lalu lintas di sekelilingnya, akan kendaraan dan orang-orang yang lewat, akan toko-toko yang ada di tepi jalan. Dalam keadaan seperti ini kita tidak mengatakan bahwa ia menaruh perhatian atau perhatiannya tertarik akan hal-hal di sekelilingnya. Tetapi jika kemudian kita lihat ia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya dan kemudian bercakap-cakap dengannya, maka kita dapat mengatakan bahwa orang tersebut berada dalam keadaan sedang memperhatikan, yaitu ia mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu, dalam hal ini tentang orang yang dikenalnya itu, dalam tingkat yang lebih terinci.17
Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Pentingnya perhatian dalam menyerap pelbagai informasi tertera dalam Q.S Qaf : 37
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”.
17
Para pendidik harus mengupayakan agar peserta didiknya dapat menyerap, memahami dan mempelajari pelajaran yang diberikan. Salah satu metode yang digunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan perhatian pada perintah, larangan dan anjuran adalah metode kisah. Selain itu, diantara hal-hal yang dapat membantu pemusatan perhatian dan memudahkan proses belajar dan pemahaman adalah penyampaian pengertian-pengertian yang abstrak dengan cara yang sederhana melalui perumpamaan yang riil dan dapat diindera (Najati dalam Fadhilah, 2005)18
b)Macam-macam Perhatian
Suryabrata menambahkan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi:19 1)Atas dasar intensitasnya:
Perhatian intensif
Perhatian tidak intensif
2)Atas dasar timbulnya:
Perhatian spontan (perhatian tak disengaja, perhatian sekehendak)
Perhatian disengaja (perhatian sekehendak), perhatian reflektif
3)Atas dasar luasnya obyek:
Perhatian terpencar (distributif)
Perhatian terpusat (konsentratif)
Dari macam-macam perhatian diatas, orang yang paling banyak memberikan perhatiannya adalah orang tua. Orang tua terdiri dari Ayah dan Ibu. Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang selalu memberikan makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan dengan, 1) Ayah dan Ibu kandung 2) Orang tua 3) Orang yang dianggap
18
Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 112.
19
tua (cerdik, pandai dan ahli dan sebagainya) 4) Orang yang dihormati (disegani) dikampung. 20
Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.21
Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.22 Berkenaan dengan hal tersebut, menurut John Locke bahwasanya ”manusia terlahir dalam keadaan bersih bagaikan secarik kertas kosong yang belum ditulisi apa-apa”.23 Kendatipun teori John Locke ini berbeda dalam implikasinya dengan konsep fitrah dalam Al-Quran, akan tetapi dari satu sisi memiliki kesamaan, yaitu bahwa manusia itu dapat dikembangkan baik ke arah positif maupun ke arah negatif.
ﻲﻠﻋ ﺪﻟﻮﯾ دﻮﻟﻮﻣ ﻞﻛ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﷲا لﻮﺳﺮﻟﺎﻗ لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ ﮫﻧﺎﺴﺠﻤﯾ وا ﮫﻧاﺮﺼﻨﯾوا ﮫﻧادﻮﮭﯾ هاﻮﺑﺎﻓ ةﺮﻄﻔﻟا
)
ﻲﻘﺤﯿﺒﻟا هاور
(
Dari Abu Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tualah yang menjadikan ia (anak tersebut) beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi “ (HR. Imam Baihaqi).
Hadis di atas menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir oleh anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 629.
21
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 20, h. 82.
22
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 67 23
mungkin dapat dimodifikasikan atau dapat diubah secara drastis menakala lingkungannya tidak memungkinkan menjadikannya lebih baik.24
Manusia dalam proses pendidikan adalah inti utama sehingga pendidikan sangat berkepentingan mengarahkan manusia kepada tujuan tertentu. Seorang pendidik akan terbantu dalam profesinya jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah dasar manusia. Pendidikan bakal mengalami kegagalan, kecuali dibangun atas konsep yang jelas mengenai fitrah manusia, sebab kenyataannya hasil-hasil pendidikan banyak dipengaruhi konsep pendidik tentang fitrah manusia.25
Orang tua akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:
ﻨﺋاﻮﻗاﻮﻨﻣاء ﻦﯾﺬﻟاﺎﮭﯾاﺎﯾ رﺎﻧ ﻢﻜﯿﻠھاو ﻢﻜﺴﻔ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S. At Tahrim: 6)
Pada ayat di atas mengandung makna, bahwa yang sangat berperan penting dalam mewujudkan anak yang beriman dan bertakwa adalah orang tua. Karena orang tua menjadi pelindung bagi anak-anaknya agar terhindar dari perbuatan dosa.
