Judul disertasi ini didukung beberapa istilah yang perlu dibatasi sebagai pegangan dalam kajian lebih lanjut. Istlah yang dimaksud adalah: Good governance, Kota Makassar, Perspektif, Hukum Islam.
Good governance merupakan dua rangkaian kata yang berbeda. Good berarti
kebaikan atau kebajikan.34 Sedang governance berarti pemerintah, pemerintahan, dan ilmu pemerintahan.35 Arti ”good” dalam istilah good governance, mengandung dua pengertian: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat mencapai tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua (2) hal yaitu :
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu mengacu pada demokratisasi dengan elemen; legitimasi, akuntabilitas, otonomi, devolusi (pendelegasian wewenang) kekuasaan daerah, dan adanya mekanisme kontrol oleh masyarakat.
34
Lihat Jean. L. McKechnie,Webster’ New Twentieth Century Dictionary of English Lengguage, Second
Edition (Willam Collins Publishers, 1980), h. 782. 35Ibid. h. 787.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta adminsitratif yang berfungsi secara efektif dan efisien.36
United Nations Depelopment Program (UNDP) mendefinisikan bahwa good governance adalah sebagai penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat.37 Menurut lembaga administrasi negara (LAN)38 mendefinisikan good governance sebagai penyelenggara pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisisen dan efektif dengan menjaga kesinergisan intraksi yang konstruksif diantara domain negara,39 sektor swasta,40 dan masyarakat.41 Secara konseptual pengertian good dalam istilah good
govrernance mengandung dua pemahaman yaitu; 1. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau
kehendak rakyat serta nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan nasional, kemandirian pembangunan yang berkelanjutan dan keadilan sosial. 2. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk
36
Tedi Setiadi, http://kepemerintahan yang Baik. www.mahasiswaadministrasinegara.co.cc/ di Akses pada tanggal 16 mei 2011.
37Lihat Sedarmayanti, op. cit. h. 3.
38Lihat Lembaga Administrasi Negara, Akuntabilitas dan Good Governance (Jakarta: LANRI, 2000), h. 25.
39
Negara/pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil, membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan, menyediakan public service yang efektif dan accountable, dan menegakkan Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas KKN. Pemerintah memberikan tuntunan formal bagi tata pemerintah politik dan ekonomis.
40Sektor swasta berperan untuk menjalankan dan menggerakkan perekonomian sektor riil, menciptakan lapangan kerja, dan sebagai mitra strategis bagi pemerintah dalam melalaksanakan kebijakan. Disamping itu, swasta juga berperan dalam good governance melalui penciptaan lapangan kerja, pendapatan, serta meningkatkan tanggungjawab sosial perusahaan.
41Masyarakat madani/civil society bertugas untuk menjaga hak-hak masyarakat agar selalu terlindungi, mempengaruhi kebijakan publik, menjadi sarana cheks and balances pemerintah, mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah, mengembangkan SDM, dan menjadi sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat diharapkan dalam memobilisasi rakyat dan memberikan pelayanan kepada yang paling membutuhkan. Media dapat memberdayakan masyarakat sipil dengan memberikan informasi yang akurat dan pandangan-pandangan yang pluralistik.
mewujudkan tujuan nasional.42 Rencana strategis Lembaga Administrasi Negara (LAN) pasca reformasi disebutkan perlunya pendekatan baru dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan yang terarah pada terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) yaitu proses pengelolaan pemerintahan yang demokratis, profesional, menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia, desentralisasi, partisipasi, transparansi, berkeadilan, bersih dan akuntabel, selain berdayaguna, berhasil guna serta berorientasi pada peningkatan daya saing bangsa.43
NFSD (Novartis Foundation for Sustainable Development) merumuskan kriteria good
governance sebagai berikut :
1. Legitimasi dari pemerintahan (menyangkut tingkat/derajat demokratisasi)
2. Akuntabilitas dari elemen-elemen politik dan pejabat dalam pemerintahan (menyangkut pula kebebaran media, transparansi dalam pembuatan/pengambilan keputusan, mekanisme, akuntabilitas).
3. Kompetensi pemerintahan dalam memformulasikan kebijakan dan memberikan pelayanan. 4. Penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hukum yang berlaku (hak-hak individu dan kelompok , keamanan, kerangka hukum untuk aktivitas sosial dan ekonomi, dan partisipasi)44
Kota berarti daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat, atau daerah pemesatan penduduk yang kepadatan tinggi sektor fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian.45 Makassar adalah nama salah satu Kota di
42Sedarmayanti, Good Governance II (Bandung: Mandar Maju, 2004), h. 4. 43Ibid. h. 7
44
Tedi Setiadi, lot.cit. 45
TimPenyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 597-598.
