• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Definisi operasional

Tingkat tanggung jawab siswi adalah tinggi rendahnya kesediaan siswi untuk menerima dan melaksanakan tugas yang mencakup berani menanggung konsekuensi, kontrol diri, membuat perencanaan dan menentukan tujuan, memilih sikap positif, melakukan kewajiban, mandiri, berusaha mencapai hasil yang baik, bersikap proaktif, bersikap tekun, dan reflektif (Josephson, Peter, Dowd, 2003:103-104). Ada dua tingkat yaitu: tinggi dan rendah.

Dalam penelitian ini tanggung jawab para siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, akan diukur dengan kuesioner tanggung jawab yang disusun oleh peneliti.

7 BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan pengertian tanggung jawab, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tanggung jawab remaja, dan bimbingan kelompok. A. Pengertian Tanggung jawab

Dalam bahasa Inggris tanggung jawab disebut responsibility. Responsibility

mempunyai dua akar kata response dan ability yang artinya kurang lebih adalah kemampuan untuk memberi tanggapan atau respon, seperti tidak menyalahkan keadaan (Covey 1994: 61). Kemampuan dan kemauan untuk memberikan respon ini merupakan hasil dari pilihan sadar yang berdasarkan nilai bukan berdasarkan perasaan.

Agar dapat menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab remaja perlu memahami perannya. Pemahaman akan peran remaja di sekolah, di rumah maupun di masyarakat dapat membantu remaja dalam memahami apa yang mesti dia lakukan berkaitan dengan perannya itu. Bagi seorang remaja, pemahaman mengenai tugas dan kewajibannya akan membantunya untuk dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan kewajibannya. Misalnya di sekolah remaja berperan sebagai siswa. Untuk itu ia perlu memahami dengan baik tugas-tugasnya sebagai seorang siswa yaitu menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar dan mengerjakan

tugas-tugas dari sekolah serta mentaati aturan yang belaku di sekolah. Dengan pemahamannya itu, ia diharapkan dapat menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya dengan baik.

Dalam keluarga remaja berperan sebagai anak, dimana ia juga mempunyai tanggung jawab untuk mentaati, mendengarkan dan menghormati orang tuanya, menerima dan menjalankan tugas keluarga yang berupa mengurus dirinya sendiri dan mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh orang tuanya, dan lain sebagainya. Selain berperan sebagai siswa dan anak, dalam masyarakat remaja juga berperan sebagai anggota masyarakat, yang bertanggung jawab untuk mentaati aturan yang berlaku dalam masyarakat, misalnya menjaga keamanan lingkungan dengan tidak menghidupkan mesin kendaraan motor saat memasuki gang, tidak meghidupkan tape keras-keras, dan lain-lain. Dengan demikian setiap orang harus memahami peranannya masing-masing, mengetahui tugas dan kewajibannya sehingga dalam kehidupan sehari-hari ia dapat menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab. Lewis (2004:385-396) mendefinisikan tanggung jawab itu sebagai kesediaan seseorang untuk mengerjakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Hal ini nampak dalam perilakunya yang dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan tepat waktu, karena ia mempunyai tujuan, perencanaan yang baik, ketekunan dan komitmen yang kuat untuk mengerjakannya. Selanjutnya Lewis (2008:78-80) menyatakan bahwa, tanggung jawab memiliki tiga aspek yaitu: aspek pribadi, sosial dan moral.

Aspek pribadi dalam tanggung jawab adalah kesediaan seseorang menerima apa yang menjadi kewajibannya dengan segala konsekuensinya. Oleh karena itu ia menggunakan seluruh kemampuannya untuk melaksanakan kewajibannya dengan baik. Hal ini dapat tampak misalnya dalam perilaku remaja yang berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas dari sekolah dengan baik dan mengumpulkannya tepat waktu. Untuk itu ia mesti mengatur waktu belajarnya dengan baik dan tidak menunda-nunda mengerjakan tugas.

Selanjutnya aspek sosial dalam tanggung jawab dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan hak dan kewajibannya, sehingga ia mampu untuk bersikap adil, menghormati dan menghargai orang lain, serta rela berbagi dengan orang lain. Sebagai contohnya, seorang siswa yang pandai dalam mata pelajaran Kimia dengan senang hati membantu teman yang kurang mampu dalam bidang mata pelajaran itu.

Sedangkan aspek moral diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik, untuk menghormati mahkluk hidup lain dan menjaga lingkungannya. Contohnya, di sekolah dalam rangka menanggapi pemanasan global para siswa mulai melakukan gerakan penghijauan lingkungan, dengan menanam pohon di sekitar lingkungan sekolah.