Menurut Cicih Sukaesih, perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas.26
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa perhatian orang tua adalah segala bentuk energi psikis dan emosi
24
Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 62, cet. 2 25
Siti Nadirah, Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi,
LenteraPendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Vol. 16, 2013, h. 191 26
yang diberikan seorang pembiming baik orangtua atau wali kepada anak atau anak didik dalam aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu . Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak di antaranya sebagai berikut:27
1) Konsep pendidikan anak dan tujuannya.
2) Mencari informasi tentang pendidikan anak sebanyak-banyaknya. 3) Memahami kiat mendidik anak secara praktis, sehingga setiap gejala
perkembangan anak dapat ditanggapi secara cepat.
4) Tanamkan nilai pada diri sendiri dulu sebelum ditransfer pada anak-anak.
5) Mengajarkan pada anak untuk mengenal dan menghafal Al-Qur’an sejak sedini mungkin agar dasar Agama tertanam kokoh dalam diri anak.
6) Ciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung keberhasilan penanaman nilai kepada anak.
c) Bentuk Perhatian Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut: 28
1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
27
Bunda Pathi, Mendidik Anak dengan Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Qasis), h. 48. 28
3. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.
Keteladanan orang tua menjadi sangat penting dalam perkembangan jiwa anak. Jika orang tua selalu memberikan contoh dalam pelaksanaan ibadah, baik dalam bentuk perkataan, maupun perbuatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak anak akan memiliki akhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Sifat teladan bagaikan magnet yang dapat menarik anak mengikuti apa yang mereka lihat sendiri. Tidak ada yang meragukan betapa efektifnya sikap tauladan orang tua dalam mendidik anak.
Disinilah peran penting orang tua, mereka dituntut mampu memainkan peran edukatifnya dengan memberikan pendidikan terutama pendidikan keagamaan yang benar sekaligus sebagai figur identifikasi bagi anak-anaknya. Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai agama, baik melalui contoh, perbuatan, perlakuan, kata-kata dan sebaginya. Segala yang anak lihat dan anak rasakan di dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya, akan menjadi contoh dan panutan bagi anak.
d)Peranan Orang Tua Terhadap Anak
Menurut ST. Vembriarto, keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak; yaitu:29
1) Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
29
2) Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman)
3) Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
4) Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat.
5) Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.
6) Fungsi keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama.
Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.
2. Definisi Motivasi Belajar a)Pengertian Motivasi
Menurut Purwa Atmaja Prawira, motivasi memiliki akar kata dari bahasa Latin movere, yang berarti bergerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi dapat diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat bergerak.30
30
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.31
Pemberian motivasi adalah salah satu teknik yang dapat meningkatkan semangat dan keinginan belajar siswa. Manusia pada hakikatnya selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Dorongan dan motivasi dari seorang guru terhadap siswanya akan dapat memompa semangat siswa untuk memiliki keinginan kuat guna mencari dan meneliti apa yang hendak diketahuinya.32
Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc Donald yang dikemukakan mengandung 3 elemen penting.
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysilogical” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia tapi
31
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 19, h.73-75.
32
kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.33
Abraham Maslow (1943; 1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid. Manusia memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan tersebut dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan psikologis yang kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.34
Aktualisasi Diri Penghargaan
Sosial Keamanan
Fisiologis
Gambar 11.1 kebutuhan pokok manusia menurut Maslow
Kebutuhan pokok tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :35 a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya); b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya);
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki);
d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan);
33
SardimanA.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. 23, h. 73-74.
34
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 1, h. 314.
35
e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku. Yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas prestasinya.
Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.36
b)Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.37
1) Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris of Learning (1975) menyatakan bahwa : ‘Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”
2) Gagne, The Conditions of Learning (1975) menyatakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
36
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 4, h. 8.
37
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” 3) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978)
mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
4) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik, khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya pembelajaran yang dicapai peserta didik.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 38
Sementara itu, menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, di sini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut :39
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan
c) Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Menurut Winkel, “Dilihat dari sumbernya motivasi belajar ada dua jenis, yaitu: (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”.40
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik
38
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. 5, h. 2.