propinsi Sulawesi selatan. Dahulu Makassar juga di pakai untuk nama Kota Ujung Pandang.46 Secara operasional, yang dimaksud adalah pemerintah Kota Makassar sebagai obyek penelitian dalam disertasi ini. Adapun kata perspektif berarti cara pandang atau pandangan.47
Hukum Islam terdiri dari dua kata yaitu hukum dan Islam. Hukum adalah peraturan atau adata yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah, undang-undang dan peraturan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan (kaidah,ketentuan) mengenai peristiwa yang tertentu, keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim.48 Islam berarti agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw berpedoman kepada kitab suci Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah Swt.49 Jadi hukum Islam adalah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan Alquran.50
Adapun kata hukum Islam berarti: koleksi dari hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan yang digali dari dali-dalil yang terperinci.51 Sedang istilah hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan al-Fiqh al-Isla>my atau dalam konteks tertentu dari al-Syari>ah al-Isla>mi>y. Istilah ini dalam wacana ahli hukum Barat digunakan Islamic law. Dalam Alquran maupun Sunnah, istilah hukum Islam tidak dijumpai. Istilah digunakan adalah kata syariah yang dalam penjabaranya
46Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 10 (Cet. 1; Jakarta: Cipta Abadi Pustaka, 1990), h.68. 47Lihat Tim Penyusun Kamus, op. cit. h. 864.
48Ibid. h. 412.
49Ibid. h. 444.
50Lihat Sudarsono, Kamus Hukum (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 169. 51
Lihat Abdul Asiz Dahlan et al., eds., Ensiklopedia Hukum Islam, Juz. II (Cet.I; Jakarta: Ichtar Baru Van Noeve ,1996), h. 567. Bandingkan p ula dengan Abdul Wahab Khallaf Ilmu Ushul Fiqhi (Cet. II; Azhar Maktabah al-Da’wah al- Islami t.th), h. 11.
kemudian lahir istilah fikih.52Amir Syarifuddin mengatakan bahwa hukum Islam adalah seperangkat peraturan yang berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam. Definisi yang dikemukakan ini, dengan terlebih dahulu memahami pengertian hukum dalam bahasa Indonesia, kemudian pengertian hukum disandarkasn kepada kata Islam.53 Hasbi ash Shiddieqy mengartikan hukum Islam sebagai koleksi daya upaya para Fuqaha dalam penetapan syariah Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.54 Harun Nasution mengartikan hukum Islam sebagai hukum agama yang bersumber pada wahyu.55
Zainuddin Ali mengatakan bahwa hukum Islam adalah istilah khas Indonesia. Istilah hukum Islam tidak ditemukan dalam Alquran dan sunah, namun yang digunakan adalah syariah Islam, kemudian penjabarannya disebut istilah fikih. Menurut Zainuddin Ali, apabila syariah Islam diterjemahkan sebagai hukum Islam (hukum in abstracto) maka syariat Islam yang dipahami dalam arti yang sempit, karena kajian syariat Islam meliputi aspek i’tiqa>diyah,
khuluqiyah, dan amal syari>ah. Sebaliknya apabila hukum Islam menjadi terjemahan dari fikih
Islam, maka hukum Islam termasuk bidang kajian ijtiha>di yang bersifat zanni>y.56
Pada dimensi lain, penyebutan hukum Islam selalu dihubungkan dengan legalitas formal suatu negara, baik yang terdapat dalam kitab-kitab fikih maupun yang belum. Kalau demikian adanya, kedudukan fikih Islam bukan lagi sebagai hukum Islam in abstracto (pada
52Lihat Ahmad Hanafi, Hukum Islam di Indonesia(Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 3. 53
Lihat Amir Syarifuddin, Usul Fiqhi, Jilid I (Cet, I; Jakarta: Logos Wacana llmu, 1997), h. 5.
54Lihat Hasbi ash Shiddieqiy. Falsafah Hukum Islam. (Cet. V; Jakarta; Bulan Bintang, 1993), h. 44.
55
Harun Nasution., op. cit. h. 195. 56
Lihat Zainuddin Ali, Hukum Islam:Pengantar Hukum Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta: sinar Grafika, 2006), h. 1.
tataran fatwa atau doktrin) melainkan sudah menjadi hukum Islam in concreto (pada tataran aplikasi dan pembumian). Sebab, secara formal dinyatakan berlaku sebagai hukum positif, yaitu aturan yang mengikat dalam suatu negara.57
Hukum Islam bukan hanya peraturan konkrit dari zaman lampau, melainkan juga harus dilihat sebagai asas-sasas umum dan nilai-nilai universal yang dapat direijtihad dalam berbagai kondisi yang berubah. Di Indonesia hukum Islam merupakan salah satu sumber pengembangan hukum nasional di samping hukum adat dan hukum Barat. Dalam tata hukum Indonesia, hukum Islam memiliki peluang konstitusional yang jelas.58 Istilah hukum Islam adalah hukum yang diyakini memiliki keterkaitan dengan sumber dan ajaran Islam yaitu hukum amali berupa intraksi sesama manusia, selain jinayat/pidana Islam. Jadi segala ketentuan yang berhubungan dengan ibadah mahdah tidak termasuk dalam pengertian hukum Islam.59Dengan demikian, rumusan hukum Islam yang dimaksud dalam disertasi ini adalah ajaran Islam yang bersumber dari Alquran Hadis.
Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa ruang lingkup pembahasan disertasi ini terbatas pada penelitian good governance supaya dapat mewujudkan pemerintahan yang baik di Kota Makassar berdasarkan nilai-nilai Islam. Good governance di Kota Makassar dalam perspektif hukum Islam dimaksudkan supaya dapat memahami persoalan pemerintahan di Kota Makassar kemudian menjadikan hukum Islam sebagai pendekatan.
Untuk menghindari adanya kerancuan dan kesalahpahaman terhadap pengertian hukum Islam, maka perlu dijelaskan pengertian hukum Islam dalam disertasi ini.
57
Ibid. h. 2-3.
58
Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 5. 59Amrullah Ahmad., op. cit. h. 53.
Secara garis besar, hukum Islam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama; hukum Islam yang berhubungan dengan aqidah/keimanan (
ٌﺔﱠﯾِدﺎَﻘِﺘْﻋإ ٌﺔﱠﯿِﻋ ْﺮَﺷ ٌمﺎَﻜ ْﺣَا
).Kedua; hukum Islam yang berhubungan dengan akhlak ( ٌ◌
ﺔﱠﯿِﻘْﻠَﺧ ٌﺔﱠﯿِﻋ ْﺮَﺷ ٌمﺎَﻜ ْﺣَا).
Ketiga;hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan mukalaf
( ٌﺔﱠﯿِﻠَﻤَﻋ ٌﺔﱠﯿِﻋ ْﺮَﺷ ٌمﺎَﻜْﺣَا).
Hukum Islam bagian pertama menjadi kompetensi kajian ilmu tauhid. Bagian kedua menjadi kompetensi kajian ilmu akhlak dan tasawwuf. Dan bagian ketiga menjadi kompetensi kajian ilmu fikih dan ushul fikih. Dengan demikian, fikih dan ushul fikih hanya membatasi kajiannya pada hukum Islam kategori ketiga, dan bagian ketiga ini populer dengan sebutan hukum Islam, sehingga apabila disebut dengan hukum Islam, maka yang dimaksud adalah hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan
mukallaf.60Good governance merupakan bagian dari perbuatan mukallaf dalam menata
kehidupan bernegara supaya dapat terwujud pemerintahan yang baik.
Dengan demikian, hukum Islam yang dimaksud dalam disertasi ini adalah persoalan fikih. Fikih sebenarnya upaya manusiawi yang melibatkan proses penalaran baik dalam tataran teoritis maupun praktis, dalam memahamai, menjabarkan, dan mengelaborasi hukum-hukum agama. Fikih merupakan hasil pemikiran mujtahid terdahulu seperti Syafi’i, Hanbali, Maliki, Hanafi, dan sebagainya yang dituangkan dalam ribuan kitab fikih, sehingga ribuan kitab fikih merupakan produk mujtahid. Penyebutan fikih dapat ditujukan kepada berbagai peristilahan. Misalnya; fikih ibadah, fikih thahara, fikih wanita, fikih cinta, fikih siya>sah, dan fikih-fikih lain. Keragaman penyebutan tersebut disebabkan kompleksitas persoalan yang dihadapi. Demikian pula
60Lihat Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam al-Gazali maslahah Mursalah dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam (Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 9.
dengan good governance, karena berbagai persoalan yang dihadapi sehingga dapat dikatakan fikih good governance atau fikih pemerintahan. Fikih sebagai hasil ijtihad, diperlukan perangkat tertentu yang mengatur pencapaian produk-produk fikih yang dikenal dengan istilah ushul fikih (legal theory). Rumusan fikih yang diambil dalam disertasi ini adalah fikih siya>sah, karena fikih siya>sah merupakan ilmu tata negara Islam secara spesifik membahas tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara pada khususnya, berupa penetapan hukum, peraturan, dan kebijakan oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan atau sejalan dengan ajaran Islam untuk mewujudkan kemaslahatan bagi manusia dan menghindarkannya dari berbagai kemudaratan yang mungkin timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dijalaninya. Fikih siya>sah juga membahas tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara pada khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang bernapaskan ajaran Islam untuk mewujudkan kepentingan orang banyak. Sejalan dengan persoalan fikih siya>sah, good governance dalam disertasi ini dimaksudkan supaya dapat memperoleh pemikiran baru dalam persoalan pemerintahan ditinjau dari sudut hukum Islam atau setidaknya dapat disebut sebagai fikih good governance atau fikih pemerintahan.
Untuk membatasi luasnya cakupan pembahasan, maka tulisan ini dibatasi pada
good governance di Kota Makassar dengan merujuk pandangan hukum Islam, dan
penerapan dari pemahaman tersebut di tengah-tengah masyarakat Kota Makassar, kendala-kendala yang dihadapi serta solusi yang ditawarkan dalam mengatasi kendala tersebut. Dalam hal ini, dibatasi pada pemerintah Kota Makassar sebagai pelaksana
pemerintahan, sekaligus obyek penelitian dalam disetasi ini. Supaya dapat membatasi maksud dari pemerintah Kota Makassar, maka penelitian ini tertuju pada pihak eksekutif (sebagai pelaksana pemerintahan).