Tanggung jawab dapat diartikan pula sebagai kesediaan seseorang untuk mengerjakan tugas dengan sepenuh hati dan sebaik-baiknya. Dengan demikian ia akan menggunakan seluruh kemampuannya untuk mengerjakan tugasnya dengan baik, dan ia juga berani menghadapi resiko dari keputusan yang diambilnya (Bertens,

1994:125; Malins, 2006:58; Nuryoto, 1992:2; Tilman, 2004:216-219). Seorang siswa yang merasa kemampuan bahasa Inggrisnya kurang, ia akan mengalokasikan waktunya lebih banyak untuk belajar bahasa Inggris sehingga ia bisa lulus ujian dengan baik.

Sedangkan (Moekijat 1994:223; Sobur 1987:1) menambahkan segi lain dari definisi tanggung jawab di atas, selain ada unsur kesediaan, ada juga unsur kesadaran untuk melakukan tugas-tugasnya. Unsur kesediaan dan kesadaran akan tampak jelas dalam perilaku seseorang yang bertanggung jawab. Misalnya siswa yang sadar akan pentingnya belajar meskipun tidak diminta oleh orang tua atau gurunya dia akan tetap belajar meskipun dia mempunyai kesempatan untuk menghabiskan waktunya bermain bersama teman-temannya.

Secara lebih mendalam lagi (Josephson, Peter, Dowd, 2003:103-104) mengatakan bahwa tanggung jawab mempunyai beberapa aspek. Aspek-aspek itu diuraikan sebagai berikut:

1. Berani menanggung konsekuensi.

Remaja yang bertanggung jawab adalah remaja yang berani menanggung resiko atas pilihannya, termasuk berani menghadapi akibat buruk jika ia tidak mampu menyelesaikan tugasnya atau melakukan perbuatan tertentu yang mempunyai resiko tidak enak bagi dirinya. Ia tahu dan sadar bahwa hal baik maupun buruk pasti menyertai setiap tindakan dan pilihan yang diambilnya serta mau menanggung konsekuensi dari tindakan dan pilihannya itu. Clemen dan Bean (2001:89) menyebutkan bahwa remaja yang bertanggung jawab itu

berani untuk mengakui kesalahan tanpa alasan yang dibuat-buat dan iapun mau menanggung konsekuensi dari perbuatannya.

2. Kontrol diri.

Kontrol diri berarti mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari luar sehingga dapat bertindak dengan benar, Borba (2008:95). Remaja yang bertanggung jawab memiliki kontrol diri yang

kuat ia mampu untuk mengatakan ”tidak” pada hal-hal yang dapat merugikan

dirinya, dan melakukan hal yang benar. Sebagai contoh, meskipun ia sangat ingin pergi jalan-jalan dan nonton film bersama teman-temannya tetapi ia mampu mengatakan tidak pada ajakan teman-temannya karena ia harus mengerjakan PR dan belajar mempersiapkan pelajaran untuk esok hari. Kontrol diri membantu remaja untuk mengendalikan perilakunya, sehingga mereka dapat bertindak secara benar. Selain itu remaja yang bertanggung jawab juga mampu mengontrol/mengendalikan emosinya dengan baik, ia tidak mudah dikuasai dan dikendalikan oleh emosinya. Dengan kontrol diri yang baik dia mampu mensikapi kegagalan yang dialaminya dan sehingga ia mampu bangkit mengatasi kegagalan itu dengan perilaku-perilaku yang dapat membantunya untuk mencapai apa yang diharapkannya. Contohnya saat gagal mendapat nilai baik dalam ujian, tidak membuat dia lemah dan malas untuk belajar tetapi hal itu memacunya untuk lebih giat lagi belajar.

Siswanto (1997:30-31) menyebutkan indikator remaja yang memiliki kontrol diri yaitu: ia dapat menguasai diri, yang berarti tidak ditaklukkan oleh perasaan-perasan dan emosinya, berani bangkit ketika mengalami kegagalan. 3. Menentukan tujuan dan membuat perencanaan

Menentukan tujuan merupakan sebuah langkah penting yang harus kita buat sebelum kita melangkah, karena dengan menentukan tujuan lebih dahulu kita menjadi tahu kemana harus melangkah. Tujuan dapat membantu seseorang menentukan arah yang akan diambil, dan kita menjadi tahu hal-hal apa yang saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kita.