39
Abdul Rahman Shales, Psokologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 4, h. 206.
40
sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.41
d)Fungsi Motivasi dalam Belajar
Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat penting peranannya. Motivasi diartikan penting tidak hanya bagi pelajar, tetapi juga bagi pendidik, dosen, maupun karyawan sekolah, karyawan perusahaan.42
Menurut Sardiman, dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang akan dikehendaki akan tercapai.43
Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.
Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:44
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
41
John W. Santrock, “Psikologi Pendidikan”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 2, h. 510.
42
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 320.
43
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 2, h. 156.
44
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk nelajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
e) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:45
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi. 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Menurut Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:46 1) Faktor yang ada pada diri anak atau faktor individual yaitu
- Faktor kecerdasan - Faktor latihan - Faktor motivasi
45
Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), cet. 1, h. 187-188.
46
- Faktor pribadi
2) Faktor yang ada di luar diri anak atau faktor lingkungan yaitu - Faktor keluarga
- Faktor guru dan cara mengerjakannya - Faktor lingkungan dan kesempatan - Faktor motivasi sosial
Kedua faktor tersebut sangat penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Jika faktor individual saja yang kita harapkan dalam menumbuhkan motivasi belajar tanpa dukungan faktor lingkungan seperti keluarga, teman dan guru maka motivasi itu tidak akan tumbuh sempurna. Karena manusia mempunyai rasa ingin dihargai oleh orang lain. Ia berusaha belajar semaksimal mungkin agar orang lain menghargai nilai yang telah diraih atas motivasinya itu.
3. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ruang lingkup yang cukup banyak. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menguraikan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:47
1)Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, ketuhanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2)Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
47
peraturan-peraturan daerah, norma-norma dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
3)Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4)Kebutuhan Warga Negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.
5)Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.
6)Kekuasaan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. 7)Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan
ideologi Negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
b)Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Seperti halnya mata pelajaran yang lain, PKn juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat tumbuh menjadi warga Negara yang baik (good citizen). Sesuai dengan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi kepada siswa sebagai berikut:
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dnegan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.48
c) Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD
Materi Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD pada semester genap yaitu49 :
Standar Kompetensi : Menghargai keputusan bersama
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
Musyawarah artinya melakukan pertemuan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu tempat dengan tujuan menyatukan pendapat atau menghasilkan keputusan bersama. Keputusan yang diambil dalam musyawarah didasarkan pada sikap saling menghormati dan menghargai setiap pendapat yang dikemukakan oleh peserta pertemuan. Dalam kehidupan sehari-hari, mencari kata mufakat melalui musyawarah sangat dianjurkan dan tepat sekali dilakukan. Sebagai sebuah negara yang berasaskan Demokrasi Pancasila, musyawarah merupakan cerminan sikap bangsa Indonesia. Oleh karena itu musyawarah harus selalu dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sebagai warga negara yang baik, kita harus menjadikan musyawarah sebagai jalan keluar dalam mengambil keputusan bersama. Membiasakan musyawarah dalam kehidupan sehari-hari bisa dimulai
48
Ibid, h. 9. 49
Opih Priyatna, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan untuk Siswa SD/MI Kelas V,
dari lingkungan keluarga, kemudian di lingkungan tempat tinggal atau di lingkungan sekolah, sampai di lingkungan yang lebih luas lagi.
DPR atau DPRD melakukan musyawarah agar UU atau Peraturan Daerah yang dibuat tidak merugikan kepentingan rakyat. Bahkan peraturan tersebut dimusyawarahkan tidak hanya dengan sesama anggota wakil rakyat, namun tokoh-tokoh masyarakat atau yang berkepentingan pun senantiasa diminta pendapatnya. Masih ingatkah pembuatan UU atau Perda yang melibatkan masyarakat? Dengan demikian UU atau Perda hakekatnya merupakan hasil keputusan rakyat, karena dibuat oleh wakil-wakil rakyat sekaligus rakyat sendiri. Di lingkungan desa atau kelurahan pun selalu diadakan musyawarah, minimal dalam pembuatan peraturan desa. Musyawarah yang dilakukan di desa disebut rapat desa atau rembug desa. Musyawarah yang dilakukannya terutama menyangkut peraturan desa atau persoalan yang menyangkut kepentingan umum. Selain oleh BPD dan kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat pun pada saat musyawarah senantiasa diikutsertakan, seperti tokoh agama, pendidikan, adat, dan sebagainya. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan saran dan masukan pada musyawarah tersebut, sehingga diharapkan keputusannya dapat sesuai dengan harapan semua warga masyarakat.