Setelah mempunyai tujuan yang jelas langkah berikutnya adalah membuat perencanaan agar tujuan yang telah ditentukan itu dapat tercapai. Perencanaan berarti mencari tahu sebelum waktunya, bagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan efisien, Lewis (2004:338). Sebagai contoh seorang siswa diawal tahun sudah menentukan tujuannya untuk memperoleh nilai ujian akhir semester rata-rata 8. Tujuan itu akan menentukan arah dan pilihan-pilihan tindakannya. Tujuan mendapat nilai akhir semester rata-rata 8 menjadi dasar bagi dia untuk menyusun sebuah perencanaan, dengan mulai menyusun jadwal belajar, mengatur kapan waktunya dia harus mengerjakan tugas-tugas sekolah, mengulang kembali pelajaran yang diperoleh di sekolah, membaca buku-buku di perpustakaan, untuk refreshing dan menentukan kegiatan apa saja yang akan diikuti yang bisa mendukungnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan demikian seorang remaja mampu menunjukkan perilakunya yang bertanggung jawab sebagai seorang siswa.

4. Memilih sikap positif.

Remaja yang bertanggung jawab akan memilih sikap positif seperti: antusias, jujur, murah hati, optimis, gigih/tidak menyerah, mau berusaha, dan kreatif daripada sikap negatif seperti putus asa, mencari jalan pintas, pesimis, tidak jujur dan lain sebagainya. Sikap-sikap positif ini dapat mendukung perilaku-perilakunya yang bertanggung jawab. Misalnya seorang siswa kemampuan kurang dalam hal mengerjakan soal-soal hitungan, dengan sikapnya yang gigih, mau berusaha dan kreatif, mendorongnya untuk berusaha mencari soal-soal latihan dan belajar untuk mengerjakannya, dan ketika mengalami kesulitan ia berani bertanya pada guru atau teman yang lebih bisa.

5. Mandiri

Mandiri menjadi bagian dari sikap yang bertanggung jawab. Nuryoto (1993:51) mengartikan sikap mandiri sebagai kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha dan melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Ketika remaja berlatih untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya maupun yang berkaitan dengan orang lain, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri remaja sendiri bahwa sebenarnya ia mampu melakukan hal-hal itu, sehingga ia berani untuk mengambil keputusan sendiri dan tidak selalu

tergantung pada orang lain, dengan demikian ia juga belajar untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya.

6. Melakukan kewajiban.

Menjadi remaja yang bertanggung jawab berarti ia tahu apa yang menjadi kewajibannya dan melakukan kewajibannya itu dengan sebaik-baiknya, sekalipun itu bukan tugas yang menyenangkan baginya. Ia akan tetap berusaha meskipun mengalami kesulitan, ia mempunyai komitmen untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut Elia (2008:1-2) remaja yang bertanggung jawab itu semestinya sudah memahami apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang siswa dan ia tahu apa yang harus dilaksanakannya yaitu menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar, maka ia akan belajar dengan sebaik-baiknya tanpa harus diminta dan diawasi oleh orang tua maupun gurunya.

7. Mencapai hasil yang baik.

Remaja yang bertanggung jawab itu tidak minimalis dan asal-asalan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kesadaran akan tugas-tugasnya mendorongnya untuk menggunakan seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mencapai hasil yang baik.

8. Bersikap proaktif.

Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai dan bukan berdasarkan suasana hati dan kondisi disekitar kita, Covey

(2006:223). Remaja yang proaktif akan mengambil inisiatif memikirkan jalan keluar dari pilihannya dan ia bertindak untuk mewujudkan pilihannya itu. Remaja yang bertanggung jawab mempunyai inisiatif untuk meningkatkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Sebagai contohnya ketika remaja memilih untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler memasak, namun waktunya untuk mendapat pengetahuan dari guru dan berpraktek kurang, maka ia akan mencari waktu untuk bisa belajar sendiri mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masakan melalui membaca dari buku, majalah atau dari internet. Sikap proaktif ini mendorongnya untuk melakukan apa yang menjadi tugasnya, ia tidak menunggu orang lain meminta untuk mengerjakannya. 9. Tekun

Tekun berarti rajin, bersungguh-sungguh, tetap berpegang teguh, Tim penyusun kamus, (2005:1159). Ketekunan akan sangat mendukung seorang remaja dalam menampakkan perilaku yang bertanggung jawab. Ketekunan membuat seseorang tidak mudah beralih ke hal-hal lain yang lebih menarik perhatiannya saat ia harus mengerjakan tugasnya, sehingga apa yang menjadi tugasnya dapat dikerjakannya dengan baik. Lewis (2004:35) mengemukakan ciri-ciri remaja yang tekun yaitu: ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, ia tidak mudah meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai dan beralih ke hal-hal yang menarik perhatiannya. Contohnya, meskipun seorang remaja mempunyai kesempatan untuk chating atau pergi ke cafe bersama teman-teman, namun ia tetap memilih tetap tinggal di rumah untuk

mempelajari bahan pelajaran yang akan diberikan esok hari. Sehingga ia menjadi lebih siap dalam mengikuti pelajaran di sekolah, dan dapat menunjukkan perilakunya yang bertanggung jawab sebagai siswa.

10.Reflektif.

Sikap reflektif sangat dibutuhkan untuk membantu seseorang bisa menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Seorang remaja yang bertanggung jawab akan mencari waktu agar dapat melihat kembali apa yang sudah dilakukannya sehingga ia tidak mudah jatuh pada sikap suka menyalahkan keadaan atau orang lain. Sebagai contoh, ketika mengalami kegagalan dalam ujian seorang remaja yang reflektif akan berusaha menemukan nilai dari kegagalannya itu, bahwa ia kurang berusaha belajar untuk menghadapi ujian itu. Maka untuk selanjutnya ia akan belajar lebih giat lagi. Remaja yang reflektif akan mampu menemukan nilai dari apa yang dia lihat, didengar melalui setiap peristiwa hidup. Sebagai contoh, Seorang remaja melihat tayangan berita televisi tentang anak-anak yang meninggal akibat busung lapar karena gizi yang buruk. Dari tanyangan itu remaja menemukan nilai solidaritas pada anak-anak itu yang ia wujudkan dengan sikapnya yang lebih menghargai makanan, meski makanan berlimpah ia tidak lagi membuang-buang makanan. Ia mampu belajar dan menemukan nilai dari apa yang didengar dan dilihatnya sampai pada akhirnya nilai itu mampu mengubah sikapnya. Bagi remaja yang reflektif nilai-nilai yang ditemukannya melalui peristiwa-peristiwa hidup, dapat menjadi titik tolak

bagi dirinya untuk memperbaiki perilakunya sehingga ia dapat menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab.

Dari berbagai pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tanggung jawab itu adalah sebuah kemampuan, kesadaran, kemauan seseorang untuk melakukan apa yang menjadi tugasnya dengan segala konsekuensinya. Oleh karena itu dibutuhkan ketekunan, perencanaan, dan komitmen yang kuat untuk menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya tanpa harus selalu diawasi dan dikontrol oleh orang lain.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tanggung jawab remaja. Sukmaningrum (2005:3-4) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menghambat perkembangan tanggung jawab remaja yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga.

Keluarga menjadi pilar yang utama dan pertama dalam membentuk remaja yang memiliki tanggung jawab. Dalam keluargalah remaja untuk pertama kalinya belajar tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Orang tua berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan remaja agar bisa memiliki tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun masyarakat.

Sejalan dengan itu Musa (2006:2-3) berpendapat bahwa, keluarga menjadi kunci utama bagi anak tumbuh menjadi remaja yang memiliki tanggung

jawab. Mulai sejak dini orang tua mendidik, melatih dan memberi kesempatan kepada anak untuk mulai memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sebagai contoh orang tua melatih anak sejak dini untuk membereskan sendiri kamar tidurnya, menyiapkan pakaian yang akan dipakainya dan lain-lain. Setelah anak mampu bertanggung jawab terhadap terhadap dirinya sendirinya anak dilatih untuk memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan terdekatnya yaitu lingkungan rumah (tetangga) dan sekolah. Dengan demikian anak diharapkan bisa tumbuh menjadi remaja yang memiliki tanggung jawab.

Selanjutnya Habibi (2007:21-22) dalam penelitiannya menemukan bahwa pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanggung jawab dalam diri remaja. Pola asuh yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri remaja. Dengan kepercayaan diri seorang remaja akan lebih berani untuk mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Misalnya, orang tua mengajak remaja untuk berdialog bersama dan terlibat dalam mengambil keputusan bersama dalam keluarga. Hal itu akan membantu remaja untuk berani berbicara menggungkapkan pendapatnya, keikutsertaannya dalam mengambil bagian untuk membuat sebuah keputusan bersama dalam keluarga mendorongnya untuk ikut bertanggung jawab dalam melaksanakannya. Dengan demikian ia belajar bertanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan keputusan itu. Orang tua juga dapat memberi kepercayaan kepada remaja untuk mengambil

bagian dalam mengerjakan urusan rumah tangga dengan demikian remaja akan merasa memiliki peran di dalam keluarga, dan dari situ ia dapat belajar untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan bertanggung jawab sebagai anggota keluarga.