Prinsip-prinsip dan ciri musyawarah mufakat :
1. Prinsip persamaan yang berarti setiap orang memiliki hak yang sama dalam mengemukakan pendapat.
3. Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, bebas dalam mengemukakan pendapat tersebut harus disertai kesediaan untuk mempertanggungjawabkan.
4. Prinsip persatuan. Artinya, sekalipun terdapat perbedaan pendapat tetapi tidak boleh terjadi perpecahan.
5. Bersifat kekeluargaan. Artinya, sekalipun di antara peserta musyawarah terjadi silang pendapat, akan tetapi suasana harus tetap akrab dan hati harus tetap dingin. Apabila setiap peserta musyawarah mematuhi prinsip-prinsip musyawarah seperti tersebut di atas, maka setiap persoalan yang dimusyawarahkan dapat dipecahkan dengan baik, tepat waktu, dan mampu menciptakan kerukunan, kerja sama yang harmonis, terhindar dari pertikaian fisik.
Setiap peserta musyawarah harus menjauhi sikap-sikap yang tidak baik dalam mengikuti kegiatan musyawarah, di antaranya:
1. Peserta pasif
Peserta pasif maksudnya anggota musyawarah bersikap acutak acuh atau tidak memperhatikan saat kegiatan musyawarah berlangsung. Ia tidak ambil pusing dalam mengambil keputusan atau bagaimana baiknya, dan tidak memiliki pendirian dalam mengambil keputusan bersama.
2. Peserta super aktif (over acting)
Peserta yang super aktif Maksudnya peserta yang mendominasi pembicaraan, memaksakan kehendak, kurang menghargai pendapat orang lain, teguh mempertahankan pendapatnya walaupun keliru. Ia memilih keluar (walk out) dari tempat musyawarah bila keputusan atau pendapatnya tidak sesuai dengan pendiriannya.
tersebut merupakan sebuah usulan dari orang tua agar pekerjaan di rumah ada yang mengerjakan. Jika semua sepakat
akhirnya terbentuklah keputusan dalam pembagian tugas di rumah. Dengan demikian musyawarah pun telah terlaksana di keluarga kita. Masih banyak contoh musyawarah yang dilakukan dalam kehidupan, baik di keluarga, sekolah, masyarakat, maupun negara. Persoalan yang dimusyawarahkan biasanya menyangkut kepentingan umum (dua orang atau lebih). Di lingkungan RT dan RW, sering juga diadakan musyawarah. Dalam lingkungan RT atau RW yang biasa dimusyawarahkan antara lain pemilihan RT atau RW, pengaturan jadwal siskamling atau ronda malam, pemeliharaan kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
B.Hasil Penelitian yang Relevan
Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa orang tua sangat berperan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Cicih Sukaesih yang berjudul : “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, menyatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa diperlukan adanya faktor-faktor yang mendukung motivasi belajar siswa salah satunya adalah perhatian orang tua di rumah. Jika orang tua memberikan perhatian yang baik kepada anak di rumah maka akan terbentuk motivasi belajar yang baik pula, jika demikian maka hasil belajar dan perilaku anak akan menjadi baik dalam keseharianannya.50
Menurut Munawaroh dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa SMEA Budi Mulia Ciledug Tangerang” menyatakan bahwa tidak adanya korelasi yang
50
signifikan namun data penelitian menunjukkan bahwa perhatian orang tua pada umumnya sedang dan prestasi belajar PAI tinggi.51
Penelitian yang telah dilakukan oleh Cicih Sukaesih menyangkut perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan agama islam siswa di SDN 01 Limusnunggal Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Dan penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh menyangkut perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam di SMEA Budi Mulia Ciledug Tangerang. Sedangkan penelitian ini akan menyangkut perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan di SDN 05 PG Jakarta Selatan.