Pendapat itu didukung oleh Krismanto (2006:3-4) yang mengatakan bahwa, pola asuh yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dalam diri seseorang anak dan akan mendorong munculnya perilaku yang bertanggung jawab sehingga ia dapat tumbuh menjadi remaja yang mandiri dan bertanggung jawab.

Demikian sebaliknya faktor pola asuh orang tua yang permisif akan membentuk anak menjadi pribadi yang cenderung tidak mengindahkan aturan yang berlaku baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Karena aturan yang ada begitu longgar untuk dilanggar, tidak ada sanksi yang jelas dan tegas maka remaja akan cenderung bersikap seenaknya dalam mengerjakan apa yang menjadi tugasnya sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab.

2. Sekolah

Sekolah mempunyai peran dalam menumbuhkan tanggung jawab dalam diri remaja melalui pemberian tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh remaja sebagai siswa di sekolah. Tugas-tugas itu membantu remaja untuk berlatih tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Dengan adanya tugas-tugas yang harus diselesaikannya, menuntut remaja untuk mulai belajar mengatur

waktunya, membuat perencanaan dalam menyelesaikan tugas-tugas itu sehingga dapat diselesaikan dan dapat dikumpulkan tepat pada waktunya. Disisi lain peraturan sekolah yang sangat longgar, kurang disiplin dan tidak konsisten dengan aturan dan tidak adanya sanksi yang tegas bagi yang melanggar peraturan akan dapat menghambat perkembangan tanggung jawab dalam diri remaja. Misalnya ketika siswa tidak mengumpulkan tugas dan terlambat masuk sekolah tidak mendapat sanksi dari sekolah, maka ia akan cenderung untuk terus mengulangi perbuatannya tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan akan sering terlambat masuk sekolah. Dengan demikian ia tidak akan belajar bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Sekolah juga dapat membantu siswa untuk bertanggung jawab dengan memberikan materi-materi bimbingan yang berkaitan dengan tanggung jawab seperti: mengatur waktu, menentukan tujuan dan membuat perencanaan, membuat prioritas, kejujuran dan lain-lain. 3. Masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran dalam menghambat dan mengembangkan tanggung jawab dalam diri remaja. Bagi remaja periode ini menjadi masa yang seringkali ditakuti oleh remaja, karena sering muncul gambaran-gambaran negatif masyarakat terhadap remaja sebagai orang yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak akan membuat remaja takut untuk bersikap tanggung jawab terhadap kehidupan bermasyarakat. Namun sebaliknya pandangan positif masyarakat terhadap remaja sebagai

orang yang mempunyai arti dan peran dalam masyarakat akan membantu dalam mengembangkan tanggung jawab pada diri remaja, misalnya dalam kehidupan bermasyarakat remaja mulai dilibatkan untuk ikut kerja bakti, dalam kegiatan penghijauan lingkungan, dalam menyelenggarakan perayaan peringatan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Dengan keterlibatan dan peran yang diberikan masyarakat pada remaja, akan sangat membantu dalam mengembangkan tanggung jawab mereka sebagai anggota masyarakat. Sejalan dengan itu Prianto (2007:1) mengatakan bahwa perkembangan tanggung jawab dalam diri remaja selain dipengaruhi oleh faktor internal dipengaruhi juga oleh faktor eksternal yaitu masyarakat disekitarnya. Masyarakat disekitar akan ikut memegang peran dalam membentuk sikap remaja yang bertanggung jawab.

C. Bimbingan Kelompok.

Menurut Winkel dan Hastuti (2004:564), bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan anak secara optimal. Bimbingan kelompok yang diberikan hendaknya sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan siswa. Tujuan dari bimbingan kelompok agar siswa berani untuk mengambil keputusan sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, dan ia berani untuk menanggung konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui pelayanan secara berkelompok, baik itu dalam kelompok

kecil maupun dalam kelompok besar. Meskipun yang dihadapai adalah sekelompok siswa namun yang akan dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok tetapi perkembangan optimal dari masing-masing individu dalam suatu kelompok. Hal ini ditegaskan oleh Winkel dan Hastuti (2004:565)

yang berpendapat bahwa, “…..tekanan bimbingan kelompok masih terletak pada

pelayanan terhadap masing-masing pribadi”.

Melihat tujuan dari bimbingan kelompok di atas, maka sangat tepatlah bila kegiatan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah. Kegiatan bimbingan kelompok dijenjang pendidikan menengah mempunyai manfaat baik bagi tenaga bimbingan/guru pembimbing maupun bagi para siswa, Winkel (1991:466).

1. Bagi guru pembimbing: ia mendapat kesempatan untuk bertatap muka/ berinteraksi dengan siswa secara bersama-sama, sehingga ia lebih dapat

Dokumen terkait