C.Kerangka Berpikir
Orang tua adalah orang yang di tuakan dalam keluarga. Seorang anak memandang orang tua sebagai orang yang disegani tetapi juga tempat mereka mengadu, berkeluh kesah dan sebagainya. Menjadi orang tua tidak seenaknya melarang anak ini dan itu, tetapi justru harus mengarahkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Seorang anak masih membutuhkan perhatian dari orang tua dalam kesehariannya. Namun beberapa orang tua ada yang memutuskan untuk bersama-sama berkarir, sehingga diantara mereka perlu saling memberi dukungan psikologis satu sama lain agar memperkuat, melengkapi dan menunjang karir masing-masing, tetapi kualitas hubungan dengan anak perlu dijaga dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Empati perlu dipertajam sehingga orang tua bisa menempatkan pikiran dan perasaannya ke dalam pikiran dan perasaan anak dalam kondisi khusus misalnya si anak sedang belajar maka dibutuhkan lebih banyak perhatian dari orang tua. Pola hidup sibuk dapat menjadi model bagi anak untuk mengembangkan sikap dan perilaku produktif, motivasi tinggi untuk berprestasi, bertanggung jawab dan mandiri.
Setiap orang tua diharapkan mampu menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak dan seluruh anggota keluarga. Dari keluarga seharusnya anak
51
memperoleh pendidikan, apa saja yang seharusnya boleh dilakukan dan apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak hidup teratur, tertib, disiplin, sopan, santun baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan diluar keluarga.
Jika pengaruh perhatian orang tua dilaksanakan di rumah secara efektif maka akan diperoleh motivasi belajar yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara efektif di rumah, maka motivasi belajar siswa juga rendah.
D.Hipotesis Penelitian
Hipotesis ialah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, jumlah jawaban yang empiris. Dalam penelitian biasanya hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesa yang diajukan adalah untuk membuktikan seberapa besar hubungan perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.
Ha : Ada hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Ho: Tidak ada hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta
Selatan pada kelas V, yang terletak di Jl. Mampang Prapatan II, Jakarta
Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan di semester genap yaitu pada bulan
Mei - September 2016.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Bulan Kegiatan
Mei Juni Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi
2 Penyebaran
kuesioner
3 Pengumpulan
data
4 Pengolahan
Data
5 Penyusunan
Laporan
B.Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan bersifat deskriptif, yaitu dimaksudkan untuk menguji hipotesis
atau menjawab pertanyaan atau masalah yang menyangkut keadaan pada
Penelitian ini mengkaji dua variabel. Variabel adalah konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai, berupa kualitatif maupun kuantitatif
yang dapat berubah-ubah nilainya.52
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi,
yaitu melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Metode
korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan
variabel-variabel yang lain. Metode ini diharapkan dapat menemukan
hubungan antara dua variabel yaitu: Hubungan Perhatian Orang Tua ( X )
dengan Motivasi Belajar PKn ( Y ).
C.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu.53
Populasi penelitian adalah Seluruh siswa SDN 05 PG, Kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
52
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 110.
53
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representative (mewakili).54
Sedangkan sampel penelitian menggunakan quota sampling diambil
dari siswa-siswi kelas V SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta selatan.
D.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sehubungan dengan penelitian non-tes ini, maka
alat pengumpul data yang digunakan adalah angket, observasi dan wawancara:
1. Angket (kuisioner) adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang
harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab
pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat
dengan jalan mengisi55. Metode angket ini digunakan karena sampel
penelitian merupakan orang yang paling mengerti dirinya, jadi apa yang
dikemukakan oleh responden adalah benar dan dapat dipercaya, sehingga
dalam pengisian pernyataan dalam angket berdasarkan pengetahuan dan
keyakinan masing-masing melalui pengalamannya. Angket ditujukan
kepada siswa , dan data yang diambil adalah data tentang motivasi belajar
siswa.
2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dalam rangka
memperoleh data sekolah, dan data-data faktual lainnya yang dapat
mendukung penelitian, selain itu observasi dilakukan juga kepada siswa
untuk memperoleh informasi tentang perilaku siswa dalam kesehariannya di
lingkungan sekolah.
3. Interview (wawancara) adalah suatu cara mengumpulkan data yang sering
kita gunakan dalam hal kita menginginkan mengorek suatu yang bila
dengan cara angket atau cara lainnya belum bisa terungkapkan atau belum
jelas.56 Adapula wawancara dilakukan kepada 2 orang tua dari siswa yang
54
Ibid., h.81.
55
Ruseffendi, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya, (Bandung: TARSITO, 2010), cet. Ke-1, h. 193.
56